You are on page 1of 44

ANALISIS BIAYA DAN SENSITIVITAS USAHATANI

KACANG TANAH DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN


TEPUS KABUPATEN GUNUNG KIDUL
PROVINSI JAWA TENGAH

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi


Penelitian pada Laboratorium Komunikasi Penyuluhan Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing :
Riza Meilina Putri Rahardjo

Oleh :
Susilo Setiowati
131510601119

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian penduduknya
bergantung pada sektor pertanian, sehingga indonesia dikatakan sebagai negara
agraris. Pertanian memegang peranan penting dalam sektor perekonomian suatu
negara. Sektor pertanian selain berperan sebagai penyedia bahan pangan, penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan devisa, sektor pertanian juga berperan
strategis dalam pengurangan kemiskinan.
Menurut Godam (2001), pertanian adalah suatu kegiatan manusia
yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan
juga kehutanan. Pertanian dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan
pengelolaan tanah. Pengelolaan ini dimaksudkan untuk kepentingan
kehidupan tanaman dan hewan, sedangkan tanah digunakan sebagai wadah
atau tempat kegiatan pengelolaan tersebut, yang kesemuanya itu untuk
kelangsungan hidup manusia.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum
dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari kontribusinya pada
pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari
keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa
pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain
potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan
nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya
penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian,
perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di
pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya
sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk
golongan miskin (Ismpi, 2009).
Pertanian merupakan sektor yang mendapat perhatian khusus dari
pemerintah. Pembangunan pada sektor pertanian dari waktu ke waktu terus
dilakukan untuk pembangunan berkelanjutan. Peranan sektor pertanian dalam

perekonomian nasional sangat penting dan strategis. Hal ini karena sektor
pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar
penduduk yang ada di pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi
penduduk. Pembangunan pertanian memiliki arti penting dalam terjaganya
kondisi suatu daerah ataupun negara, karena hal tersebut berkaitan erat
dengan penyedian kebutuhan konsumsi masyarakat suatu daerah atau negara
tersebut.
Sektor pertanian meliputi subsektor pangan, subsektor holtikultura,
subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Salah
satu subsektor pertanian yaitu sektor pangan yang merupakan penyedia utama
konsumsi kebutuhan masyarakat di Indonesia. Selama ini sektor pangan yang
menyediakan kebutuhan pokok manusia salah satunya yaitu beras. Tingginya
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap komoditas beras menyebabkan
pemerintah mulai melakukan program difersivikasi pangan untuk mengatasi
kelangkaan. Tanaman yang tepat dan mampu memenuhi kebutuhan pangan
demi terwujudnya ketahanan pangan ini adalah tanaman semusim. Komoditas
pangan semusim yang bagus di Indonesia selain beras dan jagung adalah
kacang.
Kacang tanah (Arachys hypogaea L. Merr.) umumnya ditanam petani di
lahan kering/tegalan dan tadah hujan serta lahan bukaan baru pada musim hujan
maupun di awal musim kemarau (70%) dan selebihnya (30%) ditanam di lahan
sawah beririgasi pada musim ke-marau setelah padi. Kacang tanah merupakan
tanaman komersial dan sebagai sumber pendapatan penting bagi petani di lahan
kering dan lahan bekas sawah. Risiko kegagalan panen kacang tanah akibat
serangan hama dan penyakit lebih kecil dibanding-kan dengan kedelai. Budi daya
kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman palawija lain seperti jagung, kedelai, dan kacang hijau (Sudjadi, 2001).
Menurut Departemen Pertanian dalam Litbang (2014), luas tanam kacang
tanah Indonesia adalah 702.163 Ha dengan produksi 826.351 ton dengan
produktivitas mencapai 1,17 ton/ha. Indonesia menempati urutan ketujuh setelah

India, Cina. Nigeria, Senegal, Amerika Serikat, dan Brasil. Produktivitas kacang
tanah Indonesia dinilai masih rendah yaitu 1 ton per hekar. Sementara itu
Indonesia berdasarkan data Aram I BPS (2012) luas panen 575.798 Ha dengan
produktivitas 12,92 Ku/ha dan produksi mencapai 743.754 ton. Kebutuhan kacang
tanah nasional terus meningkat rata-rata 900.000 ton/tahun, sementara produksi
rata-rata 771.022 ton/tahun (85,67 %) dengan volume impor rata-rata 163.745
ton/tahun. Ketersediaan kacang tanah digunakan untuk benih, industri (makanan
dan bukan makanan), tercecer dan dikonsumsi bahan makanan (per kapita 3,25
kg/tahun).
Tanaman kacang tanah sudah di tanam di berbagai daerah di Indonesia.
Provinsi penghasil kacang tanah terbesar adalah Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Jawa Barat. Kacang tanah ditanam ketika musim kering datang dan biasanya
banyak petani yang memanfaatkannya sebagai tanaman pengganti padi. Tanaman
kacang tanah biasanya ditanam di daerah tegalan ataupun lahan sawah.
Perkembangan produktivitas kacang tanah dapat dilihat berdasarkan tabel luas
panen, produktivitas, dan produksi kacang tanah Provinsi Jawa Tengah sebagai
berikut :
Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Provinsi Jawa Tengah
2009 - 2013
Tahun
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
2009
124,178
124,178
128,03
2010
119,565
161,222
143,687
2011
94,662
122,306
122,306
2012
105,679
143,687
161,222
2013
92,454
128,03
162,43
Sumber : BPS Jateng, 2014
Berdasarkan tabel di atas produksi kacang tanah Provinsi Jawa Tengah selama
5 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Produktivitas kacang tanah pada tahun 2009
sebesar 128,03 dengan luas panen sebesar 124,178 dan produksi sebesar 124,178.
Berbeda dengan tahun 2010 yang produktivitas kacang tanah mengalami
peningkatan sehingga produktivitasnya sebesar 143,687 dengan luas panen
119,565 dan produksi sebesar 161,222. Berdasarkan data produksi, luas panen,
produktivitas selama 5 tahun tersebut, produktivitas kacang tanah di Jawa Tengah

yang paling rendah yaitu pada tahun 2011. Produktivitas tertinggi terjadi pada
tahun 2013 dimana produksi kacang tanah sebesar 128,03 dengan luas panen
sebesar 92,454 (BPS Jateng, 2007).
Kabupaten Gunung Kidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi
wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Berdasarkan
kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur
yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal. Pertanian yang
dimiliki Kabupaten Gunung Kidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan
yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan (Pemkab, 2012).
Potensi hasil pertanian di Gunung Kidul belum dilaksanakan secara
maksimal, salah satunya yaitu kacang tanah. Kacang tanah bisa di panen dua kali
dalam setahun untuk daerah yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber
pengairan. Daerah yang sumber pengairannya dari irigasi, maka panen kacang
tanah bisa 3 kali dalam satu tahun. Produktivitas kacang tanah dapat dilihat
berdasarkan tabel produksi, luas lahan, dan rata-rata produksi kacang tanah pada
setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Gunung Kidul. Salah satu penghasil
kacang tanah di Kabupaten Gunung Kidul adalaa Kecamatan Tepus.
Tabel. 1.2 Produksi, luas lahan, dan rata-rata produksi kacang tanah pada setiap
kecamatan
Kecamatan

Luas Panen

Produksi

Rata-rata produksi

Panggang

759

926,89

12,21

Purwosari

308

441,05

14,32

Paliyan

2.328,00

2224,48

9,56

Saptosari

7.326,00

7548,33

10,3

Tepus

2.539,00

2047,9

8,07

tanjungsari

2075

2126,22

10,25

Rongkop

2610

2328,83

8,92

Girisubo

3069

2827,82

9,21

Semanu

5591

5548,31

9,92

Ponjong

6895

7312,35

10,61

Karangmojo

3433

4091,43

11,92

Wonosari

3380

3184,8

9,42

Playen

1442

1594,04

11,05

Patuk

3139

3199,72

10,91

Gedangsari

1481

1673,65

11,3

Nglipar

3107

3011,39

9,69

Ngawen

564

619,05

10,98

52658

52069,3

10,08

Sumber : BPS Gunung Kidul, 2013.

