Professional Documents
Culture Documents
Obat antiinflamasi dibagi menjadi dua, yaitu golongan steroid dan non steroid.
1. KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di
korteks kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada
tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan
pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit
darah, serta tingkah laku.
sintetisnya
antaralain,
- -metilprednisolon,
prednisone,
beberapa hal seperti infeksi, antibodi dan trauma fisik. Apapun penyebab peradangan,
responnya secara klasik hampir sama yaitu berupa kalor (panas), dolor (nyeri), rubor
(kemerahan), dan tumor (bengkak).
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang).
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1
(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini
berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari
arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses
inflamasi (radang).
Penghambatan terhadap enzim cyclooxygenase-2 (COX-2) diperkirakan
memediasi efek antipiretik (penurunan suhu tubuh saat demam), analgesik
(pengurangan
rasa
nyeri),
dan
antiinflamasi
(anti-peradangan).
Sedangkan
oksametasin
Asam Propionat diantaranya, ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen,
7
8
fenazon
Derivat Oxicam diantaranya, piroxicam (feldene), meloxicam (mobic)
COX-2 Inhibitors
3. KARAKTERISTIK NSAIDS
NSAIDs secara klinis digunakan sebagai antipiretik, analgesik dan antiinflamasi. Obat ini
sangat efektif dalam menurunkan suhu tubuh saat demam (antipiuretik). NSAIDs dipakai
juga untuk analgesik dalam menangani sakit ringan sampai sedang seperti myalgia, nyeri
pada gigi, dysmenorrhea dan sakit kepala. Tidak seperti analgesik jenis opoid yang tidak
boleh karena ada efek depresi neurologis.
Sebagai antiinflamasi NSAIDs digunakan untuk merawat kondisi tegang otot, tendinitis
dan bursitis. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk merawat penyakit kronis dan inflamasi
arthritis rheumatoid, osteoarthritis, dan macam-macam arthritis lain seperti gouty arthritis dan
ankylosing spondylitis.
3.1 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi diberikan pada pasien yang mengalami inflamasi, rasa sakit dan demam.
Faktor ko-morbid dapat meningkatkan resiko seperti perdarahan GI termasuk riwayat
ulser, usia lanjut, status kesehatan yang buruk, pemakaian obt NSAID yang lama,
merokok dan penggunaan alkohol. Semua itu dapat menyebabkan efek pada ginjal,
sehingga dalam penggunaan NSAID harus hati-hati bagi pasien yang memiliki penyakit
gagal jantung, hipertensi, dan edema.
Kontraindikasi dari obat ini adalah bagi orang yang memiliki hipersensitivitas pada
salisilat atau NSAID yang lain. Asma merupakan salah satu bentuk hipersensitivitas.
Kontraindikasi lainnya bagi orang yang memiliki riwayat perdarahan GI, iritasi gastric,
atau peptic ulcer. NSAIDs juga tidak boleh digunakan saat kehamilan, karena efek
aktivitas prostaglandin akan mengganggu perkembangan embrio terutama pada bulan
terakhir kehamilan.
3.2 FARMAKOKINETIK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Acetaminofen
Masing-masing golongan obat memiliki waktu mencapai puncak level plasma,
waktu paruh plasma, ikatan protein serta berapa banyak yang dieksresi oleh urin yang
berbeda-beda. Berikut tabel yang akan menjelaskan farmakokinetik dari beberapa
macam golongan NSAIDs.
Tabel 1. Farmakokinetik dari NSAIDs
3.3 FARMAKODINAMIK
Aksi antiinflamasi dari NSAIDs dengan cara menginhibisi biosintesis prostaglandin
oleh cyclooxigenase (COX)-2. COX-2 adalah cyclooxigenase (COX) predominan yang
termasuk dalam produksi dari prostaglandin selama proses inflamasi berlangsung.
Prostaglandin E dan F menyebabkan beberapa manifestasi inflamasi baik lokal maupun
sistemik seperti vasodilatasi, hyperemia, meningkatkan permeabelitas vascular,
bengkak, sakit, dan meningkatkan migrasi leukosit.
NSAIDS konvensional, seperti aspirin, ibuprofen, dan asam mefenamat memblok
lebih banyak COX-1 dari pada COX-2. COX-1 mensintesis prostaglandin di lambung,
ginjal, dan platelet, sehingga jika enzim ini terhambat akan mengganggu fungsi normal
lambung, ginjal, dan platelet. Sedangkan COX-2 mensintesis prostaglandin hanya pada
tempat inflamasi, sehingga jika hanya enzim COX-2 yang terhambat, maka akan
mencegah pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi saja.
NSAIDs memperberat mediator inflamasi seperti histamin, bradikinin dan 5hidroksitriptamin. Semua NSAIDs kecuali COX-2 selective agent menginhibisi kedua
COX isoform.
2. Demikian juga efek yang terjadi pada ginjal dan platelet, tidak menyebabkan suatu
kerusakan (Day, 2000).
3.5 INTERAKSI OBAT
Toksisitas NSAIDs pada gastrointestinal akan meningkat jika penggunaan obat ini
dikombinasikan dengan kortikosteroid. Oleh karena NSAIDs menurunkan fungsi
sintesis prostaglandin, obat ini dapat meningkatkan neprotoksisitas pada agen seperti
ampoterisin B, cidofovir, cysplatin, siklosporin, gancyclovir dan vancomycin.
3.5.1
DOSIS
Dosis orang
Frekuensi pemberian
Aspirin
Dislofenac sodium
Dislofenac
(jam)
0.25 + 0.03
1.1 + 0.2
1.1 + 0.2
dewasa (mg)
300-600
50-75
25-50
potassium
Diflunisal
Ibuprofen
Indomethacin
Ketoprofen
Asam mefenamic
Naproxen
Paracetamol
Phenylbutazone
Piroxicam
Sulindac
Tenoxicam
11 + 2
2 + 0.5
2.4 + 0.4
1.8 + 0.3
3+1
14 + 1
2 + 0.4
56 + 8
48 + 8
15 + 4
60 + 11
250-500
200-400
25-50
50-100
250
250
500-1000
100-200
10-20
100-200
10-20
2 kali sehari
3 atau 4 kali sehari
2 atau 3 kali sehari
3 atau 4 kali sehari
4 kali sehari
3 kali sehari
4 jam sesuai kebutuhan
3 kali sehari
Sekali sehari
2 kali sehari
Sekali sehari
4. ASAM SALISILAT
Macam-macam obat salisilat
Methyl salicylate
salsalate
ASPIRIN
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik
antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
Aspirin secara klinis digunakan untuk nyeri akut simtompmatik dan demam dan merupakan
obat yang penting untuk terapi sejumlah inflamasi kronik.Selain sebagai prototip, obat ini
merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis.
FARMAKOKINETIK
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di
lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas karena daerah penyerapannya lebih
luas. Waktu paruh aspirin adalah 15menit. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah
pemberian . kecepatan absorpsinya tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet,
pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Absorpsi pada pemberian secara
rectal lebih lambat dan tidak sempurna sehingga cara ini tidak dianjurkan. Setelah diabsorpsi,
salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transelular sehingga
ditemukan dalam cairan synovial, cairan spinal, cairan peritoneal, liur dan air susu. Kira-kira
80%-90% salisilat plasma terikat pada albumin. Aspirin diserap dalam bentuk utuh,
dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam hati, sehingga hanya kira-kira 30 menit
terdapat dalam plasma.
Metabolisme salisilat terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama di mikrosom dan
mitokondria hati. Salisilat diekskresi dalam bentuk metabolitnya terutama di ginjal, sebagian
kecil melalui keringat dan empedu. Diekskresikan melalui urin yang terdiri dari asam
salyciuric, eter atau fenol glukorinide, dan asil atau ester glukorinide.
FARMAKODINAMIK
Salisilat merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai obat analgesik,
antipiretik, dan anti-inflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai
antipiretik. Dengan dosis ini laju metabolisme juga meningkat. Pada dosis toksik, obat ini
justru memperlihatkan efek piretik sehingga terjadi demam dan hiperhidrosis pada keracunan
berat.
Untuk memperoleh efek anti-inflamasi yang baik, kadar plasma perlu dipertahankan
antara 250-300mcg/ml. Kadar ini tercapai dengan dosis aspirin oral 4 gram per hari untuk
orang dewasa. Pada penyakit demam reumatik, aspirin masih tetap belum dapat digantikan
oleh obat AINS yang lain dan masih dianggap sebagai standard dalam studi perbandingan
penyakit artritis reumatoid.
MEKANISME KERJA
Efek antipiretik dan antiinflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis
prostaglandin di pusat pengaturan panas dalam hipotalamus dan perifer di daerah target.
Lebih lanjut, dengan menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitisasi
reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi.
Indikasi
1
Antipiresis-analgesik
Salisilat efektif dalam pengobatan jenis nyeri ringan sampai sedang. Aspirin digunakan
dalam pengobatan sakit kepala, sakit badan, arthralgia, neuralgia dan dismenorea.
Antiinflamasi
Salisilat sering digunakan dalam pengobatan kondisi inflamasi seperti radang sendi
(arthritis) dan fibromyositis.
Artitis rheumatoid
Walaupun telah banyak ditemukan obat antireumatoid baru, salisilat masih dianggap obat
standard pada studi perbandingan dengan obat anti-reumatik lain. Sebagian penderita
atitis rheumatoid dapat dikontrol dengan salisilat saja; bila hasilnya tidak memadai, dapat
digunakan obat lain. Selain menghilangkan nyeri, salisilat jelas manghambat
inflamasinya.
Penggunaan lain
Aspirin digunakan untuk mencegah trombus koroner dan thrombus vena dalam-dalam
berdasarkan efek penghambatan agregasi trombosit. Laporan menunjukkan bahwa dosis
aspirin kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat mengurangi insiden infark
miokard akut, dan penderita angina tidak stabil.
INDIKASI
Antipiresis
Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325-650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau
4 jam. Untuk anak 15-20 mg/kg BB, diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total tidak
melebihi 3,6 g per hari.
