You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam
menyampaikan materi kepada siswa. Di antara metode-metode tersebut masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain bahwa setiap
metode tidak dapat digunakan untuk menyampaikan seluruh materi pembelajaran
kepada siswa. Oleh karena itu, guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk
dapat memilih metode yang tepat dengan materi yang akan diajarkan kepada
siswa, agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai dengan
baik.
Kenyataan yang sering digunakan oleh guru akhir-akhir ini, pada
umumnya guru lebih senang menggunakan satu buah metode saja untuk
mengajarkan berbagai macam materi dalam berbagai kondisi. Dan bila terdapat
kekurangberhasilan dari kegiatan tersebut, guru hanya memvonis siswa yang tidak
belajar dengan sungguh-sungguh. Dan jarang guru yang mengevaluasi bahwa
ketidakberhasilan itu diakibatkan oleh metode pembelajaran yang kurang tepat.
Metode yang lebih sering digunakan oleh guru pada saat sekarang ini
adalah metode ceramah. Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan, tetapi
pada dasarnya guru hanya mau enaknya saja dan tidak berusaha mengganti
dengan metode yang lain. Guru akan merasa kesulitan bila mengajar dengan
menggunakan metode lain serta guru merasa tidak mengajar bila tidak

2
menggunakan metode ceramah. Termasuk guru Penjas juga sering menggunakan
metode ini padahal banyak metode yang bisa digunakan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas.
Sumiati dan Asra (2009: 98) mengemukakan sebagai berikut.
Metode ceramah dapat dipandang sebagai suatu cara penyampaian
pelajaran dengan melalui penuturan. Metode ceramah ini termasuk metode
klasik. Namun penggunaannya sangat populer. Banyak guru
memanfaatkan metode ceramah
dalam mengajar. Oleh karena
pelaksanaannya sangat sederhana, tidak memerlukan pengorganisasian
yang rumit.
Metode ceramah bukan berarti tidak boleh digunakan tetapi metode ini
kurang cocok untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Karena metode ini
kurang memberikan rangsangan pada siswa untuk turut aktif dalam kegiatan
pembelajaran, dan terkesan mematikan semangat belajar siswa. Metode ini hanya
guru yang aktif mengajar sedangkan siswa hanya mendengarkan apa-apa yang
disampaikan oleh guru. Lebih lanjut Sumiati dan Asra (2009: 98), menegaskan
kekurangbaikan dari metode ceramah sebagai berikut.
Komunikasi antar guru dengan siswa pada umumnya searah. Oleh karena
itu guru dapat mengawasi kelas secara cermat. Namun demikian kritik
dilontarkan pun cukup banyak. Terutama sekali karena dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru tidak dapat menguasai dan mengetahui batas
kemampuan siswa. Di samping itu seringkali pula terjadi siswa menerima
pengertian yang salah terhadap materi pembelajaran yang dituturkan atau
diceramahkan.
Selain metode ceramah sebenarnya masih banyak metode-metode lain
yang dapat digunakan oleh guru termasuk guru Penjas. Metode-metode tersebut,
di antaranya metode diskusi, metode eksperimen, metode tanya jawab, metode
inkuiri (mencari), metode diskoperi (penemuan), metode latihan, metode

3
kooperatif dan sebagainya.
Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada
optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang
dikemukakan dalam (www.artikelbagus.com) yang mengemukakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat
besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk
aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
Pembelajaran Penjas umumnya sangat berbeda dengan pembelajaran pada
mata pelajaran lainnya. Dalam pembelajaran Penjas dituntut aktivitas siswa yang
besar. Pembelajaran Penjas lebih mengarahkan pada pemberian sejumlah
keterampilan gerak pada siswa, sehingga penggunaan metode pembelajaran yang
tidak melibatkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran akan berakibat
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Tampaknya penggunaan
metode kooperatif dalam pembelajaran Penjas akan memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan menggunakan metode lainnya.

