Professional Documents
Culture Documents
1.1 Tujuan
I.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta
pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
I.1.2
terkandung
didalam
agregat
perlu
diketahui,
karena
akan
I.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 5)0 C.
c. Talam atau Cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
Berat Agregat
(mm)
6,3
9,6
12,7
19,1
25,4
38,1
(kg)
0,5
1,5
2,0
3,0
4,0
6,0
Ukuran Butir
(mm)
50,8
63,5
76,2
88,9
101,6
152,4
Berat Agregat
(kg)
8,0
10,0
13,0
16,0
25,0
50,0
I.6 Perhitungan
( W3 W5 )
Kadar Agregat =
x 100%
W5
Dimana : W3 = berat benda uji semula
W4 = berat benda uji kering oven
(gram)
(gram)
I.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan kadar air agregat dalam 2 (dua) desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.
Catatan :
a. Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan minimal 2 (dua) kali, kemudian
diambil nilai rata-ratanya.
I.8 Referensi
1. DPU. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan PB-210-76.
2. ASTM C-556-67.
3. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan. Edisi 1983
Pemeriksaan
Berat Cawan
Berat Cawan + Benda
uji
Berat Benda uji
Berat Cawan + Benda
uji kering oven
Berat Benda uji kering
oven
W1
W2
W3 = W2 - W1
W4
W5
( W3 - W5 )
Kadar Air =
W5
Kadar Air Rata-rata
Benda Uji
Pasir
I
II
647,7
647,4
955,1
863
II
669, 7
1129,0
307,4
941,1
215,6
853,5
454,3
1122,9
459,3
1126,6
293,4
206,1
451,8
456,9
4,77
4,61
0,55
0,53
x 100 %
4,69
0,54
I.9 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh kadar air untuk agregat halus yaitu 4,69 dan
untuk agregat kasar 0,54 sehingga campuran beton tidak terlalu basah.
mengetahui dan
jenis
dan
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume
pori yang dapat dilewati air. Atau merupakan bagian relative density dari
bahan padat yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori
udara yang dapat menyerap air.
4. Berat jenis efektif merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan
semu, terbentuk dari campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga
udara yang dapat menyerap air yang selanjutnya akan terus
diperhitungkan pada standar peraturan BS 812: 1975 ini adalah
determination of relative dan water absorpsi :
1. Ukuran nominal butiran yang dipakai adalah untuk ukuran berat dari
10 mm.
2. Ukuran butiran antara 40 mm - 50 mm menggunakan metode gasjar.
3. Ukuran nominal butiran kecil dari 10 mm menggunakan metode
piknometer.
Kondisi agregat di lapangan akibat oleh air dibagi atas 4 macam yaitu :
1. Keadaan kering oven atau mutlak yaitu kondisi dimana agregat
setelah dioven selama 24 jam dengan suhu 1105C.
2. Keadaan kering udara yaitu apabila kondisi agragat yang memiliki
air di dalam pori tetapi kering permukaannya.
3. Keadaan jenuh kering muka (SSD) yaitu bila semua pori berisi air
dalam keadaan jenuh sedangkan kering kondisi ini dinamakan dalam
keadaan SSD
4. Keadaan basah atau penuh yaitu dimana seluruh permukaan agregat
tersebut berisi air yang biasanya disebut air permukaan.
Jenis agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenis :
1. Agregat normal
Berat jenisnya antara 2,5-2,7. Biasanya berasal dari granit, basalt
dan kuarsa.
2. Agregat berat
Berat jenis lebih besar dari 2,8. Misalnya Magnetic (Fe 3C4),
Barites (BaSO4) atau serbuk besi.
3. Agregat ringan
Berat jenisnya kurang dari 2,5.
2.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
b. Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (1105)C.
c. Talam atau cawan, terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
d. Piknometer/gelas ukur, dengan kapasitas 500 ml.
e. Kerucut terpancung (Cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD, dengan
diameter atas (403) mm, diameter bawah (903) mm dan tinggi (753)
mm terbuat dari bahan logam dengan tebal minimum 0,8 mm.
f. Penumbuk yang mempunyai penampang rata, berat (34015) gram,
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Sebelum
diangkat,
cetakan
kerucut
terpancung
harus
a. Timbang agregat dalam keadaan SSD sebanyak 500 gram dan masukkan ke dalam
piknometer/gelas ukur.
b. Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, dan putar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya. Proses untuk
menghilangkan gelembung udara dalam piknometer dapat dipercepat dengan
menggunakan pompa hampa udara atau dengan cara merebus piknometer.
c. Tambahkan air suling sampai mencapai tanda batas.
d. Timbang piknometer yang berisi air dan benda uji (B1).
e. Keluarkan benda uji dan keringkan benda uji dengan talam/cawan di dalam oven
dengan suhu (110 5) C, sampai beratnya tetap, kemudian dinginkan dan
timbang beratnya (B2)
f. Isi kembali piknometer dengan air suling sampai pada tanda batas, kemudian
timbang beranya (B3)
2.6 Perhitungan
2.6.1
Bj Bulk =
2.6.2
2.6.3
500
B +500B
Bj app =
2.6.4
Penyerapan/Absorpsi
Abs =
(500B )
100
B
dimana :
2.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan dalam 2 (dua)
desimal.
b. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.