Berdasarkan tabel diatas rata-rata produksi kacang tanah di Kecamatan tepus


berada pada posisi terbawah. Produksi kacang tanah di Kecamatan Tepus sebesar
2047,9 dengan luas lahan sebesar 2.539,00 dan rata-rata produksi sebesar 8,07.
Kecamatan Tepus hampir tiap tahun mengalami kekeringan. Hal tersebut tidak
menurunkan semangat petani untuk menanam tanaman pangan. Petani kacang
tanah sempat merasakan hasil panen yang kurang maksimal akibat adanya
perubahan cuaca diluar dugaan masyarakat atau petani di daerah Tepus, Gunung
Kidul. Akibat perubahan cuaca tersebut, selain hasil panen menurun petani juga
rugi dalam biaya usahatani yang mereka keluarkan, serta kualitas kacang tanah
yang tidak baik sehingga menyebabkan harga jual rendah.
Berdasarkan permasalahan petani kacang tanah di daerah Tepus, Gunung
Kidul tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang faktor yang
menyebabkan menurunnya kualitas hasil panen kacang tanah, perbedaan efisiensi
biaya usahatani kacang tanah ketika perubahan cuaca, serta analisis sensitivitas
usahatani kacang tanah. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti
mengambil judul Analisis Biaya dan Sensitivitas Usahatani Kacang Tanah di
Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul Jawa Tengah.
1.2 Perumusan Masalah
1. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya kualitas hasil panen
kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul?
2. Bagaimana perbedaan efisiensi biaya usahatani ketika terjadi perubahan cuaca
pada usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten
Gunung Kidul?
3. Bagaimana analisis sensitivitas usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo,
Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas
hasil panen kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten
Gunung Kidul
2. Untuk mengetahui perbedaan efisiensi biaya usahatani ketika tejadi perubahan
cuaca pada usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus,
Kabupaten Gunung Kidul
3. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas usahatani kacang tanah di Desa
Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Untuk petani kacang tanah, sebagai bahan atau alat tinjauan dalam
memperbaiki usahatani kacang tanah yang mereka lakukan.
2. Untuk pemerintah, sebagai tolak ukur terhadap keadaan kacang tanah di
Indonesia serta menjadikan bahan dalam meperbaiki keadaan produksi kacang
tanah di Indonesia sebagai komoditas pangan.
3. Untuk peneliti, sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian terdahulu
Hasil penelitian Rumagit, dkk, (2011) yang berjudul Pendapatan
Usahatani Kacang Tanah di Desa kanonang II Kecamatan Kawangkoan
menyatakan bahwa dalam melakukan usahatani di bidang pertanian, lahan
merupakan faktor penting untuk menghasilkan suatu produksi. Keadaaan lahan
serta luas lahan akan mempengaruhi produksi dan penggunaan tenaga kerja dari
suatu usahatani. Lahan, tenaga kerja, dan input lainnya mempengaruhi kualitas
produksi kacang tanah. Petani kacang tanah di Desa kanonang II Kecamatan
Kawangkoan memiliki kisaran luas lahan antara 0,25 2 hektar dengan luas rata
rata 1,3 hektar. Pola penanaman kacang tanah di Desa Kanonang II pada
umumnya tidak mengikuti jarak tanam yang ditentukan untuk tanaman kacang
tanah, karena di pengaruhi oleh keadaan topografi wilayah yang ada sebagian
merupakan tanah berbukit. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi jumlah produksi
yang dihasilkan tidak maksimal. Penerimaan yang didapatkan sebesar Rp
6.053.800 dan biaya rata rata yang diterima petani adalah Rp 2.871.223
sedangkan dilihat dari rata rata pendapatan per hektar adalah sebesar Rp
2.676.625.
Menurut Dharmaningtyas (2011) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis perbedaan Pendapatan antara Usahatani Pola Rotasi jagung Padi
Kacang tanah dengan Usahatani Pola Rotasi Padi Padi Padi pada Lahan
Sawah di Kabupaten Sidoharjo menyatakan bahwa efisiensi usahatani pola rotasi
jagung padi kacang tanah maupun efisiensi usahatani pola padi padi padi
dapat diketahui menggunakan R/C ratio. Usahatani dikatakan efisien jika setiap
penerimaan yang diterima oleh petani mampu menutupi seluruh biaya yang
dikeluarkan dari usahatani tersebut. Nilai efisiensi (R/C ratio adalah 1,21) pada
usahatani pola rotasi jagung padi kacang tanah sama dengan nilai efisiensi
(R/C ratio adalah 1,17) pada usahatani pola rotasi padi padi padi.

Menurut Utami (2013), dalam penelitian yang berjudul Analisis sensitivitas


pendapatan usahatani kakao di Desa Buranga Kecamatan Ampibabo Kabupaten
Parigi Moutong menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk melihat
mengenai perubahan harga kakao terhadap pendapatan petani. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa faktor tersebut merupakan bagian terbesar dari arus
biaya dan manfaat usahatani kakao biji. Untuk perubahan harga kakao dilakukan
iterasi, dihitung sebesar 5% dan 15%. pendapatan usahatani kakao yang dinaikkan
dan diturunkan sebesar 5%. Pendapatan semula sebesar Rp.10.271.755,56/Ha.
Usahatani ketika harga Rp.19.000 dinaikkan sebesar 5% maka harga rata-rata
menjadi Rp. 19.950. Hal ini akan berpengaruh terhadap total penerimaan rata-rata
menjadi Rp. 13.722.644,44/Ha. Jadi, keuntungan yang diperoleh adalah
Rp.10.925.214,81/Ha, sehingga ada kenaikkan keuntungan sebesar Rp.
653.459,26.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Subsektor Pangan
Subsektor pangan merupakan menyedia bahan konsumsi sehari hari
masyarakat di suatu negara. Produksi pangan dalam jumlah dan ragam yang
cukup, maka masyarakat tidak akan mengalami kekurangan gizi. Kurangnya
pangan yang cukup untuk dimakan merupakan salah satu sebab utama rendahnya
keadaan penghidupan keluarga. Produksi pertanian yang rendah menyebabkan
pendapatan petani berkurang. Berdasarkan hal tersebut, pertanian di Asia
Tenggara harus menyediakan cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduk pedesaan yang mengerjakan lahannya. Mengusahakan tanaman pangan
untuk dijual, maka petani dapat menyediakan pangan bagi penduduk daerah
perkotaan dan dapat mencukupi kebutuhan kelompoknya sendiri
(Suhardjo, dkk, 2009).
Menurut Tejasari (2005), komoditas pangan adalah segala sesuatu yang
bersala dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.
Berdasarkan fungsi zat gizi pangan bagi tubuh, pangan dikelompokkan ke dalam

tiga kelompok yaitu pangan sebagai sumber energi, pangan sebagai sumber zat
pembangun, dan pangan kaya zat pengatur. Pangan terdiri dari serealia dan produk
olahannya. Sereal dan produk olahan pangan memberi sumbangan lebih dari 50
persen kebutuhan kalori penduduk Indonesia. Jenis serealia di Indonesia
diantaranya padi, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, singkong, dan lain
sebagainya. Jenis serealia utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah
beras, gandum, dan jagung. Namun demikian, masyarakat di beberapa daerah
seperti Ambon, dan beberapa desa di pulau Jawa biasa mengkonsumsi jenis umbi
umbian seperti sagu, singkong, ubi jalar, dan garut sebagai makanan pokok
sumber energi.
2.2.2 Komoditas kacang
Menurut Dharmaningtyas (2011), kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
merupakan tanaman polong polongan (legum) terpenting kedua setelah kedelai
di Indonesia. Klasifikasi kacang tanah seperti berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliophyta

Ordo

: Fabales

Familia

: Fabaceae

Subfamilia

: Faboideae

Genus

: Arachis

Spesies

: A. Hypogaea

Nama Binomial

: Arachis hypogaea L.

