You are on page 1of 16

1) Apa beda dokter dokter perusahaan dengan dokter klinik biasa ?

DOKTER PERUSAHAAN adalah dokter yang ditunjuk atau bekerja di


perusahaan serta memimpin dan menjalankan pelayanan kesehatan bagi
tenaga kerja di perusahaan yang bersangkutan (Sumamur, 2009). Pada
banyak perusahaan, berbagai peraturan pemerintah yang mengatur
tentang pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja tidak dipatuhi, sehingga
dengan keberadaan dokter perusahaan diharapkan pelayanan kesehatan
kerja sesuai peraturan yang ada dapat dijalankan (Kuncoro, 2008).
A. Medis
1. Program kesehatan di tempat kerja
Fungsi dasar seorang dokter sebagai seorang praktisi kesehatan adalah
untuk menjalankan program pelayanan kesehatan. Untuk seorang dokter
perusahaan, ruang lingkup kerjanya termasuk pemeriksaan kesehatan,
perawatan dan rehabilitasi, serta pencegahan penyakit umum
2. Jalin hubungan dengan tenaga kerja
Seorang dokter perusahaan juga dituntut untuk menampung keluhan
tenaga kerja saat konsultasi kesehatan dan membantu melakukan koreksi
lingkungan apabila diperlukan bersama tim dari disiplin ilmu lain.
B. Teknis Lingkungan Kerja
1. Pengukuran
Seorang dokter perusahaan juga harus memiliki pengetahuan tentang alat
ukur dan standar keadaan lingkungan, termasuk diantaranya keadaan
iklim, bising, pencahayaan dan lain-lain. Pengetahuan ini bermanfaat
untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pekerja.
Namun, seorang dokter perusahaan juga harus mengetahui batas
cakupan disiplin ilmunya dan melakukan konsultasi pada ahli higiene
industri untuk melakukan pengukuran pada keadaan yang lebih spesifik.
Pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Kebersihan dan Sanitasi.
Seorang dokter perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan dan
memantau kebersihan serta sanitasi di perusahaan, termasuk di tempat
kerja, kantin, WC, dan pembuangan sampah. Selain itu, usaha kebersihan
lain yang harus dilakukan termasuk pemberantasan insekta tikus,
kampanye kebersihan perorangan (personal hygiene), dan pemantauan
sistem pengolahan sisa/sampah industri.
3. Penyesuaian kemampuan fisik dan pekerjaan.

Seorang dokter perusahaan harus mampu menilai kemampuan fisik


seorang pekerja dan membuat rekomendasi untuk penyesuaian di tempat
kerja pekerja tersebut. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kelelahan dan mengoptimalkan kinerja.
C. Teknis Administratif
Seorang dokter perusahaan berkewajiban untuk memenuhi tugas
administratif, termasuk diantaranya: 1. ) Pencatatan dan pelaporan medis
ke instansi, 2.) Administrasi rutin bidang kesehatan, dan 3.) Perencanaan
usaha pengembangan hiperkes di perusahaan.
D. Tugas Sosial
Selain tugas-tugas diatas, seorang dokter perusahaan juga memiliki
peranan sosial sebagai Health Educator atau penyuluh kesehatan. Materi
yang harus disampaikan termasuk gaya hidup sehat, gizi, dan mutu
makanan. Seorang dokter perusahaan juga harus mampu berfungsi
sebagai Health Counsellor (Komunikator) yang menjembatani hubungan
antara pekerja dengan pihak manajerial perusahaan dalam bidang
kesehatan. Seorang dokter perusahaan juga sering dilibatkan dalam tugas
kepanitiaan/tim, seperti P2K3, P3K atau Regu Pemadam Kebakaran.
Permen No. Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja, Pasal 2
2) Ruang lingkup dari HIPERKES ?

Kesehatan kerja :
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setinggi2nya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjaannya dari kemungkinan bahaya
yang disebabkan oleh faktor2 yang membahayakan kesehatan
(Prof.dr.Soekidjo Notoatmodjo.2007.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta)
3) Apa tujuan dan manfaat HIPERKES ?