Catatan :
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus, dilakukan minimal
2 (dua) kali, kemudian diambil nilai rata-ratanya.
2.8 Referensi
1. AASHTO T-84-74
2. ASTM C-128-68
3. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
Tabel 2.1 Data Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Benda Uji
Pemeriksaan
I
Berat benda Uji JPK/SSD
500
II
500
B2
488,7
489,1
B3
624.1
624.1
B1
938.8
940.3
Benda Uji
Perhitungan
Bj
Bulk
(ov)
Rerata
JPK/SSD
B
B + B B
Penyerapan
2,64
2,66
2,65
2,70
2,72
2,71
2,81
2,83
2,82
2,31
2,23
2,27
500
B +500B
Bj App =
II
B
B +500B
Bj
(500B )
100
B
2.9 Kesimpulan
Dari hasil pengujian kami dihasilkan berat jenis kering agregat halus
2.65 , berat jenis saat JPK/SSD 2.71, berat jenis semu 2.82, dan
penyerapannya 2.27 %. Dari hasil tersebut masih dikatakan masuk dalam
nilai standar berat jenis dan penyerapan agregat halus.
memanasi sampai
(110 + 5)o C
Talam atau Cawan , terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
Piknometer/gelas ukur, dengan kapasitas 1000 ml.
Alat pembagi contoh (riffle sampler).
Thermometer.
Kain penyerap.
Desikator.
Air suling.
B2
Bj bulk =
(B3+Bj-B1)
3.6.2
3.6.3
Bj
B +500B
Bj app =
(B3+B2-B1)
3.6.4
Penyerapan / Absoepsi
(Bj-B2)
Abs =
x 100%
B2
Dimana :
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
3.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan dalam 2 (dua)
decimal.
b. kesimpulan dari asil uji yang anda peroleh.
Catatan:
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar, dilakukan minimal 2
(dua) kali, kemudian nilai rata-ratanya
3.8 Referensi
1. AASHTO T-85-74
2. ASTM C-127-68
3. PEDC Bandung, pengujian bahan, Edisi 1983
Tabel 3.1 Data Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Benda Uji
Pemeriksaan
Berat benda Uji JPK/SSD
II
521,9
482,2
B2
511,2
473,4
B3
796,5
798,4
B1
1126
1099,8
Benda Uji
Perhitungan
Rata-rata
I
II
Bj Bulk (ov) =
B
B +500B
2,66
2,62
2,64
Bj JPK/SSD =
500
B +500B
2,71
2,67
2,69
2,81
2,75
2,78
2,09
1,86
1,98
Bj App =
B
B + B B
Penyerapan =
( BjB )
100
B
3.9 Kesimpulan
Dari hasil pengujian kami dihasilkan berat jenis kering agregat kasar
2.64, berat jenis saat JPK/SSD 2.69, berat jenis semu 2.78 , dan
penyerapannya 1.98%. Dari hasil tersebut masih dikatakan masuk dalam nilai
standar berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
4.
4.1 Tujuan
4.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta
4.1.2
Kapasitas
(liter)
Diameter
(mm)
Tinggi
(mm)
2,832
152,4 2,5
9,435
Ukuran
Butir
maksimum
Dasar
Sisi
154,9 2,5
5,08
2,54
12,7
203,2 2,5
292,1 2,5
5,08
2,54
25,4
14,158
254,0 2,5
279,4 2,5
5,08
3,00
38,1
28,316
355,6 2,5
284,4 2,5
5,08
3,00
101,6
lepaskan.
Ulangi hal tersebut di atas pada posisi berlawanan, dan
W3
V
kg /dm
4.7 Pelaporan
a. Laporkan hasil perhitungan berat isi agregat dalam 2 desimal.
b. Kesimpulan dari hasil yang anda peroleh.
Catatan:
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara sebagai berikut:
a. Isilah wadah/Mould dengan air sampai penuh pada suhu ruang, sehingga
ada waktu ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c. Hitung berat air (berat air sama dengan isi/volume wadah)
d. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar, dilakukan minimal
2 kali, kemudian diambil nilai rata-ratanya.
