You are on page 1of 2

1.

Metode Sterilisasi
a) Pemanasan basah
Teknik sterilisasi yang paling pasti adalah penggunaan uap air disertai dengan tekanan,
yang dilakukan dalam alat yang disebut autoklaf. autoklaf memiliki suatu ruangan yang
mampu menahan tekanan di atas 1 atm. Alat - alat atau bahan bahan yang akan
disterilkan, dimasukkan ke dalam ruangan ini. Setelah udara dalam ruangan ini
digantikan oleh uap air, maka udara dalam ruangan ini digantikan oleh uap air, maka
ruangan ini ditutup rapat sehingga tekanannya akan meningkat, yang juga akan diikuti
oleh kenaikan suhunya. Dengan cara ini akan dapat dicapai tekanan 1 atm dan suhu
121o C. Dengan tekanan dan suhu seperti ini, dalam waktu 10 12 menit, semua bentuk
hidup berikut spora akan dimatikan ( Chatim ; Suharto, 1994).
b) Pemanasan kering
Alat alat yang akan disterilkan dengan cara ini, ditempatkan di dalam oven dimana
suhunya dapat mencapai 160 180

C. Caranya adalah dengan memanaskan udara di

dalam oven tersebut ( dengan gas atau listrik). Oleh karena daya penetrasi panas kering
tidak sebaik panas basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara ini, lebih
lama yaitu 1-2 jam ( Chatim ; Suharto, 1994).
c) Sterilisasi Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan gas yang sangat eksplosif dan larut di dalam air, untuk
menjamin sterilitas bahan-bahan diperlukan pemaparan selama semalam terhadap Etilen
oksida 12% pada suhu 60o C. Konsentrasi maksimal Etilen oksida yang diperbolehkan
dalam penggunaan yang lama terhadap manusia adalah 50mg/L. Sayangnya Etilen oksida
meninggalkan residu yang iritatif untuk jaringan ( Chatim ; Suharto, 1994).

d) Sterilisasi Uap Formaldehid


Selain dalam bentuk cairan, formaldehid juga sangat bermanfaat dalam bentuk gas.
Apabila formalin (larutan formaldehid 37 % dalam air) dipanaskan, akan melepaskan uap
formaldehid yang merupakan disinfektan sangat efektif bagi alat-alat dan berbagai bahan
yang tercemar dengan spora atau mycobacterium tuberculosis ( Chatim ; Suharto, 1994).
Suharto dan Chatim, Aidilfiet. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Staf Pengajar
Fakultas Kedokteran UI. Halaman 39-51

You might also like