Professional Documents
Culture Documents
DAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
OBESITAS
Dosen Pengampu: Walin, SST, M Kes
BAB I
PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
Kelompok III
1. Dyah Sovyana
P 102202060007
P 102202060011
P 102202060018
4. Jumrotus Solikha
P 102202060020
P 102202060021
6. Oyi Widodo
P 102202060029
7. Rizal Ginanjar
P 102202060035
P 102202060037
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan mendeskripsikan konsep dasar obesitas pada
anak.
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada anak yang mengalami
obesitas.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
anak yang mengalami obesitas.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. (www.medicastore.com)
Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas
persentil ke 95 pada gravik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya.
(Institute of medicine (IOM) di AS)
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya, umumnya obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas Primer : disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makan berlebih disbanding
dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh.
2. Obesitas Sekunder : yang disebabkan adanya penyakit atau kelainan congenital
(mielodisklasia), endokrin (sindrom cushsing, sindrom freulich, sindrom mauriach,
pseudo-paratiroidisme) atau kondisi lain (sindrom klinefelter, sindrom turner,
sindrom down, dll).
Menurut patogenesis dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Regulatory obesity : gangguan primernya berada pada pusat yang mengatur
masukan makanan.
2. Obesitas metabolic : kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat.
Menurut gejala klinisnya obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas sederhana (simple obesity)
Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan hormonal / mental / fisik
lainnya, obesitas ini terjadi karena factor nutrisi.
Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa
setiap kali minum harus habis.
Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.
b. Faktor Psikis
Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak
(binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua
pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip dengan
bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak,
bedany pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang
telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada
sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi
hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada
malam hari.
c. Gaya hidup masa kini
Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori
tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice
cream, aneka makan mie, dll.
2. Penggunaan kalori yang kurang
Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak
berhenti makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.
3. Faktor lingkungan
Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini
termasuk perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali
Hormonal
5. Factor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak
sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap
sel.
6. Aktivitas fisik
Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orangorang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang
seimbang, akan mengalami obesitas.
Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang
telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya
misalnya :
setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi penurunan berat badan
setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya yang berkurang tetapi
besarnya sel yang berkurang.
Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone insulin,
sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin berfungsi untuk
menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.
E. MANIFESTASI KLINIK
Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun
pertama kehidupan, usia 5 6 tahun dan pada masa remaja.
Gejala obesitas antara lain :
1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).
2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang
obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan
memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan
yang lebih pendek dari usia sebayana.
3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu ganda
(double chin).
4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-olah
berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.
5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut
tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.
6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.
7. Perut menggantung dan sering disertai strie.
8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat
dari obesitasnya.
9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.
10. terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.
Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas
meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada saat
tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu)
sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk.
F. KOMPLIKASI
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada
masa bayi maupun masa dewasa, antara lain :
1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi
bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun
mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas
dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang
tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons imunologik sel T dan
aktivitas sel polimorfonuklear.
2. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian
bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid
akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mangakibatkan
anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer.
Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat
mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang
abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.
3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai
miliaria, maupun jamur pada lipatan kulit.
4. Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti
Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara,
dll.
5. Efek psikologis
Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan
depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman
sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek,
tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan temantemannya.
Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu
dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.
6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat
mengakibatkan :
Diabetes.
G. PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa,
karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan
tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus dipertimbangkan bahwa
anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat
penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada anak.
Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun
factor kejiwaan.
kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendirisendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi
dengan teman-temannya.
MEDIS
Terapi pengobatan
Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:
1. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-ujung
syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :
2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat
( menghalangi penyerapan lemak di usus.
G. PENCEGAHAN
Mencegah obesitas jauh lebih baik dari pada mengobati kalau sudah terjadi obesitas.
Yang penting adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak
mengangap bahwa sehat itu identik denan gemuk.
Pendegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASi. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena
komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.