4.8 Referensi
1. AASHTO T-19-74
2. ASTM C-29-71
3. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
Tabel 4.1 Data Pengujian Berat Isi Agregat Halus
PEMERIKSAAN
Berat mould
B.mould + B.uji
B.benda uji
B.mould + air
B.air/vol.mould
Berat isi agregat
W1
W2
W3 = W2 W1
W4
V = W4 W1
W3
V
BENDA UJI
BENDA UJI
BENDA UJI
(LEPAS)
I
II
2,2
2,2
5,8
5,5
3,6
3,3
4,8
4,8
2,6
2,6
(TUSUK)
I
II
2,2
2,2
6,1
5,9
3,9
3,7
4,8
4,8
2,6
2,6
(GOYANG)
I
II
2,2
2,2
6,3
6
4,1
3,8
4,8
4,8
2,6
2,6
1,385
1,269
1,327
1,500
1,423
1,577
1,462
1,462
1,436
1,520
BENDA UJI
BENDA UJI
BENDA UJI
(LEPAS)
I
II
2,2
2,2
5,9
6
(TUSUK)
I
II
2,2
2,2
6,3
6,4
(GOYANG)
I
II
2,2
2,2
6,3
6,3
W1
W2
B.benda uji
B.mould + air
B.air/vol.mould
Berat isi agregat
W3 = W2 W1
W4
V = W4 W1
W3
V
4.9 Kesimpulan
3,7
4,8
2,6
3,8
4,8
2,6
4,1
4,8
2,6
4,2
4,8
2,6
4,1
4,8
2,6
4,1
4,8
2,6
1,423
1,462
1,577
1,615
1,577
1,577
1,443
1,596
1,539
1,577
5.1 Tujuan
5.1.1 Tujuan Instruksioanal Umum
Setelah melakukan percobaan ini, Anda akan dapat dapat
mengetahui dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat
5.1.2
telah mengandung
1
3
ml asam chlorida.
1
3
2
3
isi botol.
c. Tutup botol sampai rapat, kemudian dikocok selama 10 menit
d. Diamkan selama 24 jam.
e. Amati warna cairan di atas permukaan agregat halus yang ada dalam
botol dan bandingkan warnanya dengan larutan pembanding.
5.6 Pelaporan
Pasir coklat + dikocok + didiamkan
Warna air menjadi coklat tua
Pasir hitam + dikocok + didiamkan
KesimpulanWarna air menjadi bening
Kadar organik dalam pasir coklat tergolong tinggi karena cairan campuran
NaOH bewarna coklat tua, sedangkan pasir hitam berkadar organik sangat
rendah karena cairan campuran NaOH bewarna bening. Sehingga pasir
hitam lebih baik digunakan dalam pembuatan mortar dan beton.
6.1 Tujuan
6.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, maka akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta
pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
6.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan in, maka didapat:
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran halus dan
agregat kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
sebanyak:
1. Agregat Halus
Ukuran maksimum No. 4, berat minimum 500 gram
Ukuran maksimum No. 8, berat minimum 100 gram
2. Agregat Kasar
Ukuran maksimum 3,5 , berat minimum 35 kg.
Ukuran maksimum 3 , berat minimum 30 kg.
Ukuran maksimum 2,5 , berat minimum 25 kg.
Ukuran maksimum 2 , berat minimum 20 kg.
Ukuran maksimum 1,5 , berat minimum 15 kg.
Ukuran maksimum 1 , berat minimum 10 kg.
Ukuran maksimum 3/4 , berat minimum 5 kg.
Ukuran maksimum 1/2 , berat minimum 2,5 kg.
Ukuran maksimum 3/8 , berat minimum 1 kg.
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.
Selanjutnya agregat halus dan agregat kasar yang harus disediakan
sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.
6.6 Perhitungan
Prosentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan/ ayakan adalah:
A
Y= B
x 100%
(Modulus
kehalusan didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butirbutir agregat yang tertinggal diayakan dibagi 100).
3. Presentase tembus kumulatif pada masing-masing agregat.
4. Gambar grafik presentase tembus kumulatif dari masing-masing
agregat.
