You are on page 1of 24

1123 BAB I

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Di Indonesia komoditas hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buahbuahan, dan tanaman hias merupakan salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi
baru pada sektor pertanian. Bahkan beberapa produk komoditas sayuran Indonesia
telah menjadi mata dagang ekspor dan sumber devisa negara. Oleh karena itu,
produksi, produktivitas, dan kualitas sayuran nasional perlu ditingkatkan terutama
untuk jenis sayuran potensial yang selama ini belum mendapat perhatian.
Salah satu jenis komoditas sayuran potensial yang layak dikembangkan secara
intensif dalam skala agribisnis adalah bawang daun (Allium fistulosum L.).
Tanaman daun bawang memiliki ciri khas dan bentuk yang unik, menurut
(Cahyono, 2005) berbentuk bulat memanjang, berlubang menyerupai pipa, dan
bagian ujungnya meruncing. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan
permukaan daun halus. Tanaman ini diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara,
kemudian meluas ditanam di berbagai daerah (Negara) yang beriklim tropis
maupun subtropis.
Bawang daun merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang digunakan
sebagai bahan penyedap rasa (bumbu) dan bahan campuran sayuran lain pada
beberapa jenis makanan populer di Indonesia, seperti soto, sup, campuran bumbu
mi instan, dan penyedap jenis makanan lainnya. Tanaman yang masuk dalam
keluarga Alliaceae ini memiliki kandungan kandungan vitamin A, K dan C tinggi,

asam folat, kalsium, potassium, protein, lemak, karbohidrat, serat dan rendah
kalori sehingga bermanfaat bagi kesehatan diantaranya meningkatkan sistim
kekebalan

tubuh,

menjaga

kesehatan

mata,

menyehatkan

pencernaan,

menyehatkan jantung.
Kandungan kimia daun bawang yang utama adalah saponin, tanin dan minyak
atsiri sehingga sangat bermanfaat untuk kesehatan. Saponin dan tanin dalam Daun
bawang memiliki manfaat utama sebagai anti bakteri. Menurut Robinson, 2005
dalam Rina Purwatiningsih, 2015 senyawa saponin dapat bekerja sebagai
bakteriostatik dengan cara merusak membran sitoplasma. Dari latar belakang
tersebut peneliti akan melakukan penelitian dengan judul UJI AKTIVITAS
EKSTRAK SOXHLETASI DAUN BAWANG (Allium fistulosum L) TERADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :
1. apakah ekstrak soxhletasi daun bawang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri staphylococcus aureus.
2. Pada konsentrasi berapa ekstrak soxhletasi daun bawang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan dari proposal penelitian ini adalah :


1. sampel yang digunakan didapat dari ekstrak daun bawang (allium fistulosum)
dari desa ..........
2. Identifikasi sampel dengan uji mikroskopis.
3. Metode ekstraksi secara soxhletasi.
4. Uji identifikasi untuk ekstrak daun bawang dilakukan secara kualitatif.
5. Konsentrasi ekstrak daun bawang yang digunakan 10 %, 20% dan 30 %.
6. Bakteri yang digunakan adalah staphylococcus aureus.
7. Cara pengujian bakteri menggunakan metode dilusi

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari proposal penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak soxhletasi daun bawang (Allium
fistulosum) terhadap bakteri saphylococcus aureus.
2. Untuk mengetahui konsentrasi dari ekstrak soxhletasi daun bawang (allium
fistulosum) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus
aureus terbaik.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun mafaat dari proposal ini adalah:
1. Menjadi dasar ilmiah penggunaan tanaman daun bawang sebagai obat
tradisonal khususnya sebagai anti bakteri.

