Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geodinamika adalah suatu cabang geofisika yg berkaitan dg studi
tentang dinamika bumi. Para ahli geodinamika biasanya menggunakan data
dari GPS geodesi, InSAR dan seismologi berikut pemodelan numeriknya, utk
mempelajari evolusi yg terjadi di dlm kerak, mantel dan inti bumi. InSAR
(Interferometric synthetic aperture radar) adalah teknik radar yg digunakan
dlm geodesi atau penginderaan jauh (remote sensing). Geodinamika adalah
studi tentang proses-proses dasar fisika untuk memahami lempengan
tektonik dan berbagai fenomena geologi.
Geodinamika mempelajari proses-proses fisika yang mengatur gerakan
kerak bumi (atau kerak dari suatu planet lain) yang membentuk pegunungan
tinggi dan fenomena di permukaan bumi. Ilmu ini termasuk bidang
multidisiplin yang memberikan hubungan antara bidang-bidang tektonika,
paleomagnetisme, seismologi, fisika mineral, geokimia dan gedesi. Banyak hal
yang berkaitan erat antara bidang-bidang ilmu ini. Hubungan ini disebabkan
oleh adanya fenomena konveksi di dalam mantel bumi dan inti bumi yang
menjadi sumber aktifitas geologi di planet kita ini. Konveksi yang terjadi di
dalam bumi merefleksikan fenomena kehilangan panas secara gradual,
seiring dengan bertambah dinginnya material bumi sebagai fungsi waktu.
Metode yang digunakan dalam Geodinamika secara prinsip didasari
pada konsep dalam fisika, utamanya mekanika medium kontinyu. Seiring
dengan kemajuan dalam bidang komputasi dan komputasi parallel berunjuk
kerja tinggi, pemodelan di bidang geodinamik menjadi semarak dan
menghasilkan banyak temuan baru yang berhubungan dengan struktur
bagian dalam bumi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Fixism dan Mobilism
Teori Fixism merupakan sebuah teori yang menganggap pembentukan
orogenesa dan geosinklin terjadi di tempat yang tetap dan menyatakan benua dan
samudra tidak pernah bergerak atau berpindah tempat posisinya sejak bumi lahir. Para
ahli geologi menyatakan bahwa bumi itu mengalami pendinginan dan kontraksi
seiring berjalannya waktu pada akhir abad ke-19. Seperti contohnya adalah jalur-jalur
pegunungan yang merupakan akibat dari proses kontraksi dimana merupakan gayagaya geologi vertikal di bawah pegunungan.
Para penganut teori fixism, seperti V. V. Belousov dan ilmuwan Amerika H.
A. Meyerhoff, membantah teori mobilism yang berasumsi bahwa pergerakan
horizontal lempeng besar di litosfer tidak mungkin terjadi dan pergerakan
horizontal hanya terjadi pada daerah yang lebih kecil di kerak sepanjang sesar
anjak dan patahan mendatar (Krill, 2011).
Wegener menantang teori pembentukan pegunungan melalui pendinginan dan
kontraksi Bumi. Misalnya, mengapa kerutan pegunungan itu tidak tersebar seragam
di mana-mana di permukaan Bumi, tetapi hanya di jalur-jalur tertentu yang sempit
memanjang. Teori Bumi mendingin karena panasnya hilang terpancar ke angkasa luar
juga bertentangan dengan penemuan baru saat itu bahwa produksi panas justru terus
terjadi melalui radioaktivitas di batuan-batuan penyusun Bumi. Wegener bahkan
berteori bahwa dulu pada masa Mesozoikum ada superbenua besar yang disebutnya
Pangaea, yang kemudian retak dan pecah lalu fragmen-fragmennya bergerak menjauh
membuka Samudera Atlantik dan Hindia. Gerak fragmen-fragmen benua ini akhirnya
bertubrukan satu sama lain dan membentuk jalur-jalur pegunungan.