DEFINISI
Hiperkes adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta segala
sesuatu prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada
faktor-faktor penyebab penyakit baik kualitatif maupun kuantitatif
dalam lingkungan kerja melalui pengukuran-pengukuran yang
hasilnya digunakan untuk tindakan korektof dan upaya pencegahan.
http://kesmasy.wordpress.com/2010/02/03/hiperkes-higieneperusahaan-ergonomi-dan-kesehatan/
TUJUAN :

Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri,


petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat
kesehatan

yang

setinggi-tingginya

baik

fisik,

mental

dan

sosialnya.
Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2
pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari perusahaan.
Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat konsumennya.
Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan
meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula
produksi perusahaan.
Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2000
4) Apa saja program-program dari HIPERKES ?

Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja


Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia
Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja
Pemeliharaan dan peningkatan hygiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti
kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah sisa pengolahan dan sebagainya
Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari pengotoran
oleh bahan-bahan dan perusahaan yang bersangkutan
Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan
(dr.Indan Entjang.2000.IKM.Bandung : PT.Citra Adtyia Bakti)
5) Apa tujuan dari ergonomi ?
1. Tujuan

Secara umum penerapan ergonomi terdiri dari banyak tujuan. berikut ini tujuan dalam
penerapan ergonomi:

Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan


cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.


Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial
dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial

baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan
antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas
kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan. Produktivitas. UNIBA
PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta

6) Ruang lingkup ergonomi ?

Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,


karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik.
Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan
material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan dan
kesehatan.
2. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya
; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara
lain ; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction,
keandalan manusia, dan stres kerja.
3. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk
sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi
organisasi antara lain ; komunikasi, MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu
kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur organisasi,
organisasi virtual, dll.
4. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan
getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain ;
perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan. Produktivitas.
UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta

7) Apa tujuan dari K3 ?


Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

8) Apa saja strategi untuk mewujudkan K3 ?

1. Program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga


kerja. Bertujuan memeriksa kesehatan fisik dan mental, terutama
untuk seleksi tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan
yang tersedia, di samping itu juga mengumpulkan data sebagai
data dasar bagi pemerintahan kesehatan berikutnya, setelah
menjadi tenaga kerja tetap di perusahaan tersebut.
2. Program pemeriksaan kesehatan berkala yang langsung dilakukan
saat tenaga kerja melakukan kegiatan pada bidang pekerjaannya.
Program ini bertujuan mengamati/supervisi berdasarkan data dasar
tentang kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam
pengamatan tersebut, terutama diamati sikap menyal dalam
melakukan pekerjaan, dan keadaan kesehatan menyeluruh saat
melakukan pekerjaan. Tujuan utamanya adalah mengamati segala
kemungkinan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kelancaran
pekerjaan mereka.
3. Program pengobatan jalan, perawatan, pertolongan gawat darurat
dirumah sakit dan sub unitnya lainnya.
4. Program pengembangan ketrampilan serta pengetahuan tenaga
unit kesehatan kerja, dan juga program pengembangan perangkat
teknis kedokteran, dll
5. Program penyuluhan kesehatan. Merupakan program yang
berintikan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan tenaga kerja
sendiri, misalnya tata kehidupan dan pekerjaan yang sesuia dengan
kaidah kesehatan, terutama yang menyangkut kebersihan,
penggunaan alat pelindung/pengaman (helm, masker, air plug dll)
yang mampu melindungi gangguan kesehatan serta kecelakaan.
Program penyuluhan terutama diarahkan pada berbagai masalah
yang ditemukan dari hasil pengamatan/supervisi. Pelaksanaan
program penyuluhan dapat dilakukan secara masal ataupun pada
saat supervisi.
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)
9) Dasar hukum dari K3 ?

UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas

kesehatan dan non kesehatan


UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi

lingkungan.
Peraturan penggunaan bahan-bahan

berbahayaPeraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.