Analgesik
Salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesisfik misalnya sakit
kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia, mialgia. Dosis sama seperti pada
penggunaan antipiresis.
Artitis rheumatoid
Walaupun telah banyak ditemukan obat antireumatoid baru, salisilat masih
dianggap obat standar pada studi perbandingan dengan obat anti-reumatik lain.
Sebagian penderita atitis rheumatoid dapat dikontrol dengan salisilat saja; bila
hasilnya tidak memadai, dapat digunakan obat lain. Selain menghilangkan nyeri,
salisilat jelas manghambat inflamasinya. Dosisnya ialah 4-6 g per hari, tetapi dosis 3
g sehari kadang-kadang cukup memuaskan.
Penggunaan lain
Aspirin digunakan untuk mencegah trombus koroner dan thrombus vena
dalam-dalam berdasarkan efek penghambatan agregasi trombosit. Laporan
menunjukkan bahwa dosis aspirin kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat
mengurangi insiden infark miokard akut, dan penderita angina tidak stabil.
KONTRAINDIKASI
Ibu hamil (menyebabkan premature closure pada duktus arterius pada fetus yang bisa
mengakibatkan perdarahan)
Memiliki fungsi hati abnormal karena konsumsi aspirin dalam waktu lama dapat
menganggu waktu protrombin sehingga dapat menyebabkan perdarahan.
Penyakit
Ulser
Asma
Diabetes
Gout
Influenza
Hipokoagulasi
EFEK SAMPING
1
Pada orang sehat, aspirin menyebabkan perpanjangan masa perdarahan. Hal ini bukan
karena hipoprotrombinaemia, tetapi karena asetil siklo-oksigenase trombosit. Dosis
tunggal 650 mg aspirin dapat memperpanjang masa perdarahan kira-kira 2 kali lipat.
Pada pemakaian obat antikoagulan jangka lama sebaiknya berhati-hati memberikan
aspirin, karena bahaya perdarahan mukosa lambung. Sekarang, aspirin dosis kecil
digunakan untuk profilaksis trombosis koroner dan serebral.
Aspirin tidak boleh diberikan pada penderita dengan kerusakan hati berat,
hipoprotrombinemia, defisiensi vitamin K dan hemofilia, sebab dapat menimbulkan
perdarahan.
2
Hipersenitifitas
Sekitar 15 % pasien yang minum aspirin mengalami reaksi hipersensitivitas. Gejala
alergi yang asli adalah urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema angioneurotik. Jarang
terjadi anafilaktik syok yang fatal.
Sindrom Reye
Aspirin yang diberikan selama infeksi virus ada hubungannya dengan peningkatan
insidens sindrom Reye, seringkali fatal, menimbulkan hepatitis dengan edema serebral.
Terutama terjadi pada anak-anak, sehingga lebih baik diberi asitaminfen daripada aspirin
jika pengobatan dihentikan.
DOSIS
Nyeri akut
Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325-650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam.
Untuk anak 15-20 mg/kg BB, diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total tidak melebihi
banyak digunakan. Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan tablet 500
mg untuk dewasa.
ASAM PROPIONAT
Di antara NSAID, turunan asam fenilpropionat tersubstitusi merupakan kelompok
terbesar dari alternatif aspirin (Gambar 21-9).
Sumber: Neidle, Enid Adan Yagiela, John A. , Pharmacology dan Therapeutic for Dentitry
6th ed. St Louis, Mosby Company, 2011.
Selain indikasi anti-inflamasi dalam mengobati gejala rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, dan penyakit sendi degeneratif, Ibuprofen, naproxen, ketoprofen, dan
fenoprofen juga disetujui sebagai agen analgesik. itu penggunaan jangka pendek dari
ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen adalah tersedia tanpa resep untuk menghilangkan sakit
kepala, demam, dismenore, dan muskuloskeletal ringan-sedang dan nyeri pasca operasi. Pada
pasien dengan rheumatoid arthritis dan osteoarthritis, turunan asam propionat dan lainnya
NSAID mengurangi pembengkakan sendi, nyeri, dan kekakuan pagi, dan mereka
meningkatkan mobilitas yang diukur dengan peningkatan waktu berjalan. Ketika digunakan
pada pasien yang diobati dengan kortikosteroid, agen ini diharapkan dapat mengurangi dosis
steroid.
Mirip dengan aspirin dan NSAID lainnya, obat ini menghambat PG sintesis dengan
menghambat COX nonselektif. kemampuan mereka untuk menghambat COX dan mencegah
efek PG pada uterus otot polos dalam pengobatan dismenore. Meskipun obat tersebut
berbagi farmakologis umum, beberapa karakteristik yang unik ada di antara individu obatobatan. Naproxen tampaknya sangat efektif dalam mengurangi aktivitas leukosit dalam
peradangan, dan ketoprofen mencegah pelepasan enzim lisosom dengan menstabilkan
membran lisosom.
Karena turunan asam propionat sebagai sebuah kelompok cenderung dari dosis
analgesik dan anti-inflamasi aspirin untuk penyebabnya GI atau perdarahan gangguan, pbat
tersebut telah semakin digunakan di tempat aspirin. Meskipun sangat selektif COX-2
inhibitor menantang keunggulan dari ibuprofen dan naproxen selama beberapa tahun dalam
terapi antiartritik karena risiko bahkan lebih rendah dari peristiwa GI yang serius, cardiotoxic
mereka potensi pada pasien tertentu telah sangat berkurang penggunaannya.
NSAID asam propionat hampir sepenuhnya diserap dari saluran pencernaan. Tingkat
penyerapan umumnya cepat tapi bisa diubah untuk beberapa obat dengan makanan diperut.
Konsentrasi darah puncak dicapai dalam 1 sampai 4 jam. Semua agen ini sangat terikat (>
90%) untuk plasma protein; mereka secara teoritis mampu mengganggu pengikatan obat lain
seperti phenytoin atau sulfonamid. itu obat bervariasi dimetabolisme dan terkonjugasi, dan
mereka sebagian besar diekskresikan dalam urin.
Ibuprofen, fenoprofen, dan ketoprofen memiliki plasma paruh pendek (1 sampai 4
jam), sedangkan naproxen memiliki waktu paruh plasma sekitar 15 jam, yang memungkinkan
lebih sedikit dosis. Flurbiprofen memiliki paruh menengah sekitar 6 jam; waktu paruh dari
oxaprozin adalah sekitar 50jam. Sebuah gambaran singkat dari beberapa obat individual
berikut, dengan penekanan pada penggunaan analgesik obat ini pada pasien dengan sakit gigi
pascaoperasi.
NAPROKSEN
Merek dagang: Apo-naproksen, Naprosyn, Naen, Novonaprox
Klasifikasi: Analgesik non opoid, Agens antiinflamasi nonsteroid
INDIKASI
Penatalaksanaan nyeri sedang sampai berat, penatalaksanaan dismenore,
penatalaksanaan gangguan inflamasi, antara lain: artritis reumatoid dan osteoartiritis
KERJA OBAT
1. Menghambat sintesis prostaglandin
2. Terapeutik: Supresi inflamasi, mengurangi nyeri
FARMAKOKINETIK
1. Absorbsi: Diabsorbsi seluruhnya darai saluran Gastro intestinal. Garam natrium
(anaprox) lebih cepat diabsorpsi.
2. Distribusi: Menembus plasenta dan memasuki ASI dalam konsisi rendah
3. Metabolisme dan ekskresi: sebagian besar di metabolisme di hati
4. Waktu paruh: 10-20 jam
KONTRA INDIKASI DAN PERHATIAN
Fenoprofen digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang dari berbagai
kondisi. Obat ini juga dapat mengurangi rasa sakit, bengkak, dan kekakuan sendi dari
arthritis. Fenoprofen dikenal sebagai obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
INDIKASI
Fenoperofen digunakan untuk meringankan nyeri dan peradangan yang terkait dengan
gangguan muskuloskeletal dan sendi.
KONTRAINDIKASI
1. Pasien dengan hipersensitivitas terhadap aspirin atau NSAID lainnya.
2. Pasien dengan trimester ke-3 kehamilan.
3. Pasien yang sedang menyusui.
FARMAKOKINETIK
Fenoprofen diabsorpsi dengan baik dari saluran GI dengan distribusinya tidak
menembus plasenta dan memasuki ASI dengan konsentrasi rendah. Sebagian besar
fenoprofen dimetabolisme oleh hati. Sebagian kecil (2-5%) diekskresi dalam bentuk yang
tidak berubah oleh ginjal.
FARMAKODINAMIK
Fenoprofen menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat aktivitas
siklooksigenase dengan onsetnya selama 15-30 menit dan durasi selama 4-6 jam.
EFEK SAMPING
Efek samping dari fenoprofen adalah gangguan GI, terdapat darah dalam tinja, sakit
kepala, gatal, pusing, mengantuk, disuria, cystitis, hematuria, nefritis interstitial, diskrasia
darah, eritema multiforme, terdapat ulser pada GI, hepatitis, poliuria, gagal ginjal akut,
sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik.
DOSIS DAN SEDIAAN
1. Dosis: Dewasa: 300-600 mg 3-4 kali sehari. Max Dosis: 3 g/hari.
2. Sediaan: Kapsul: 200 mg, 300mg. Tablet: 600mg.
KETOPROFEN
INDIKASI
Ketoprofen digunakan untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid,
ankilosing spondilitis, gout akut dan osteoartritis serta kontrol nyeri dan inflamasi
akibat operasi ortopedik.
KONTRAINDIKASI
1. Pasien yang mempunyai riwayat ulkus peptikum atau dyspepsia dan gagal
ginjal.
2. Hipersensitif terhadap aspirin atau NSAID lain.
3. Pasien yang menderita asma bronkial, angioedema, urtikaria atau rhinitis.
FARMAKOKINETIK
FARMAKODINAMIK
Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Sebagai anti inflamasi, ketoprofen bekerja
menghambat enzim siklooksigenase sehingga menghambat sintesa prostaglandin.
EFEK SAMPING
Efek samping dari ketoprofen adalah:
1. Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, pusing, sakit kepala, ulkus peptikum
hemoragi perforasi, kemerahan kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati, nyeri
abdomen, konfusi ringan, vertigo, oedema, insomnia.