Mobilism merupakan teori yang mengatakan bahwa pergeseran horizontal
kerak di permukaan bumi relatif terhadap lainnya dan terhadap kutub bumi dalam
waktu geologi. Mobilism bertentangan dengan fixism, berdasarkan hipotesa yang
Gambar Timeline tokoh pemikiran Fixism dan Mobilism (sumber: The Continental
Drift Controversy, Volume 1, By Henry R. Frankel)
tenaga yang
berasal
menghasilakn lipatan dan patahan. Tektonisme dibedakan menjadi dua yaitu gerak
epirogenetik dan orogenetik yang dibagi berdasarkan luas daerah dan kecepatan
geraknya. Tidak ada yang memikirkan kemungkinan bahwa pegununganpegunungan ini disebabkan gaya lateral sebab model ini akan sangat bertentangan
dengan model bumi yang stabil. Tetapi Alfred Wegener berani menentang teori
tersebut dan mengatakan bahwa pegunungan-pegunungan tersebut disebabkan gaya
lateral melalui proses pergerakan benua yang hanyut (Teixell, 2009).
Gerak Epirogenetik merupakan gerakan dari dalam bumi yang memiliki arah
horizontal dan vertikal sehingga membentuk turun naiknya lapisan kulit bumi
yang sangat lambat dan terjadi di suatu daerah yang luas. Gerak ini yang
membentuk kontinen atau benua. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Epirogenetik positif
Gerak epirogenetik positif adalah gerakan permukaan bumi turun dan seolaholah permukaan air laut naik. Gerakan ini disebabkan adanya tambahan beban
misalnya sedimen yang tebal didaerah geosinklinal, yaitu berupa cekungan
yang sangat luas. Contoh gerak epirogenetik positif adalah turunnya pulaupulau dikawasan Indonesia Timur (Kepulauan Maluku dan Kepulauan Benda)
b. Epirogenetik negatif
Gerak epirogenetik negatif adalah gerakan permukaan bumi seolah-olah
permukaan bumi naik dan seolah-olah permukaan air turun. Gerakan ini
biasanya berupa pengangkatan yang diakibatkan pengurangan beban
lapisan kerak bumi, misalnya es yang mencair. Contoh gerak epirogenetik
adalah naiknya dataran tinggi Colorado
b.
Aliran
fixist
menyatakan
bahwa rangkaian
pegunungan
terjadi
Wegener
pendinginan
juga
itu
menyatakan
pandangan
bumi
mengalami
1.
Gambar Bukti plaeontologi dan biologi yang menunjukkan kesamaan flora dan fauna
2.
Selain itu dia juga menjelaskan bahwa lempeng yang menunjam lebih berat
daripada lempeng di atasnya (Gambar 10), karenanya akan menarik lempeng
ini ke bawah, yang dikenal dengan mekanisme slab-pull. Akibat dari gravitasi,
bagian atas dari lempeng di lokasi pematang terdorong ke atas, yang dikenal
dengan slab-push.
Hal ketiga yang dijelaskan mengenai adanya plume (aliran magma yang
membumbung) yang bergerak ke atas (Gambar 10). Ide ini menjelaskan
bahwa ada beberapa plume yang sangat besar yang menggerakkan arus
konveksi ke arah atas di dalam mantel bumi, sedangkan lempeng yang
menunjam menggerakkan arus konveksi ke arah bawah dan menyempurnakan
perputaran arus konveksi.
akan terdapat kecocokan bentuk-bentuk benua yang dapat membentuk suatu daratan
besar, yaitu super-kontinen Pangaea. Salah satu kecocokan tersebut dapat ditemukan
pada kemiripan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian Timur dengan
garis pantai benua Afrika bagian Barat. Kedua garis pantai ini apabila dihimpitkan
satu dengan lainnya akan saling berhimpit.
Persebaran Fosil
Persebaran binatang dan tumbuhan di muka bumi ini sangat tersebar luas. Hal
ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil binatang dan tumbuhan,
seperti :
Fosil Cynognathus, reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu, dimana
fosilnya ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
Fosil Mesosaurus, reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup
sekitar 260 juta tahun yang lalu, dimana fosilnya ditemukan di benua Amerika
Selatan dan benua Afrika.
Fosil Lystrosaurus, reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu,
dimana fosilnya ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
Fosil Clossopteris, tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dimana fosilnya
ditemukan di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan
Antartika.
(Gambar 10).