4
Pembelajaran kooperatif terdiri dari TGT (Team Game Tournament),
Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah), Three-Minute Review (Reviu
Tiga Langkah), GI (Group Investigasi), Go Around (Berputar), Reciprocal
Teaching (Pengajaran Timbal Balik), The Williams, TPS (Think Pairs Share),
TPC (Think Pairs Check), TPW (Think Pairs Write), Tea Party (Pesta Minum
Teh), Write Around (Menulis Berputar), Round Robin Brainstorming atau Rally
Robin, LT (Learnig Together), Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar
Siswa) dan Two Stay Two Stray.
Salah satu jenis metode kooperatif yaitu TGT (team game turnament).
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan
turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini,
siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat
memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu
digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil
(penelitiantindakankelas.blogspot.com).
Pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap
presentasi kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (Team), permainan
(games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok

(team

recognition). TGT yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang


menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras
yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat

5
memotivasi siswa untuk saling membantu antarsiswa yang berkemampuan lebih
dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.
Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka.

Jelas sekali dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT ini semua
siswa terlibat dalam pembelajaran dan guru berperan sebagai pengawas
pembelajaran. Sehingga dengan menggunakan metode ini bukan saja tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik tetapi aktivitas siswa juga dapat dipantau
dengan baik sehingga memungkinkan tidak ada siswa yang nakal seorang pun.
Dengan kata lain, penggunaan metode kooperatif tipe TGT juga dapat
meningkatkan hasil pembelajaran dan juga menciptakan kedisiplinan siswa dalam
belajar.
Agar proses belajar mengajar berjalan lancar, maka seluruh siswa harus
mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Disiplin adalah
kepatuhan

untuk

menghormati

dan

melaksanakan

suatu

sistem

yang

mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang
berlaku. Perilaku disiplin sangat diperlukan dalam pembinaan perkembangan anak
untuk menuju masa depan yang lebih baik.
Disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 208) dijelaskan
Disiplin adalah tata tertib. Menurur Gorys Keraf (1994: 91) bahwa Disiplin
adalah tindakan atau perilaku sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah diperoleh
seseorang, baik yang berupa undang-undang, peraturan, sopan santun, adat
istiadat, dan lain sebagainya.

6
Disiplin merupakan masalah utama bagi para pendidik dan peserta didik.
Kerena kedisiplinan merupakan faktor utama untuk terlaksananya kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, kedisiplinan merupakan kunci pokok demi tercapainya
proses belajar mengajar sesuai yang diharapkan oleh para pendidik dan peserta
didik, supaya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Pada kenyataannya, berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah
peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Bantarujeg. Sebagaimana kita telah ketahui,
bahwa penerapan disiplin di SMA Negeri 1 Bantarujeg masih sangat kurang. Hal
ini terjadi karena tidak adanya kesadaran dan keinginan yang timbul dari diri
masing-masing warga sekolah. Khususnya siswa yang selalu melakukan
pelanggaran, berarti siswa tersebut tidak bertanggung jawab sebagai seorang
pelajar. Karena jika dalam dirinya terdapat rasa tanggung jawab, mungkin mereka
tidak akan melakukan pelanggaran. Dan akan sadar bahwa apa yang dilakukannya
itu salah ketika melanggar tata tertib yang berlaku di SMA Negeri 1 Bantarujeg.
Kurangnya disiplin dapat berpengaruh buruk terhadap kelancaran belajar.
Contohnya, dapat kita melihat setiap hari selalu saja ada siswa yang melakukan
pelanggaran. Dan hal tersebut dapat mengganggu siswa yang sedang belajar.
Karena setidaknya siswa yang sedang belajar akan melihat siswa yang sedang
diberi sanksi di tempat terbuka yaitu di lapangan yang dapat terlihat oleh para
siswa yang berada di dalam kelas. Yang akhirnya konsentrasi belajar mereka yang
ada di dalam kelas akan terganggu. Selain itu, pelanggaran juga dapat
menghambat jalannya kegiatan mengajar. Misalnya, seorang guru yang akan
mengajar, karena ada siswa yang melakukan pelanggaran. Guru tersebut tidak

7
dapat mengajar, sebab harus menangani terlebih dahulu siswa yang melanggar
tersebut. Akibatnya siswa yang melanggar dan siswa lainnya tidak dapat
menerima pelajaran yang seharusnya mereka terima.

