Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
RIZAL GINANJAR
P10220206035
TINGKAT II A
POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG
PRGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2008
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
1. Intususepsi atau invaginasi adalah suatu keadaan, sebagian usus masuk ke
dalam usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang
terjadi sebaliknya. ( Arifin, 2007 )
2. Intususepsi atau invaginasi adalah bagian usus masuk ke dalam usus di bagian
belakangnya, terjadi jepitan usus, menyebabkan hambatan aliran usus dan
mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang mengalmi
intususepsi. ( Hanifah, 2007 )
3. Intususepsi terjadi bila salah satu bagian usus masuk kebagian usus lain yang
mengakibatkan obstruksi di bagian atas defek (telescoping). (Dons L. Wong,
2004)
4. Melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain alat itu. (Kamus
kedokteran Edisi Revisi, 2002)
5. Invaginasi adalah keadaan masuknya segmen usus ke segmen bagian
distalnya yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus. ( Mansjoer,
2000 )
6. Invaginasi terjadi bila segmen usus masuk ke bagian distal. ( staff pengajar
ilmu kesehatan anak FKUI, 2000 )
7. Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus bagian proksimal
masuk ke bagian segmen usus yang lebih distal dan pada umumnya akan
menimbulkan gejala obstruksi usus. (Markum, 1999)
Penyumbatan dapat terjadi di mana saja di sepanjang usus. Bagian
usus di sebelah atas penyumbatan tetap berfungsi. Pengisisan dengan makanan,
cairan, sekresi enzim pencernaan dan gas, akan menyebabkan pembengkakan,
peradangan dan berkurangnya aliran darah pada bagian usus yang terlibat. Bila
penyumbatan yang terjadi memutuskan aliran darah ke usus, disebut strangulasi.
Lalu timbul kematian jaringan, biasanya menyebabkan perforasi dan peritonitis
serta infeksi. Invaginasi sering ditemukan pada anak berumur 3 bulan sampai 2
tahun, paling banyak 5 sampai 9 bulan. Anak laki-laki lebih banyak resikonya
daripada perempuan dengan perbandingan 3:1.
B. Klasifikasi
Bagian usus yang masuk disebut intussusceptum dan bagian yang
menerima
intussusceptum
dinamakan
intussuscipiens.
Pemberian
nama
Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileocolica dan appendicalcolica. Kasus yang paling banyak ditemukan adalah ileo-colica (75%).
C. Etiologi
Penyebab dari invaginasi belum diketahui secara pasti. Tapi banyak
yang menyebutkan terkait dengan hal berikut ini:
1. Pembesaran limfoid usus ( peyer patches ), akibat peningkatan paparan
terhadap antigen baru.
2. Cacat lahir.
3. Massa yang keras dari isi usus ( mekonium ).
4. Usus yang melintir ( volvulus ).
5. Divertikel kelenjar Meckel ( suatu duktus yang timbul dari ileum yang
menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada ujung usus ).
6. Infeksi saluran napas atas, karena umumnya intususepsi terjadi pada musim
dingin atau hujan ketika banyak terjadi infeksi saluran napas atas.
7. Infeksi saluran cerna ( diare ), karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar
limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi.
8. Pada umur 2 tahun ke atas, biasanya disebabkan polip usus, hemangioma dan
limfosarkoma.
Pada orang dewasa, penyumbatan usus dua belas jari mungkin
disebabkan oleh :
1. Kanker pankreas.
2. Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn.
3. Perlekatan, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.
4. Penonjolan bagian usus melalui lubang yang abnormal ( hernia ), dan usus
menjadi terjepit di dalamnya.
5. Batu empedu.
6. Massa makanan yang tidak tercena.
7. Sekumpulan cacing.
Pada usus besar, penyebab penyumbatannya adalah :
1. Kanker.
2. Usus yang melintir.
3. Tinja yang keras.
D. Patofisiologi
Kebanyakan intususepsi adalah ileo-kolik dan jarang suatu intususepsi
apendiks membentuk puncak dari lesi tersebut. Bagian intususeptum,
berinvaginasi ke dalam usus di bawahnya, intususipiens sambil menarik
mesenterium bersamanya ke dalam usus pembungkusnya. Pada mulanya terdapat
suatu kontriksi mesenterium sehingga menghalangi aliran darah balik.
Penyumbatan intususeptum terjadi akibat edema dan perdarahan mukosa yang
menghasilkan tinja berdarah, kadang mengandung lendir. Puncak dari intususepsi
dapat terbentang hingga kolon tranversum, desendens dan sigmoid bahkan ke
anus pada kasus-kasu yang terlantar. Setelah suatu intususepsi idiopatis
dilepaskan, maka bagian usus yang membentuk puncaknya tampak edema dan
menebal, sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang
menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan intususepsi tidak
volvulus
volvulus
menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya dapat
mengakibatkan gangren usus dan syok.