PERATURAN KETENAGAKERJAAN

Kebijakan pemerintah ttg HIPERKES


Undang- Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan- Ketentuan
Pokok Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat ketentuan2 pokok tentang
tenaga kerja, mengatur higiene higiene perusahaan dan kesehatan
kerja sbb :
a) Tiap

tenaga

keselamatan,

kerja

berhak

kesehatan,

mendapat

perlindungan

kesusilaan, pemeliharaan

atas
moral

kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia


dan moral agama (pasal 9)
b) Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
Norma kesehatan kerja dan higiene perusahaan
Norma keselamatan kerja
Norma kerja
Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi
dalam hal kecelakaan kerja.
Sumamur. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. 1994
o Undang2 keselamatan kerja
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 yang ruang lingkupnya berhubungan
dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara
mencegah

terjadinya

kecelakaan

dan

penyakit

akibat

kerja,

memberikan perlindungan kepada sumber2 produksi sehingga dapat


meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Budiono S., Jusuf S., Pusparini A. BUNGA RAMPAI HIPERKES DAN KK
. 2005
10)

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja ?

kesehatan, kerja yang mencakup tiga faktor utama, yakni: beban


kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan
kemampuan kerja.
1.
Beban kerja
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut
memerlukan kekuatan otot. atau pemikiran, adalah merupakan
beban bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini dapat
berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai
dengan jenis pekerjaan si pelaku. Kesehatan kerja berusaha

mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan atau pekerja


dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat
mengurangi beban kerja. Misalnya alat untuk mengangkat barang
yang berat diciptakan gerobak, untuk mempercepat pekerjaan tulis
menulis diciptakan mesin ketik, untuk membantu mengurangi
beban hitung-menghitung diciptakan kalkulator atau komputer, dan
sebagainya.
2.
Beban tambahan
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau
karyawan, pekerja sering atau kadang-kadang memikul beban
tambahan yang berupa kondisi atau lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban
tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan, dan
harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban
tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor yakni:

Faktor fisik, misalnya: penerangan / pencahayaan yang tidak


cukup, suhu udara yang panas, kelembapan yang, tinggi atau
rendah, suara yang bising, dan sebagainya.

Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan


gangguan kerja, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dan
sebagainya.

Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhantumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak enak dan
mengganggu misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang
tak teratur, dan sebagainya.

Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai


dengan ukuran tubuh atau anggota badan misalnya: meja atau kursi
yang terlalu tinggi atau pcndek.

Faktor social-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak


harmonis misalnya: adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.
3.
Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pckerjaan berbeda
dengan seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan
pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas
yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang
tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari
lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut
dapat berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi
sampai pada batas-batas tertentu saja. Jadi, dapat diumpamakan
kapasitas ini adalah suatu wadah kemampuan yang dipunyai oleh
masing-masing orang.
Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan
kesehatan ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini
mempengaruhi
atau
menentukan
kemampuan
seseorang.

Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan di samping


kapasitas juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman,
kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh.
Kemampuan
tenaga
kerja
pada
umumnya
diukur
dari
keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi
keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan
(anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam
melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa
yang efisien, berarti beban kerjanya relatif rendah. Peningkatan
kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak terhadap
peningkatan produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui
pemberian makanan tambahan bagi tenaga kerja, terutama bagi
pekerja kasar misalnya, adalah merupakan faktor yang sangat
penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)
11)

Faktor penyebab dari kecelakaan kerja ?

1. Golongan fisik
Suara pekak atau tuli
Radiasi sinar Ro atau sinar radioaktif penyakit susunan darah, penyakit kulit
Suhu heat stoke, heat cramps, hyperpyrexia, frostbite
Tekanan tinggi caisson disease
Penerangan lampu yang kurang caisson disease
2. Golongan kimia
Debu pneumokoniosis
Uap metal fume fever, dermatitis, keracunan
Gas keracunan oleh CO, H2S, dll
Larutan dermatitis
Awan atau kabut misalnya racun serangga, racun jamur, dll keracunan
3. Golongan infeksi oleh bibit penyakit (misal anthrax & brucella pada pekerja
penyamak kulit)
4. Golongan fisiologis
Disebabkan oleh kesalahan konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara
melakukan pekerjaan, dll yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik bahkan
lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja.
5. Golongan mental-psikologis
Misal hubungan kerja yang tidak baik, keadaan monoton.
(Sumamur.1986.Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta : Gunung Agung)
12)

Bagaimana cara penanganan penyakit akibat kerja ?

PENCEGAHAN
Upaya pengendalian terhadap penyakit akibat kerja:

Substitusi : yakni mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang kurang atau
tidak berbahaya sama sekali, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.

Isolasi, yakni memisahkan proses yg berbahaya dari pekerja atau unit lainnya.
Misalnya menyendirikan mesin-mesin yg sangat gemuruh, atau proses2 yg menghasilkan
gas atau uap yang berbahaya.