Kalau saja seluruh siswa SMA Negeri 1 Bantarujeg menyadari bahwa


disiplin merupakan kunci sukses untuk keberhasilan bagi siswa itu sendiri.
Mungkin prestasi belajar siwanya pun akan semakin meningkat. Dan keberadaan
SMA Negeri 1 Bantarujeg pada akhirnya akan dipandang baik oleh masyarakat
sekitar. Untuk kelangsungan proses kegiatan belajar mengajar itu diperlukan
kedisiplinan dari seluruh warga sekolah. Dan supaya kedisiplinan dapat terwujud,
maka seluruh warga sekolah harus menaati semua peraturan yang berlaku. Salah
satu contohnya, setiap warga sekolah datang dan pulang dari sekolah tepat waktu.
Sehingga tidak akan menghambat proses kegiatan belajar mengajar.
Secara umum prestasi belajar siswa akan berbeda-beda dalam setiap mata
pelajarannya, sebab semuanya akan sangat bergantung dari kondisi siswa itu
sendiri, karakteristik mata pelajaran, faktor guru dan sarana prasarana yang
dimiliki suatu sekolah. Misalnya prestasi siswa dalam mata pelajaran Penjas di
setiap sekolah akan menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
Masalah penting yang perlu dicermati dalam pembelajaran penjas yaitu
faktor tujuan yang ingin dicapai. Masalah tujuan pengajaran ini sangat esensial
dalam proses edukasi, karena akan menentukan approach (pendekatan/rancangan),
metode dan teknik yang dianut dalam proses pengajaran.
Salah satu materi dalam pembelajaran Penjas yang ada pada kurikulum

8
SMA tahun 2006 (KTSP) adalah lompat jauh. Lompat jauh merupakan salah satu
nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu
bentuk gerakan melompat, melayang dan mendarat sejauh-jauhnya. Gerakangerakan dalam lompat jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis
tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Balesteros (dalam Adang Suherman, dkk 2001:
117) mengemukakan bahwa Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal
yang dibuat sewaktu awalan dengan gaya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan
kaki menolak.
Salah satu jenis lompat jauh adalah gaya jongkok. Lompat jauh gaya
jongkok dianggap mudah karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada
saat melayang di udara, jika dibandingkan dengan gaya lainnya. Namun ada salah
satu hal yang harus diperhatikan agar gaya pada saat melayang dapat dilakukan
dengan benar yaitu pada gaya jongkok terletak pada saat membungkukkan badan
dan menekuk kedua lutut serta menjulurkan kedua kaki ke depan dengan kedua
lengan tetap ke depan untuk mendarat.
Di SMA Negeri 1 Bantarujeg sendiri perkembangan olahraga cabang
lompat jauh ini tidak begitu menggembirakan. Terbukti dari tiap tahun mengikuti
lomba O2SN yang dilaksanakan di Kabupaten Majalengka tidak ada seorangpun
siswa yang menjadi juaranya. Tentu saja hal tersebut harus segera dicari solusinya.
Kemampuan siswa dalam lompat jauh tersebut tentu saja harus dicarikan
solusinya agar mereka minimalnya memiliki kemampuan lompat jauh yang tidak
begitu rendah. Mungkin saja kekurangberhasilan lompat jauh tersebut karena guru

9
Penjas tidak menggunakan metode mengajar yang tepat sehingga hasilnya kurang
baik.
Tampaknya kekurangberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok ini disebabkan karena kurang tepatnya guru Penjas
dalam mengggunakan materi pembelajaran dan tidak didukung dengan
kedisiplinan pada diri siswa. Dengan penggunaan metode kooperatif tipe TGT
permasalahan yang dirasakan oleh guru Penjas dalam menyampaikan materi
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok akan dapat teratasi.
Kita ketahui bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe/model TGT
adalah salah satu tipe atau model pembelajaran

kooperatif

yang

mudah

diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan


status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan

dan reinforcement.