E. Pathway Keperawatan
Pembesaran
limfoid usus
Pembedahan
Konflik
pengambilan
keputusan
Cemas
Intususepsi
Nyeri
Tinja keras
Gangguan pola
tidur
Penyerapan
usus terganggu
Perforasi usus
malnutrisi
inflamasi
Diare + darah
lendir jar.
nekrosis
Resiko
kerusakan
integritas kulit
Kerusakan
mobilitas fisik
Resiko
konstipasi
Usus bengkak
Nyeri
Resiko
infeksi
Divertikel
Meckel
Obstruksi usus
Kurang
pengetahuan
Koping
tidak efektif
volvulus
Cacat lahir
Hipertermi
a
Resiko
kekurangan
volume cairan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Keterlambatan
tumbuh
kembang
E. Manifestasi Klinis
Gejala yang dapat timbul adalah
1. Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul, serangan tiap 15-30
menit dan lamanya 1-2 menit.
2. Anak merasa tersiksa, gelisah dan menangis keras.
3. Anak menjadi rewel, letargi intermiten atau progresif.
4. Dehidrasi, nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut ).
5. Kembung, perut berbentuk scaphoid.
6. Muntah, kadang ada cairan empedu.
7. Pucat, lemas, berkeringat dan lesu.
8. Nadi lemah dan cepat.
9. Pernafasan dangkal dan cepat.
10. Kentut jarang atau tidak ada.
11. Diare, karena penyumbatan sebagian ( sedikit ).
12. Sembelit, karena penyumbatan total.
13. Palpasi abdomen teraba massa berbentuk sosis.
14. Anoreksia, penurunan berat badan ( bila lebih lanjut ).
15. Demam, terutama bila usus mengalami perforasi.
16. Bila defekasi bercampur darah dan lendir ( curant jelly stool ).
17. Kemudian berangsur-angsur defekasi bercampur jaringan nekrosis ( terry
stool ).
F. Komplikasi
Bila intususepsi tidak segera ditangani, maka dapat terjadi komplikasi
seperti :
1. Perforasi usus
Apabila kondisi usus semakin memburuk dari obstruksi usus sampai
nekrosis jaringan segmen usus. Awalnya aliran darah yang melewati usus
mengalmi penurunan sehingga menyebabkan adanya pembengkakan dan
peradangan. Pembengkakan dapat menyebabkan perforasi.
2. Syok
dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan
posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya
perforasi. Pada foto abdomen tampak bagian proksimal invaginasi banyak darah
sedangkan bagian kanan kosong.
Pemeriksaan dengan barium enema didapatkan gambaran cuping dari
intususepsi. ( kontra indikasi bila sudah terdapat tanda-tanda peritonitis ).
Pada pemeriksaan ultrasonografi, intususepsi sering terlihat seperti
mata sapi atau bull eye yang mencerminkan potongan transversal dari segmen
usus yang terkena.
H. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan dan managemen perawatan
1. Tekanan hidrostatik barium enema.
Penurunan intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara
atau barium ke dalam kolon yang hasilnya dilihat dengan X-ray. Mula-mula
tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.
7. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelainan absorbsi
cairan.
8. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
9. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi berlebih.
10. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang
relevan.
Post operasi
11. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif.
12. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
13. Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi tidak
adekuat, krisis situasional.
14. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi.
15. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.
C. Intervensi
Pre Operasi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
NOC : Tingkat nyeri
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat
yang dapat diterima anak
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan
2.
3.
4.
5.
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada sama sekali
NIC : Sleep Enhancement
Intervensi :
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Temperature regulation
Intervensi :
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam sekali.
2. Monitor TD, N, RR.
3. Monitor warna dan suhu kulit.
4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
5. Ajarkan pada pasien cara untuk mencegah keletihan akibat panas.
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
b. BB ideal sesuai tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala :
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Temperature regulation
Intervensi :
6. Monitor suhu minimal tiap 2 jam sekali.
7. Monitor TD, N, RR.
8. Monitor warna dan suhu kulit.
9. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
b.
c.
d.
e.
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Cairan
1. Pertahankan intake & output yang adekuat
2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake & output yang akurat
5. Monitor berat badan
Dx 8 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan malnutrisi.
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai
usianya.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Tingan
5. Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
1. Bina hubungan saling percaya dengan anak
2. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak
pasien
5. Berikan reinforcement positif
Dx 9 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi berlebih.
NOC: Integritas Kulit
Tujuan: Diharapkan integritas kulit pasien baik (lembab, tidak terjadi lesi).
Kriteria hasil:
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
b. Tidak ada luka.
c. Pefusi jaringan baik.
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami.
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Pressure Management
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar.
2. Jaga kebersiha kulit agar tetep bersih dan kering.
3. Monitor adanya kemerahan.
4. Oleskan lotion pada daerah yang tertekan.
5. Monitor aktivitas pasien.
Dx 10 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi
yang relevan
NOC: Decision Making
Tujuan: Diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil:
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas nyeri).
Kriteria Hasil:
a. Mendemonstrasikan fleksibilitas peran
b. Menyelesaikan permasalahan yang ada
c. Percaya dapat memenej masalah
d. Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan
e. Mengekspresikan perasan
f. Menggunakan strategi menurunkan stress (devence mecanism)
Skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
1. Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada pasien
2. Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien
3. Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga
4. Berikan harapan yang realistik
5. Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga
6. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien.
Dx 14 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
Tujuan
mengenai penyakit
prognosis.
b. Tetap damping pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Richard E, Behrman, dkk..1996.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2.Jakarta:EGC.
Sacharin, Rosa.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
Wong, Donna L.2003.Asuhan Keperawatan
Pediatrik.Jakarta:EGC.