2. Reaksi hematologi : trombositopenia.
3. Bronkospasma dan anafilaksis jarang terjadi.
INTERAKSI OBAT
1. Pemakaian bersama dengan warfarin, sulfonilurea atau hidantoin dapat
memperpanjang waktu protrombin dan perdarahan gastrointestinal.
2. Pemakaian bersama dengan metotreksat dilaporkan menimbulkan interaksi
berbahaya, mungkin dengan menghambat sekresi tubular dari metotreksat.
3. Ketoprofen menyebabkan peningkatan resiko gangguan ginjal pada pasien yang
menerima diuretik.
4. Efek samping meningkat dengan pemberian aspirin.
5. Peningkatan kadar plasma dengan probenesid.
DOSIS DAN SEDIAAN
1. Sediaan oral
Dosis awal yang dianjurkan: 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan
makanan atau susu.
2. Injeksi IM
50100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari tidak lebih dari 3 hari.
IBUPROFEN
Ibuprofen merupakan jenis obat derivat asam propionat yang termasuk dalam jenis
NSAID yang dapat berfungsi sebagai anti inflamasi, analgesic, dan antipiretik.
FARMAKOKINETIK
Ibuprofen diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-obatan ini
mempunyai waktu paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Jika dipakai bersamasama obat lain yang tinggi juga berikatan dengan protein, dapat terjadi efek samping berat.
Obat ini dimetabolisme dan dieksresi sebagai metabolit inaktif di urin.
FARMAKODINAMIK
Ibuprofen menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam meredakan
inflamasi dan nyeri. Perlu waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat.Juga dapat
menambah efek koumarin, sulfonamid, banyak dari falosporin, dan fenitoin.Dapat terjadi
hipoglikemia jika ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat hipoglikemik oral.Juga
berisiko terjadi toksisitas jika dipakai bersama-sama penghambat kalsium.
MEKANISME OBAT
Aktivitas analgesik (penahan rasa sakit) Ibuprofen bekerja dengan cara menghentikan
Enzim Sikloosigenase yang berimbas pada terhambatnya pula sintesis Prostaglandin yaitu
suatu zat yang bekerja pada ujung-ujung syaraf yang sakit.
Takaran
>12 tahun
200-400 mg
10-12 tahun
300 mg atau 15 ml
7-10 tahun
200 mg atau 10 ml
4-7 tahun
1-4 tahun
100 mg atau 5 ml
6-12 bulan
50 mg atau 2,5 ml
3-6 bulan
50 mg atau 2,5 ml
SEDIAAN
ASAM MEFENAMAT
FARMAKOKINETIK
Obat ini diabsorbsi secara cepat dan memiliki durasi kerja yang pendek.Pada manusia, kurang
lebih 50% dosis dari asam mefenamat diekskresi di urin sebagai metabolit 3-hydroxymethyl
dan 3-carboxyl dan konjugasinya.20% dari obat dibuang melalui feses sebagai metabolit 3carboxyl yang tidak terkonjugasi. (Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of
Therapeutics, 11th Edition,2005)
1
Absorbsi
Diabsorbsi dari GIT (oral); konsentrasi puncak pada plasma setelah 2-4 jam
2 Distribusi
Memasuki susu ibu (dalam jumlah kecil), >90% mengikat pada plasma albumin. Volume
distribusinya 1,06 l/kg
3 Metabolisme
Dimetabolisme melalui hepatic via enzyme
4 Ekskresi
Diekskresi pada urin (52%) sebagai obat yang tidak berubah dan metabolit; pada feses (20%).
Half life eliminasinya 2-4jam.
FARMAKODINAMIK
Asam mefenamic menghambat enzim cyclooxygenase (COX)-1 dan COX-2 dan mengurangi
pembentukan prostaglandins dan leukotrienes.Asam mefenamic juga bertindak sebagai
antagonis pada reseptor prostaglandin.Asam mefenamic juga memiliki sifat analgesic dan
antipiretik dengan aktivitas antiinflamasi minor. (Goodman & Gilman's The Pharmacological
Basis of Therapeutics, 11th Edition,2005)
INDIKASI SECARA UMUM
Asam Mefenamat diindikasikan untuk menghilangkan rasa sakit yang sedang /
moderate (terapinya tidak lebih dari 1 minggu) dan untuk menghilangkan primary
dysmenorrheal. Dapat juga digunakan untuk rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. (Yagiela
Pharmacology and Theurapeutics for Dentistry,2004)
Indikasi di kedokteran gigi
1 Untuk perawatan sakit postoperative atau sakit yang terjadi akibat adanya komponen
inflamasi
2 Untuk sakit pada TMJ atau sakit akut akibat impaksi gigi (Goodman & Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Edition,2005)
KONTRA INDIKASI
1 Terdapat riwayat alergi atau terjadi asma akibat aspirin atau NSAID.
2 Pada pasien yang memiliki riwayat penyakit gastrointestinal seperti inflamasi atau
3
sebelumnya.
4 Asam mefenamat harus digunakan secara hati-hati pada penderita asma
5 Tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (mims.com)
EFEK SAMPING
Kurang lebih 25% dari pengguna obat ini mengalami efek samping pada
gastrointestinal pada dosis terapeutik. Pada 5% pasien juga mengalami peningkatan yang
reversible dari hepatic transaminase. Diare yang parah dan inflamasi pada usus dapat juga
terjadi. Anemia autoimmune hemolitik juga dapat menjadi efek samping yang serius tetapi
jarang terjadi. Efek terhadap system saraf pusat jarang terjadi tetapi nausea, pusing,
penglihatan blur, insomnia dan depresi pernah dilaporkan. Dapat juga terjadi kerusakan pada
fungsi platelet.Bila terjadi diare atau rash (ruam), penggunaan obat ini harus dihentikan.
Kewaspadaan juga harus ditingkatkan apabila terdapat tanda dan symptom dari anemia
hemolitik. (Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th
Edition,2005)
Efek sampingnya : sakit pada perut, dyspepsia, konstipasi, diare, nausea,
gastrointestinal ulcer, edema, bronchospasme, sakit kepala, drowsiness, insomnia, gangguan
penglihatan, hipertensi, takikardi, urtikaria, rash, thrombocytopenia, anemia aplastik,
agranulocytosis, peningkatan enzim liver, fungsi renal yang abnormal, aotuimmune
hemolytic anemia, kejang (fatal). mims
INTERAKSI OBAT
Asam mefenamat penyerapannya dapat terganggu bila dikonsumsi bersama dengan
antikoagulan, NSAIDs, dan aspirin. Meningkatkan aktivitas dari antikoagulan oral tetapi
jarang terjadi. Meningkatkan resiko iritasi gastrointestinal dengan alcohol. (Goodman &
Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Edition,2005)
TOKSISITAS
Penggunaan yang lama dari asam mefenamat dapat menyebabkan perubahan pada system
haemopoietic. Harus dilakukan tes darah secara regular dan penggunaan asam mefenamat
harus dihentikan jika terjadi perubahan. Dapat juga terjadi toksisitas serius pada fungsi ginjal
dan hati, hemolytic anemia dan inflamasi usus. (Yagiela Pharmacology and Theurapeutics for
Dentistry,2004)
DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN
Pada dewasa : dosis oral 250 500 mg 3 kali sehari (maximal 7 hari).
Tidak dianjurkan untuk anak-anak dibawah 14 tahun dan tidak boleh untuk ibu hamil.
Sediaan : kapsul, tablet (mims.com).
DERIVAT PIROL
Tolmetin, Ketorolac dan Diclopenac merupakan senyawa
Pirol.
Tolmetin tidak
terlalu berperan dalam kedokteran gigi. Maka dari itu, yang akan dibahas hanya Ketorolac
dan Diclopenac.
a KETOROLAK
INDIKASI
Ketorolak diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri
akut, sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolak tidak boleh
lebih dari 5 hari. Ketorolak secara parenteral dianjurkan segera setelah operasi. Harus
diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi ketorolak tidak
melebihi 5 hari.
2.6.1.1 KONTRAINDIKASI
1
Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensitivitas silang.
Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
10 Riwayat asma.
11 Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis
inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.500
5.000 unit setiap 12 jam).
12 Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium.
13 Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.
14 Anak < 16 tahun.
15 Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau ruam
vesikulobulosa.
16 Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).
2.6.1.3 FARMAKODINAMIK
Ketorolak tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini
merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik
yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolak tromethamine menghambat sintesis
prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak
mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
2.6.1.4 MEKANISME
Ketorolak menghambat sintesisi prostaglandin dengan menurunkan aktifitas
enzim cyclooxygenase.
1
2
3
menit.
Distribusi: Protein-binding: 99%. Melintasi plasenta; masuk ke breast milk;
Excreasi: Via urine (90%, tanpa perubahan obat dan metabolism), feses (sisa
dosis), terminal elimination half-life: 4-6 hari; 6-7 hari (tua); 9-10 (pelemahan
ginjal)
2.6.1.5 EFEK SAMPING
Ulcer pada GI, Pendarahan dan perforasi, drowsiness, gatal-gatal, brochospasm,
hypotension, psychosis, kering pada mulut, demam, bradycardia, chest pain,
dizziness, sakit kepala, sweating, oedema, pollar, perubahan fungsi hati, iritasi local
(ophthalmic)
Kegunaan di Kedokteran Gigi
Meningkatkan efektivitas Blok Nervus Inferior Mandibula
2.6.1.6 INTERAKSI OBAT
1
Methotrexate, sehingga
memungkinkan peningkatan
toksisitas
Methotrexate.
2
Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila Ketorolac diberikan pada pasien yang
sedang menggunakan obat psikoaktif.
Dewasa
Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 10
30 mg tiap 4 sampai 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif
terendah. Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90 mg untuk orang dewasa
dan 60 mg untuk orang lanjut usia, pasien gangguan ginjal dan pasien yang berat
badannya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak boleh lebih dari 2 hari. Pada
seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin. Untuk
pasien yang diberi Ketorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak boleh
lebih dari 90 mg (60 mg untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal dan pasien
Perhatian).
