Professional Documents
Culture Documents
Tempat tinggal yang nyaman, lingkungan yang nyaman, merupakan suatu yang
diinginkan oleh setiap orang. Dan dalam kurun waktu beberapa tahun ini keadaan
seperti ini sangat sulit dirasakan. Terlebih jika tinggal di kawasan perkotaan. Ruangruang yang ada diperkotaan sudah tidak mendukung kegiatan dan kebutuhan dasar
manusia. Ruang-ruang yang ada lebih difokuskan untuk kepentingan lain. Ruangruang yang ada dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti
kepentingan ekonomi, kepentingan politik, kepentingan-kepentingan yang bersifat
individu dan masih banyak kepentingan lainnya dalam penggunaan ruang-ruang
(lahan) yang ada kawasan perkotaan. Penataan ruang yang pro-kepentingan
manusia secara umum sangat dibutuhkan dan diharapkan penerapannya dalam
kehidupan nyata masyarakat. Dalam pewujudannya dibutuhkan analisis social yang
tajam serta dibutuhkan kesabaran dalam penerapan rencana yang telah dibuat.
Pendahuluan
Kota-kota di dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
tidak hanya terjadi di Negara-negara maju saja, seperti Amerika, Jepang atau
Negara-negara maju lainnya. Di Indonesia pun perkembangan kota dalam satu
dasawarsa terakhir berkembang dengan cepat. Hal ini terjadi seiring dengan
bertambahnya laju perekonomian di Indonesia.
menjadi semakin buruk. Tingkat polusi, tingkat kekumuhan pun semakin meningkat.
Banyak kota-kota di Indonesia lingkungannya tidak sehat, kawasan hijaunya sudah
tidak mencukupi 20% dari luas wilayah secara keseluruhan, tidak memiliki ruang
publik yang memadai, volume sampah yang tidak terkendalikan, dan masih banyak
lagi masalah-masalah lain yang ada di perkotaan. Sebagian besar ruang-ruang
diperkotaan saat ini tidak diperuntukkan bagi kemaslahatan masyarakat umum. Di
jalan-jalan dalam perkotaan sudah tidak mendahulukan para pejalan kaki, tapi lebih
mendahulukan kepentingan pengendara kendaraan bermotor. Hal ini merupakan
salah satu contoh bahwa perkotaan saat ini sudah tidak humanis.
Tata guna lahan di kawasan perkotaan saat ini sudah tidak memihak pada manusia
sebagai objek pembangunan yang akan merasakan manfaat dari pembangunan itu
sendiri. Beberapa contoh sebelumnya merupakan gambaran dari keadaan
perkotaan di Indonesia, dimana memperlihatkan dan menggambarkan tata guna
lahan yang tidak humanis.
Penyediaan pedestrian yang nyaman bagi para pejalan kaki, juga merupakan
contoh lain dari penataan guna lahan yang humanis. Tata guna lahan yang humanis
juga memiliki beberapa kriteria. Diatantaranya adalah sebagai berikut (hasil diskusi
kelompok) :
4. Dalam suatu kawasan memiliki fungsi mixed use yang dapat memberikan
kemudahan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Tata Guna lahan di Kota Solo Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota
Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng
pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas
permukaan air laut. Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak diantara
110 45` 15 110 45` 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Kota
Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan
Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat
terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangan.
Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota
Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura
Mangkunegaran (sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan
budaya yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunanbangunan kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan.
Tatanan sosial penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-sentuhan kultural
dan spasial keraton semakin menambah daya tarik. Salah satu tradisi yang
berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah
membatik. Seni dan pembatikan Solo menjadikan daerah ini pusat batik di
Indonesia.
Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang, dimana keduanya saling
mendukung dalam meningkatkan sektor ekonomi. Dengan segala brand dan
eksistensi yang disandang oleh kota Solo, kota Solo beberapa waktu terakhir juga
menjadi buah bibir bagi para pengembang wilayah. Kota Solo kini menambah satu
julukan baru yaitu julukan kota yang humanis. Kota yang humanis adalah sebuatan
baru bagi kota Solo, karena dianggap dalam penataannya sangat mendahulukan
kepentingan manusia. Penataan ruangnya bias dikatakan manusiawi. Di jalan
Slamet Riyadi pedestrian di buat lebar lengkap dengan fasilitas pendukung yang
membuat pejalan kaki sangat nyaman, yaitu kanopi-kanopi tumbuhan rambat yang
membuat teduh dan mempercantik jalur pedestrian. Disediakannya kursi-kursi
disepanjang jalur pedestrian dengan jarak interval kurang lebih 15-20 meter.
Dirawatnya pohon-pohon peneduh yang membuat para pejalan kaki menikmati
semua kegiatannya disana. Para pedagang kaki lima, tukang becak tidak
diperkenankan bebas menggunakan ruang ini. Disepanjang jalur ini bebas
pedagang kaki lima dan para tukang becak. Jalur pedestrian ini benar-benar di tata
dan direncanakan untuk masyarakat yang gemar berjalan kaki dalam melakukan
aktivitasnya. Konsepnya benar-benar mendahulukan para pejalan kaki. Para pejalan
kaki ditempatkan pada posisi yang penting.
Ruang public yang humanis adalah ruang public yang mendahulukan kepentingan
dan kebutuhan dasar manusia. Lalu mengapa taman Balekambang disebut tempat
public yang humanis? Taman balekambang merupakan suatu taman kota yang
fungsinya sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota Solo. Konsep dari taman
ini adalah Botanical Garden. Yang membuat taman ini masuk kedalam ruang public
yang humanis adalah saat orang-orang ingin menikmati keindahan dan kesejukan
taman ini mereka tidak harus membayar retribusi, fasilitas-fasilitas pendukung yang
ada juga mendahulukan kepentingan manusia nya. Hal-hal kecil seperti ini
merupakan suatu langkah untuk menuju kota yang humanis seperti slogan dari kota
Solo sendiri yaitu Berseri Bersih, rapi, sehat dan indah. Taman balekambang
Konsep yang digunakan dan dasar-dasar pemikiran dalam pembuatan riverwalk ini
memang sudah sesuai dengan konsep dan kriteria dalam penggunaan lahan di
ruang perkotaan untuk menuju kota yang humanis. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya tidak semuanya sesuai. Tidak terawatnya taman serta sedikitnya
masyarakat yang memanfaatkan ruang ini sedikit memberikan gambaran bahwa
taman yang sifatnya humanis ini kurang diminati oleh masayarakat. Taman yang
ada terkesan tidak bermanfaat. Namun, langkah yang diambil dalam pembangunan
riverwalk ini sudah cukup bagus. Dengan dibangunnya riverwalk dipenggal pinggir
Kalianyar harapannya dapat memberikan percontohan bagi kawasan lain yang
aliran sungainya masih dijadikan sebagai halaman belakang.
Kesimpulan
Menuju kota yang humanis tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menuju
kota yang humanis dipersiapkan perencanaan yang matang. Kunci sukses dalam
pelaksanaannya adalah membuat suatu rencana tata guna lahan yang pro dan
mengakomodasi kegiatan serta kebutuhan dasar masyarakat. Peran, partisipasi dan
kesadaran masyarakat juga merupakan kunci sukses dalam pelaksanaannya. Kota
Solo dalam usahanya untuk menciptakan kota Humanis dengan pemanfaatan lahan
yang tepat patut diberikan sambutan yang hangat bagi kota-kota lainnya di
Indonesia.