Professional Documents
Culture Documents
ULKUS ATEROMATOSA
Oleh :
Poppy Novita
1210312097
1210312071
1210311014
Endri Pristiwadi
0910312144
Preseptor :
dr. RindaWati, Sp.M
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Anatomi Kornea
Kornea bersifat transparan dan avaskular dengan ukuran horizontal sekitar
11-12 mm dan ukuran vertical sekitar 10-11 mm. Kornea memiliki ketebalan
0,5 mm pada bagian sentral, sedangkan pada bagian perifer 1 mm. Hal ini
disebabkan oleh bagian posterior kornea lebih cekung dibandingkan dengan
bagian anteriornya.1
Kornea memiliki indeks refraksi 1,37 serta indeks bias sebesar 43 dioptri,
yang artinya kornea memberikan kontribusi 74 % (43,25 dari 58,60) kekuatan
dioptri mata manusia.1
Gambar1Kornea
sel gepeng.2
Membran Bowman adalah lapisan yang berada di bawah epitel. Lapisan
ini merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur. Membran Bowman
Gambar2LapisanKornea
Persarafan kornea berasal dari safaf siliar longus, saraf nasosiliar, sarafke
V siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk kedalam stroma, menembus
membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.2
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,
humouraquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat
terjadi dari epitel sampai stroma.1 Ulkus ateromatosa adalah tukak yang terjadi
pada jaringan parut kornea. Jaringan parut kornea atau sikatrik pada kornea
sangat rentan terhadap serangan infeksi. Ulkus ini berkembang secara cepat ke
segala arah yang sering terjadi perforasi dan diikuti dengan panoftalmitis.
2.2 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya ulkus kornea dapat dibedakan atas dua, yaitu :2
1.
Faktor Okular
a. Trauma
Trauma akibat tumbuh-tumbuhan, trauma kimia dan panas, Iatrogenic
trauma ocular, seperti Keratoplasty dan Keratorefractive surgery.
b. Abnormalitas pada permukaan mata
Misdirection of lashes, Incomplete lid closure
c. Infeksi pada adneksa
Faktor Sistemik
Diabetes mellitus, Stevens-Johnson Syndrome, Blepharoconjunctivitis, Infeksi
Gonococcal dengan konjungtivitis, Immunocompromised status.
2.3 Patogenesis
Karena kornea terletak paling luar maka kornea dapat dengan mudah
terpapar mikroorganisme dan faktor lingkungan lainnya. Sebenarnya lapisan
epitel kornea merupakan barier utama terhadap paparan mikroorganisme
namun jika epitel ini rusak maka stroma yang avaskuler dan membran
bowman akan mudah terjadi infeksi oleh berbagai macam organisme seperti
bakteri, amuba dan jamur. Apabila infeksi ini dibiarkan atau tidak mendapat
pengobatan yang tidak adekuat maka akan terjadi kematian jaringan kornea
atau ulkus kornea.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Pseudomonas
di
bagian
sentral
sehingga
terdapat
satelit-satelit
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya
gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,
konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat
subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,
toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah
sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai
sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori
hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang
satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan
kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang
dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya
tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya
menahun.4
2.6 Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Manifestasi klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:
1. Gejala subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva;
b. Sekret mukopurulen;
c. Merasa ada benda asing di mata;
d. Pandangan kabur;
e. Mata berair;
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus;
g. Silau;
h. Nyeri
2. Gejala objektif
a. Injeksi silier;
b. Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat;
c. Hipopion7
2.7 Diagnosis
2.7 Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea
1. Penatalaksanaan non-medikamen-tosa:
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskan-nya;
b. Jangan memegang atau meng-gosok-gosok mata yang mera-dang;
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin
dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang
proses penyembuhan luka.8
2. Penatalaksanaan medikamentosa:
Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi yang
tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme
penyebab. Adapun obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa:
A. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada
pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat
memperlambat penyembuhan dan dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit,
Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg,
Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3 mg,
Polimisin B 10.000 unit.
Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik. Keputusan
pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :4
1. gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada pemeriksaan
awal
2. enterpretasi dari hasil pulasan gram
3. efektivitas dan keamanan antibiotic
Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu :4
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa
memperhatikan kasil pulasan (shoot gun therapy)
2. antibiotik
tunggal
spesifik
berpedoman
pada
hasil
pemeriksaan
mikrobiologi. Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan
pemeriksaan pulasan gram hanya ditemukan satu jenis bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.
Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri
Tanda
Perbaikan
Perburukan
Tidak berubah/mengecil
Meluas
Menurun
Meningkat
Infiltrasi stroma
batas
dalam
ukuran
Kurang jelas
stroma
Lebih dalam
Reaksi
Tidak berubah
pada
bilik
depan
Lebih luas
Menurun/terlokalisasi
Meningkat
Menurun
Meningkat
5. antioksidan
Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya
pemberian antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan keberhasilan
eradikasi kuman tergantung pada jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi
dan faktor-faktor lain.
Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah 4
1.
reepitelisasi
2.
3.
4.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain
tetapi jangan sering-sering
Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa pemberian nerve growth factor
(NGF) secara topikal menginisiasi aksi penyembuhan luka pada ulkus kornea
yang disebabkan oleh trauma kimia, fisik dan iatrogenik serta kelainan autoimun
tanpa efek samping 9
3. Penatalaksanaan bedah:
a. Flap Konjungtiva
Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah mungkin gagal,
kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap
konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk penyakit
permukaan mata persisten.
Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas permukaan kornea
yang terganggu dan memberikan metabolisme serta dukungan mekanik untuk
penyembuhan kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis,
memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.
Penipisan kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva selama
kornea tidak terlalu menipis.
b. Keratoplasti
Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi
keratoplasti:
1. Dengan pengobatan tidak sembuh;
2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan;
3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perfo-rasi.
Ada dua jenis keratoplasti yaitu:
A. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuh-nya.
B. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari kornea.10
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1. Kebutaan parsial atau komplit karena endoftalmitis;
2. Prolaps iris;
3. Sikatrik kornea;
4. Katarak;
5. Glaukoma sekunder.11
6. Perforasi kornea
7. Iritis dan ridosiklitis
8. Descematoke
2.9 Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan
pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat
sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar,
perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan
granulasi dan kemudian sikatrik.12
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 35 tahun dirawat di Bangsal Mata RS. Dr. M.
Djamil Padang tanggal 19 Agustus 2016 dengan:
Keluhan Utama:
Mata kiri semakin kabur dan merah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Mata kiri semakin kabur dan merah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Bagian hitam pada mata semakin memutih sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Sebelumnya pasien sudah pernah mengalami hal seperti ini beberapa
kali dan sudah pernah dilakukan operasi 2 kali. Pasien adalah seorang supir yang
selalu terpapar dengan cahaya matahari dan debu. Pasien tidak pernah kontrol.