Anak-anak
Keamanan dan efektivitasnya pada anak-anak belum ditetapkan. Oleh karena
itu, Ketorolac tidak boleh diberikan pada anak di bawah 16 tahun. Gangguan
ginjal: Karena Ketorolac tromethamine dan metabolitnya terutama diekskresi di
ginjal, Ketorolac dikontraindikasikan pada gangguan ginjal sedang sampai berat
(kreatinin serum > 160 mmol/l); pasien dengan gangguan ginjal ringan dapat
menerima dosis yang lebih rendah (tidak lebih dari 60 mg/hari IV atau IM), dan
harus dipantau ketat. Analgesik opioid (mis. Morfin, Phetidine) dapat digunakan
Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi tulang atau gigi.
Sebagai ajuvan pada nyeri inflamasi yang berat dari infeksi telinga, hidung atau
tenggorokan, misalnya faringotonsilitis, otitis. Sesuai dengan prinsip pengobatan
umum, penyakitnya sendiri harus diobati dengan terapi dasar. Demam sendiri
bukan suatu indikasi.
2.6.2.3 FARMAKOLOGI
Diklofenak mempunyai potensi anti-inflamasi, analgesik dan antipyretic. Dengan
menghambat enzim cyclooxygenase.
1
Absorpsi: Cepat diserap (oral solution, rectal suppository, IM); lebih lambat
(enteric-coated tab)
Distribusi: Penetrasi synovial fluid; masuk ke ASI (sebagian kecil). Protein
binding: >99%.
Metabolisme: Hepar
Dewasa:
Umumnya takaran permulaan untuk dewasa 100-150 mg sehari. Pada kasuskasus yang sedang, juga untuk anak-anak di atas usia 14 tahun 75-100 mg sehari
pada umumnya mencukupi.
Dosis harian harus diberikan dengan dosis terbagi 2-3 kali. Gunakan setelah
makan.
Anak-anak:
Tablet kalium diklofenak tidak cocok untuk anak-anak.
kimianya
adalah
4-(5-[4-metilfenil]-3-[trifluorometil-1H-pirazol-1-il)
benzensulfonamid. Obat ini adalah suatu diaril yang merupakan substitusi pirazol.
2.7.1.1 INDIKASI
Osteoarthritis dan arthritis rematoid.
2.7.1.2 KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitif terhadap celecoxib dan jangan
diberikan pada penderita yang alergi terhadap sulfonamide atau menderita asma,
urtikaria atau alergi dengan NSAID lainnya.
2.7.1.3 FARMAKOKINETIK
Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 3 jam setelah pemberian per oral. Bila
diberi bersama makanan yang kaya lemak, kadar puncak dalam plasma tertunda 1-2
jam. Kadarnya akan menurun sebanyak 37% bila diberikan bersama antacid yang
mengandung magnesium dan alumunium. Celecoxib dimetabolisme oleh sitokrom
P450 2C9 dan menghasilkan metabolit yang tidak aktif dan diekskresikan melalui
feses sebanyak 57% dan 27% melalui urin.
2.7.1.4 FARMAKODINAMIK
Cara kerjanya menghambat sintesis prostaglandin melalui penghambatan COX-2;
celecoxib tidak menghambat isoenzim COX-1. Celecoxib merupakan NSAID yang
memperlihatkan efek antiinflamasi, analgesic, dan antipiretik.
2.7.1.5 EFEK SAMPING
Dispepsia, diare, dan nyeri abdominal ringan hingga sedang.
2.7.1.6 INTERAKSI OBAT
Secara umum berinteraksi dengan obat yang menghambat sitokrom P450 2C9.
Potensial beraksi dengan flukonazol, litium, furosemid, dan Inhibitor Ace. Tidak ada
interaksi secara klinis bermakna dengan gliburid, ketokonazol, metotreksat, fenitoin,
dan tolbutamid.
2.7.1.7 DOSIS DAN SEDIAAN
1. Pasien osteoartritris diberikan dosis oral maksimal 200 mg per hari.
2. Pasien arthritis rematoid diberikan dosis 100 hingga 200 mg per hari.
Sediaan: Kapsul 50mg, 100mg, 200mg
2.7.2 ROFECOXIB
Rumus kimianya adalah 4-[4-(methylsulfonyl)phenyl]-3-phenyl-2(5H)furanone. Obat
ini adalah suatu diaril yang merupakan substitusi furanon. Tapi sejak tahun 2004 telah
ditarik peredarannya karena meningkatkan resiko infark jantung akut dan kematian
mendadak.
2.7.2.1 INDIKASI
Osteoartiritis dan arthritis rematoid
2.7.2.2 KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi untuk pasien dengan penyakit jantung iskemik atau CVD, dan juga
PAD. Dan juga pada hipertensi, hiperlipidemia, DM dan merokok.
2.7.2.3 FARMAKOKINETIK
Bioavalibilitas Rofecoxib rata-rata adalah 93%. Kadar puncak plasma setelah
dosis tunggal 25 mg adalah 2-3 jam. Metabolisme rofecoxib terutama dimediasi
melalui pengurangan oleh enzim sitosolik. Produk metabolisme utama adalah turunan
cis-dan trans-dihidro dihidro rofecoxib, yang mencapai hampir 56% dalam urin.
Metabolit tidak aktif sebagai COX-1 atau COX-2 inhibitor. Sekitar 72% dari dosis
diekskresikan ke dalam urin sebagai metabolit, dan 14% dalam tinja sebagai obat
utuh.
2.7.2.4 FARMAKODINAMIK
Menghambat sintesis prostaglandin melalui penghambatan COX-2. Pada kadar
terapetik, rofecoxib tidak menghambat isoenzim COX-1.
2.7.2.5 EFEK SAMPING
Meningkatnya risiko kardiovaskuler. Kardiotoksisitas disebabkan karena supresi
prostasiklin yang berakibat pada inefesiensi vasodilatasi dan declumping. Rofercoxib
juga mengakibatkan premenstrual acne vulgaris.
2.7.2.6 INTERAKSI OBAT
Laporan menunjukkan bahwa NSAID dapat mengurangi efek antihipertensi dari
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. Pada pasien dengan hipertensi
ringan sampai sedang, pemberian 25 mg harian Vioxx (rofecoxib) dengan ACE
inhibitor benazepril, 10 sampai 40 mg selama 4 minggu, dikaitkan dengan
peningkatan rata-rata tekanan arteri rata-rata sekitar 3 mm Hg dibandingkan dengan
ACE inhibitor saja. Interaksi ini harus diberikan pertimbangan pada pasien yang
memakai Vioxx (rofecoxib) bersamaan dengan inhibitor ACE.
2.7.2.7 DOSIS DAN SEDIAAN
Untuk pasien osteoarthritis dan arthritis rematoid dosis maksimal per harinya
adalah 25 mg.
Sediaan: Tablet dan suspensi oral 12,5 mg atau 25 mg atau 50 mg untuk administrasi
oral.
2.7.3 VALDECOXIB
Valdecoxib merupakan agen anti inflamasi oral dan analgesik, termasuk
pengobatan nyeri pasca operasi gigi. Namun, hasil studi menunjukkan nyeri pascaoperasi
yang melibatkan valdecoxib dan intravena prodrug parecoxib pada pasien yang telah
menjalani prosedur CABG mengungkapkan bahwa hanya 10 hari terapi dengan valdecoxib
atau kombinasi dari 3 hari terapi dengan parecoxib diikuti oleh 7 hari terapi dengan
valdecoxib secara signifikan meningkatkan kejadian pascaoperasi serius yaitu sakit
kardiovaskular. Hasil ini, ditambah dengan kejadian yang sangat tinggi dari reaksi kulit serius
termasuk sindrom Stevens-Johnson yang dilaporkan oleh pasien yang memakai terapi
valdecoxib, menyebabkan penghapusan valdecoxib dari pasar pada bulan April 2005 lalu.
2.8 ACETAMINOFEN
Acetaminofen (Nacetyl-aminophenol) merupakan satu-satunya derivat aniline yang
digunakan di klinik. Dikenal sebagai pilihan antipiretik analgetic yang digunakan ketika
aspirin tidak dapat digunakan karena masalah gastrik atau kontraindikasi lainnya.
2.8.1 FARMAKOKINETIK
Acetaminofen absorpsi paling baik di usus halus setelah administrasi oral. Obat
distribusi di cairan tubuh dan jaringan, dan secara bebas melewati plasenta. Waktu paruh
kiyrang lebih 2 hingga 4 jam dan tempat primer biotransformasi (oleh konjungsi glucuronide)
adalah di hati.metabolit minor lainnya termasuk konjungsi sulfat dan metabolit hidrosilase.
Reaktif tinggi dan metabilit hepatoxic, N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI), biasanya
sedikit signifikan. Bagaimanapun juga pada kasus overdosis acetaminofen dan beberapa
individu pengkonsumsi berat alkohol dan acetaminofen. Akan mengganggu akumulasi dari
metabolit. Pengikat acetaminofen dengan protein plasmabervariasi tetapi jarang melebihi
40% total obat. Eliminasi di ginjaloleh filtrasi di glomelurus dan sekresi tubularproksimal
aktif.
2.8.2 FARMAKODINAMIK
Acetaminofen memiliki aktifitas analgetik dan antipiretik yang keduannya sama
esensialnya seperti aspirin. Mekanisme aksi obat adalah stem dari inhibisi dari sisntesis PG,
walaupun terdapat perbedaan dengan spektrum enzim COX yang diinhibisi. Acetaminofen
lebih aktif dibandingkan aspirin sebagai inhibitor CNS COX (termasuk COX-3, enzim
karakter baru) dan kurang aktif di perifer. Efek antiinflamasi acetaminofen lebih lemah
daripada aspirin. Acetaminofen merupakan selektif inhibitor neuronal sintesis PG daripada
aspirin. Mekanisme perifer acetaminofen secara parsial berfungsi untuk efek analgesiknya.