Kacang tanah merupakan tanaman palawija terpenting kedua setelah kedelai


bagi Indonesia. Beberapa daerah kacang tanah merupakan tanaman pangan yang
mendapatkan prioritas kedua untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya
setelah padi. Kacang tanah dapat ditanam di lahan sawah dan lahan kering dengan
rata- rata produksi 1,0 2,0 ton/ha pada lahan sawah dan 0,5 ton/ha pada lahan
kering. Penanaman kacang tanah pada lahan kering dan lahan sawah memiliki
perilaku yang berbeda (Dinarto, 2012).

Budidaya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi daripada


tanaman palawija lainnya. Kacang tanah merupakan tanaman komersial dan
sebagai sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering. Pengembangan
produksi kacang tanah antara lain dapat ditempuh dengan melakukan perbaikan
budidaya melalui usaha intensifikasi dan penggunaan faktor produksi. Faktor
produksi yang digunakan dalam usahatani kacang tanah meliputi sarana produksi
berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja (Muklis, 2012).
Menurut Bina Karya tani (2014), petani dalam budidaya kacang tanah perlu
memperhatikan pemilihan tempat, waktu tanam, syarat tumbuh, pembibitan,
pengolahan tanah, pemberian pupuk, pengairan, dan penyiangan. Hal tersebut
perlu dilakukan agar hasil panen yang didapatkan para petani memuaskan.
1. Syarat Tumbuh
Usahatani kacang tanah di Indonesia perlu memperhatikan syarat tumbuh
yang terdiri dari iklim dan kondisi tanah. Tanaman kacang tanah cocok ditanam di
dataran yang berketinggian di bawah 500 mdpl. Iklim yang sesuai untuk kacang
tanah adalah bersuhu antara 25oC 32oC. Usahatani kacang tanah cocok
dilakukan dengan kondisi curah hujan kisaran 800 mm 1300 mm per tahun.
Tanah yang diperlukan dalam usahatani kacang tanah adalah bertekstur
gembur dan ringan. Kondisi tanah yang gembur akan memudahkan petani dalam
penanaman, pemeliharaan, dan pascapanen. Tanah yang terlalu asam tidak baik
untuk tanaman kacang tanah. Menanam kacang tanah dapat menggunakan lahan
kering serta sawah bekas tanaman padi.
2. Pembibitan
Hal yang dilakukan dalam pembibitan yaitu penyediaan benih dan penyiapan
benih. Tujuan penyediaan benih yaitu untuk memperoleh bibit tanaman kacang
yang memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik dan berproduksi tinggi. Perlakuan
benih yang baik yaitu sebaiknya benih kacang tanah dijemur agar benih kacang
tanah dalam kondisi kering, setelah dikeringkan benih disimpan di tempat kering
yang konstan dan tertutup rapat. Petani yang ingin tetap menjaga kualitas benih,
lebih baik membeli dari Balai benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi
Benih.

3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar
pertumbuhan akar dan pengisap zat hara oleh tanaman dapat berlangsung dengan
baik. Petani perlu memperhatikan kondisi tanah ketika melakukan pengolahan
tanah. Perlakuan pada kondisi tanah agar tetap gembur, lembab, dan tidak terlalu
basah yaitu dengan membuat drainase yang baik. Pengolahan tanah pada
usahatani kacang tanah dilakukan sesuai dengan kondisi lahan, karena lahan yang
digunakan terdiri dari bekas tanaman padi sawah, tebu, tembakau, lahan kering
atau tadah hujan.
4. Penanaman
Penanaman benih kacang dapat dilakukan setelah pengolahan tanah selesai
dan lahan sudah siap tanam. Petani perlu memperhatikan beberapa hal seelum
penanaman seperti alat yang diperlukan untuk menanam benih, kesehatan benih,
jarak tanam, dan jumlah benih yang diperlukan berdasarkan luas lahan yang akan
ditanami. Benih sebelum ditanam sebaiknya dijemur terlebih dahulu selama 2
sampai 3jam. Penjemurana bertujuan agar ketika ditanam proses pengambilan air
dari dalam tanah lebih mudah. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah 40 x 15
cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm. Waktu tanam yang paling baik pada musim
hujan untuk usahatani kacang tanah di lahan kering, sedangkan untuk lahan sawah
dapat dilakukan pada bulan April Juni atau bulan Juli september.
5. Pemeliharaan
Usahatani kacang tanah di lahan kering atau lahan sawah perlu dilakukan
pemeliharaan tanaman agar memperoleh hasil yang maksimal. Pemeliharaan yang
perlu dilakukan yaitu pemupukan, pengairan, penyiangan dan pendangiran, dan
penyulaman. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk nitrogen, pupuk fospat, pupuk
kalium, dan pupuk urea. Pengairan dilakukan dengan mengikuti posisi bedengan.
Pengairan terhadap bedengan dilakukan di sore hari setelah jam 15.00 dengan
menutup sementara pintu air keluar, setelah air sudah tergenang segera membuka
kembali semua pintu yang telah ditutup. Penyiangan dan pendangiran yang
dilakukan pada usahatani kacang tanah yaitu mencabut atau membuang
rerumputan dan membolak balikkan tanah hingga gembur, agar pori pori tanah

menjadi longgar dan tetap dalam ondisi remah dan lembab. Kegiatan
pemeliharaan yang terakhir yaitu penyulaman. Penyulaman dilakukan apabila ada
benih yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam
baru pada bekas lubang tanam terdahulu.
2.2.3 Teori Regresi Linier
Menurut Nawari (2010), analisis regresi adalah suatu faktor sederhana untuk
melakukan investigasi tentang hubungan fungsional di antara beberapa variabel.
Hubungan antara variabel tersebut diwujudkan dalam suatu model matematis.
Model regresi membedakan variabel menjadi dua bagian yaitu variabel respon
(response) atau biasa juga disebut variabel bergantung (dependent variable) serta
variabel explanory atau bisa juga disebut variabel penduga ( prediktor variabel)
atau disebut juga variabel bebas (independent variable. Variabel bergantung
dinyatakan sebagai fungsi dari variabel penduga yang dirumuskan dalam
persamaan:
Y = f (X1, X2,...,Xn)
Nilai Y menyatakan dugaan terhadap variabel bergantung (Y) dan X1
menyatakan variabel penduga. Kenyataanya nilai dugaan (Y) yang diberikan oleh
model regresi tidak selalu sama persis dengan nilai sebenarnya (Y), melainkan
terdapat selisih. Selisih inilah yang kemudian disebut sebagai error atau residu,
atau disebut juga dengan galat (e). Oleh karena itu, model persamaan regresi juga
bisa dituliskan dengan rumus:
Yi = f (x1i, x2i,..., xni) + e
Analisis regresi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu
variabel berpengaruh pada variabel satu atau variabel lainnya. Analisis regresi
merupakan bagian integral dalam peramalan. Tanpa pengetahuan statistik yang
sesuai untuk itu dapat menguji keabsahan data, kita tidak akan memperoleh
kesimpulan yang baik sehingga ramalan menjadi tidak tepat (Sunyoto, 2012).
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel
dependen dengan variabel independen. Analisis regresi sederhana merupakan
hubungan satu variabel dependen dan satu variabel independen. Apabila terdapat
beberapa variabel independen disebut analisis regresi berganda. Persamaan dalam

anilisis regresi dapat menggambarkan garis regresi. Semakin dekat jarak antara
data dengan titik yang terletak pada garis regresi, berarti prediksinya semakin
baik. Jarak antara data sesungguhnya dengan garis regresi dikuadratkan dan
dijumlahkan. Oleh karena itu analisis regresi juga dikenal dengan anlisis Ordinary
Least Square atau analisis kuadrat terkecil (Winarno, 2007).
Menurut Marsudi (2009), data yang diperoleh di lapangan, ditabulasikan dan
kemudian dipindahkan ke dalam bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan.
Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara
lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
Rumus:
Y = a + b1X1+b2X2++bnXn
Y = variabel terikat
a = konstanta
b1,b2 = koefisien regresi
X1, X2 = variabel bebas
2.2.4 Teori Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk mendanai aktivitas produksi. Biaya selalu melekat dengan
obsesi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan atau keuntungan yang
lebih besar. Peningkatan nilai merupakan titik akhir dari mata rantai mulai dari
penggunaan input, proses produksi, dan hasil produksi. Biaya produksi
diharapakan bisa minimal tetapi produksi maksimal (Rasul, 2012).
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi juga merupakan
biaya yang melekat pada atau berhubungan dengan produk. Jenis-jenis biaya
produksi menurut Samryn dalam Rotinsulu (2013) adalah sebagai berikut :
1. Biaya bahan langsung, yang terdiri dari bahan-bahan baku yang menjadi
bagian yang integral dari produksi jadi dan dapat diteluuri hubungannya
dengan mudah ke dalam produk yang dihasilkan. Misalnya untuk membuat
sebuah meja kayu sederhana, secara fisik bahan baku kayu dapat dilihat dengan
mudah sebagai komponen produk yang dihasilkan.

2. Biaya tenaga kerja langsung, yang terdiri dari biaya-biaya tenaga kerja pabrik
yang dapat ditelusuri hubungannya dengan mudah ke dalam produk-produk
tertentu. Biaya ini juga sering disebut touched labor karena biaya ini
dibayarkan kepada para pegawai atau buruh yang secara langsung
melaksanakan proses produksi biaya ini terjadi karena adanya penggunaan
tenaga kerja dalam proses produksi.
3. Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya yang berhubungan dengan pabrik
selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Biaya merupakan semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi,
dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Terdapat beberapa
unsur yang perlu diperhatikan seperti pengorbanan dan pengorbanan yang perlu
untuk produksi. Pengorbanan yang sesungguhnya adalah pemakaian faktor
faktor produksi atau sumber sumber ekonomi seperti bahan bahan habis pakai,
waktu dan tenaga yang dicurahkan, peralatan dan mesin yang terpakai, upah
karyawan yang harus di bayar dan sebagainya. Besarnya biaya produksi jelas
berhubungan dengan banyak sedikitnya jumlah produk yang dihasilkan dengan
menambah jumlah barang yang dihasilkan, sehingga produksi akan ikut
bertambah. Tegasnya ketika output atau jumlah produk yang dihasilkan
diperbesar, maka biaya total akan bertambah tetapi biaya per satuan bisa
berkurang (Gilarso, 2007).
Menurut Hardani (2010), suatu perusahaan dalam menghitung biaya
produksi perlu mengetahui berapa kuantitas, kombinasi input yang diperlukan
dalam pembuatan suatu produk, dan berapa banyak biaya input yang digunakan.
Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat
menghasilkan output. Seorang pengusaha yang ingin melakukan produksi harus
terlebih dahulu menyediakan faktor-faktor produksi. Ada dua jenis biaya yaitu:
1. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung kepada besarnya
output. Biaya ini tetap timbul meskipun perusahaan tidak melakukan produksi.
Biaya tetap terdiri dari biaya tetap total (TFC) dan biaya tetap rata rata
(AFC). Biaya tetap total merupakan biaya yang tidak berubah sesuai output,

meskipun outputnya nol, sedangkan biaya tetap rata rata merupakan rasio
antara biaya tetap total dengan jumlah unit output.
2. Biaya variabel merupakan jumlah biaya yang beragam sesuai tingkat output
dalam jangka pendek. Suatu perusahaan jika ingin memproduksi output yang
lebih banyak maka input yang digunakan juga lebih banyak. Biaya output
tambahan tergantung langsung pada berapa input tabahan yang diperlukan dan
berapa banyak biayanya.
Perusahaan memiliki biaya tertentu dalam jangka pendek yang tergantung
pada tingkat output yang dipilih. Jenis biaya tersebut disebut biaya variabel.
Biaya tetap dan biaya variabel merupakan penyusun biaya total. Sistematika
biaya total sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC (Total Cost)

: Biaya total

TFC (Total Fixed Cost)

: Biaya tetap total

TVC (Total Variabel Cost): Biaya variabel


2.1.5 Teori Efisiensi Biaya
Menurut Rataq, dkk, (2013), efisiensi adalah pengukuran kinerja yang
melihat dari segi pengerjaan sesuai dengan waktu (time) yang direncanakan,
bahkan akan lebih baik jika bisa dilakukan penghematan secara lebih intensif.
efisiensi produksi adalah bagaimana sumber - sumber daya (input) digunakan
dengan baik dan benar tanpa adanya pemborosan biaya dalam proses produksi
dalam menghasilkan output. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang
dilakukan untuk memperoleh faktor produksi yang akan digunakan dalam
menciptakan barang yang diproduksi.
Semua kegiatan usahatani yang dilakukan bertujuan untuk mencari
keuntungan, maka efisiensi merupakan suatu hal yang penting yang harus
dilakukan oleh setiap kegiatan usahatani. Keuntungan yang maksimal bisa
diperoleh atau dicapai melalui penggunaan sumber daya yang efisien. Efisiensi
merupakan ketepatan cara baik itu usaha atau kerja dalam menjalankan sesuatu
dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya (Andini, 2008).

Menurut Hartati (2009), analisis yang digunakan untuk mengetahui


efisiensi usaha adalah analisis R/C ratio. Nilai R/C ratio dapat diketahuii dengan
membagi total pemndapatn dengan total biaya produksi. Nilai R/C ratio secara
matematis ditulis dengan rumus :
R/C=

TR
TC

kriteria:
R/C = 1

: usaha mencapai titik impas

R/C < 1

: usaha mengalami kerugian/tidak efisien

R/C > 1

: usaha memperoleh keuntungan/efisien

2.1.6 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja
sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Analisis sensitivitas digunakan
untuk memperoleh jumlah perkiraan permintaan yang lebih dapat dipercaya.
Perkiraan jumlah permintaan produk pada masa yang akan datang, disusun
berdasarkan berbagai macam asumsi. Contoh permintaan tidak elastis terhadap
perubahan jumlah pendapatan penduduk atau perubahan harga. Setiap perkiraan
tambahan, dimasukan pengaruh perubahan faktor determinan tertentu terhadap
permintaan produk. Hasil dari metode analisa kepekaan adalah perkiraan jumlah
permintaan yang sifatnya optimistis, pesimistis dan realistis (Sutojo, 2002).
Analisa sensitivitas adalah unsur dinamis dari sebuah hirarki. hal tersebut
memiliki arti penilaian yang dilakukan pertama kali dipertahankan untuk suatu
jangka waktu tertentu dan adanya perubahan kebijakan atau tindakan yang cukup
dilakukan dengan analisa sensitivitas untuk melihat efek yang terjadi. Analisa
sensitivitas pada AHP (Analytical Hierarchy Process) dapat terjadi untuk
memprediksi keadaan apabila terjadi perubahan yang cukup besar. Misal
terjadinya perubahan bobot prioritas karena adanya perubahan kebijakan sehingga
muncul usulan pertanyaan bagaimana urutan prioritas alternatif yang baru dan
tindakan apa yang perlu dilakukan (Mora, 2009).

