Professional Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN ANAK
HIRSCHPRUNG
Disusun Oleh :
Utami Dewi Rahayu
P10220206076
LAPORAN PENDAHULUAN
HIRSCHPRUNG
1. Pengertian
1. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ).
2. Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab
gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada
bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki laki dari pada
perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
3. Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel sel ganglion di dalam
usus yang terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu.
(Behrman & vaughan,1992:426)
4. Hirschprung adalah aganglionosis ditandai dengan tidak terdapatnya neuron
mienterikus dalam sengmen kolon distal tepat disebelah proksimal sfingter ani
(Isselbacher,dkk,1999:255)
5. Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan yang tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai usus halus ( Ngastiyah,
1997:198)
2. Klasifikasi
Penyakit hirschprung segmen pendek. Segmen aganglionosis mulai dari anus
sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus penyakit hirschsprung dan
lebih sering ditemukan pada anak laki- laki dibanding anak perempuan.
3. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri
adalah diduga terjadi karena :
o Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
o Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
B. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada
Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah
itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar
( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
C. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 28 jam
pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur
dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi
dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan
evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi
konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa
minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan
entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang
menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul
enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk
yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2002 : 197)
1. Masa neonatal
a.
b.
c.
Enggan minum
d.
Distensi abdomen
D. Komplikasi
Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu
gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi.
Menurut
Mansjoer
(2000:381)
menyebutkan
komplikasi
penyakit
hirschprung adalah:
a.
Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
b.
Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
c.
d.
Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
e.
Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena
iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
b.
Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.
c.
karena
ada
colostomy
sehingga
terjadi
kekakuan
ataupun
penyempitan.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan:
a
Daerah transisi
Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
gambaran yang jelas dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai sel
ganglion. Hal ini terjadi meskipun pengeluaran barium terlambat 24 jam
setelah pemeriksaan diagnostik.
2. Biopsi isap rektum
Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk
menghindari daerah normal hipogang lionosis dipinggir anus. Biopsi ini
dilakukan untuk memperlihatkan tidak adanya sel sel ganglion di sub mukosa
atau pleksus saraf intermuskular.
3. Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2 cm
diatas garis pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel sel ganglion di sub
mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
4.
otot
rektum,
dilakukan
bersifat
traumatik,
menunjukan
F. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas
usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian
akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah.
2. Perawatan
Perhatikan
perawatan
tergantung
pada
umur
anak
dan
tipe
PATHWAYS
Aganglionik
saluran cerna
Peristaltik menurun
Proliferasi bakteri
Dilatasi usus
Pengeluaran endotoksin
inflamasi
Enterokolitis
Prosedur operasi
Nyeri akut
diare
Anoreksia
Drainase gaster
Ketidakseimba
ngan nutrisi <
dari kebutuhan
tubuh
Resiko
kekurangan
volume cairan
Imunitas menurun
Perubahan
tumbuh kembang
Resiko tinggi
infeksi
Distensi abdomen
Penekanan pada diafragma
Ekspansi paru
menurun
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS HIRSCHPRUNG / MEGA COLON
A. PENGKAJIAN
Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada penyakit
hischprung adalah :
1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir,
biasanya ada keterlambatan
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.
a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret
b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun
c. Peningkatan atau penurunan berat badan.
d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada
bagian proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a. Anak : Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping
yang digunakan.
b. Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi penyakit
anaknya.
6. Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin juga
perlu dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia, infeksi dan
kurangnya asupan protein.
3. Distensi abdomen
4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan
yang buruk
6. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian
a) Radiasi : Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran obstruksi
usus letak rendah
b) Biopsi rektal : menunjukan aganglionosis otot rektum
c) Manometri anorectal : ada kenaikan tekanan paradoks karena rektum
dikembangkan / tekanan gagal menurun.
Lakukan pengkajian fisik rutin, dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat
terutama yang berhubungan dengan pola defekasi
Kaji status hidrasi dan nutrisi umum
-
Distensi abdomen
Masa bayi
-
Konstipasi
Distensi abdomen
Diare berdarah
Demam
Letargi berat
Konstipasi
Distensi abdomen
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
2. Nyeri akut b.d inkontinuitas jaringan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan
tak adekuat dan rangsangan muntah.
4. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d defek persyarafan terhadap aganglion
usus.
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas
karena mual.
6. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun dan proses penyakit
C. INTERVENSI
Dx 1
Pola tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
NOC : Respiratory status
Kriteria hasil :
1. Frekuensi pernafasan dalam batas normal
2. Irama nafas sesuai yang diharapkan
2.
3.
4.
5.
faktor presipitasi
2. Observasi isyarat isyarat non verbal dari ketidaknyamana, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
3. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
4. Kontrol faktor faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ex : temperatur ruangan , penyinaran)
5. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : relaksasi, guided
imagery, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas)
NIC 2 : Analgetik administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3. Pilih analgetik yang diperlukan / kombinasi dari analgetik ketika pemberian
lebih dari satu.
4. Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
Dx 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tak
adekuat dan rangsangan muntah.
NOC : Status nutrisi
Kriteria hasil :
1.
Stamina
2.
Tenaga
3.
Kekuatan menggenggam
4.
Penyembuhan jaringan
5.
6.
Pertumbuhan
Dx 4
Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d defek persyarafan terhadap aganglion
usus
NOC : Bowel elimination
Kriteria hasil :
1. Pola eliminasi dalam batas normal
2. Warna feses dalam batas normal
3. Feses lunak / lembut dan berbentuk
4. Bau feses dalam batas normal (tidak menyengat)
5. Konstipasi tidak terjadi
NIC : Bowel irigation
1. Tetapkan alasan dilakukan tindakan pembersihan sistem pencernaan.
2. Pilih pemberian enema yang tepat
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Monitor efek samping dari tindakan irigasi atau pemberian obat oral
Dx 5
Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas
karena mual.
NOC : Fluid balance
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan intake dan output 24 jam
2. Berat badan stabil
3. Tidak ada mata cekung
4. Kelembaban kulit dalam batas normal
5. Membran mukosa lembab
NIC : Fluid management
1. Timbang popok jika diperlukan
2. Pertahankan intake dan output yang akurat
3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah)
4. Monitor vital sign
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
6. Dorong masukan oral
7. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Dx 6
Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun dan proses penyakit
NOC :Imune status
Kriteria hasil :
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menjelaskan proses penularan penyakit
3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
4. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
5.
1.
Kriteria hasil
Frekuensi pernafasan
Skala
Keterangan skala
4
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
3.
4.
Bernafas mudah
5.
Keadaan inspirasi
5 : Selalu menunjukan
Dx
II
1.
Kriteria hasil
Mengenali faktor
penyebab
2.
4
Menggunakan metode
pencegahan
3.
Skala
Keterangan skala
4
1 : Tidak pernah dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4
Menggunakan metode
pencegahan non analgetik untuk
2 : Jarang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
mengurangi nyeri.
4.
Menggunakan analgetik 5
sesuai kebutuhan
5.
Menganali gejala
gejala nyeri
III
1.
Stamina
2.
Tenaga
2 : Jarang menunjukan
3.
Kekuatan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
menggenggam
IV
4.
Penyembuhan jaringan
5.
6.
Pertumbuhan
1.
2.
2 : Kompromi sekali
3.
3 : Kompromi baik
2
4 : Kompromi sedang
5 : Tidak ada kompromi
4.
5.
Dx
V
Kriteria hasil
Keseimbangan intake
1.
Skala
Keterangan skala
2
1 : Luar biasa kompromi
2 : Kompromi sekali
2.
3 : Kompromi baik
3.
4 : Kompromi sedang
4.
Kelembaban kulit
Membran mukosa
lembab
VI
1.
2.
Menjelaskan proses
penularan penyakit
3.
3 : Kadang dilakukan
Menjelaskan faktor
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
serta penatalaksanaannya
4.
Menunjukan
kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Betz, cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, buku 2. Jakarta :
Salemba Medika
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 7. Jakarta : PT. Fajar
Interpratama
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC