You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

OBESITAS
Dosen Pengampu: Walin, SST, M Kes

BAB I
PENDAHULUAN

Disusun Oleh :
Kelompok III
1. Dyah Sovyana

P 102202060007

2. Etika Candra Dewi

P 102202060011

3. Januar Adi Prabowo

P 102202060018

4. Jumrotus Solikha

P 102202060020

5. Kurnia Eva Sari

P 102202060021

6. Oyi Widodo

P 102202060029

7. Rizal Ginanjar

P 102202060035

8. Setia Nina Karyati

P 102202060037

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2008

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan
lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi
masih banyak pendapat di masyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah
sehat. Sehingga banyak ibu yang merasa bangga kalau anaknya sangat gemuk, dan di
satu pihak ada ibu yang kecewa kalu melihat anaknya tidak segemuk anak tetangganya.
Sebenarnya kekecewaan tersebut tidak beralasan, asalkan grafik pertumbuhan anak
pada KMS sudah menunjukkan kenaikan yang kontinu setiap bulan sesuai lengkungan
grafik pada KMS dan berada pada pita warna hijau, maka anak tersebut pasti sehat.
Lebih-lebih kalau anak itu menunjukkan perkembangan mental yang normal, artinya
perkembangan motorik, bahasa, intelektual, emosional dan social sesuai dengan
umurnya, maka anak tersebut walaupun tidak terlalu gemuk, tetapi secara fisik, social
maupun mental adalah sehat.
Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi,
sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Dari berbagai
tulisan mengenai obesitas pada anak, ternyata banyak masalah yang dihadapai anak
yang obesitas ini. Lebih-lebih kalau obesitas pada masa anak-anak berlanjut sampai
dewasa. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan, bahwa makin panjang ikat
pinggang seseorang, maka akan makin pendek umurnya. Dengan perkataan lain, makin
gemuk seseorang akan semakin banyak penyakitnya, sehingga jarang yang mencapai
umur panjang.
Angka kejadian obesitas pada anak di Negara-negara maju terus bertambah. Menurut
Weil BW 1991, angka kejadian di Amerika meningkat 40% (dari 15% menjadi 21%).
Sedangakn angka kejadian di Indonesia masih belum ada data-datanya. Tetapi dari
pengamatan sehari-hari mulai banyak ditemukan kasus obesitas pada anak.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan mendeskripsikan konsep dasar obesitas pada
anak.
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada anak yang mengalami
obesitas.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
anak yang mengalami obesitas.

BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. (www.medicastore.com)

Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas
persentil ke 95 pada gravik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya.
(Institute of medicine (IOM) di AS)

Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh


secara berlebihan. (Vivi Juhanita S.,Gizi.Net)

Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang


berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. (Arief Mansjoer, dkk)

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya, umumnya obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas Primer : disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makan berlebih disbanding
dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh.
2. Obesitas Sekunder : yang disebabkan adanya penyakit atau kelainan congenital
(mielodisklasia), endokrin (sindrom cushsing, sindrom freulich, sindrom mauriach,
pseudo-paratiroidisme) atau kondisi lain (sindrom klinefelter, sindrom turner,
sindrom down, dll).
Menurut patogenesis dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Regulatory obesity : gangguan primernya berada pada pusat yang mengatur
masukan makanan.
2. Obesitas metabolic : kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat.
Menurut gejala klinisnya obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas sederhana (simple obesity)
Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan hormonal / mental / fisik
lainnya, obesitas ini terjadi karena factor nutrisi.

2. Bentuk khusus obesitas


a. Kelainan endokrin/ hormonal
Tersering adalah sindrom cushing, pada anak yang sensitive pada pengobatan
dengan hormon steroid.
b. Kelainan somato dismorfik
Sindrom prader-willi, sindrom summit dan carpenter, sindrom Laurence-moonbiedle, dan sindrom cohen.
Obesitas pada kelainan ini hampir selalu disertai mental retardasi dan kelainan
ortopedi.
c. Kelainan hipotalamus
Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan berakibat
terjadinya obesitas, sebagai akibat dari kraniofaringioma, leukemia serebral,
trauma kepala, dll.
Berdasarkan penggolongan berat badan, obesitas dibagi menjadi:
1. Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%
2. Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%
3. Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%
Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% diantara orang-orang yang gemuk.
C. PENYEBAB
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke dalam tubuh.
Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih
belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor:
1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh
a. Pada Bayi
-

Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa
setiap kali minum harus habis.

Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali


menangis.

Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.

Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu


manis, kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.

b. Faktor Psikis
Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak
(binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua
pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip dengan
bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak,
bedany pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang
telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada
sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi
hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada
malam hari.
c. Gaya hidup masa kini
Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori
tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice
cream, aneka makan mie, dll.
2. Penggunaan kalori yang kurang
Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak
berhenti makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.
3. Faktor lingkungan
Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini
termasuk perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali

seseorang makan sertabagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat


mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.
4. Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
-

Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma praderwilli

Hormonal

Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.


Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal.
Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada
pusat kenyang di otak.
-

Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan


seperti : lesi-lesi hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.

5. Factor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak
sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap
sel.
6. Aktivitas fisik
Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orangorang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang
seimbang, akan mengalami obesitas.
Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang
telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya
misalnya :

1. Herediter (faktor keturunan)


Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang
tuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan
kalau kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.
2. Suku / Bangsa
Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang
menderita obesitas.
3. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang
gemuk.
4. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh.
5. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak mahal,
anak dari orang tua tunggal, dll.
6. Meningkatnya keadaan social ekonomi seseorang.
Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka
cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya. Atau
keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang maju atau kaya.
7. Obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :
1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran.
2. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi.
Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak
dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak
akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang
terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas yang
terjadi setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi hipertrofi pada sel lemak.
Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun pertama
kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai dewasa,

setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi penurunan berat badan
setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya yang berkurang tetapi
besarnya sel yang berkurang.
Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone insulin,
sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin berfungsi untuk
menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.
E. MANIFESTASI KLINIK
Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun
pertama kehidupan, usia 5 6 tahun dan pada masa remaja.
Gejala obesitas antara lain :
1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).
2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang
obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan
memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan
yang lebih pendek dari usia sebayana.
3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu ganda
(double chin).
4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-olah
berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.
5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut
tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.
6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.
7. Perut menggantung dan sering disertai strie.
8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat
dari obesitasnya.
9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.
10. terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.
Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas
meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada saat

tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu)
sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk.
F. KOMPLIKASI
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada
masa bayi maupun masa dewasa, antara lain :
1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi
bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun
mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas
dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang
tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons imunologik sel T dan
aktivitas sel polimorfonuklear.
2. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian
bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid
akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mangakibatkan
anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer.
Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat
mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang
abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.
3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai
miliaria, maupun jamur pada lipatan kulit.
4. Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti
Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara,
dll.
5. Efek psikologis
Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan
depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman

sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek,
tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan temantemannya.
Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu
dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.
6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat
mengakibatkan :

Hipertensi pada masa adolensi.

Hiperlipidemia, ateroskerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maligna


pada dewasa.

Diabetes.

Sindrom Pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa,


yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi
polisitemia, hipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung kongestif,
dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi
tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat penting kalau terjadi
komplikasi ini.

Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur.

G. PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa,
karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan
tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus dipertimbangkan bahwa
anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat
penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada anak.

Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun
factor kejiwaan.

2. Motifasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan.


Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotifasi tentang
pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan
berat badan.
4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara
aktif sehingga banyak energi yang digunakan.
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga
seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut :
1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan kenaikan
berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan normal untuk
pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90
kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu btol jumlahnya harus dikurangi
dengan cara dielingi dengan air tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu yang
diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak
tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.
2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa
juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang
mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan
aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan
berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 1200
kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong anak melakukan aktifitas
fisik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Hindari menonton tv
terlalu lama dan makan makanan yang berkalori tinggi.
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat
badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar
850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi

kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendirisendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi
dengan teman-temannya.
MEDIS

Terapi pengobatan
Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:
1. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-ujung
syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :

Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu


makan terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel
syaraf. Efek dari fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari
deksfen menyebabkan katup jantung.

Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan


norepinefrin oleh sel-sel syaraf.

2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat
( menghalangi penyerapan lemak di usus.
G. PENCEGAHAN
Mencegah obesitas jauh lebih baik dari pada mengobati kalau sudah terjadi obesitas.
Yang penting adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak
mengangap bahwa sehat itu identik denan gemuk.
Pendegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASi. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena
komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.
Komposisi ASI pada saat baru mulai disusu ( foremilk ) lemaknya sedikit, sedangkan
pada akhir menyusu ( hind milk ) kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan
rasa nek pada bayi, akibatnya bayi akan menghentikan menyusu. Pemberian ASI
eksklusif 4 bulan, kemudian makanan tambahan diberikan mulai umur 4 bulan, dan
pemberian ASI dianjurkan sampai umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau
makanan setiap anak menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang

lapar. KMS ( kartu Menuju Sehat ) perlu untuk memantau pertumbuhan anak, sehingga
kita mengetahui setiap penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini
mungkin dikenalkan aktifitas disik, baik melalui bermain maupun olah raga. Menonton
tv hanya sebagai selingan saja.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Wawancara

Wawancara anak dan keluarga untuk mengetahui factor psikologis yang mungkin
berperan pada obesitas-standar budaya, penggunaan makanan untuk penenangan,
hubungan sebaya dan interpersonal keluarga, penggunaan makanan sebagau
penghargaan.