Ventilasi umum yang dilakukan dengan mengalirkan udara kedalam ruang kerja
agar kadar bahan yang berbahaya berkurang.

Metode basah untuk mengurangi tersebarnya debu dalam proses produksi

Ventilasi keluar setempat dengan menggunakan alat penghisap agar bahan yg


berbahaya dapat dialirkan keluar

Perawatan rumah tangga yg baik, meliputi kebersihan, pembuangan sampah,


pencucian dan pengaturan tempat kerja yg aman.

Terhadap pekerja perlu dilaksanakan :

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja

Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus untuk mengetahui apakah


pekerjaan yang dilakukan telah menimbulkan gangguan, kelainan pada pekerja atau
tidak.

Penggunaan alat pelindung diri.

Penyuluhan sebelum kerja agar diketahui bahaya dan cara kerja yang benar
dan aman.

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, dll.


Pengawasan dan pemantauan lingkungan kerja yang dilakukan secara teratur dan terusmenerus.

13)

Cara mendiagnosis penyakit akibat kerja?

1.Menentukan diagnosis klinis


Untuk menyatakan bahwa suatu penyakit adalah akibat hubungan pekerjaan
harus dibuat diagnosis klinis dahulu
2.Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
Identifikasi semua pajanan yang dialami oleh pekerja tersebut.Untuk itu perlu
dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap dan kalau perlu dilakukan
pengamatan ditempat kerja dan mengkaji data sekunder yang ada
3.Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit
Untuk menentukan adakah hubungan antara pajanan dan penyakit harus
berdasarkan evidence yang ada dan dapat dilihat dari bukti yang ada
4.Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatif dengan
melihat data pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif
dengan mengamati cara kerja pekerja
5.Menentukan apakah ada peranan faktor-faktor individu itu sendiri
Hal-hal yang dapat mempercepat terjadinya penyakit akibat kerja atau
sebaliknya menurunkan kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja seperti
faktor genetik atau kebiasaan memakai alat pelindung yang baik
6.Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Misalnya Kanker paru dapat disebabkan oleh asbes dan bisa juga disebabkan
oleh kebiasaan merokok
7.Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Apabila dapat dibuktikan bahwa paling sedikit ada satu faktor pekerjaan yang
berperan sebagai penyebab penyakit dapat dikategorikan penyakit akibat
kerja.
Diagnosis spesifik Penyakit Akibat Kerja
Secara teknis penegakkan diagnosis dilakukan dengan (Budiono, Sugeng, 2003) :
a. Anamnesis/wawancara meliputi : identitas, riwayat kesehatan, riwayat
penyakit, keluhan.

b. Riwayat pekerjaan (kunci awal diagnosis)


1) Sejak pertama kali bekerja.
2) Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindung diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan,
kegemaran (hobby), kebiasaan lain (merokok, alkohol)
3) Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan.
c. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja.
1) waktu bekerja gejala timbul/lebih berat, waktu tidak bekerja/istirahat
gejala berkurang/hilang.
2) Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
3) Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data
penyakit di perusahaan.
d. Pemeriksaaan fisik, yang dilakukan dengan catatan
1) gejala dan tanda mungkin tidak spesifik
2) pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinik.
3) dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik.
e. Pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik
1) Misal : pemeriksaan spirometri, foto paru (pneumokoniosis-pembacaan
standard ILO)
2) Pemeriksaan audiometri
3) Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah/urine.
f. Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan, yang
memerlukan :
1) kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan
2) kemampuan mengevaluasi faktor fisik/kimia berdasarkan data yang
ada.
3) Pengenalan secara langsung cara/sistem kerja, intensitas dan lama
pemajanan.
g. Konsultasi keahlian medis/keahlian lain

1) Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinik,


kemudian dicari faktor kausa di tempat kerja, atau melalui
pengamatan/penelitian yang relatif lebih lama.
2) Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasehat (kaitan
dengan kompensasi)
14)

Macam penyakit yang berhubungan dengan kerja ?

1.