2. Menambah informasi tentang sumber antibiossstik alami dari tumbuhan yang


terdapat di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauaan Pustaka
2.1.1 Tanaman Daun Bawang
1. Sejarah Tanaman Daun Bawang
Bawang daun diduga berasal dari daerah Asia Tenggara (Cina dan Jepang)
yang memiliki iklim panas (tropis). Pada mulanya, tanaman bawang daun tumbuh
secara liar. Kemudian secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan
peradaban manusia tanaman ini dibudidayakan sebagai bahan sayur (daun dan
batang) dan bahan obat (akar, batang dan daun). Di Indonesia, budidaya bawang
daun pada mulanya terpusat di pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), terutama
di daerah dataran tinggi

(pegunungan) yang berhawa sejuk (dingin), seperti

Cipanas, Cianjur, Lembang (Bandung) dan Malang (Jawa Timur) (Cahyono 2005 :
12).
Bawang daun (Allium sp) merupakan tanaman setahun yang berbentuk
rumput. Disebut bawang daun karena bagian yang dikonsumsi hanyalah daunnya
atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk batang semu
dan bersifat merumpun.

2. Klasifikasi Daun Bawang


Setiap tanaman memiliki klasifikasi yang berbeda- beda, Menurut Cahyono
(2005 : 12) Dalam sistematika tumbuh- tumbuhan, bawang daun diklasifikasikan
sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)


Subdivisi : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas : Monocotyledoneae (biji tak berbelah)
Ordo : Lilifroae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium fistulosum L.
Selain species Allium fistulosum L., bawang daun memiliki banyak
spesies lain yang dapat dikonsumsi daunnya antara lain : Allium
ampeloprasum L., misalnya kelompok bawang prei, bawang timur, dan
kelompok bawang kurat, Allium schoenoprasum L., misalnya bawang kucai
atau chive yang berdaun seperti jarum, dan Allium tubrosum Rotter ex.
Sprengel yang juga disebut bawang prei cina. Di samping itu bawang daun
masih sefamili dengan bawang putih (Allium satifum L ), bawang merah
(Allium cepa L. var ascalonicum L.), bawang bombai (Allium cepa L),
bawang ganda ( Allium adroum L) dan bawang rakkyo (Allium chinense G
Don ).

3. Morfologi Tanaman Bawang Daun


Morfologi mengkaji tentang berbagai organ tumbuhan, baik bagian-bagian,
bentuk maupun fungsinya. Seperti halnya bawang daun yang memiliki berbagai
organ penting dengan fungsi yang berbeda- beda untuk kelangsungan hidupnya.

Secara morfologi, bagian atau organ- organ penting bawang daun ( bawang
bakung) adalah sebagai berikut (Cahyono, 2005 : 13 - 15):
a. Akar
Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua
arah di sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak mempunyai akar tunggang.
Perakaran bawang daun cukup dangkal, antara 8- 20 cm. Perakaran bawang daun
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur,
mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam. Akar
tanaman berfungsi sebagai penopang tegaknya tanaman dan alat untuk menyerap
zat- zat hara dan air.

b. Batang
Bawang daun ( bawang bakung) memiliki dua macam batang, yaitu batang
sejati dan batang semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram,
dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang tampak
di permukaan tanah merupakan batang semu, terbentuk (tersusun) dari pelepahpelepah daun ( kelopak daun) yang saling membungkus dengan kelopak daun
yang lebih muda sehingga kelihatan seperti batang. Batang semu berwarna putih
atau hijau keputih- putihan dan berdiameter antara 1- 5 cm, tergantung pada
varietasnya. Batang sejati dan batang semu bawang daun bersifat lunak ( tidak
keras). Fungsi batang bawang daun, selain sebagai tempat tumbuh daun dan
organ- organ lainnya, adalah sebagai jalan untuk mengangkut zat hara ( makanan)

dari akar ke daun dan sebagai jalan untuk menyalurkan zat- zat hasil asimilasi ke
seluruh bagian tananaman.

c. Daun
Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang
menyerupai pipa, dan bagian ujungnya meruncing. Bawang prei (Allium
ampeloprasum L.) memiliki daun berbentuk pipih memanjang, tidak membentuk
rongga ( seperti pita), dan ujungnya meruncing. Ukuran panjang daun sangat
bervariasi antara 18- 40 cm, tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau
muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Daun tanaman bawang daun
merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi ( dimakan) sebagai bumbu atau
peyedap sayuran dan memiliki rasa agak pedas (Jw: semriwing) . Daun juga
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis dan hasil fotosintesis
tersebut digunakan untuk pertumbuhan tanaman.