6.8 Referensi
1. AASHTO T-27-74
2. ASTM C-136-50
3. SK SNI T-15-1990, Tata Cara Perencaan Pencampuran Beton Normal
4. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
Diameter Lubang
Tertahan
Individu
Individu
Saringan (mm)
(gram)
(%)
38,10
38,10-19,20
19,20-9,60
9,60-4,80
0,00
0,00
543,4
441,6
0,00
0,00
9,16
7,44
% Komulaatif
Tertinggal
Tembus
0
0
9,16
16,6
100
100
90,84
83,4
4,80-2,40
2,40-1,20
1,20-0,60
0,60-0,30
0,30-0,15
0,15-0,00
Jumlah
modulus
593,0
957,8
1097,5
1013,1
553,4
734,6
5934,4
9,99
16,14
18,49
17,07
9,33
12,38
100
26,59
42,73
61,22
78,29
87,62
100
73,41
57,27
38,78
21,71
12,38
0
3,22
kehalusan
60
40
20
0
38.1 19.2 9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3 0.15
UKURAN AYAKAN
6.9 Kesimpulan:
Dari data hasil pengujian gradasi butiran agregat halus diperoleh
data sebesar 3,22 % dapat disimpulkan bahwa gradasi ageragt halus yang
diuji bagus untuk campuran karena ukuranya yang bervariasi dan merata.
7.1 Tujuan
7.1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi agregat serta
pengaruhnya terhadap beton dan bahan perkerasan jalan dengan benar.
7.1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :
a. Menentukan nilai persen keausan agregat kasar.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
7.2 Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan atau
kekuatan agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los
Angeles. Ketahan atau kekuatan agregat akan membatasi kekuatan beton
yang dapat dicapai bilamana kekuatan agregat tersebut kurang atau kira-kira
sama dengan kekuatan beton yang direncanakan. Namun demikian biasanya
sebagian besar agregat yang tersedia, kekuatanya masih lebih besar dari
kekuatan beton.
Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat
bahan aus lewat saringan No. 12 terhadap berat semula dalam persen.
7.3 Peralatan
a. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 71 cm ( 28 ) panjang dalam 50 cm ( 20 ). Silinder bertumpu
pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros
mendatar.silinder berlubang untuk memasukan benda uji, dan penutup
lubang terpasang dengan rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 8,9 cm ( 3, 56 ).
Lewat
Tertahan
( mm )
( mm )
76.20
63.50
2500
63.50
50.80
2500
50.80
38.10
5000
38.10
25.40
1250
25.40
19.05
1250
19.05
12.70
1250
2500
12.70
9.51
1250
2500
9.51
6.35
2500
6.35
4.75
2500
4.75
2.36
5000
5000
5000
5000
5000
Jumlah Bola
12
11
12
12
12
5000
4584
3330
2500
5000
5000
5000
25
25
20
15
25
25
25
a. Benda uji dan bola-bola baja dimasukan ke dalam mesin Los Angeles.
b. Putar Mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 kali putaran untuk
gradasi A, B, C dan D, dan 1000 kali putaran untuk gradasi E, F dan G.
c. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian
disaring dengan saringan No. 12, butiran yang tertahan diatasnya dicuci
bersih dan selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu
( 110
7.8 Referensi
1.
2.
3.
4.
AASHTO T 96 74
ASTM C 131 55
ASTM C 535 9
PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983
..........B..........
Berat Material
( gram )
50.8
37.5
37.5
25.4
25.4
19.0
19.0
12.5
12.5
9.50
9.50
6.30
6.30
4.75
4.75
2.36
Berat Total Material
( A)
Berat Material tertahan saringan No. 12
(B)
Keausan Agregat =
AB
x 100
A
2500
2500
5000
2248,6
55,03
7.9 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh nilai keausan agregat kasar yaitu 55 03
% sehingga kekuatan agregat dapat dikatakan masih lebih besar dari
kekuatan beton.
8.1.2
8.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Satu set alat uji yang terdiri dari:
-
g. Mesin penekan dengan daya neban 40 ton, kecepatan tekan 4 ton/ menit.
10
C.
8.6 Perhitungan
Prosentase kekerasan agregat kasar adalah sebagai berikut:
A- B
Kekerasan Agregat =
x 100
A
Dimana :
8.7 Pelaporan
(gram).
(gram).
a.
b.
Catatan :
a. Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan Mesin Los Angeles dapat dilakukan
hanya
1 (satu) kali percobaan.
b. Nilai kekeran tidak boleh melampui 30 % untuk beton yang digunakan sebagai
bahan perkerasan jalan (pavement).
c. Nilai kekerasan tidak boleh melampui 45 % untuk beton yang digunakan pada
keperluan kontruksi lain selain di atas.
8.8 Referensi
a. PAG 012 -79
b. BS 882
c. PEDC Bandung, Pengujian bahan, Edisi 1983.
Pemeriksaan
Benda Uji
I
II
3124
3124
3536
3513
A=D-C
412
389
314,9
308,2
23,57
20,77
A- B
x 100
A
22,17
8.9 Kesimpulan
Dari data hasil praktikum diperoleh nilai kekerasan agregat kasar sebesar
22,17 % sehingga dapat disimpulkan bahwa kerasan agregat kasar layak
digunakan.