Terdapat peroksida di leukosit pada jaringan inflamasi mengarahkan inhibisi acetaminofen
yang disebabkan kombinasi peroksida dengan acetaminofen . Acetaminofen tidak melihat
PGs dan termasuk aktivasi jalur spinal serotogenik dan inhibisi syahase nitric oksida.
2.8.3 INDIKASI
Acetaminofen diindikasikan untuk meredakan secara temporer demam dan sakit dan
nyeri minor. Diindikasikan unutk meredakan nyeri ringan hingga sedang karena sakit kepala,
sakit otot, menstruasi, flu dan radang tenggorokan, sakit punggung, reaksi suntuk dan untuk
meredakan demam. Bisa juga untuk meredakan nyeri osteoarthritis.
2.8.4 KONTRAINDIKASI
Acetaminofen tidak dapat digunakan padapasien yang memiliki hipersensitif terhadap
acetaminofen
2.8.5 MEKANISME KERJA
Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak
mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung
(Sartono,1993).
Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid
sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek
anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang,
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011)
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal,
meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai
daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat
antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga
obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk
anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol,
kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat
diketahui bahawa kombinasi Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap
demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri. (Sartono 1996)
2.8.6
mengandung 120mg/5ml. Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap,
dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis Parasetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali,
dengan maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum
1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6 kali
sehari. .(Mahar Mardjono 1971)
2.8.7 EFEK SAMPING
Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa
eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik.
Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, defisiensi enzim G6PD
dan adanya metabolit yang abnormal.
Methemoglobinemia dan Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada
dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb. Methemoglobinemia
baru merupakan masalah pada takar lajak. Insidens nefropati analgesik berbanding lurus
dengan penggunaan Fenasetin. Tetapi karena Fenasetin jarang digunakan sebagai obat
tunggal, hubungan sebab akibat sukar disimpulkan. Eksperimen pada hewan coba
menunjukkan bahwa
gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan semua
jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan
nefropati analgetik.
Mekanisme Toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit Parasetamol bersifat hepatotoksik,
didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan
diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih produksi metabolit hepatotoksik
meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga metabolit
tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena itu
pada penanggulangan keracunan Parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa
glutation. Dengan proses yang sama Parasetamol juga bersifat nefrotoksik.
Dosis Toksik
Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa berpotensi
hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat menyebabkan
hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati. Dosis lebih dari 20g bersifat
fatal. Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat-obat yang menginduksi enzim
hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit
meningkat.
Gambaran Klinis Keracunan Parasetamol
Gejala keracunan parasetamol dapat dibedakan atas 4 stadium :
1. Stadium I (0-24 jam)
Asimptomatis atau gangguan sistem pencernaan berupa mual, muntah, pucat, berkeringat.
Pada anak-anak lebih sering terjadi muntah-muntah tanpa berkeringat.
2. Stadium II (24-48 jam)
Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan menghilang dan muncul ikterus, nyeri
perut kanan atas, meningkatnya bilirubin dan waktu protombin. Terjadi pula gangguan faal
ginjal berupa oliguria, disuria, hematuria atau proteinuria.
3. Stadium III ( 72-96 jam )
Merupakan puncak gangguan faal hati, mual dan muntah muncul kembali, ikterus dan terjadi
penurunan kesadaran, ensefalopati hepatikum.
4. Stadium IV ( 7-10 hari)
Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresif dapat terjadi sepsis,
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian. (Lusiana Darsono 2002)
Penanganan Keracunan Paracetamol:
1. Dekontaminasi
Sebelum ke Rumah Sakit:
Dapat diberikan karbon aktif atau sirup ipekak untuk menginduksi muntah pada anak-anak
dengan waktu paparan 30 menit.
Rumah Sakit:
Pemberian karbon aktif, jika terjadi penurunan kesadaran karbon aktif diberikan melalui pipa
nasogastrik. Jika dipilih pemberian metionin sebagai antidotum untuk menstimulasi glutation,
karbon aktif tidak boleh diberikan karena akan mengikat dan menghambat metionin.
2. Antidotum
A. N-asetilsistein merupakan antidotum terpilih untuk keracunan Parasetamol. N-asetilsistein bekerja mensubstitusi glutation, meningkatkan sintesis glutation dan mening-katkan
konjugasi sulfat pada parasetamol. N-asetilsistein sangat efektif bila diberikan segera 8-10
jam yaitu sebelum terjadi akumulasi metabolit.
B. Methionin per oral, suatu antidotum yang efektif, sangat aman dan murah tetapi absorbsi
lebih lambat dibandingkan dengan N asetilsistein
2.8.8 DOSIS
Cara pemberian N-asetilsistein
1. Bolus 150 mg /KBB dalam 200 ml dextrose 5 % : secara perlahan selama 15 menit,
dilanjutkan 50 mg/KBB dalam 500 ml dextrose 5 % selama 4 jam, kemudian 100
mg/KBB dalam 1000 ml dextrose melalui IV perlahan selama 16 jam berikut.
2. Oral atau pipa nasogatrik
Dosis awal 140 mg/ kgBB 4 jam kemudian, diberi dosis pemeliharaan 70 mg / kg BB setiap
4jam sebanyak 17 dosis. Pemberian secara oral dapat menyebabkan mual dan muntah. Jika
muntah dapat diberikan metoklopropamid ( 60-70 mg IV pada dewasa ). Larutan Nasetilsistein dapat dilarutkan dalam larutan 5% jus atau air dan diberikan sebagai cairan yang
dingin. Keberhasilan terapi bergantung pada terapi dini, sebelum metabolit terakumulasi.
2.9 PRESCRIPTION
OBAT
SEDIAAN
DEWASA
DOSIS
ANAK-ANAK
Ibuprofen
Tablet
(1 tablet)
100
mg
(1/2
tablet)
8-12 tahun :sehari 3-4
kali 200 mg (1 tablet)
100 mg
Naproxen
Tablet
Fenoprofen
Kapsul:
300mg.
200
mg,
Tablet:
600mg.
Aspirin
Asam mefenamat
Tablet
Tablet dan kapsul
Ketoprofen
Tablet
kali
sehari
(maximal 7 hari).
Ketorolac
Dosis
awal
yang
Dislofenac
Ampul
dianjurkan: 75 mg 3
Paracetamol
Tablet
Tablet
mg/kali,
maksimum 1,2g/hari.
Piroxicam
100-150mg sehari.
Pada
Tenoxicam
Asam mefenamic
per hari.
dengan
keduanya
10-20mg
sekali
sehari.
10-20mg
sekali
sehari.
250mg 4x sehari.
2.10
ANESTESI LOKAL
Anestetika lokal merupakan salah satu obat suntik yang banyak dipakai oleh
dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi dan tenaga paramedis dalam praktek
sehari-hari, baik di rumah sakit, puskesmas maupun di tempat praktek swasta
perorangan.
2.10.1 DEFINISI
Anestetik lokal adalah hilangnya sensasi di daerah terbatas dari tubuh
disebabkan oleh depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi
saraf tepi.
2.10.2 KLASIFIKASI
Anestesi lokal diklasifikasikan secara kimia sebagai amida dan ester. Agen
ini adalah basa lemah, amina tersier dengan tiga struktur umum:
1
2
3
Kelompok Aromatik
menganugerahkan kelarutan lipid danmemungkinkan penetrasi membran
saraf.
Rantai Menengah
membedakan anestesi sebagai ester atau amida.
Gugus Amino
berkontribusi kelarutan dalam air yang mencegah pengendapan anestesi.
2.10.3 FARMAKOKINETIK
Absorbsi
Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari suatu tempat suntikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan,
obat-jaringan, adanya bahan vasokontrikstor, dan sifat fisikokimia
vasokonstriktor seperti epineprin mengurangi penyerapan
obat.
sistemik
aliran
darah
masa
kerjanya
mepivikain
(tidak
ikatan
Bahan
anestesi
di
daerah
singkat
untuk
lokal
ini.
atau
prilokain).
anestesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja lama (bupivukain, etidokain),
2
anestesi
lokal
dihidrolisis
sangat
cepat
di dalam darah
oleh
Mekanisme kerja
Tempat tindakan anestesi lokal diyakini membran saraf.Pada
aksi diciptakan oleh masuknya ion natrium dari jaringan sekitarnya. Potensial aksi ini
mengakibatkan konduksi impuls saraf yang menghasilkan sensasi, termasuk rasa sakit.
Anestesi lokal mencegah konduksi impuls dengan menurunkan
permeabilitas membran saraf untuk ion natrium. Dengan menghambat masuknya ion
natrium ke dalam neuron, estetika blok konduksi impuls, mencegah eksitasi bersama
jalur saraf, dan menimbulkan anestesi.
Baik ester maupun amida keduanya memberikan anestesi dan analgesi dengan
mengikat secara reversibel dan membloking saluran sodium (Na). Ini memperlambat
laju depolarisasi potensial aksi saraf; demikian, propagasi dari impuls listrik yang
diperlukan untuk konduksi saraf dicegah.
2.11 GOLONGAN ESTER
2.11.1
KOKAIN
Cocaine
hidrokloride
tetap
berguna
terutama
karena
vasokonstriksi
Cocaine
memiliki
onset
yang
cepat
tindakan
(1
menit)
dan
durasi sampai 2 jam, tergantung pada dosis atau konsentrasi. Konsentrasi yang lebih
rendah digunakan untuk mata, sedangkan yang lebih tinggi digunakan pada mukosa
hidung dan faring. Walaupun masih digunakan sesekali, ini berbahaya karena
katekolamin yang potentiates toksisitas kardiovaskular (misalnya, aritmia, ventrikel
fibrilasi. Efek kardiovaskular yang terkait dengan kedua pusat dan stimulasi simpatik
perifer. bradikardi awal tampaknya terkait dengan stimulasi vagal, hal ini diikuti
dengan takikardia dan hipertensi. Dosis yang lebih besar untuk langsung depresi
miokardium, dan hasil kematian akibat gagal jantung.