d. Bunga
Bunga bawang daun tergolong bunga sempurna ( bunga jantan dan betina
terdapat pada satu bunga). Bunga secara keseluruhan berbentuk payung majemuk
atau payung berganda ( umbrella composita) dan berwarna putih. Tangkai tandan
bunga keluar dari dasar cakram, merupakan tunas inti yang pertama kali muncul
seperti halnya daun biasa, namun lebih ramping, bulat, bagian ujungnya
membentuk kepala yang meruncing seperti tombak, dan terbungkus oleh lapisan
daun ( seludang). Bila seludang telah membuka, akan tampak kuncup- kuncup

bunga beserta tangkainya. Dalam setiap tandan bunga terdapat 68- 83 kuntum
bunga. Panjang tangkai tandan bunga dapat mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan
panjang tangkai bunga berkisar antara 0,8- 1,8 cm. Kuntum- kuntum bunga
terletak pada bidang lengkung yang sama karena tangkai- tangkai bunga hampir
sama panjangnya. Bunga bawang daun mekar dari luar ke arah pusat.

4. Manfaat Tanaman Bawang Daun


Bawang daun adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi
dikembangkan secara intensif dan komersil. Pemasaran produksi bawang daun segar
tidak hanya untuk pasar dalam negeri melainkan juga pasar luar negeri. Selain
digunakan sebagai penyedap rasa ( bumbu) dan campuran masakan lainnya, bawang
daun dapat berkhasiat untuk kesehatan, antara lain untuk meredakan perut kembung,
batuk, flu, sesak nafas karena flu, diuretik, diaforetik, nyeri sendi dan anti radang,
menghilangkan bengkak karena bisul serta menghilangkan bekas gigitan serangga.

5. Kandungan dalam Bawang Daun....


6. Kandungan dalam Bawang Daun yang Bersifat Anti Bakteri
a. Saponin
Menurut Prasetyo, et al., ( 2008) menyatakan bahwa saponin merupakan
senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai anti septik sehingga memiliki
kemampuan anti bakteri.......

STERILISASI
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan smua jenis
organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganime ( protozo, fungi, bakteri,
mycoplasma, virus yang terdapat pada di dalam suatu benda. Proses ini
melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Sterilisasi dideasin untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Target

suatu

metode

inaktivasi

tergantung

dari

metode

dan

tipe

mikroorganismenya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein, atau membran

mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme memiliki sensitivitas yang berbedabeda terhadap metode sterilisasi tertentu.
Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode fisik dan metode kimia.
Metode sterilisasi kimia dilakukan dengan menggunakan bahan- bahan kimia,
sedangkan metode sterilisasi fisik dapat dilakukan dengn cara panas baik kering
maupun panas basah, radiasi, dan filtrasi.
a. Metode sterilisasi fisik
Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan
banyak digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan kelembapan digunakan
metode sterilisasi panas kering pada temperatur 160- 180C, sedangkan untuk
bahan yang resisten kelembapan digunakan metode sterilisasi panas basah pada
temperatur 115- 134C. Sterilisasi panas kering berfungsi untuk mematikan
organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel ataupun mendenaturasi
enzim.
b. Metode Sterilisasi Kimia
Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan- bahan yang rusak bila
disterilkan pada suhu tinggi. Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan
menggunkan gas ( dengan cara fumigasi atau pengasapan) atau radiasi. Beberapa
bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas
formaldehid, asam prasetat, dan glutaraldehid alkalin. Sterlisasi kimia dapat juga
dilakukan dengan penggunaan cairan desinfektan berupa senyawa aldehid,
hipoklorit, fenolik, alkohol.

Fenol ( asam karboksilat) digunakan secaara luas ssebagai desinfektan dan


anti septik. Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang
bersifaat bakterisidal namun tidak bersifat sporisidal.
Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik mengandung
molekul yang secara kimiawi telah diubah untuk mengurangi kemampuannya
dalam mengiritasi kulit dan meningkatkan aktivitas anti bakterinya. Aktivitas anti
mikroba senyawa fenolik adalah dengan merusak lipid pada membran plasma
mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel keluar.
Alkohol efektif membunuh bakteri dan fungi namun tidak dapat membunuh
endospora dan virus non- enveloped. Mekanisme aksi alkohol adalah dengan
mendenaturasi

protein

mikroorgnisme,

melarutkan

lipid

dari

membran

mikroorganisme termasuk lipid pada virus bersampul (enveloped virus).