Menurut Herjanto (2008), analisis sensitivitas merupakan penyelidikan


perubahan nilai parameter terhadap efek pada penyelesaian yang optimal.
Perubahan nilai parameter dalam masalah primal juga akan mengakibtakan
perubahan nilai pada masalah dual, maka berdasarkan hal tersebut dapat dipilih
salah satu untuk peyelidikan. Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah
untuk mengantisipasi adanya perubahan perubahan sebagai berikut :
1. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi,
biaya bahan-baku, produksi, dsb.
2. Penurunan produktivitas
3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan
tersebut terhadap kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih layak
dilaksanakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C
ratio, dan payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin
terjadi.
2.2 Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya
bertumpu dan bekerja pada pertanian, sehingga Indonesia disebut sebagai negara
agraris. Potensi sumber daya alam yang potensial untuk pengembangan pertanian
menjadi salah satu pendorong masyarakat untuk berkecimpung dalam sektor
pertanian. Pertanian merupakan sector terbesar dalam hampir setiap ekonomi di
suatu negara berkembang. Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam
memberikan lapangan pekerjaanbagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada
dengan menghailkan bahan mentah, bahan bakuatau bahan penolong bagi
kegiatan suatu industri. Selain itu, sektor pertanian memegang peranan penting
dalam perekonomian suatu negara, sehingga pembangunan pertanian perlu
mendapat perhatian secara khusus.
Sektor pangan merupakan penyedia bahan baku konsumsi masyarakat
sehari hari. Sektor pangan di suatu negara merupakan hal terpenting dan
menguntung jika di usahakan. Hal tersebut disebabkan kondisi pertumbuhan
penduduk yang meningkat menyebabkan kebutuhan akan sektor pangan juga

meningkat. Kekurangan atau kelangkaan dalam mencukupi kebutuhan akan


pangan dapat menyebabkan konflik nasional, karena dapat menyebabkan
kelaparan. Salah satu tanaman pangan yang memiliki prospek yang baik untuk
dibudidayakan yaitu kacang tanah.
Kacang tanah merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki
prospek pengembangan yang baik dan tingkat permintaan yang tinggi. Harga jual
kacang tanah dapat meningkatkan pendapatan petani, karena saat ini harga
pemasaran kacang tanah relatif tinggi. Kacang tanah merupakan tanaman
komersial dan sebagai sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering dan
lahan bekas sawah. Budidaya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya.
Usahatani kacang tanah sangat cocok dilakukan di daerah Sidoharjo,
Gunung Kidul. Kondisi lahan yang kebanyakan lahan tadah hujan sesuai dengan
lahan yang digunakan untuk membudiayakan tanaman kacang. Proses budidaya
yang benar dapat menghasilkan produktivitas dan kualitas kacang tanah yang
maksimal. Hal tersebut tidak dapat menjamin pendapatan seorang petani baik,
karena meskipun proses usahatani yang dilakukan sudah benar tetapi jika terjadi
sesuatu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya juga dapat menyebabkan
usahatani tersebut terkendala.
Faktor faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas kacang tanah yaitu
kondisi lahan, biaya, potensi tenaga kerja, dan kondisi alam. Tenaga kerja
merupakan salah satu faktor produksi yang penting dan merupakan penentu
keberhasilan usahatani kacang tanah. Selain itu, terdapat komponen yang
mempengaruhi tingkat produksi suatu kacang tanah, seperti faktor curah hujan
dapat menyebabkan kualitas kacang tanah menurun sehingga berdampak pada
produktivitas dan pendapatan para petani kacang tanah. Biaya yang digunakan
petani kacang tanah lebih besar ketika usahatani kacang tanah mengalami
berbagai kedala seperti kondisi cuaca yang diluar prediksi.
Keberhasilan dalam usahatani kacang tanah salah satunya ditentukan oleh
persiapan yang tepat. Penyelidikan perlu dilakukan oleh para petani agar apa yang
terjadi kedepan dapat diantisipasi. Perubahan perubahan parameter produksi

dapat menyebabkan keuntungan yang didapatkan petani menurun atau tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Berbagai kendala tersebut perlu adanya penanganan
khusus agar peningkatan produktivitas Usahatani kacang tanah dapat terlihat
dengan jelas dan nyata.
Berdasarkan penjelasan diatas untuk menganalisa mengenai permasalahan
yang ada perlu menggunakan teori teori yang sesuai sebagai acuan pembahasan
penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa teori sebagai berikut teori
Analisis regresi linier, teori analisis biaya produksi, teori pendapatan, teori
efisiensi biaya, dan teori sensitivitas. Penggunaan teori teori tersebut
berdasarkan kesesuaian dengan fenomena atau permasalahan yang ada.
Teori regresi digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu
variabel berpengaruh pada variabel satu dengan variabel yang lain. Teori ini
digunakan untuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan menurunnya
kualitas hasil panen kacang. Variabel yang digunakan yaitu kualitas dan faktor
faktor yang mempengaruhi.
Teori yang dijadikan acuan untuk membahas mengenai perbedaan efisiensi
biaya pada kegiatan usahatani kacang tanah yaitu teori biaya produksi dan teori
efisiensi biaya. Teori biaya produksi merupakan jumlah keseluruhan modal yang
digunakan oleh petani dalam meakukan kegiatan usahatani. Pada usahatani
kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul
relatif besar ketika terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dan diluar prakira. Petani
melakukan usahatani sebisa mungkin minim biaya tetapi produksi maksimal.
Teori efisiensi merupakan usaha petani bagaimana caranya agar biaya yang
digunakan untuk usahatani tersebut sedikit tetapi efisien.
Teori analisis sensitivitas digunakan untuk memprediksi suatu perubahan
yang akan terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Teori analisis
sensitivitas ini dapat mengetahui seberapa jauh dampak perubahan parameter
tersebut terhadap kelayakan suatu usaha. Layak tidaknya suatu usaha dapat
diketahui melalui perhitungan NPV, IRR, B/C ratio dan payback period. Salah
satu perubahan parameter pada kegiatan usahatani kacang tanah yaitu kondisi

cuaca dan produktivitas kacang tanah. Penjelasan diatas dapat dilihat pada skema
kerangka pemikiran sebagai berikut

Indonesia negara agraris

Sektor pangan

Komoditas kacang tanah


Faktor faktor :
1. Kondisi lahan
2. Biaya
3. Tenaga Kerja

Usahatani kacang tanah


di Sidoharjo, Tepus,
Gunung Kidul

Penurunan kualitas

Efisiensi biaya ketika

Sensitivitas Usahatani

kacang tanah

terjadi perubahan cuaca

kacang tanah

Analisis sensitivitas
Analisis regresi

Analisis biaya

Teori efisiensi biaya

linier berganda
TC = TFC + TVC
Y = a + b1X1 + b2X2+ ... bnXn

R/C=
TR
TC

IRR
NPV
B/C ratio
PP

Peningkatan produktivitas usahatani kacang tanah di Desa


Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung kidul

Gambar 2. (Skema Kerangka Pemikiran)

Hipotesis :
1. Faktor faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kacang tanah di Desa
Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul adalah tenaga kerja,
dan kondisi lahan.
2. Biaya yang digunakan dalam usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo,
Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul ketika terjadi perubahan cuaca
efisien.
3. Usahatani kacang tanah Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung
Kidul layak untuk dilaksanakan.

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan berdasarkan metode secara sengaja (purposive
method). Purposive method adalah penentuan daerah penelitian ditentukan
berdasarkan metode sampling secara sengaja (Choiron, 2010). Penelitian
dilaksanakan di Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul.
Dasar pertimbangan pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karena
Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul merupakan daerah
yang memiliki potensi untuk usahatani kacang tanah.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif dan analitik.
Metode deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang akan diselidiki. Metode analitik digunakan untuk menguji
hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubunganhubungan (Nazir,2005).
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah Proportionate Stratified
Random Sampling (Yunianto, 2013). Metode tersebut memungkinkan untuk
mengambil semua anggota populasi petani kacang tanah secara acak dan berstrata
berdasarkan kriteria tingkat luas lahan, yaitu luas, sedang dan sempit yang
penyebaran populasinya tidak merata. Jumlah populasi petani kacang tanah yang
terdapat dan melakukan usahatani kacang tanah adalah 130 petani, sedangkan
jumlah sampel yang diambil untuk penelitian adalah 98 petani. Jumah tersebut
diambil berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan atau error 5%.
Rumus Slovin :
n