SILICOSIS
Silicosis adalh penyakit yang paling penting dari golongan pneumokoniasis.
Penyebabnya adalah silica hebas (SiO2) yang terdapat pada debu yang dihirup waktu
bernafas dan ditimbun dalam paru-paru. Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica bebas
berlainan dengan garam-garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini
biasanya terdpat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu
untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan keramik, di tambang timah putih,
di tambang besi, di tambang batu bara, di perusahaan tempat menggerinda besi, di
pabrik besi dan baja, dalam proses sandblasting, dan lain-lain. Singkatnya, penyakit
tersebut selalu mungkin terdapat pada pekerja yang menghirup debu dengan silica
bebas di dalamnya.

2.

ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa inkubasi
penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga gambaran klinis, yaitu
anthracosis murni, silicoanthracosis dan tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni
biasanya lambat menjadi berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi
emphysema yang rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang
terjadi mphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan paru-paru
oleh debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-basil tubeculosa
yang menyerang paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis tidaklah begitu berbeda
dengan silicosis murni. Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin
bertahun-tahun. Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala, walaupun
rontgen paru nenunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang
menonjol hanyalah sesak nafas. Sering kali penderita batuk dengan dahak kehitaman,
gejala tersebut disebut melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita
menjadi bundar dan ujung-ujung jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi
hyperresonant terdapat di dasar paru, sedangkan pada auskultasi adalah lemah.
Krepitasi terdengar, apabila penderita dihinggapi bronchitis juga. Pemeriksaan laju
endapan darah secara berkala memperlihatkan hasil-hasil trus meninggi. Gambaran
klinis berakhir dengan kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang
menyebabkan kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah sebagai
berikut :
a. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.

b. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan


menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai bersentuhan
dengan permukaan.
c. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-tempat mengebor,
pengeboran kering harus dilarang.
d. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
e. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
f. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah peledakan.
Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini terbatas umurnya sesuai
dengan effisiensi masker tersebut.
g. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
h. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.
3.

ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya adalah asbes.
Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang terpenting adalah magnesium
silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit tersebut adalah bahan asbes,
penenunan dn pemintalan asbes, reparasi tekstil yang terbuat dari asbes dan lain-lain.
penggunaan asbes untuk keperluan pembangunan. Kelainan dalam paru-paru tidak
berbentuk noduli yang terpisah satu dengan yang lainnya, melainkan kelainan fibrous
yang diffuse dan disertai penebalan pleura dan juga emphysema. Debu asbes yang
dihirup masuk dalam paru-paru mengalami perubahan menjadi badan-badan
asbestos oleh pengendapan-pengendapan fibrin di sekitar serat-serat asbes tersebut,
badan-badan ini pada pemeriksaan mikrskopis berupa batang dengan panjang sampai
200 mikrn. Gejala-gejala asbesitosis adalah sesak nafas, batuk, dan banyak
mengeluarkan dahak. Tanda-tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari,
dan krepitasi halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan
asbestos yang Baru mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat dalam kelompokkelornpok. Kelainan radiologis lambat terlihat, sedangkan gejala-gejala telah lebih
dahulu tampak. Gambaran rontgen pada permulaan sakit menunjukkan gambaran
ground glass appearance atau dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan batasbatas jantung dan diafragma tidaklah jelas. Cara pencegahan asbesitosis antara lain
dengan usaha-usaha :
a.
b.
c.

Menurunkan kadar debu di udara.


Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus diadakan ventilasi
setempat atau pompa keluar setempat.
d. Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak bertugas tidak
boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas memakai alat-alat
perlindungan diri secukupnya.
e. Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh debu asbes, ia harus
memakai alat pernafasan yang memungkinkannya bernafas udara segar.

f.

Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara penghisapan hampa


udara.
g. pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya penyakit kepada
pekerja.
4. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumokniosis yang penyebabnya terutama oleh debu kapas
kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu terutama erat dengan
pekerjaan kirding dan blowing, tapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainya,
bahkan dari prmulaan proses, yaitu pembuangan biji kapas, sampai pada proses
terakhir yaitu penenunan, Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun, yaitu bagi
para pekerja pada karding dan blowing. Bagi para pekerja lainya mas inkubasi ini
lebih dari 5 tahun.
5.

BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu berrylium.
Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa logam oksida fluorida
menyebabkan bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang dihirup itu adalah debu silikat
dari seng brrytium, dan mangan, pada banyak peristiwa terjadi pneumonitis terlambat
atau kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis chronica. Gejala-gejalanya adalah
berat badan menurun sangat cepat dan disertai keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak
dahak bukan rnerupakan gejala terpenting pada riwayat penyakit berryliosis.
Pernriksaan klinik biasanya tidak menunjukkan kelainan-kelainan yang luar biasa,
tetapi mungkin terdengar suara-suara tambahan pada auskultasi. Pada keadaan sakit
dini gambaran rontgen memperlihatkan bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan
akhirnya nodul yang terpisah-pisah serta tersebar.

6.

STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang penyebabnya
adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada pekerja yang berhubungan
dengan pengolahan biji timah atau industri-industri yang menggunakan timah putih.
Pada stannosis biasanya tidak terdapat fibrosis yang massif tidak ada tanda-tanda cacat
paru-paru, dan jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit tingkat permulaan,
gambaran rontgen paru-paru menunjukkan penambahan corakan dan penyebaran hilus.
Kemudian nampak noduli di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di paru kanan, lalu di
paru kiri. Lebih lanjut, penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin jelas
dan opak.

7.

SIDEROSIS
Debu yang mengandung prsenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis. Penyakit ini
tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Sidarosis terdapat pada pekerja-pekerja
yang menghirup debu dan pengolahan bijih besi. Biasanya pada siderosis murni tidak
terjadi fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula cacat paru.

8.

TALKOSIS

Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang masuk ke dalam
paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-mineral, jadi bukan hanya Mgsilikat saja. Menghirup talk bisa menyebabkan fibrosis peribronchial dan perivaskuler.
Gambaran rontgen paru menunjukkan bulla emphysema dan fibrosis.
Sumamur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung
Jakarta

.
15)

Apa saja macam-macam dari toksik industri ?

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan


suatu zat/bahan kimia pada organism hidup atau ilmu tentang
racun. Toksikologi industri membahas tentang berbagai bahan
beracun yang digunakan diolah atau dihasilkan oleh industry.
Klasifikasi
Berdasarkan sifat fisiknya dikenal :
a. Gas : tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan tekanan
normal, tidak terlihat, tidak berbau pada konsentrasi rendah, dan
dapat berubah.
b. Uap : bentuk gas dari zat yg dalam keadaan biasa berujud cair
atau padat, tidak terlihat dan berdifusi keseluruh ruangan.
c. Debu : partikel zat padat yg terjadi oleh karena kekuatan alami
atau mekanis.
d. Kabut : titik cairan halus di udara yg terjadi akibat kondensasi
bentuk uap atau dari tingkat pemecahan zat cair atau menjadi
tingkat dispersi, melalui cara tertentu.
e. Fume : partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk
gas, biasanya setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
f. Asap : partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5
mikron, sebagai akibat pembakaran tidak sempurna bahan yang
mengandung karbon.
g. Awan : partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran
partikelnya antara 0,1 1 mikron.
Sifat sifat fisik zat dapat pula digolongkan menjadi padat ( padat
biasa, fume, asap, debu ), cair ( cair biasa, awan, kabut ), dan gas
( uap, gas ).
Sedang bahan kimia di udara menurut sifatnya dapat dibedakan
menjadi :
a. Bahan bersifat partikel : debu, awan, fume, kabut.
b. Bahan bersifat non partikel gas, uap

Terhadap tubuh bahan bahan kimia tersebut digolongkan dalam


klasifikasi fisiologis sebagai berikut :
a. Bahan partikel yg bersifat : perangsang ( kapas, sabun, bubuk
beras ), toksik ( Pb, As, Mn ), fibrosis ( kwarts, asbes ), allergen
( tepung sari, kapas ), menimbulkan demam ( fume, Zn O ), Inert
( aluminium, kapas ).
b. Bahan non partikel yg bersifat : Asfiksian ( metan, helium ),
perangsang ( amoniak, Hel, H2S ), racun organik, organik ( TEL,
As H3 ), Mudah menguap yg : berefek anesthesi
( Trichloroetilen ), merusak alat dalam ( C C14 ), merusak darah (
benzene ), merusak saraf ( Parathion ).
Menurut lama terjadinya pemajanan :
a. Akut, contoh : kecelakaan kerja/keracunan mendadak
b. Subkronik, contoh : proses kerja dengan bahan kimia selama 1
tahun/lebih
c. Kronik, contoh : bekerja untuk
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

You might also like