You are on page 1of 11

Agens Antiprotozoa

Infeksi yang di sebabkan oleh protozoa sangat banyak terjadi di berbagai belahan
dunia. Di daerah tropis, tempat jenis penyakit ini umum terjadi, banyak orang yang menderita
berbagai insfestasi pada waktu bersamaan. Infeksi ini relatif jarang terjadi di Amerika Serikat,
namun dengan semakin banyaknya jumlah orang yang melakukan perjalanan keliling dunia,
orang-orang yang baru saja kembali dari perjalanan ke Afrika, Asia, atau Amerika Selatan
biasanya menderita infeksi protozoa. Protozoa tumbuh di iklim tropis, tetapi juga dapat
bertahan hidup dan bereproduksi di area tempat tinggal yang sangat padat dan tidak bersih.
Bab ini berfokus pada infeksi protozoa yang disebabkan oleh gigitan serangga (malaria,
tripanosomiasis, dan leismaniasis) dan infeksi yang terjadi akibat ingesti atau kontak dengan
organisme penyebab (amebiasis, giardiasis, dan trikomoniasis).

Malaria
Malaria adalah penyakit parasit yang telah membunuh ratusan juta manusia dan
bahkan telah mengubah jalannya sejarah. Sejarah perang Afrika dan pembuatan Terusan
Panama berubah karena terjadinya wabah malaria. Sekalipun obat untuk penyakit ini sudah di
temukan, penyakit ini tetap endemik di berbagia belahan dunia. Malaria disebarkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles, yang merupakan sarang parasit protozoa dan membawanya ke
manusia. Ini merupakan satu-satunya metode penularan yang diketahui.
Empat parasit protozoa, semuanya berada dalam genus Plasmodium, telah
diidentifikasi sebagai penyebab malaria:

Plasmamodium falciparum dianggap sebagai jenis protozoa yang paling berbahaya.


Infeksi yang disebabkan oleh protozoa ini mengakibatkan penyakit akut yang berat
dan terjadi secara mendadak dengan demam tinggi, hipotensi berat, pembengkakan
dan kemerahan pada ekstremitas, penurunan sel darah merah, dan bahkan kematian.
Plasmodium vivax menyebabkan penyakit yang lebih ringan, yang jarang
menyebabkan kematian.
Plasmodium malarie bersifat endemik di berbagai negara tropis dan menyebabkan
tanda dan gejala yang sangat ringan di dalam populasi. Protozoa ini menyebabkan
penyakit yang lebih akut pada turis di area endemik.
Plasmodium ovale, penyakitnya jarang dijumpai, tampaknya tengah dalam proses
pemberantasan.

TERAPI OBAT MENURUT USIA

Agens Antiprotozoa
Anak-anak

Dewasa

Lansia

Anak-anak sangat sensitif


terhadap efek sebagian besar
obat antiprotozoa dan lebih
banyak reaksi merugikan
yang dapat terjadi jika obatobat ini di gunakan pada
anak-anak.
Kebanyakan obat-obatan
ini tidak terbukti aman dan
efektif untuk di gunakan
pada anak-anak dan harus
diberi
perhatian
tinggi.
Bahaya
infeksi
akibat
perjalanan ke area endemik
penyakit tersebut sering lebih
berat daripada potensi resiko
akibat penggunaan cermat
obat ini.
Jika anak perlu melakukan
perjalanan ke area endemik
infeksi protozoa, tanyakan
tentang
kemungkinan
tindakan pencegahan teraman
ke CDC atau dapartemen
kesehatan setempat.

Orang dewasa harus di beri


tahu dengan baik tentang
perlunya profilaksis terhadap
berbagai infeksi protozoa dan
perlunya pengobatan segera
jika tertular penyakit ini.
Akan sangat membantu
menandai kalender untuk
mengingat hari sebelum,
selama, dan setelah terpajan,
ketika obat harus diminum.
Wanita hamil dan menyusui
tidak boleh menggunakan
obat ini kecuali manfaatnya
jauh lebih besar daripada
resikonya terhadap janin atau
neonatus. Wanita usia subur
harus di anjurkan untuk
menggunakan
kontrasepsi
barier. Jika meminum obat
ini. Wanita hamil yang
melakukan perjalanan ke area
endemik infeksi protozoa
harus di beri tahu tentang
resiko serius terhadap janin
akibat terapi pencegahan dan
pengobatan serangan akut,
serta resiko akibat tertular
penyakit tersebut.

Pasien lansia dapat lebih


rentan
terhadap
efek
merugikan
terkait
penggunaan obat ini dan
harus di pantau dengan ketat.
Pasien penderita difungsi
hati mengalami peningkatan
resiko perburukan penyakit
hati dan efek toksik dari
penggunaan obat-obat ini.
Jika fungsi hati diperkirakan
akan terjadi (usia yang terlalu
tua
atau
muda,
penyalahgunaan
alkohol,
penggunaan
obat-obat
hepatotoksik lainya), dosis
perlu dikurangi dan pasien
dipantau dengan lebih sering.