N
1 N .e 2

Keterangan :
n

: jumlah sampel

: jumlah populasi

: tingkat kesalahan
n=

130
1+130( 0,05)2

n=

130
1,325

n=98
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dari 130 petani
kacang tanah di Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus diperoleh sampel sebanyak 98
petani kacang tanah. Semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi
sampel. Perhitungan pengambilan sampel untuk setiap strata sebagai berikut :
n = (Populasi kelas / Populasi keseluruhan) x Sampel ( Slovin)
Tabel 3.2 Data Populasi dan Sampel Petani Kacang tanah Desa Sidoharjo
Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul
No.
Strata
Kriteria
Populasi
Sampel
1.
Luas
>5
Ha
20
15
2.
Sedang
> 2 5 Ha
52
39
3.
Sempit
0,5 2 Ha
58
44
Total
130
98
3.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut Hermawan (2012), pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh dari dua sumber data, yaitu:
1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk
menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian.
Data primer diperoleh langsung dari petani kacang tanah dengan menggunakan
metode wawancara atau metode kuisioner berdasarkan daftar pertanyaan yang
telah disiapkan. Data yang didapatkan dari data primer berupa modal,
pendapatan, biaya variabel yang meliputi biaya sarana produksi dan biaya
tenaga kerja dan biaya tetap.
2. Data Sekunder merupakan struktur data historis mengenai variabel-variabel
yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain. Data

sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian


ini, antara lain BPS, Dinas Pertanian Kecamatan Tepus, dan Kantor Kelurahan
Sidoharjo. Data yang didapatkan dari instansi instansi tersebut berupa data
produksi, luas lahan, dan produktivitas.
3.5 Metode Analisa Data
Pengujian hipotesis pertama yaitu mengenai faktor faktor yang
menyebabkan menurunnya kualitas kacang tanah di Desa Sidoharjo peneliti
menggunakan rumus regresi linier. Menurut Nawari (2010), analisis regresi adalah
suatu faktor sederhana untuk melakukan investigasi tentang hubungan fungsional
diantara beberapa variabel. Rumus regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan
Y

: dugaan variabel bergantung

b1- b2

: koefisien regresi

X1

: kondisi lahan

X2

: tenaga kerja

X3

: biaya
Penggunaan analisis regresi linier berganda perlu dilakukan asumsi klasik

atau uji prasyarat analisis regresi linier berganda, sehingga persamaan regresi
linier berganda yang diperoleh benar-benar dapat digunakan untuk memprediksi
variabel terikat atau bebas. Pengujian yang dilakukan untuk menguji apakah
variabel bebas mempengaruhi secara bersama-sama atau sendiri-sendiri terhadap
variabel.terikat.yaitu.digunakan:
1. Pengujian Hipotesis Distribusi F Pada Model Regresi Berganda
Tabel F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadap variabel terikat. Uji F ini menggunakan rumus sebagai berikut:

F ratio
Keterangan :
R2 = koefisien determinasi

R2 / k
2
= (1 R ) /( n k 1)

k = banyaknya variabel bebas


n = banyaknya responden
Perumusan hipotesis:
Ho : variabel bebas (biaya, lahan, dan tenaga kerja) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (pendapatan).
Ha : varibel bebas (biaya, lahan, dan tenaga kerja) berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (pendapatan).
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Jika Fhitung F tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima, jadi semua variabel
bebas (biaya, lahan, dan tenaga kerja) berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat (pendapatan).
b. Jika Fhitung < F tabel, berarti Ho diterima dan Ha ditolak, jadi variabel bebas
(biaya, lahan, dan tenaga kerja) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat (pendapatan).
Nilai F tabel yang diperoleh dibandingkan dengan nilai F hitung apabila F
hitung lebih besar dari F tabel, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara variabel terikat dengan variabel bebas.
2. Pengujian Hipotesis Distribusi t Pada Model Regresi Berganda
Nilai statisik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independent
secara indi vidual terhadap variabel dependennya.
Formulasi hipotesis :

H0 :
H0 : paling tidak, ada satu i 0
Kriteria pengambilan keputusan :
a. thitung ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel independent
bukan merupakan penjelas variabel dependen.
b. thitung > t tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen
merupakan penjelas variabel dependen.
Pengujian hipotesis kedua yaitu tentang efisiensi biaya produksi usahatani
kacang tanah di Desa Sidoharjo menurut Rataq, dkk (2009) efisiensi biaya
merupakan pengukuran kinerja yang melihat dari segi pengerjaan sesuai dengan

waktu yang direncanakan dan menggunakan biaya yang seminimal mungkin.


Menurut Hartati (2009) efisiensi biaya menggunakan rumus sebagai berikut :
R/C ratio = TR/TC
TR

= P.Q

TC

= FC + VC

Keterangan:
TR = Total Revenue / Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost / Total Biaya (Rp)
FC = Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost / Biaya Variabel (Rp)
Q

= jumlah produksi kacang tanah

= Harga kacang tanah (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan:


a. R/C ratio > 1, maka penggunaan biaya produksi usahatani kacang tanah
efisien.
b. R/C ratio = 1, maka penggunaan biaya produksi usahatani kacang tanah
berada pada titik impas (Break Event Point).
c. R/C ratio < 1, maka penggunaan biaya produksi usahatani kacang tanah tidak
efisien.
Pengujian hipotesis ketiga mengenai sensitivitas usahatani kacang tanah di
Desa Sidoharjo yaitu menggunakan rumus
t =n

NPV = ( Bt Ct ) ( DF )
t =0

Keterangan :
B

= Benefit pada tahun ke-t

= biaya pada tahun ke-t

DF

= Discount Factor (tingkat suku bunga yang berlaku)

= lamanya periode waktu

Kriteria pengambilan keputusan :


a. NPV > 0, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan
b. NPV < 0, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk dilakukan

c. NPV = 0, maka usahatani kacang tanah berada pada kondisi break even point
(BEP)
t=n

( NPV positif )

Net

B t=0
=
C t =n

(NPV negatif )
t =0

Kriteria pengambilan keputusan :


a. Nilai Net B/C > 1, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan
b. Nilai Net B/C < 1, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk dilakukan
c. Nilai Net B/C = 1, maka usahatani kacang tanah dalam keadaaan break even
point (BEP) yaitu TR = TC.
t =n

PV (B)

B =0
Gross = tt=n
C

PV (C)
t=0

Keterangan :
PV (B) : present value (benefit)
PV (C) : present value (cost)
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Gross B/C > 1, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan
b. Gross B/C < 1, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk dilakukan
c. Gross B/C = 1, maka usahatani kacang tanah berada pada kondisi Break Even
Point (BEP)
+NPV (i 2i 1 )
NPV
NPV +

IRR=i 1+
Keterangan :

i1 = Tingkat suku bunga pertama saat NPV+


i2 = Tingkat suku bunga kedua saat NPVKriteria pengambilan keputusan :
a. IRR > Discount factor, maka usahatani kacang tanah layak dilakukan
b. IRR < Discount factor, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk
dilakukan
c. IRR = discount factor, maka usahatani kacang tanah berada pada posisi break
even point (BEP)
PP=

investasi
net benefit rataratatiap tahun

Kriteria pengambilan keputusan :


a. Semakin cepat pengembalian modal untuk usahatani kacang tanah, maka
usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan.
PR=

PV Net benefit
PV investasi

Kriteria pengambilan keputusan :


a. PR > 1, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan
b. PR < 1, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk dilakukan
c. PR = 1, maka usahatani kacang tanah berada pada kondisi Break Even Point
(BEP)
3.6 Definisi Operasional
1. Usahatani kacang tanah adalah usaha dalam bidang pertanian khususnya
sektor pangan yang memanfaatkan lahan disekitar yang cocok untuk budidaya
kacang tanah.
2. Responden adalah petani kacang tanah yang di Desa Sidoharjo Kecamatan
Tepus Kabupaten Gunung Kidul.
3. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan agar memperoleh
faktor produksi untuk menciptakan barang yang diproduksi perusahaan.
4. Produktivitas kacang tanah adalah hasil kacang tanah yang diperoleh dari
suatu lahan yang dapat diukur dalam satuan kwintal per hektar (kw/ha).