Dapatkan riwayat obesitas pada keluarga dan kebiasaan diet serta makanan
kesukaan.

Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk analisa grafik berat badan, kebiasaan


makan, perilaku, terutama yang berhunungan dengan aktivitas fisik.

b. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan fisik, observasi adanya manifestasi kegemukan:
a. Anak tampak kelebihan berat badan
b. Berat badan diatas standar, dapat di hitung dengan menggunakan alat timbang
berat badan secara langsung atau dihitung dengan menghubungkan berat badan
dengan tinggi badan dengan cara menghitung BMI ( body mass index ) yaitu
BB/TB ( dalam meter)
c. Ketebalan lipatan kulit lebih dari standar, cara pengukuran : ukur tebal lipatan
kulit dengan menggunakan alat pengukur yang dinamakan Caliper di beberapa
tempat seperti bagian trisep, subskapula, suprailiaka, dsb. Hasil pengukuran
dibandingkan dengan baku yang ada dan jika didapati kelebihan melampaui 1
SD ( standard deviation ), maka anak tersebut dianggap menderita obesitas.
Tebal lipatan kulit tidak tergantung dari tinggi badan, hingga dapat memberi
nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin.
d. Lemak tubuh meningkat diatas standar.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan prosedur diagnostic untuk menentukan anak dengan obesitas dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian
lemak tubuh dihitung berdasakan jumlah air yang tersisa
2. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah
seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk
mengukur lemak tubuh.
3. DEXA ( dual energy X-ray absorptiomery ), menyerupai skening tulang. Sinar X
digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
4. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diuk,ur dengan
jangka ( suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps )
5. Bielektric impedance analysis ( analisis tahanan bioelektrik ), penderita berdiri
diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke
seluruh tubuh lalu dianalisa.
6. Pemeriksaan antropometri, yang sering digunakan adalah berat badan terhadap
tinggi badan, berat badan terhadap umur, dan tebal lipatan kulit. Criteria yang
digunakan untuk menentukan obesitas adalah sebagai berikut:
Overnutrisi
TB 110-119% Std.

Obesitas
>/=120%Std

( pre pubertas )

90-95 persentil

>95 persentil

2.BB terhadap umur

110-119%Std.

>/=120%Std.

90-95 persentil

>95 persentil

umur
0-36 bulan

>2 SD diatas mean


obesitas
>2SD

1.BB

terhadap

3. lapisan kulit
(trisep/subscapula)
4. lipatan kulit

>90 persentil
0-18 tahun

( tanner 1962 )

>2 SD
>95 persentil

7. Body mass index ( BMI ), merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan


atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. BMI merupakan rumus
matematika dimana berat badan ( dalam kilogram ) di bagi dengasn tinggi badan
( dalam meter ) pangkat dua. Sesorang dikatakan mengalami obesitas jika
memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

B. PATHWAY KEPERAWATAN
Masukan energi yang
Melebihi dari

Penggunaan kalori yang kurang


dan faktor perkembangan

Kebutuhan tubuh

Faktor

Faktor

Kesehatan &

Predisposisi

lingkungan

Pembesaran & penambahan jumlah sel lemak


Obesitas

Pemasukan makanan yang

Penimbunan lemak
penimbunan
lemak
berlebihan di
bawah
diafragma
dan
didalam
berlebihan di
dinding dada

berat badan meningkat

Berlebihan ke dalam tubuh

Perubahan Nutrisi
Lebih dari
Kebutuhan Tubuh

Menekan paru-paru

Keterbatasan

perubahan

Aktivitas fisik

penampilan
fisik

Gangguan pernafasan dan


sesak nafas

Intoleransi
Aktivitas
Pola nafas tidak
efektif
Koping Individu
Tidak Efektif

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan
Harga Diri

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsi pola
makan, factor herediter
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton, fisik yang besar
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya atau kurang olah
raga, gizi buruk, kerentanan individu
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan fisik, internalisasi
umpan balik negative