2.11.1.1FARMAKOKINETIK
Cocaine siap diserap dari membran mukosa, sehingga potensi toksisitas sistemik
adalah besar. SSP dirangsang, dan euforia dan stimulasi korteks (misalnya, kegelisahan,
melibatkan
hubungan
yang
kompleks
neurotransmitter
(menghambat monoamina serapan pada tikus dengan rasio sekitar: serotonin : dopamin = 2:3,
serotonin: norepinefrin = 2:5) yang dipelajari secara ekstensif efek yang paling cocaine
pada pusatsistemsaraf adalah blokade dari transporterdopamin protein.
Dopamin pemancar dilepaskan selama sinyal saraf biasanya didaur ulang melalui
transporter, yakni, transporter mengikat pemancar dan pompa keluar dari celah sinapsis
kembali ke presynaptic neuron, di mana ia diangkat ke penyimpanan vesikel. Cocaine
mengikat erat di transporter dopamin membentuk kompleks yang menghalangi fungsi
transporter itu. Transporter dopamin tidak dapat lagi menjalankan fungsinya reuptake, dan
dengan demikian dopamin terakumulasi di celahsinaptik.
2.11.1.3INDIKASI
Sekarang ini, kokain dalam bentuk larutan kokain hidroklorida digunakan terutama
sebarai anestetik topikal untuk saluran anapas bagian atas. Selain memberikan efek
anesetetik, kokain juga menimbulkan pengerutan mukosa.
2.11.2 BENZOKAIN
2.11.2.1
FARMAKOKINETIK
Karena kelarutannya dalam air sangat rendah, Benzokain semata-mata
digunakan sebagai anestetik permukaan. Pada pemberian diatas permukaan luka
yang luas kemungkinan terjadi bahaya pembentukan Methemoglobin setelah
absorbsi (terutama pada bayi). Benzokain di metabolime oleh enzim
2.11.2.2
2.11.2.3
2.11.2.4
KONTRAINDIKASI
1 Sensitivitas anastesi ester linked
2 Alergi
3 Infeksi ke dalam aplikasi jaringan infeksi
2.11.2.5
EFEK SAMPING
1 SSP : bradikardi, hipertensi, stimulasi respirasi, tremor, depresi
2 CVS : dilatasi dan hipertensi
2.11.2.6
MEKANISME KERJA
Menghambat konduksi saraf dengan mempemgaruhi proses dasar aksi pada saraf
sehingga menghambat peninggian permeabilitas membrane Na.
2.11.3 TETRACAIN HCL
2.11.3.1 FARMAKOKINETIK
Tetrakain dihidrolisis cepat menjadi produk yang tidak aktif oleh kolinesterase plasma
dan esterase hati.
2.11.3.2 FARMAKODINAMIK
Pada pemberian intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain.
2.11.3.3 MEKANISME OBAT
Menghambat penurunan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membrane
sel saraf untuk ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak disebabkan adanya
persaingan dengan ion kalsium yang berbeda berdekatan dengan saluran natrium di
membrane neuron.
2.11.3.4 INDIKASI
Anastesi local yang menembus kornea dan konjungtiva, efektif setelah pemberian
topical pada mata dalam 30 detik dan anestesi bertahan selama min. 15 menit.
2.11.3.5 KONTRAINDIKASI
Jika diketahui adanya hipersensitif terhadap tetrakain, inflamasi okuler atau infeksi
2.11.3.6 EFEK SAMPING
Kegelisahan, Disorientasi, kebingungan, pusing, pengelihatan kabur, tremor, depresi
SSP, reaksi anafilaktoid.
2.11.3.7 SEDIAAN
Cairan, gel, dan krim
anestesi tetapi tidak hipersensitif ke grup ester. Lain digunakan untuk prokain selain untuk
local anestesi adalah sebagai suntikan intra-arteri untuk melawan arteriospasm diproduksi
oleh injeksi intra-arteri sengaja (prokain adalah vasodilator yang sangat baik).
2.11.4.5 KONTRAINDIKASI
Alergi terhadap kelompok ester anestesi lokal dan alergi terhadap paraben. Reaksi
alergi terhadap anestesi ester lebih umum daripada amida seperti lidokain, akibatnya prokain
jarang digunakan dalam kedokteran gigi. Tidak boleh diberikan bersama-sama dengan
sulfonamide.
2.11.4.6 EFEK SAMPING
Efek samping yang serius adalah hipersensitasi,yang kadang-kadang pada dosis
rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek samping yang harus
dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap kombinasi prokain penisilin. Berlainan
dengan kokain, zat ini tidak mengakibatkan adiksi.
2.11.4.7 SEDIAAN
2 mL ampul 2% larutan.
2.11.4.8 DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dosis maksimum yang dianjurkan prokain adalah 6,0 mg / kg
2.12 ANESTESI LOKAL GOLONGAN AMIDA
Penggunaan anastetik local amida lebih banyak dipakai dibandingkan dengan anastetik
local ester, karena pada ester mudah larut dalam plasma dan mudah terhidrolisis. Sehingga
mengakibatkan durasinya singkat. Metabolisme golongan amida terutama oleh enzim
mikrosomal di hati. Kecepatan metabolisme tergantung kepada spesifikasi obat anestetik
local. Metabolismenya lebih lambat dari hidrolisa ester. Metabolit dieksresi lewat urin dan
sebagian kecil dieksresi dalam bentuk utuh
2.12.1 LIDOKAIN
Lidokain merupakan derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan utama untuk
anestesi permukaan maupun infiltrasi. Lidokain adalah anestetik lokal kuat yang digunakan
secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat,
lebih lama, dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.
2.12.1.1
FARMAKODINAMIK
Lidokain (Xilokain) adalah anestetik local yang kuat yang digunakan secara luas
dengan pemberian topical dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama
dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain merupakan
aminoetilamid. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik
daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anesthesia infiltrasi, sedangkan
larutan 1,0-2% untuk anesthesia blok dan topical. Anesthesia ini efektif bila digunakan tanpa
vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbs dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya
lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap
prokain dan juga epinefrin. Lidokain dapat menimbulkan kantuk sediaan berupa larutan
0,5%-5% dengan atau tanpa epinefrin. (1:50.000 sampai 1: 200.000).
2.12.1.2
FARMAKOKINETIK
Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak.
Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu. Di dalam hati,
lidokain mengalami deakilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda (Mixed-Function
Oxidases ) membentuk monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid. Kedua metabolit
monoetilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik local.
Pada manusia 75% dari xilidid akan disekresi bersama urin dalam membentuk metabolit
akhir, 4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin.
2.12.1.3
INDIKASI
Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anesthesia infiltrasi, blockade saraf,
anesthesia epidural ataupun anesthesia selaput lender. Pada anesthesia infitrasi biasanya
digunakan larutan 0,25% 0,50% dengan atau tanpa adrenalin. Tanpa adrenalin dosis total
tidak boleh melebihi 200mg dalam waktu 24 jam, dan dengan adrenalin tidak boleh melebihi
500 mg untuk jangka waktu yang sama. Dalam bidang kedokteran gigi, biasanya digunakan
larutan 1 2 % dengan adrenalin; untuk anesthesia infiltrasi dengan mula kerja 5 menit dan
masa kerja kira-kira satu jam dibutuhkan dosis 0,5 1,0 ml. untuk blockade saraf digunakan
1 2 ml.
Lidokain dapat pula digunakan untuk anesthesia permukaan. Untuk anesthesia rongga
mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas digunakan larutan 1-4% dengan dosis
maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di daerah anogenital atau rasa
sakit yang menyertai wasir dapat dihilangkan dengan supositoria atau bentuk salep dan krem
EFEK SAMPING
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma, dan seizures. Mungkin sekali
metabolit lidokain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan dalam
timbulnya efek samping ini.
Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau
oleh hentijantung
2.12.1.5
INTERAKSI OBAT
Klirens lidokain dapat berkurang oleh propranolol dan simetidin. Efek depresi jantung
lidokain bersifat aditif dengan beberapa beta bloker dan antiaritmia. Efek aditif kardiak dapat
terjadi ketika lidokain diberikan dengan fenitoin IV. Bagaimanapun penggunaan jangka
panjang fenitoin dan penginduksi enzim lainnya dapat meningkatkan pemberian dosis
lidokain. Hipokalemia terjadi pada penggunaan lidokain dengan asetazolamid, diuretik loop,
dan antagonis tiazid.
2.12.2 MEPIVAKAIN
Mepivakain adalah produk amida dari vylidine dan asam N-methylpipecolic .
Serupa dengan lidokain, mepivakain hidroklorida dipasarkan dalam konsentrasi 2% dan
sebagai solusi 3% tanpa vasokonstriktor.
2.12.2.1
INDIKASI
Anastesi lokal melalui suntikan. Memiliki sifat yang mirip dengan lidokain tapi
dengan duraksi aksi yang sedikit lebih panjang. Pain solution lebih efektif dibandingkan
dengan plain lidocaine.
2.12.2.2
KONTRAINDIKASI
Alergi terhadap anastesi lokal golongan amida
2.12.2.3
EFEK SAMPING
Depresi saraf pusat dan sistem kardiovaskuler pada dosisi tinggi. Kurangi dosis
INTERAKSI OBAT
Mepivakain meningkatkan toksisitas bupivakain
2.12.2.5
SEDIAAN
Berupa dental local anasthaetic cartridge:
DOSIS
Dosis maksimum yang disarankan adalah 4,4 mg/kg dengan batas mutlak 300 mg.
2.12.3 ARTIKAIN
Artikain merupakan golongan amida yang unik karena didasarkan pada struktur cincin
tiofena. Dipasarkan di Amerika Utara dalam konsentrasi 4% dengan 1:100.000 atau
1:200.000 epinefrin, artikain populer untuk penggunaan rutin dalam kedokteran gigi.
Hidrolisis yang cepat dari rantai samping ester membantu mengurangi toksisitas terkait
dengan penyerapan lambat dari injeksi situs; sebaliknya, konsentrasi tinggi agen mungkin
menonjolkan bahaya injeksi intravaskular dan risiko kerusakan saraf di daerah injeksi,
terutama mempengaruhi saraf alveolar lingual dan inferior setelah rendah blok saraf alveolar.
2.12.3.1
INDIKASI
Digunakan untuk anastesi intra oral dengan injeksi.