Aktivitas

belajar dengan permainan yang

dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan


dapat

belajar

kerjasama,

lebih

persaingan

rileks
sehat

disamping
dan

menumbuhkan tanggung

keterlibatan

siswa
jawab,

belajar.

Pembelajaran model ini mirip dengan semacam tournament, sehingga


sebelum pembelajaran dimulai guru dapat mengatur dan mendeskripsikan segala
peraturan yang ada sehingga kegiatan berjalan dengan tertib dan lancar. Untuk itu
siswa harus berdisiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan

model

TGT

ini.

Dengan

demikian,

penggunaan

model

pembelajaran kooperatif tipe TGT ini selain memudahkan guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran juga kedisiplinan siswa dapat ditumbuhkan, karena dengan

10
dibuatnya kelompok-kelompok kecil pada proses pembelajaran memungkinkan
aktivitas siswa dapat dikendalikan sehingga kedisiplinan siswa juga dapat
ditumbuhkan.

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode kooperatif tipe TGT


dalam pembelajaran penjas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul,
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game
Turnament) untuk Meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
dan Disiplin Siswa Putra Kelas XI SMA Negeri 1 Bantarujeg.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Umumnya siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bantarujeg belum memiliki
kemampuan dalam lompat jauh gaya jongkok.
2. Dalam setiap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok masih ditemukan
banyak siswa yang tidak menguasai teknik melompat yang tepat.
3. Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran penjas belum tumbuh dengan
maksimal sehingga tujuan pembelajaran juga belum tercapai dengan baik.
4. Guru penjas dalam menyampaikan pembelajaran materi lompat jauh belum
menggunakan metode mengajar yang tepat dan menekankan kedisiplinan pada
diri siswa.
5. Metode mengajar kooperatif tipe TGT masih jarang dipergunakan oleh guru
penjas.

11
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1) Apakah metode mengajar kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
kemampuan dalam lompat jauh gaya jongkok siswa putra Kelas XI SMA
Negeri 1 Bantarujeg Kabupaten Majalengka?
2) Apakah metode mengajar kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa putra Kelas XI SMA Negeri 1 Bantarujeg Kabupaten
Majalengka?
3) Seberapa tinggi tingkat kemampuan dalam lompat jauh gaya jongkok siswa
putra Kelas XI SMA Negeri 1 Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sejalan dengan rumusan masalah yang
disebutkan di atas, maka tujuan penelitian dalam skripsi ini penulis susun sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui penggunaan metode mengajar kooperatif tipe TGT dalam
meningkatkan kemampuan dalam lompat jauh gaya jongkok

siswa putra

Kelas XI SMA Negeri 1 Bantarujeg Kabupaten Majalengka.


2) Untuk mengetahui penggunaan metode mengajar kooperatif tipe TGT dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa putra Kelas XI SMA Negeri 1 Bantarujeg

12
Kabupaten Majalengka.
3) Untuk mengetahui tingkat kemampuan dalam lompat jauh gaya jongkok
siswa putra Kelas XI SMA Negeri 1 Bantarujeg Kabupaten Majalengka
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan teori dan rujukan bagi peneliti-peneliti lainnya, khususnya
penelitian yang membahas penggunaan metode kooperatif tipe TGT dalam
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
b. Manfaat Praktis
1) Dapat dijadikan sebagai masukan bagi guru Penjasorkes tentang
pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan materi lompat jauh gaya
jongkok.
2) Dapat diperoleh informasi tentang pembelajaran yang baik dan efektif
dalam mengajarkan materi lompat jauh gaya jongkok.
3) Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang karya ilmiah untuk
dikembangkan lebih lanjut.
4) Bagi siswa dapat menambah pengalaman, karena melalui penelitian ini
mereka akan mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan lompat jauh gaya
jongkok.

13

You might also like