C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan 1
NOC : Menunjukan status gizi: asupan makanan dan cairan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi seimbang dan
BB ideal.
Kriteria hasil:
1. Pasien akan mendekati berat badan ideal
2. Mengalami asupan yang adekuat, tetapi tidak berlebihan, menyangkut kaori, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, besi dan kalsium
3. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
NIC : Bantuan pengurangan berat badan, aktivitas keperawatan:
1. Tentukan pola makan saat ini melalui catatan pasien mengenai segala sesuatu yang
dimakan, termasuk waktu jumlah yang dimakan, dimanan makanan tersebut
dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan selama makan, perasaan pada waktu makan,
dan sebagainya
2. Kaji lingkungan makan untuk menentukan kemungkinan efek pada obesitan
( dimanan, dengan siapa, aktivitas saat makan )
3. Ajarkan kepada pasien atau keluarga tentang pemilihan makanan yang tepat untuk
mengendalikan jumlah lemak dna kalori yang dikandung oleh suatu makanan
4. Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat aktivitas

5. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat


6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentuknan diit yang sesuai untuk pasien
Diagnosa keperawatan 2
NOC : Status respirasi: ventilasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien dapat
adekuat
Kriteria hasil : Pasien atau keluarga akan
1. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas
2. Frekuensi respirasi dalam batas normal
Usia

Frekuensi nafas per menit

BBL

35 40

0 1 th

30 50

1 3 th

25 32

4 11 th

20 30

12 18 th

16 19

3. Tidak ada nafas pendek


NIC : Pengelolaan jalan nafas
1. Pantau pola nafas
2. Pantau kecepatan irama, kedalaman dan usaha respirasi
3. Pantau respirasi yang berbunyi seperti mendengkur
4. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan seperti posisi semi fowler
5. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas dan tersengal-sengal
Diagnosa keperawatan 3
NOC : Daya tahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat beraktifitas
dengan normal
Kriteria hasil:
1. Pasien akan meningkatkan aktivitas fisik

2. Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas


3. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
NIC : Terapi aktivitas, aktivitas keperawatan:
1. Kaji pola aktivitas dan minat pasien untuk meningkatkan aktivitas
2. Motivasi aktivitas rutin seperti berjalan, naik tangga, dan sebagainya
3. Rencanakan aktivitas dengan pasien atau keluarga yang meningkatkan kemandirian
dan daya tahan, misalnya:

anjurkan periode alternative untuk istirahat dan aktivitas

berikan penguatan yang positif untuk aktivitas yang meningkat

motifasi tujuan yang sederhana, realities dan dapat dicapai oleh pasien yang
meningkatkan kemandirian dan daya tahan

4. Motifasi aktivitas yang menekankan perbaikan diri bukan kompetisi untuk


menghindari ras gagal dan perasaan ditolak
5. Anjurkan keluarga pasien untuk membantu aktivitas pasien dalam meningkatkan
kemandirian dan daya tahan serta mengajarkan kepada keluarga mengenai aktivitas
pasien
Diagnosa keperawatan 4
NOC : Koping
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koping individu kembali
efektif
Kriteria hasil:
1. mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang
efektif
2. menggunakan pernyataan verbal dan nonverbal yang sesuai dengan situasi
3. melaporkan penurunan perasaan negative
NIC : Peningkatan koping, aktifitas keperawatan :
1. Nilai kesesuaian pasien terhadap gambaran diri dan dampak dari situasi kehidupan
pasien terhadap peran dan hubungannya dengan orang lain

2. Berikan informasi informasi factual yang erkait dengan penyakit kepada paien
maupun keluarga
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan dan ciptakan suasana
penerimaan
4. Turunkan rangsangan lingkungan yag dapat disalah artikan sebagai suatu ancaman
5. Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi dan ketakutan
Diagnosa keperawatan 5
NOC : Harga diri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan harga diri meningkat.
Kriteria hasil:
1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
2. Menerima kritikan dari orang lain
3. Menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social
NIC : Peningkatan harga diri, aktivitas keperatan:
1. Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilain diri
2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap
perkembangan konsep diri yang positif pada anak
3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien
4. Kaji pencapaian keberhasilan sebelumnya
5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapaian
D. EVALUASI
Dx 1
Indicator skala
Skala 1 : tidak adekuat
-

Pasien sama sekali tidak mendekati BB ideal

Asupan nutrisi pasien sama sekali tidak adekuat

Pasien sama skali tidak bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu
waktu tertentu.

Skala 2 : Ringan
-

Pasien sedikit demi sedikit mendekati BB ideal (25%)

Asupan nutrisi pasien sedikit mendekati adekuat

Pasien sedikit bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu.

Skala 3 : Sedang
-

Pasien agak mendekati BB ideal (50%)

Asupan nutrisi pasien agak mendekati adekuat

Pasien agak bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu.