2.12.3.2
KONTRAINDIKASI
Alergi terhadap obat anastesi lokal golongan amida. Artikain tidak biasa sebagai
obat bius lokal amida di dalamnya berisi sebuah komponen sulfur, sehingga kontraindikasi
alergi terhadap penggunaan sulfit (beberapa pasien asma memiliki alergi sulfit). Produsen
tidak merekomendasikan penggunaan pada anak di bawah usia 12 tahun.
2.12.3.3
EFEK SAMPING
Parastesia.
2.12.3.4
INTERAKSI OBAT
Tidak diketahui. Mengurangi dosis pada penderita penyakit hati. Solusi yang
Dalam 1,7 mL cartridge yang mengandung 4% artikain (68 mg) dengan 1: 100.000 (17 _g)
atau 1: 200.000 (8,5 _g) epinefrin (adrenalin). Dosis maksimum yang disarankan adalah 7,0
mg / kg.
2.12.4 PRILOCAINE
2.12.4.1 FARMAKODINAMIK
Secara Farmakokinetik, prilocaine adalah agen anestesi lokal dengan potensi dan durasi aksi
yang intermediet. Penghilangan prilocaine dari tubuh adalah yang paling cepat diantara
golongan amino-amida lainnya karena tingginya tingkat redistribusi ke jaringan serta
metabolisme hepatik yang cepat. (Covino, 1984)
2.12.4.2
MEKANISME OBAT
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium, mencegah peningkatan
permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada
selaput saraf dan hasilnya tak terjadi konduksi saraf. Potensi dipengaruhi oleh kelarutan
dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein mempengaruhi lama kerja dan
konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja. Konsentrasi minimal anestetika local
dipengaruhi oleh: ukuran, jenis dan mielinisasi saraf; pH (asidosis menghambat blockade
saraf), frekuensi stimulasi saraf.
2.12.4.3
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
Alergi, porphyria akut, EMLA tidak untuk digunakan untuk bayi dibawah satu tahun.
Prilocaine dapat menghasilkan methaemogobinaemia pada dosis tinggi atau pada reaksi
idiosinkratik. Ditandai dengan sianosis yang diakibatkan presensi besi dalam hemoglobin
darah sebagai bentik ferric bukan ferrous yang menurunkan pengangkutan oksigen. Pada
dosis tinggi juga dapat mengakibatkan depresi pada SSP dan sistem kardiovaskuler.
(Meechan dan Seymour, 2002)p
2.12.4.5
DOSIS
Dosis maksimum yang direkomendasikan adalah 6.0mg/kg dengan batasan mutlak 400 mg.
Sediaan ada yang terdiri atas 1.8 mL or 2.2 mL cartridges dari solusi 3% (berurutan
mengandung 54 dan 66 mg prilocaine) dengan 0.03IU/mL felypressin, 1.8 mL atau 2.2 mL
dari solusi 4% (berurutan mengandung 72 dan 88 mg, dan sebagai komponen krim EMLA
yang digunakan untuk penggunaan anestesi topikal pada kulit (EMLA adalah 5% campuran
prilocaine and lidocaine).
2.12.5 BUPIVACAINE
2.12.5.1 FARMAKODINAMIK
Secara Farmakologi, Bupivacaine adalah agen anestesi lokal dengan potensi tinggi dan
durasi aksi yang lama. Penghilangan Bupivacaine dari tubuh adalah yang paling lambat
diantara golongan amino-amida lainnya karena rendahnya tingat degradasi secara hepatik.
(Covino, 1984)
2.12.5.2
MEKANISME OBAT
Obat bekerja dengan mengurangi aliran natrium kedalam dan keluar saraf. Hal tersebut
mengurangi insiasi dan trandfer sinyal saraf pada area yang diaplikasikan obat. Penghalangan
ini mengakibatkan kehilangan sensasi nyeri, lalu temperatur, sentuhan, tekanan dalam, dan
kontrol otot.
2.12.5.3
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
DOSIS
Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0,25-0,75%.Duration 3-8 jam.
Konsentrasi efektif minimal 0,125. Untuk anesthesia spinal 0,5% volum antara 2-4 ml iso
atau hiperbarik. Untuk blok sensorik epidural 0,375% dan pembedahan 0,75%.
Dosis tersebut dapat diberikan kembali hingga tiiap tiga jam sekali. Dalam studi klinis, dosis
maksimum perhari dapat hingga 400 mg.
2.13 HEMOSTATIK
Definisi
Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan perdarahan.
Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas.
Klasifikasi
Obat
hemostatik
1.
sendiri
Obat
terbagi
hemostatik
dua
yaitu
lokal
HEMOSTATIK
LOKAL
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan
mekanisme
2.13.1.1. HEMOSTATIK SERAP
Mekanisme kerja :
hemostatiknya.
Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala
serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah .
Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang
memulai proses pembekuan darah.
Indikasi :
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari
pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar.
Contoh obat :
Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan
diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang
memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaan kain kasa . Untuk
absorpsi
yang
sempurna
pada
kedua
zat
diperlukan
waktu
1-
jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan
pembentukan
kista
bila
digunakan
jangka
panjang
pada
patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan
untuk digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah
dibasahi dengan tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan yang berdarah.
2.13.1.2 ASTRINGEN DAN STYPTIC
Astringent
Jenis ini dari struktur kimianya kebanyakan bersifat vasokonstrinktif ataupun memiliki
kemampuan untuk mendenaturasi protein tetapi beberapa dapat digunakan di kedokteran gigi.
Preparat yang tersedia pada umumnya berupa garam dari bebrapa logam, sebagian besar dari
timah, perak, logam, dan alumunium. Garam alumunium dan logam bersifat asam dengan Ph
1,3-3,1 dan dapat mengiritasi.
Protein darah terdiri dari tiga jenis, yakni globulin, albumin dan fibrinogen. Fibrinogen
merupakan protein darah yang berperan dalam proses koagulasi darah, di mana fibrinogen
merupakan factor I dalam faktor dalam obat pembekuan darah.
Denaturasi protein merupakan proses pengubahan rantai molekul nitrogen dalam gugus
protein, yang menyebabkan protein menjadi terendapakan (koagulasi). Fibrinogen secara
fisiologis akan terdenaturasi menjadi fibrin yang mengendap sebagai filamen-filamen
penutup luka.
Mekanisme kerja dari obat astringent itu mendenaturasi protein darah, khususnya fibrinogen.
Di mana fibrinogen akan terendapkan dengan cepat melalui proses salting, yang mana proses
salting ini memerlukan katalis yang berupa logam dalam obat (Zn, Al, Cu). Dengan adanya
logam tersebuat akan mempercepat proses pengendapan fibrinogen menjadi fibrin, sehingga
proses koagulasi berlangsung cepat.
Astringnent pada umumnya digunakan di kedokteran gigi untuk mengobati hemostasis akibat
retraksi jaringan gingiva. Penggunaan lain adalah mengontrol perdarahan setelah
pembedahan digunakan bahan 20% feric sub sulfat (larutan monsel) dan 80% Zinc klorida.
Garam alumunium dan logam berfungsi untuk mendenaturasi protein darah dan jaringan yang
kemudian mengalami aglutinasi. Asam tanic dengan konsentrasi 0,5-1% merupakan
astringent yang efektif dan mengendapkan protein termasuk trombin tetapi seringkali tidak
dapat digunakan bersamaan dengan obat lain dan garam logam lainnya.
Penggunaan astringent pada pasien dengan tendensi perdarahan ringan hanya dapat mengatasi
hemostasis sementara saja, tetapi pada akhirnya dapat mengawali terjadinya perdarahan pada
area yang lebih luas. Astringent yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi:
1
Asam Tanat
Asam tanat berasal dari tanaman (nabati). Kerjanya dengan pengendapan protein dan
gelatin. Biasanya digunakan untuk memperkuat gusi dan memeriksa perdarahan.
Sediaannya berupa pencuci mulut, hemostatic local.
Zinc chloride
Zat astringent yang digunakan 5-10% solution dalam ulcerative gingivitis, pyorrhoeal
pockets dan aphtous ulcer
Zinc sulphate
Digunakan pada konsentrasi 0,5-1%. Sediaannya adalah dalam bentuk obat kumur
dan lotion untuk mastoiditis, stomatitis dan chronic alveolar abses.
Copper sulphate
Digunakan pada konsentrasi 0.5-2% pada ulkus gusi.
Alum
Agen ini bersifat antiseptic dan sifat hemostatic. Digunakan pada konsentrasi 1-2%
untuk menguatkan gusi, inflamasi gusi dan ulcer pada gusi.
Styptic
Setelah estraksi gigi dan perawatan dental, terkadang perdarahan dapat terjadi karena
gangguan dari arteriol dan pembuluh darah. Styptic local hemostatic merupakan agen yang
berguna untuk menahan perdarahan. Agen ini bisa juga digunakan untuk mengatur laju aliran
Gelatin Sponge
Gelfoam adalah spons bedah yang steril dan berbasis gelatin dan dapat mengontrol
perdarahan pada area yang sangat vaskuler dan sulit untuk di lakukan penjahitan.
Preparat ini dapat di tinggalkan di tempatnya setelah dilakukan penutupan luka
operasi. Penyerapan akan sempurna dalam 4 hingga 6 minggu, dan pembentukan luka
atau reaksi seluler akan minimal. Ketika material ini diletakkan pada rongga jaringan
yang tertutup, maka harus di ingat bahwa material ini menyerap cairan dan akan
mengembang, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada struktur
sekitarnya.
Fibrin Foam
Fibrin foam terbuat dari plasma digunakan untuk menutup luka perdarahan yang akan
diserap oleh tubuh. Langsung diterapkan pada luka dan juga dikombinasikan dengan
thrombin.