Konsentrasi optimal etanol adalah pada konsentrasi 70- 80%, dan konsentrasi
antara 60- 90% terlihat lebih cepat membunuh mikroorganisme. Etanol murni
memiliki aktivitas antimikroba lebih rendah dibandingkan etanol yang terlarut
dalam air. Hal ini disebabkan karena pada proses denaturasi protein diperlukan
adanya air (Pratiwi 2008: 136 144).

Staphylococcus aureus
Bakteri adalah kelompok membran organisme yang tidak memiliki membran
inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil, serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit.

Antibakteri merupakan zat yang dapat menghmbat atau membunuh bakteri


dengan penyebab infeksi. Infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme
yang patogen, dimana mikroba masuk ke dalam jaringan diantara bakteri yang
dapat meyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus (Nur, 2008: 5)
1. Taksonomi
Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut Rosenbach (1884) adalah ssebagai
berikut:
Kingdom

Eubactria

Phylum

Firmicutes

Class

Bacilli

Ordo

Bacillales

Family

Staphyloccaceae

Genus

Staphylococcus

Spesies

Staphylococcus aureus

Stafilokokus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah


anggur dan kokus yang berarti benih bulat. Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan ( Warsa 1994: 103).

2. Morfologi
Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1 ..
dan tersusun dalam kelompok tak beraturan. S. aureus dapat ditemukan di kulit

dan di hidung manusia, dan ada kalanya menyebabkan infeksi dan sakit parah.
Staphylococcus aureus juga penyebab intoksitasi dan terjadinya berbagai macam
infeksi seperti jerawat, bisul, juga pneumonia, empiema, endokarditis, atau
penanahan pada bagian tubuh mana pun. Ciri khas infeksi yang disebabkan oleh
S. aureus adalah radang supuratif ( bernanah) pada jaringan lokal dan cenderung
menjadi abses ( Jawetz, 1996).
Kuman ini bebentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak
teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Pada sediaan langsung yang
berasal dari tanah dapat terlihat sendiri, berpasangan, menggerombol dan bahkan
dapat tersusun seperti rantai pendek. Susunan gerombolan yang tidak teratur
biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat pada perbenihan padat, sedangkan
pada perbenihan kaldu biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai ranitai
pendek.
Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan positif Gram. Hanya kadangkadang yng negatif Gram dapat ditemukan pada bagian tengah gerombolan
kuman, pada kuman yang telah difagositasis dan pada biakan tua yang hapir mati
(Warsa 1994: 103).
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian


Obyek penelitian ini adalah uji aktivitas ekstrak soxhletasi daun bawang
(Allium Fistulosum) terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling


Sampel yang digunakan adalah daun bawang (Allium Fistulosum) yang
diambil dari Desa......
Teknik sampling pada penelitian ini, sampel diambil secara random, dengan
metode randomisasi sederhana (simple random sampling) karena pengambilan
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan ukuran. Sampel
tersebut yang kemudiaan diisolasi dengan metode soxhletasi.

3.3 Variabel Penelitian


1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak daun bawang (Allium
Fistulosum) dengan berbagai konsentrasi (10%, 20%, 30% ).

2. Variabel Terkontrol
Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah lokasi pengambilan (daun
bawang), berat sampel, medium biakan bakteri, suhu dan waktu, metode
soxhletasi.
3. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya hambat bakteri
Staphylococcus aureus.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif
2. Metode pengumpulan data menggunkan eksperimen laboratorium.
3. Metode analisa data menggunakan analisis ANOVA.