Salah satu masalah pengendalian malaria adalah bahwa nyamuk betina, yang menularkan
penyakit, telah resisten terhadap insektisida yang di rancang untuk membasmi nyamuk.
Upaya pengendalian nyamuk yang meluas telah berhasil dilakukannuntuk waktu yang
lama, yang terbukti dengan semakin sedikitnya jumlah kasus malaria setiap tahunnya.
Namun demikian, dengan berkembangnya nyamuk yang resisten terhadap insektisida,
insidensi malaria kembali meningkat. Selain itu, protozoa penyebab malaria telah
membentuk strain yang resisten terhadap obat anti malaria biasa. Kombinasi faktor-faktor
tersebut menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia.

Siklus Hidup Plasmodium


Parasit penyebab malaria pada manusia menghabiskan sebagian hidupnya di dalam nyamuk
Anopheles dan sebagian lagi di dalam pejamu manusia. Pada saat nyamuk menggigit manusia
yang terinfeksi malaria, nyamuk tersebut menghisap darah yang mengandung gemotosit,
yang merupakan bentuk jantan dan betina dari plasmodium. Pasangan gametosit ini bertemu
di dalam perut

Nyampuk dan menghasilkan zigot yang mengalami berbagai fase sebelum membentuk
sporozoit (spora hewan) dan kemudian menuju ke kelenjar saliva nyamuk. Orang berikutnya
yang digigit oleh nyamuk tersebut akan berinjeksi ribuan sporozoit. Hewan-hewan ini
mengalir bersama aliran darah, kemudian dengan cepat bersarang di hati manusia dan
jaringan lain serta menyerang sel.

Di dalam sel manusia, organisme tersebut mengalami pembelahan dan reproduksi sel
aseksual. Selama 7 sampai 10 hari berikutnya, jaringan utama skizon ini tumbuh dan
memperbanyak diri di dalam sel yang mereka serang (sebagai trofozoit). Merozoit dibentuk
dibentuk dari skizon primer dan kemudian keluar dari sel yang diserang tersebut pada saat sel
pecah akibat akspnsi berlebihan. Merozoit ini memasuki sirklus dan menyerang sel-sel darah
merah, terus menerus membelah diri sampai sel-sel darah merah, tersebut juga pecah, yang

mengeluarkan lebih banyak merozoit ke dalam sirkulasi untuk menyerang lebih banyak lagi
sel darah merah.
Akhirnya, sejumlah besar merozoit berada didalam tubuh dan juga sejumlah besar sel
darah merah yang pecah dan terinfeksi. Pada tahan ini, terjadi serangan malaria akut.
Pecahnya sel darah merah menyebabkan pasien mengigil dan deman akibat efek pirogenik
dari protozoa dan efek toksik dari kompone-komponen sel darah merah dalam sistem
tersebut. Siklus deman dan mrngigil ini biasanya terjadi setiap 72 jam.
Pada malaria yang disebabkan oleh P. Vivax dan P. Malariae, siklus ini dapat terus
berlanjut selama periode yang lama. Banyak skizon jaringan tetap dormal sampai akhirnya
menemukan cara mencapai hari, tempat stikon memperbanyak diri dan kemudian menyerang
lebih banyak sel darah merah, menyebabkan kembali terjadinya siklus akut. Ini dapat terjadi
selama bertahun-tahun pada pasien yang tidak diobati.
Pada malaria yang disebabkan oleh P. Falciparum, tidak ada tempat estrahepatik
untuk skizon. Jika pasien selamat dari serangan akut, tidak ada kekambuhan lagi. Serangan
pertama dari malaria jenis ini dapat menghacurkan banyak sekali sel darah merah sehingga
kapiler pasien tersumbat dan sirkulasi organ vital terganggu, yang menyebabkan kematian.