Akhirnya pasien dibawa ke RSUP Dr M. Djamil Padang dan dilakukan injeksi
flukonazole (pada tanggal 22 Agustus 2016) serta dilakukan spooling setiap pagi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pertama kali mengalami hal ini sejak usia 3 tahun. Pada usia 3
tahun mata kiri pasien memerah dan kabur sehingga dibawa ke salah satu RS dan
dianjurkan
operasi
oleh
dokter. Setelah
operasi
pasien
mengatakan
OD
OS
5/5
3/60
Sulit dinilai
Silia/supersilia
Palpebra superior
Udem -, hiperemis
Udem -, hiperemis
Palpebra inferior
Udem -, hiperemis -
Udem -, hiperemis -
Aparat lakrimalis
Konjungtiva tarsalis
konjungtiva -
konjungtiva +
Sclera
Putih
Putih
Kornea
Bening
Konjungtiva fornik
Konjungtiva bulbi
Cukup dalam
Iris
Sulit dinilai
Pupil
Sulit dinilai
diameter 3 mm
Lensa
Bening
Sulit dinilai
bening
Tidak tembus
Fundus:
-
media
papil
pembuluh darah
aa:vv= 2:3
retina
- macula
Tekanan bulbus okuli
N(palpasi)
N(Palpasi)
Orto
Orto
Bebas
Bebas
Pemeriksaan lainnya
Gambar
Diagnosis Kerja
: Ulkus ateromatosa OS
: Spooling betadine
Fluconazole inj OS
Itraconazole 2x200 mg
Ciprofloxacin 2x 500mg
SA 3X1 OS
LFX ed OS
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun dirawat di
bangsal mata RSUP Dr. M Djamil Padang tanggal 19 Agustus 2016 dengan
diagnosis ulkus ateromatosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik pada mata, serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesa didapatkan keluhan utama mata kiri pasien tampak merah
dan nyeri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan bagian hitam di mata
tampak semakin memutih sejak 2 minggu yang lalu. Pasien pada tahun 2010
dan 2012 pernah dirawat dengan keluhan yang sama dan bagian hitam pada mata
sudah memutih sejak saat itu. Satu minggu yang lalu tampak nanah pada mata.
Dari pemeriksaan fisik pada mata kiri terdapat penurunan visus (3/60),
Injeksi konjungtiva dan silier (+), pada kornea didapatkan ulkus di sentral
berukuran diameter 5 mm, infiltrate, sikatrik, hipopion, warna putih keabuan.
Terdapat gambaran hipopion pada mata kiri pasien, COA cukup dalam. Iris,pupil,
dan lensa sukar dinilai.. Tekanan bulbus okuli normal dengan palpasi.
Pemeriksaan pada mata kanan didapatkan dalam batas normal.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, terdapat riwayat ulkus berulang
pada usia 3 tahun, tahun 2010 dan 2012, sebelumnya pasien sudah pernah
menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 3 kali. Satu minggu yang lalu
pasien mengeluhkan mata menjadi kabur, merah, dan nyeri. Penderita juga
mengeluh adanya perubahan bagian hitam mata menjadi putih. Diagnosa yang
sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus ateromatosa. Faktor risiko
terjadi ulkus pada pasien ini yaitu ulkus yang berulang pada mata kiri pasien,
jaringan parut kornea atau sikatrik pada kornea membuat rentan terhadap infeksi.
Kornea terletak paling luar sehingga mudah terpapar mikroorganisme dan faktor
lingkungan lainnya. Lapisan epitel kornea merupakan barier utama terhadap
paparan mikroorganisme namun jika epitel ini rusak maka stroma yang avaskuler
dan membran bowman akan mudah terjadi infeksi oleh berbagai macam
organisme seperti bakteri, amuba dan jamur. Apabila infeksi ini dibiarkan atau
tidak mendapat pengobatan yang tidak adekuat maka akan terjadi kematian
Daftar Pustaka
1. American Academy of Ophtalmology, BSCS 2011-2012 Section 2:
Pundamental and Principles of Opthalmology
2. Ilyas, Sidharta. 2010. IlmuPenyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Penerbit FKUI.
3. Vaughan dan Asbury. 2010. OftalmologiUmum. Edisi 17. Jakarta: EGC.
4. Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan, P. Oftalmologi Umum. 14th Ed. Alih
bahasa: Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. 2012: 220
5. Sitompul R, dkk. Arah penatalaksanaan ulkus kornea bakteri dalam
Understanding okulator infection and inflamation. Jakarta. Perdami Jaya,
1999, 25-35
6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989
8. Jetton, J.A., Ding, K., Stone, DU. Effects of tobacco smoking on human
corneal wound healing. Cornea. 2014 May;33(5):453-6.
9. Kunwar M, Adhikari, R.K., Karki, D.B. Microbial flora of corneal ulcers
and their drug sensitivity. MSJBH.2013;12(2):14-16.
10. Edward J. H. Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear
Film