3.4.2 Alat dan Bahan Penanaman Pembiakan


1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitaian ini adalah: tabung reaksi, rak tabung,
cawan petri, jarum ose bundar, pipet volume, labu erlenmeyer, beaker glass, glass
ukur, corong, kertas saring, penjepit kayu, kompor spiritus, inkubator, neraca dan
seperangkat alat soxhletasi meliputi:..........
2. Bahan Penelitian
Bahan sampel yang digunakan adalah daun bawang yang diambil dari
desa..........Bakteri yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri ini diperoleh dari

Laboratorium Terpadu Fakultas Biologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah VJA (Vogel Johsnson Agar),
BHI (Brain Heart Infusion), Plasma. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol
70%, aquadest steril, formalin cair, H2O2 3%, H2SO4 pekat, CH3COOH.
..............
3. Uji Identifikasi Sampel Daun Bawang secara mikroskopik.
Mikroskopik
Mengambil serbuk daun bawang secukupnya, lalu meletakkan serbuk di atas
objek glass, kemudian menetesi serbuk dengan aquadest secukupnya dan
menggunakan deck glass, selanjutnya mengamati bentuk fragmen menggunakan
mikroskopis, scanner bentuk fragmen pengenal tersebut dengan menggunakan
scanner mikroskop.
Mengambil serbuk daun bawang secukupnya
Meetakkan serbuk di atas objek glass
Menetesi serbuk dengan aquadest secukupnya
Menutup menggunakan deck glass
Mengamati bentuk fragmen dengan mikroskop
Gambar 3.1 Skema Identifikasi sampel menggunakan mikroskop.

3.4.3 Cara kerja


Pada penelitian Uji Aktivitas Ekstrak Soxhletasi Daun Bawang ( Allium
Fistulosum) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ini meliputi beberapa proses
antara lain:

1. Pengambilan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari simpisia nabati
yaitu daun bawang (Allium Fistulosum) yang diperoleh dari.....
Pengumpulan bahan berkhasiat perlu diperhatikan untuk mendapatkan bahan obat
yang terbaik dari tanaman, pengambilan dilakukan saat daun masih muda dan
belum terlalu tua. Daun yang sudah dikumpulkan dicuci bersih dengan air
mengalir untuk menghilangkan semua kotoran yang melekat pada tanaman.
Sedangkan bakteri Staphylococcus aureus yang digunakan untuk uji penelitian
ini

diperoleh

dari

Laboratorium Terpadu

Fakultas

Biologi

Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

2. Pengeringan Sampel
Bahan yang akan dikeringkan dicuci dibawah air mengalir untuk
menghilangkan taah dan kotoran lain kemudian daun ditiriskan dan dikeringkan di
udara terbuka terlindung sinar matahari. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi
kadar air sehingga mencegah terjadinya perubahan kimiawi yang menurunkan
mutu dan untuk menghindari pertumbuhan jamur dan bakteri. Bahan yang telah
dikeringkan akan memudahkan proses penyerbukan (Harborne 1987; Ansel 1989).

3. Pembuatan serbuk

Daun yang dikeringkan segera diserbuk dengan mesin penyerbuk atau


ditumbuk dan diayak menggunakan ayakan nomor 60. penyerbukan ini bertujuan
untuk memperluas permukaan partikel dengan pelarut, sehingga pengekstrasian
dapat langsung efektif.

4. Pembuatan Ekstrak Sampel

5. Uji bebas ethanol 70% ekstrak daun bawang (by internet cari )
6. Identifikasi kandungan kimia serbuk dan ekstrak daun bawang
Identifikasi kandungan kimia dimaksudkan untuk menetapkan kebenaran
kandungan kimia yang terdapat dalam bawang. Identifikasi kandungan senyawa
yaitu, saponin, tanin dan minyak atsiri menggunakan dasar buku MMI (1989) dan
dibuktikan di laboratorium Fitokimia Farmasi Politeknik Harapan Bersama.
Identifikasi kandungan kimia tersebut meliputi :
1) Uji Tanin
Ekstrak sebanyak 5 ml ditambah 5 tetes FeCI 3 1%. apabila berwarna hijau
kehitaman menujukan adanya tanin.

Memasukan ekstrak sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi

Menambahkan 5 tetes FeCl3 1%, amati perubahan warnanya

Apabila berwarna hijau kehitaman menunjukan adanya tanin

Gambar skema uji tanin


2) Uji Saponin
Ekstrak sebanyak 5 ml ditambahkan 5 ml aquades kocok sambil timbul busa.
Adanya busa ini menandakan adanya saponin............................
3) Uji Minyak atsiri
..................................