Pergerakan lantai samudra (litosfir) ke arah kiri dan kanan di sepanjang sumbu
pemekaran Pematang Tengah Samudra lebih disebabkan oleh arus konveksi yang
berasal dari lapisan mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi inilah yang
menggerakan kerak samudra (lempeng samudra) yang berfungsi sebagai ban
berjalan (conveyor-belt).
Berdasarkan teori ini, litosfer terdiri dari tujuh lempeg besar dan 18 lempeng kecil
yang saling bergerak dan berinteraksi. Batas-batas lempeng yang saling berinteraksi,
seperti konvergen, divergen, dan transform, membentuk aktivitas seismik bumi dan
vulkanisme (Sapiie, 2010).
Berikut adalah penjelasan batas-batas lempeng yang saling berinteraksi (Sapiie,
2010):
a. Divergen
Divergen merupakan pergerakan lempeng yang saling menjauh satu dengan yang
lainnya (Gambar 11), kemudian terbentuk rekahan pada lantai samudra dan
keluarnya magma yang berasal dari mantel bumi.
b. Konvergen
Konvergen merupakan gerak antara dua lempeng yang saling mendekat
(Gambar 11). Gerak lempeng yang konvergen dapat dibagi lagi menjadi tiga
bagian, berdasarkan jenis lempeng yang saling bergerak relatif, yaitu:
Konvergen benua-benua
Ketika dua lempeng benua saling bertemu maka keduanya akan menunjukkan
bentukan yang tinggi di permukaan bumi, karena komposisi dari keedua lempeng
tersebut yang sama beratnya. Bentukan tersebut akan membentuk pegunungan
di sepanjang jalur subduksi tersebut.
Konvergen benua-samudra
Jika samudra dan benua bergerak saling mendekat, maka lempeng samudra akan
terletak pada bagian bawah lempeng benua yang masanya lebih ringan dari
lempeng samudra, salah satu contohnya ialah terbentuknya trench.
Tapi bisa juga terjadi peristiwa lempeng samudra berada di atas lempeng benua
yang dikenal dengan koalisi.
Konvergen samudra-samudra
Saat dua lempeng samudra saling bertemu maka salah satunya akan menyubduksi
lempeng yang lainnya. Hasil dari pergerakan lempeng tersebut akan dapat
menghasilkan busur kepulauan di bawah laut yang kemudian menghasilkan
magma yang dapat membentuk gunung bawah laut.
c. Transform
Transform merupakan zona antara kedua lempeng yang saling bergerak horizontal
yang dikenal dengan gerak transform (Gambar 11). Pada umumnya, jenis transform
ini ditemukan pada dasar samudra, yang membentuk punggungan samudra.
DAFTAR PUSTAKA
Meinesz, F. A. V., 1947, Major Tectonic Phenomena and The Hypothesis of
Convection currents in The Earth, Third William Smith Lecture, 1947.
(http://jgslegacy.lyellcollection.org/content/103/1-4/191.short diakses pada
23 Januari
2016)
Pichon, X. L., 2013, The Revolution of Plate Tectonics in Earth Sciences and the
Relationship Between Science, Reason, and Truth, Euresis Journal Vol. 5
Summer 2013 (http://www.euresisjournal.org/public/article/pdf/LePichon.pdf
diakses pada 19 Januari
2016)
Saleeby, J., Saleeby, Z., Le Pourhiet, L., 2013, Epeirogenic Transients Related to
Mantle Lithosphere Removal in The Southern Sierra Nevada Region,
California: Part II. Implication of Rock Uplift and Basin Subsidence
Relations, Geology Society of America 2013, p. 394-425.
(http://tectonics.caltech.edu/publications/pdf/Saleeby_GEOS2013.pdf
diakses pada 23
Januari 2016)
Sapiie, B., 2010, Catatan Kuliah Tektonofisik, Bandung: Penerbit ITB
Teixell, A., Bertotti, G., de Lamotte, D. F., Charroud, M., 2009, The Geology of
Vertical Movements of The Lithosphere: An Overview, ScienceDirect
Tectonophysics, p. 1-8, Elsevier.
OLEH :
SUMA FITRA ALDILLAH
F1G1 13 005
KENDARI
2016