Human-Bovine Thrombin
Protein steril yang didapatkan dari protrombon bovine. Ia diberikan secara
topikal dalam bentuk bubuk atau dalam bentuk larutan untuk mengontrol perembesan
kapilar pada prosedur operasi dan secara efektif dapat memperpendek lama
perdarahan dari area tusukan pada pasien yang diheparinisasi
Oxidized cellulose
Oxidized cellulose biasa digunakan pada prosedur pembedahan. Diperlakukan khusus
untuk mempromosikan pembekuan darah melalui reaksi antara hemoglobin dan asam
selulosa. Karena sifatnya yg not-well absosrbed maka agen ini hanya dipergunakan
pada hemostatic permukaan saja.
2.13.1.3KOAGULAN
Mekanisme
Koagulan menimbulkan hemostasis dengan dua cara: mempercepat perubahan protrombin
menjadi trombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Indikasi
Pasca ekstraksi pada pasien hemofilia
Efek samping
Trombin yang disuntikkan intravena dapat menimbulkan pembekuan dengan bahaya emboli
Cara pemakaian :
Dapat diberikan secara peroral dan IV
Contoh Obat :
Russells viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat digunakan
untuk alveolus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia. Untuk tujuan ini kapas dibasahi
dengan larutan segar 0,1% dan ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi, zat ini tersedia
dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh
disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan bahaya emboli.
2.13.1.4 VASOKONSTRIKTOR
Mekanisme
Vasokonstriksi pada pembuluh darah sehingga dapat menghentikan pendarahan
kapiler suatu permukaan
Indikasi
Pendarahan kapiler, mencegah pendarahan berlebihan pada operasi korektif
ginekologik
Cara pemakaian :
Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1:
1000 tersebut pada permukaan yang berdarah.
2.13.1.5 EPINEFRIN
Epinefrin (dikenal juga sebagai adrenalin) merupakan hormon dan neurotransmitter
meningkatkan laju jantung, kontraksi pembuluh darah, melebarkan saluran udara dan
berpartisipasi dalam respon fight-or-flight dari sistem saraf simpatik. Secara kimia, epinefrin
adalah sebuah ketokolamin, mono amina, yang hanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal dari
asam amino fenilalanin dan tirosisn.
Adrenal bertindak dengan cara meningkatkan berbagai reseptor adrenergenik.
Adrenalin adalah agonis nonseleksit dari semua reseptor adrenergik, termasuk 1,2, 1, 2, dan
reseptor 3. Epinefrin meningkatkan reseptor ini memicu sejumlah perubahan metabolik.
Mengikat pada reseptor -adrenergik menghambat sekresi insulin oleh pangkreas,
merangsang glikogenolisis dalam hati dan otot, dan merangsang glikolisis dalam otot.
sebelumnya sudah ada bronkokontriksi (misalnya pada serangan asma bronkial). Adrenalin
(Epinefrin) yang mempunyai efek vasokonstriksi sehingga dapat mengurangi kongesti
mukosa dan dapat memperkuat efek pelebaran saluran nafas. Adrenalin (epinefrin)
merupakan senyawa endogen yang amat penting dalam pengaturan metabolisme, terutama
metabolisme karbohidrat. Adrenalin meningkatkan glikogenolisis di hepar dan otot rangka,
menghambat sekresi insulin melalui aktivitas adrenoseptor (lebih dominan dibandingkan
peningkatan sekresi insulin melalui aktivitas adrenoseptor 2. Adrenalin (epinefrin) juga
memacu pemecahan lemak (lipolisis) melalui aktivitas adrenoseptor 1 dan meningkatkan
aktivitas lipase. Adapun efek samping dari adrenalin (epinefrin) adalah disritmia ventrikel,
angina pektoris, nyeri kepala, tremor, pengurangan urin berkurang, ketakutan serta ansietas.
2.13.2.1
FAKTOR
ANTIHEMOFILIK
(FAKTOR
VIII)
DAN
dan penyakit
herediter yang selain terdapat defisiensi faktor VIII juga terdapat gangguan suatu
faktor plasma yaitu kofaktor ristoestin yang penting untuk adhes trombosit dan
stabilitas kapiler. Kofaktor ristoestin ini biasanya hilang selama proses pembuatan
sediaan konsentrat faktor antihemofilik.
Efek Samping Cryoprecipitated antihemophilic factor mengandung fibrinogen
dan protein plasma lain dalam jumlah yang lebih banyak dari sediaan konsntrat faktor
VIII, sehingga kemungkinan terjadinya rekasi hipersensitivitas lebih besar pula, dapat
juga menyebabkan hepatitis virus, anemia hemolitik, hiperibrinogenemia, menggigil,
dan demam.
Dosis kadar faktor antihemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV
biasanya diperlukan untuk mengatasi perdarahan pada pasien hemophilia. Biasanya
hemostatis dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/kgBB. Untuk perdarahan ringan,
diberikan dosis tunggal 10 unit/kgBB. Pada pasien hemophilia sebelum operasi
diperluka kadar antihemofilik sekurang-kurangnya 50% dari normal, dan pascabedah
diperlukan kadar 20-25% dari normal untuk 7-10 hari.
2.13.2.2
VITAMIN K
Vitamin K adalah vitamin yang larut didalam lemak. Terdapat tiga bentuk
vitamin K yaitu vitamin K1, vitamin K2, dan vitamin K3. Vitamin K1 dapat ditemukan
dari makanan seperti sayur hijau (brokoli, bayam, dan lainnya). Vitamin K1 disebut
juga phytonadione. Vitamin K2 dapat ditemukan di jaringan manusia, biasanya
disintesis oleh bakteri intestinal dan sering disebut menaquinone. Vitamin K 3 adalah
synthetic compound. Vitamin K diperlukan dalam tahap akhir dari sintesis faktor
koagulan seperti faktor II, VII, IX, dan X pada hati.
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan penyakit hati, jaundice, sindrom
malabsorpsi, dan lainnya. Efek sampingnya termasuk haemolysis terutama pada bayi
baru lahir (infant) dan orang dengan defisiensi G-6-PD. Menadione dapat
menyebabkan jaundice dan haemolysis pada bayi baru lahir (infant).
Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan
efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor-faktor pembekuan darah
lebih dahulu. Dosis untuk vitamin K bersama dengan vitamin lain yang tersedia
adalah 0,66 mg OD-BD, pada vitamin K analog seperti Menapthone yaitu 5-20
mg/hari, Menadione yaitu 10-30 mg TDS, dan lainnya.
2.13.2.3 KOMPLEKS FAKTOR X
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil protein
plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemophilia B, atau bila diperlukan
faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan
tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis, preparat ini sebaiknya tidak
diberikan kepada pasien nonhemofilia. Efek samping lainnya adalah thrombosis,
demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensitivitas berat (syok
anafilaksis).
Kebutuhan tergantung dari keadaan pasien. Perlu dilakukan pemeriksaan
pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan
dosis. Satu unit/kgBB meningkatakan aktivitas faktor IX sebanyak 1,5%, selama fase
penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar faktor IX 25-30% dari normal.
2.13.2.4 ASAM AMINOKAPROAT
1. Farmakokinetik
Asam aminokaproat diabsorpsi secara baik per oral dan juga dapat diberikan IV. Obat
ini dieksresi dengan cepat melalui urin, sebagian besar dalam bentuk asal. Kadar puncak
setelah pemberian per oral dicapai kurang lebih 2 jam setelah dosis tunggal.
Mekanisme Kerja
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen dan
penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/ fibrin dan faktor
pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat dapat mengatasi perdarahan berat
akibat fibrinolisis yang berlebihan.
2. Indikasi
plasmin oleh asam traneksamat dapat mencegah serangan angioedema dengan menurunkan
plasmin-diinduksiaktivasi protein komplemenpertama (C1).
2. Mekanisme kerja
Asam tranesamat cepat diabsorsi dari saluran cerna,sampai 40% dari 1 dosis oral dan
90% dari 1 dosis IV diekresi melalui urin dalam 24 jam.
Indikasi :
Obat
ini
menpunyai
indikasi
dan
mekanisme
kerja
yang
sama
dengan
asamaminokoproat tetapi 10 kali lebih poten dengan efek sampning yang lebih ringan.
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemakaian koagulan adalah tidak pada penderita hipertensi, tidak
disarankan pada saat kehamilan, hati hati terhadap pasien yang pernah menderita
trombuembuli.
4. EfekSamping
1. Gangguan gastrointestinal: mual, muntah, sakit kepala, anoreksia
2. Gangguan penglihatan, gejala menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian
pengobatan
5. Dosis
1. Perdarahan abdominal setelah operasi : 1 gram 3 x sehari (injeksi IV pelan-pelan) pada3
hari pertama, dilanjutkan pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4 setelah
operasi sampai tidak tampak hematuria secara makroskopis). Untuk mencegah perdarahn
ulang dapat diberikan peroral 1 gram 3-4x sehari selama 7 hari.
2. Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemophilia:
1) Sesaat sebelum operasi: 10 mg/kgBB (IV)
2) Setelah operasi: 25 mg/kgBB (oral) 3-4x sehari selama 2-8 hari
3. Pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat dilakukan terapi parenteral 10
mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3-4kali)
6. Sediaan
Kapsul
250
mg,
500
mg
perdarahan
dengan
memperbaiki
permeabilitas
kapiler. Penggunaan
karbazokrom lebih tepat digunakan untuk ibu bersalin karena pada saat persalinan terjadi
perdarahan baik fisiologis maupun patologis dengan daya kerjanya yang memperbaiki
permeabilitas kapiler darah akan membantu mengatasi perdarahan tersebut
2. Mekanisme kerja
1) Menghambat peningkatan permeabilizas kapiler
2) Meningkatkan resistensi kapiler
3. Indikasi
merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk :
1. Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan meningkatnya permeabilitas
kapiler.
2. Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.
3. Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan metroragia.
4. Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya resistensi
kapiler
4. Kontraindikasi
Penderita hipertensi, tidak disarankan pada saat kehamilan, hati hati terhadap pasien yang
pernah menderita trombuembuli.
5. Dosis dan sediaan
Sediaan :
Tablet
10
mg/
Forte
30
mg
senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu
toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium Edetat mengikat kalsium menjadi
kompleks dan bersifat sebagai Antikoagulan. Untuk mengatasi perdarahan akibat penggunaan
antikoagulan digunakan Protamin Sulfat.
REFERENCES