7. Pembuatan suspensi bakteri uji


Biakan murni Saphylococcus aureus diambil dengan jarum ose streril.
Kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi steril yang sudah berisi 5 ml Brain
Heart infusion. Kemudian di inkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam, kemudian
di pipet 0,1 ml dimasukan dalam 100 ml BHI ( pengeneran 1000 kali).

8. Identifikasi bakteri uji


Identifikasi Saphylococcus aureus dilakukan secara mikroskopik dengan
pengecatan Gram. Biayakan bakteri diletakan diatas objek glass dan dilakukan
pengecatan dengan meneteskan Gram A, Gram B, Gram C dan Gram D. setiap
melakukan pengecatan dicuci dengan air mengalir, obyek glass dikeringkan

ditetesi minyak mersii kemudian diamati dengan mikroskop. Bakteri Gram positif
ditunjukan dengan warna ungu, sedangkan baktri Gram negeetif zat warna yang
diperoleh warna merah.
Bakteri Saphylococcus aureus diinokulasikan pada medium VJA akan
menghasilkan warna khas yaitu koloni berwarna hitam.
Pada bakteri Saphylococcus aureus identifikasi secara biokimia ada dua yaitu
katalase dan koagulase. Uji katalase dapat dibuat dengan cara mencampurkan 0.5
ml H2O2 3% dengan 1 ose bakteri Saphylococcus aureus. Hasil positif akan
terbentuk gelembung udara atau buih pada Saphylococcus aureus.
Uji koagulase dapat dilakukan dengan cara menyiapkan plasma sebanyak 0.5
ml ditambahkan 1 ose biakan bakteri Saphylococcus aureus dan diinkubasi
dengan suhu 37 C selama 1 sampai 4 jam. Reaksi positif akan terlihat
penjendalan, bila tidak terjadi penjendalan maka reaksi negatif.

9. Pengujian aktifitas bakteri ekstrak soxhletasi daun bawang


Pengujian daya antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode delusi
yaitu dengan cara pengenceran menggunakan 12 tabung steril. Secar aseptis
dimasukan 1 ml brain heart infusion (BHI) kedala seriap tabung, kecuali tabung
pertama, tabung kedua dan tabung terakhir. Tabung 1, 2, 3 ditambahkan ekstrak
daun bawang sebanyak 2 ml ( tabung 1 ) dan 1 ml ( tabung 2 dan 3 ), kemudian
dikocok. Tabung 1 digunakan sebagai kontrol negatif, tabung ke 2 merupakan
kadar obat tertinggi yang belum diencerkan. Sebanyak 1 ml dari tabung 3
dipindahkan ke tabung 4, perlakuan yang sama juga dilakukan untuk tabung

tabung berikutnya hingga tabung 11, dari tabung 11 diambil sebanyak 1 ml dan
dibuang. Menambahkan 1ml suspensi bakteri yang akan diperiksa yang telah
diencerkan 1 : 1000 dari tabung 2 hingga tabung 11. tabung terakhir berisi 2 ml
suspensi bakteri yang digunakan sebagai kontrol biakan ( kontrol positif ). semua
tabung diinkubasikan dalam suhu 37 C selama 24 - 48 jam, kemudian diamati
kekeruhannya pada tabung dengan membandingkan tabung 1 sebagai kontrol
negatif, dan tabung 12 sebagai kontrol positif.
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ditentukan berdasarkan tabung reaksi yang
tidak menunjukkan kekeruhan yang dapat diamati secara visual. Untuk
mengetahui dan membedakan secara pasti Konsentrasi Hambat Minimum dan
Konsentrasi Bunuh Minimum diperlukan data apakah bakteri yang terdapat pada
tabung reaksi yang tidak menunjukkan gejala kekeruhan dapat tumbuh kembali
atau tidak, maka diinokulasikan pada Media VJA untuk bakteri Staphylococcus
aureus dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24- 48 jam.
Konsentrasi Bunuh Minimum ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan
bakteri pada medium VJA untuk bakteri Staphylococcus aureus.

You might also like