Komposisi ASI pada saat baru mulai disusu ( foremilk ) lemaknya sedikit, sedangkan
pada akhir menyusu ( hind milk ) kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan
rasa nek pada bayi, akibatnya bayi akan menghentikan menyusu. Pemberian ASI
eksklusif 4 bulan, kemudian makanan tambahan diberikan mulai umur 4 bulan, dan
pemberian ASI dianjurkan sampai umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau
makanan setiap anak menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang
lapar. KMS ( kartu Menuju Sehat ) perlu untuk memantau pertumbuhan anak, sehingga
kita mengetahui setiap penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini
mungkin dikenalkan aktifitas disik, baik melalui bermain maupun olah raga. Menonton
tv hanya sebagai selingan saja.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Wawancara
Wawancara anak dan keluarga untuk mengetahui factor psikologis yang mungkin
berperan pada obesitas-standar budaya, penggunaan makanan untuk penenangan,
hubungan sebaya dan interpersonal keluarga, penggunaan makanan sebagau
penghargaan.
Dapatkan riwayat obesitas pada keluarga dan kebiasaan diet serta makanan
kesukaan.
b. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan fisik, observasi adanya manifestasi kegemukan:
a. Anak tampak kelebihan berat badan
b. Berat badan diatas standar, dapat di hitung dengan menggunakan alat timbang
berat badan secara langsung atau dihitung dengan menghubungkan berat badan
dengan tinggi badan dengan cara menghitung BMI ( body mass index ) yaitu
BB/TB ( dalam meter)
c. Ketebalan lipatan kulit lebih dari standar, cara pengukuran : ukur tebal lipatan
kulit dengan menggunakan alat pengukur yang dinamakan Caliper di beberapa
tempat seperti bagian trisep, subskapula, suprailiaka, dsb. Hasil pengukuran
dibandingkan dengan baku yang ada dan jika didapati kelebihan melampaui 1
SD ( standard deviation ), maka anak tersebut dianggap menderita obesitas.
Tebal lipatan kulit tidak tergantung dari tinggi badan, hingga dapat memberi
nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin.
d. Lemak tubuh meningkat diatas standar.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan prosedur diagnostic untuk menentukan anak dengan obesitas dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian
lemak tubuh dihitung berdasakan jumlah air yang tersisa
2. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah
seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk
mengukur lemak tubuh.
3. DEXA ( dual energy X-ray absorptiomery ), menyerupai skening tulang. Sinar X
digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
4. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diuk,ur dengan
jangka ( suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps )
5. Bielektric impedance analysis ( analisis tahanan bioelektrik ), penderita berdiri
diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke
seluruh tubuh lalu dianalisa.
6. Pemeriksaan antropometri, yang sering digunakan adalah berat badan terhadap
tinggi badan, berat badan terhadap umur, dan tebal lipatan kulit. Criteria yang
digunakan untuk menentukan obesitas adalah sebagai berikut:
Overnutrisi
TB 110-119% Std.
Obesitas
>/=120%Std
( pre pubertas )
90-95 persentil
>95 persentil
110-119%Std.
>/=120%Std.
90-95 persentil
>95 persentil
umur
0-36 bulan
1.BB
terhadap
3. lapisan kulit
(trisep/subscapula)
4. lipatan kulit
>90 persentil
0-18 tahun
( tanner 1962 )
>2 SD
>95 persentil
B. PATHWAY KEPERAWATAN
Masukan energi yang
Melebihi dari
Kebutuhan tubuh
Faktor
Faktor
Kesehatan &
Predisposisi
lingkungan
Penimbunan lemak
penimbunan
lemak
berlebihan di
bawah
diafragma
dan
didalam
berlebihan di
dinding dada
Perubahan Nutrisi
Lebih dari
Kebutuhan Tubuh
Menekan paru-paru
Keterbatasan
perubahan
Aktivitas fisik
penampilan
fisik
Intoleransi
Aktivitas
Pola nafas tidak
efektif
Koping Individu
Tidak Efektif
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan
Harga Diri
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsi pola
makan, factor herediter
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton, fisik yang besar
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya atau kurang olah
raga, gizi buruk, kerentanan individu
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan fisik, internalisasi
umpan balik negative
C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan 1
NOC : Menunjukan status gizi: asupan makanan dan cairan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi seimbang dan
BB ideal.