Skala 4 : Kuat
-

Pasien mendekati BB ideal (80%)

Asupan nutrisi pasien sudah adekuat

Pasien sudah bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu.

Skala 5 : Adekuat total


-

BB pasien ideal (100%)

Asupan nutrisi pasien adekuat

Pasien bisa menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu.

Dx 2
Indikator skala
Skala 1: Ekstrem
-

Pasien sangat sulit bernafas

Frekuensi respirasi pasien sama sekali tidak normal

Nafas pendek pasien sangat kuat

Skala 2 : Kuat
-

Pasien sulit bernafas

Frekuensi respirasi pasien tidak normal

Nafas pendek pasien kuat

Skala 3 : Ringan
-

Pasien sudah mampu bernafas normal tapi sesekali sesak

Frekuensi pasien sudah mulai normal

Kadang-kadang terdapat nafas pendek pada pasien

Skala 4 : Sedang
-

Pasien mampu bernafas

Frekuensi respirasi pasien normal

Jarang terdapat nafas pendek pada pasien

Skala 5 : Tidak
-

Pasien bernafas sangat adekuat

Frekuensi respirasi pasien sangat adekuat

Nafas pendek pasien tidak ada

Dx 3
Indicator skala
Skala 1 : tidak sama sekali
-

Aktifitas fisik pasien tidak meningkat sama sekali

Tingkat daya tahan pasien tidak adekuat sama sekali untuk beraktifitas

Aktifitas dan istirahat pasien tidak seimbang sama sekali

Skala 2 : Ringan
-

Aktifitas fisik pasien sedikit meningkat sama sekali

Tingkat daya tahan pasien sedikit adekuat untuk beraktifitas

Aktifitas dan istirahat pasien sedikit seimbang

Skala 3 : Sedang
-

Aktifitas fisik pasien mulai meningkat

Tingkat daya tahan pasien mulai adekuat untuk beraktifitas

Aktifitas dan istirahat pasien mulai seimbang

Skala 4 : Berat
-

Aktifitas fisik pasien meningkat (sering dilakukan)

Tingkat daya tahan pasien adekuat untuk beraktifitas

Aktifitas dan istirahat pasien seimbang

Sakal 5 : Sangat berat


-

Aktifitas fisik pasien meningkat drastic (selalu dilakukan)

Tingkat daya tahan pasien adekuat penuh untuk beraktifitas

Aktifitas dan istirahat pasien seimbang

Dx 4
Indicator skala
Skala 1 : tidak pernah
-

Pasien

tidak

pernah

mengidentifikasikan

kekuatan

personal

yang

dapat

mengembangkan koping yang efektif


-

Pasien tidak pernah menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan situasi

Pasien tidak pernah melaporkan penurunan perasaan negative

Skala 2 : Jarang
-

Pasien jarang mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan


koping yang efektif

Pasien jarang menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan situasi

Pasien jarang melaporkan penurunan perasaan negative

Skala 3 : kadang kadang


-

Pasien kadang kadang mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat


mengembangkan koping yang efektif.

Pasien kadang kadang menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan
situasi.

Pasien kadang kadang melaporkan penurunan perasaan negatif.

Skala 4 : sering
-

Pasien sering mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan


koping yang efektif.

Pasien sering menggunakan verbal dan non verbal yang sesuai dengan situasi.

Pasien sering melaporkan penurunan perasaan negatif.

Skala 5 : konsisten

Pasien selalu mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan


koping yang efektif.

Pasien selalu menggunakan verbal dan nion verbal yang sesuai dengan situasi.

Pasien selalu melaporkan penurunan perasan negative.

Dx 5
Indikator skala
Skala 1 : tidak pernah
-

Pasien tidak pernah mengungkapkan penerimaan diri secara verbal

Pasien tidak pernah menerima kritikan dari orang lain.

Pasien tidak pernah menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social.

Skala 2 : jarang
-

Pasien jarang mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.

Pasien jarang menerima kritikan dari orang lain.

Pasien jarang menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social.

Skala 3 : kadang kadang


-

Pasien kadang kadang mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.

Pasien kadang - kadang menerima kritikan dari orang lain.

Pasien kadang - kadang menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok


social.

Skala 4 : sering
-

Pasien sering mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.

Pasien sering menerima kritikan dari orang lain.

Pasien sering menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social.

Skala 5 : konsisten
-

Pasien konsisten mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.

Pasien konsisten menerima kritikan dari orang lain.

Pasien konsisten menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.


Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : FKUI.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.
http : // www.medicastore.com.
http : // www.depkes.go.id.
http : // www.farmacia.com.
http : // www.gizi.net.

You might also like