5. Total biaya produksi adalah semua korbanan yang digunakan untuk satu kali
proses produksi dimana total biaya produksi tediri dari atas biaya tetap dan
biaya variabel.
6. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dimana
besar kecilnya tidak tergantung dengan jumlah produksi. Biaya tetap pada
usahatani meliputi biaya sewa tanah, pajak dan iuran irigasi (Rp).
7. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dimana
besar kecilnya tergantiung jumlah produksi. Biaya variabel pada usahatani
meliputi biaya penggunaan pupuk dan upah tenaga kerja (Rp).
8. Penerimaan adalah hasil produksi fisik berupa kacang tanah dikalikan dengan
harga dan diukur dalam satuan rupiah.
9. Efisiensi adalah penggunann input atau faktor-faktor produksi yang sekecilkecilnya untuk mendapatkan output yang maksimal.
10. Pendapatan adalah total penerimaan ditambah biaya.
11. Lahan adalah bidang yang digunakan petani sebagai media dalam menanam
dan mengusahakan tanaman kacang tanah (ha).
12. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja di lahan mulai dari pengolahan
hingga panen yang berasal dari dalam maupun luar keluarga (HKP).
13. Analisis sensitivitas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
tingkat perubahan perubahan yang terjadi.
14. R/C rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total
biaya yang digunakan.
15. Net present Value (NPV) adalah jumlah dari perkalian antara Net Benefit per
tahun pada usahatani kacang tanah dengan discount factor.
16. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga yang dapat membuat Net
Present Value pada usahatani kacang tanah sama dengan nol.
17. Net B/C Ratio adalah perbandingan antara Net Present Value positif dengan
Net Present Value negative pada usahatani kacang tanah.
18. Discount factor adalah suatu bilangan yang dapat dipakai untuk mengalihkan
suatu jumlah diwaktu yang akan datang supaya menjadi nilai sekarang yang
digunkan dngan prtimbangan agar prhitungan yang ipaki dalam suatu usaha
terlepas dari pengaruh distorsi pasar.

DAFTAR PUSTAKA
Andini, Fajdhika. 2008. Analisis Perbandingan Efisiensi Biaya produksi Sebelum
dan Sesudah Penerapan Total Quality Management. Skripsi. Bandung :
Universitas Widyatama.
Bina Karya Tani. 2014. Pedoman Bertanam Kacang Tanah. Bandung : Widya
Studio.
BPS. 20007. Produksi Padi Dan Palawija ( Angka Sementara Tahun 2006). [serial
online]. http://jateng.bps.go.id/. Diakses 22 Maret 2015.
Dharmaningtyas, Khory Sanggasari. 2011. Analisis Usahatani Kacang Tanah
(Arachis Hypogaea, L.) Di Desa Pasar Anom Kecamatan Grabag
Kabupaten Purworejo. Skripsi. Jember : Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
Dinarto, Wafit, dan Astriani, Dian. 2012. Produktivitas Kacang Tanah Di Lahan
Kering Pada Berbagai Intensitas Penyiangan. Agrisains, 3 (4) : 33 42.
Dirjen. 2013. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman. Pangan. [serial
online]. tanamanpangan.pertanian.go.id. Diakses 22 Maret 2015
.
Gilarso. 2007. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta : Kanisius.
Godam. 2001. Definisi/Pengertian Pertanian, Bentuk & Hasil Pertanian Petani
Ilmu Geografi. [serial online]. http://www.organisasi.org/1970/01/definisi
pengertianpertanianbentukhasilpertanianpetaniilmugeografi.Html. Diakses
20 Maret 2015.
Hardani, Wibi dan D. Barnadi. 2010. Case Fair prinsip Prinsip Ekonomi. Jakarta
: Erlangga.
Hartati, Anny dan Altri Mulyani. 2009. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara
(Virgin Coconut Oil/Vco) Di Kabupaten Cilacap. Agroland, 16 (2) : 130
140.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo.
Ismpi, Bpp. 2009. Kondisi Pertanian Indonesia saat ini Berdasarkan Pandangan
Mahasiswa Pertanian Indonesia. [Serial Online].
http://paskomnas.com/id/berita/Kondisi-Pertanian-Indonesia-saat-ini
Berdasarkan-Pandangan-Mahasiswa-Pertanian-Indonesia.php. Diakses 22
Maret 2015.

Litbang. 2014. Strategi Pengembangan Kacang Tanah di Kabupaten Pati. [serial


online]. http://litbang.patikab.go.id/. Diakses 22 Maret 2015.
Mora, Dona. 2009. Analisis Sensitivitas dan Pengaruhnya terhadaprutan Prioritas
dalam Metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Skripsi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Muklis, Imam, I. A. Wicaksono dan U. Hasanah. 2012. Analisis Usahatani Kacang
Tanah (Arachis Hypogaea, L.) Di Desa Pasar Anom Kecamatan Grabag
Kabupaten Purworejo. Surya Agritama, 1 (2) : 46 55.
Nawari. 2010. Analisi Regresi Dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta:
Elex Media komputindo.

Pemkab. 2012. Kondisi Umum. [serial online]. http://Gunung Kidulkab.go.id.


Diakses 22 Maret 2015.
Ratag, Nilisye Debora, D. P. E. Saerang, dan L. Mawikere. 2013. Penerapan
Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Produksi Pada Pt. Tropica
Cocoprima. Riset Akuntansi Going Concern, 8 (3) : 59 67.
Rotinsulu, Paula, D. P. E. Saerang, dan D. Affandi. 2013. Analisis Pengendalian
Biaya Produksi (Studi Kasus Pada Pt. Tropica Cocoprima). Riset
Akuntansi Going Concern, 8 (3) : 77 88.
Rumagit, Grace, O. Porajouw, dan R. Mirah. 2011. Pendapatan Usahatani Kacang
Tanah Di Desa Kanonang Ii Kecamatan Kawangkoan. ASE, 7 (2) : 2228.
Sudjadi, Muhammad dan Y. Supriati. 2001. Perbaikan Teknologi Produksi Kacang
Tanah di Indonesia. Agrobio, 4(2):62-68.
Suhardjo, dkk. 2009. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sunyoto, Danang. 2012. Statistik Induktif untuk Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: CAPS.
Sutojo, Siswanto. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta : Damar.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Utami, Sartika Sari, M. R. Yantu, dan Sisfahyuni. 2013. Analisis Sensitivitas


Pendapatan Usahatani Kakao di Desa Buranga Kecamatan Ampibabo
Kabupaten Parigi Moutong. Agrotekbis, 1 (4) : 391 398.
Winarno, W. Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULIHAN PETANIAN
KUISIONER
JUDUL
LOKASI

: Analisis Biaya dan Sensitivitas Usahatani Kacang Tanah di


Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul
: Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul

Identitas Responden
Nama

Umur

Pendidikan terakhir

Alamat

Pekerjaan

PEWAWANCARA
Nama

: Susilo Setiowati

NIM

: 131510601119

Hari / Tanggal Wawancara

Waktu

A. GAMBARAN UMUM
1. Berapa lama Bapak/Ibu berusahatani kacang tanah?
Jawab : .........................................................................................................
2. Sejak tahun berapa Bapak/Ibu berusahatani tanaman kacang tanah?
Jawab : .........................................................................................................
3. Mengapa Bapak/Ibu berusahatani kacang tanah?
a. Menguntungkan
b. Sudah warisan orang tua
c. Mudah diusahakan
d. Modal tidak besar
e. Tidak memerlukan keahlian khusus
g.