Kriteria hasil:
1. Pasien akan mendekati berat badan ideal
2. Mengalami asupan yang adekuat, tetapi tidak berlebihan, menyangkut kaori, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, besi dan kalsium
3. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
NIC : Bantuan pengurangan berat badan, aktivitas keperawatan:
1. Tentukan pola makan saat ini melalui catatan pasien mengenai segala sesuatu yang
dimakan, termasuk waktu jumlah yang dimakan, dimanan makanan tersebut
dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan selama makan, perasaan pada waktu makan,
dan sebagainya
2. Kaji lingkungan makan untuk menentukan kemungkinan efek pada obesitan
( dimanan, dengan siapa, aktivitas saat makan )
3. Ajarkan kepada pasien atau keluarga tentang pemilihan makanan yang tepat untuk
mengendalikan jumlah lemak dna kalori yang dikandung oleh suatu makanan
4. Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat aktivitas
BBL
35 40
0 1 th
30 50
1 3 th
25 32
4 11 th
20 30
12 18 th
16 19
motifasi tujuan yang sederhana, realities dan dapat dicapai oleh pasien yang
meningkatkan kemandirian dan daya tahan
2. Berikan informasi informasi factual yang erkait dengan penyakit kepada paien
maupun keluarga
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan dan ciptakan suasana
penerimaan
4. Turunkan rangsangan lingkungan yag dapat disalah artikan sebagai suatu ancaman
5. Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi dan ketakutan
Diagnosa keperawatan 5
NOC : Harga diri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan harga diri meningkat.
Kriteria hasil:
1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
2. Menerima kritikan dari orang lain
3. Menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social
NIC : Peningkatan harga diri, aktivitas keperatan:
1. Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilain diri
2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap
perkembangan konsep diri yang positif pada anak
3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien
4. Kaji pencapaian keberhasilan sebelumnya
5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapaian
D. EVALUASI
Dx 1
Indicator skala
Skala 1 : tidak adekuat
-
Pasien sama skali tidak bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu
waktu tertentu.
Skala 2 : Ringan
-
Pasien sedikit bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu.
Skala 3 : Sedang
-
Pasien agak bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu.
Skala 4 : Kuat
-
Pasien sudah bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu.
Pasien bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu.
Dx 2
Indikator skala
Skala 1: Ekstrem
-
Skala 2 : Kuat
-
Skala 3 : Ringan
-
Skala 4 : Sedang
-
Skala 5 : Tidak
-
Dx 3
Indicator skala
Skala 1 : tidak sama sekali
-
Tingkat daya tahan pasien tidak adekuat sama sekali untuk beraktifitas
Skala 2 : Ringan
-
Skala 3 : Sedang
-
Skala 4 : Berat
-
Dx 4
Indicator skala
Skala 1 : tidak pernah
-
Pasien
tidak
pernah
mengidentifikasikan
kekuatan
personal
yang
dapat
Pasien tidak pernah menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan situasi
Skala 2 : Jarang
-
Pasien jarang menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan situasi
Pasien kadang kadang menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan
situasi.
Skala 4 : sering
-
Pasien sering menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan situasi.
Skala 5 : konsisten
Pasien selalu menggunakan verbal dan nion verbal yang sesuai dengan situasi.
Dx 5
Indikator skala
Skala 1 : tidak pernah
-
Pasien tidak pernah menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social.
Skala 2 : jarang
-
Skala 4 : sering
-
Skala 5 : konsisten
-
DAFTAR PUSTAKA