Lain lain

Jawab : .........................................................................................................
4. Darimana tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam usahatani kacang
tanah?
a. Dalam keluarga
b. Luar keluarga
Alasan : .......................................................................................................
5. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk usahatani kacang tanah?
a. < 10 orang
b. 10 15 orang
c. > 15 orang
Alasan : .......................................................................................................
6. Berapa gaji atau upah yang diberikan kepada tenaga kerja pada usahatani
kacang tanah?
a. < Rp 50.000
b. Rp 50.000 Rp 75.000
c. > Rp 75.000
Alasan : .......................................................................................................
7. Apakah lahan yang Anda gunakan untuk usahatani kacang tanah adalah milik
pribadi?
a. Ya
b. Tidak
Jawab : ........................................................................................................
8. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan benih kacang tanah yang digunakan untuk
usahatani kacang tanah?
a. Toko pertanian

b. Kelompok tani
c. Milik sendiri
Alasan : .......................................................................................................
9. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan sarana produksi seperti obat-obatan dan
pupuk untuk kacang tanah?
a. Toko pertanian
b. Petani lain
c. Kelompok tani
Jawab : .........................................................................................................
10. Apakah sarana produksi yang digunakan pada usahatani kacang tanah mudah
didapatkan?
a. Ya
b. Tidak
Jawab : .........................................................................................................
11. Adakah sumber penghasilan lain selain berusaha tani kacang tanah?
a. Ada
b. Tidak
Jawab : .........................................................................................................
12. Jika ada, usaha apa yang Bapak/Ibu jalankan selain usahatani kacang tanah?
a. Pedagang
b. Nelayan
c. Lain lain
Jawab : .......................................................................................................
B. PERMODALAN
1. Berapa biaya yang bapak gunakan untuk usahatani kacang tanah?
a. < Rp 1.000.000
b. Rp 1.000.000 Rp 2.000.000
c. > Rp 2.000.000
Jawab : ......................................................................................................
2. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan modal tersebut?
a. Modal sendiri
b. Bank
c. Kredit
Jawab : ......................................................................................................
3. Apakah terdapat bunga dalam dalam modal yang anda dapatkan?
a. Iya
b. Tidak
Jawab : ......................................................................................................

4. Berapa bunga yang diberikan dari pihak yang memberikan modal?


a. < 10%
b. 10 15 %
c. >15 %
Jawab : ......................................................................................................
5. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah atau instansi
lain?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Jawab : ........................................................................................................
6. Jika pernah, berapa bantuan yang Bapak/Ibu dapatkan?
a. <1.000.000
b. 1.000.000 3.500.000
c. > 3.500.000
Jawab : .........................................................................................................
7. Pernahkah Bapak/Ibu mendapatkan bantuan selain dalam bentuk uang?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Jawab : ........................................................................................................
8. Bagaimana sistem bantuan dari lembaga atau instansi yang memberikan
pinjaman?
a. Kredit
b. Hibah
Jawab : ........................................................................................................
9. Apakah terdapat kendala permodalan dalam usahatani kacang tanah?
a. Ya
b. Tidak
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi masalah tersebut?
Jawab : .........................................................................................................
C. EFISIENSI USAHA TANI
a. Biaya Variabel
Biaya Sarana Produksi Tanaman
No.
1.

Uraian
Bibit

Unit
(kg)

Harga/unit

Biaya

Keterangan

2.

Pupuk

3.

a. Urea
b. KCl
c. ..........
Obat-obatan
a. .........
b. .........
Biaya Transportasi
a. Pembelian
pupuk
b. Angkut panen
c. .
Total Biaya
2. Biaya Tenaga Kerja

Uraian
Penanaman
Pemupukan
I
II
III
.......
Pemeliharaan
I
II
III
IV

Penyemprotan
I
II
III
IV

Pemanenan
I
II
III
......
Lain-lain

Dalam Keluarga
Luar Keluarga
Jumla
Jam
Jumla Jam kerja/
h
kerja/
h
hari
(orang)
hari (orang)

Biaya
Upah/hari Total (Rp)
(Rp)

- ..........
- ..........
- ..........
Total Biaya

3. Biaya Tetap
No.
1.
2.
3.

Uraian
Pajak Tanah
Sewa Tanah
Biaya Penyusutan

Unit

Biaya

Keterangan
Umur ekonomis:

Alsintan

4.

- Cangkul
- Sabit
- Traktor
- ...........
- ...........
Lain-lain
Total Biaya
Total biaya (TC) = Biaya Sarana Produksi + biaya tetap + biaya tenaga kerja
= Rp . + Rp + Rp
= Rp ..
D. PENERIMAAN USAHATANI
1. Berapa produksi kacang tanah setiap kali panen?
a. < 500 kg
b. 500 800 kg
c. > 800 kg
Jawab : .......................................................................................................
2. Berapa harga jual kacang tanah ketika dipasarkan?
a. < Rp 3.000 /Kg
b. Rp 3.000 Rp 6.000 / kg
c. > Rp 6.000 / kg
Alasan : .....................................................................................................

3. Berapa hasil yang Bapak/Ibu dapatkan setelah kacang tanah dipasarkan?


a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 Rp 800.000
c. > Rp 800.000
Jawab : ......................................................................................................

4. Bagaimana sistem jual beli Kacang tanah yang Bapak/Ibu lakukan?


a. Borongan
b. Tebasan
c. Sistem eceran
Jawab : ......................................................................................................
5. Kemana bapak/Ibu memasarkan produksi kacang tanah?
a. Konsumen langsung
b. Tengkulak
c. Pedagang besar
d. Pengumpul
Jawab : ......................................................................................................
6. Apakah sebelum di pasarkan kacang tanah dilakukan proses pengolahan
terlebih dahulu?
a. Iya
b. Tidak
Alasan : .....................................................................................................
7. Apakah ada lembaga yang membantu dalam pemasaran kacang tanah di Desa
Sidoharjo?
a. Ada
b. Tidak
Alasan : .....................................................................................................
8. Bagaimana tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara penjualan diatas?
a. Tiinggi
b. Sedang
c. Rendah
Jawab : .......................................................................................................
9. Apakah bapak/Ibu menggunakan harga patokan pasar dalam menentukan
harga penjualan kacang tanah?
a. Ya
b. Tidak
Alasan : .....................................................................................................
10. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami kerugian atau tidak balik modal setelah
kacang tanah dipasarkan?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Jawab : .......................................................................................................

E. ANALISIS SENSITIVITAS
a. Perubahan parameter
No.
1.
2.
3.

Parameter

Akibat perubahan parameter

Lahan
Tenaga kerja
Biaya

1. Berapa lama waktu yang digunakan untuk mengembalikan modal usahatani


kacang tanah?
a. < 1 tahun
b. 1 2 tahun
c. > 3 tahun
Jawab : .......................................................................................................
2. Pernahkah usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo mengalami penundaan
waktu produksi?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Alasan : .....................................................................................................
3. Jika pernah, apakah penundaan tersebut mengakibatkan penurunan benefit
yang bapak/Ibu terima?
a. Iya
b. Tidak
Alasan : ....................................................................................................
4. Pada penurunan harga berapa persen usahatani kacang tanah akan mengalami
kerugian?
a. < 20 %
b. 20 30 %
c. > 30%
Jawab : ......................................................................................................
5. Berapakah harga kacang tanah setelah terjadi penurunan harga pada usahatani
kacang tanah?
a. < Rp 1.500
b. Rp 1.500 Rp 2.300
c. > Rp 2.300
Jawab : ......................................................................................................
6. Pada kenaikan harga berapa persen usahatani kacang tanah mendapatkan
keuntungan maksimal?

a. < 25 %
b. 25 30 %
c. > 30%
Jawab : ......................................................................................................
7. Apakah usahatani kacang tanah dapat dilanjutkan ketika harga mengalami
penurunan?
a. Dilanjutkan
b. Tidak dilanjutkan
Alasan : .....................................................................................................

8. Apakah usahatani kacang tanah sensitif atau peka terhadap perubahan yang
terjadi
a. Iya
b. Tidak
Jawab : .......................................................................................................
9. Apakah usahatani kacang tanah layak diuasahakan di Desa Sidoharjo
Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul?
a. Layak
b. Tidak layak
Jawab : ......................................................................................................
10. Jika tidak layak, apakah Bapak/Ibu akan beralih ke usahatani lain?
a. Iya
b. Tidak
Jawab : ......................................................................................................

You might also like