Antimalaria
Obat antimalaria biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi untuk menyerang
plasmodium di berbagai tahap siklus hidupnya. Dengan pendekatan ini, pencegahan reaksi
malaria akut pada orang yang terinfeksi parasit ini dapat dilakukan.
Kuini (generik), obat pertama yang terbukti efektif untuk mengobati malaria, saat ini
digunakan hanya untuk pengobatan infeksi yang resisten terhadap klorokium sebagai
kombinasi dengan agens lainnya. Kuinin memengaruhi sintesis DNA plasmodium,
menyebabkan ketidakmampuan untuk bereproduksi secara efektif. Obat ini dapat
menyebabkan diare berat dan kondisi yang disebut sinkonisme (mual, muntah, tinitus, dan
vertigo) , sehingga tidak banyak dipilih dibandingkan obat baru yang kurang toksik. Kuinin
diabsorpsi dengan cepat dari ujung atas usus halus, dengan kadar puncak dalam serum terjadi
1 sampai 3 jam. Obat ini dimetabolisme dihati dengan waktu paruh 4 sampai 5 jam, dan
diekskresi melalui urine. Kuinin bersifat toksik untuk digunakan oleh wanita usia subur yang
perlu meminum kuinin.
Klorouin (Arelen) saat ini merupakan obat utama untuk terapi antimalaria. Obat ini
masuk ke sel darah merah manusia dan mengubah jalur metabolisme untuk reproduksi
plasmodium. Selain, agens ini secara langsung bersifat toksik terhadap parasit yang
mengabsorpsinya. Klorokuin bersifat asam dan mengurangi kemampuan parasit untuk
mensintesis DNA, menyebabkan terhambatnya reproduksi. Klorokuin diabsorpsi dengan
cepat dari saluran GI, dengan kadar puncak dalam serum terjadi dalam 1 sampai 6 jam. Obat
ini terkonsentrasi pada hati, limpah ginjal, dan otak dan dieksresikan dengan sangat lambat
melalui urine, tanpa perubahan. Penggunaannya selama kehamilan dan laktasi harus dibatasi
untuk keadaan yang manfaatnya jauh lebih besar dari pada potensi resiko terhadap neonatus.

Hidroksiklorokuin (Plaquenil) menghambat reproduksi parasit dan, dengan


menghambat sintesis produksi protein, obat ini dapat menyebabkan kematian plasmodium.
Obat ini digunakan sebagai terapi kombinasi, biasanya dengan primakuin, untuk
mendapatkan efektivitas yang terbaik. Hidroksilorokuin diabsorpsi dengan cepat dari saluran
GI, dengan kadar puncak dalam serum terjadi dalam waktu 1 sampai 6 jam. Obat ini
diekskresikan secara peralahan di dalam urine, sebagai besar tanpa mengalami perubahan.
Penggunaannya selama kehamilan dan laktasi harus di batasi hanya jika manfaatnya jauh
lebih besar dari pada potensi resiko terhadap janin.
Meflokuin (Lariam) meningkatkan keasaman vakuola makanan plasmodium,
menyebabkan ruptur dan kematian sel. Dalam terapi kombinasi, meflokuin digunakan untuk
pencegahan dan pengobatan malaria. Obat ini merupakan molekul campuran yang diabsorpsi,
dim4eetabolisme, dan dieksresi dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Waktu paruh terminal
adalah 13 sampai 24 hari. Metabolisme terjadi di hati, dan harus diberikan dengan hati-hati
pada pasie-pasien yang menderita disfungsi hati. Kehamilan harus dihindari selama dan dua
bulan setelah terapi selesai. Meflokuin bersifat teratogenik pada penelitian praklinis. Obat ini
masuk ke ASI dan dapat bersifat sangat toksik terhadap bayi. Pemberian ASI harus dihentikan
jika obat ini diperlukan untuk terapi.
Primakuin (gnerik), obat yang sangat lama lainnya yang digunakan untuk mengobati
malaria, serupa dengan kuinin, mengganggu mitokondria plasmodium, obat ini juga
menyebabkan kematian gametosit dan bentuk eksoeritrositik serta mencegah reproduksi
bentuk-bentuk lain. Karena cara kerjanya, obat ini terutama bermanfaat dalam mencegah
kambuhnya infeksi P. Vivax dan P. Malariae. Primakuin diabsorpsi dengan cepat dan
dimetabolisme di hati. Ekskresi terutama terjadi melalui urine. Keamanan penggunaan selama
kehamilan belum ditentukan.
Pirimetamin ( Daraprim) digunakan sebagai kombinasi dengan agens-agens lain yang
bekerja lebih cepat untuk menekan malaria dengan menghambat penggunaan asam folat
dalam sintesis protein oleh plasmodium, yang akhirnya menyebabkan ketidakmampuan sel
untuk bereproduksi dan kemudian terjadi kematian sel. Pirimetamin diabsorpsi dengan cepat
dari saluran GI, dengan kadar puncak terjadi dalam 2 sampai 6 jam.Obat ini dimetabolisme di
hati dan memiliki waktu paruh 4 hari.Obat ini biasanya mempertahankan konsentrasi supresif
di dalam tubuh selama 2 minggu . Seperti antiprotozoa lainnya,pirimetamin tidak boleh
digunakan selama kehamilan dan laktasi kecuali jika manfaatnya jauh lebih besar dari pada
potensi resikonya terhadap janin.
Halofantrin (Halfan),agens antimalaria terbaru,efektif pada tahap eritrosit penyakit
dan menyebabkan kematian plasmodium. Tampaknya,obat ini tidak berpengaruh terhadap
fase sporozoit atau gametosit atau pada fase hati dari penyakit tersebut, sehingga obat ini
paling efektif jika digunakan sebagai kombinasi dengan antimalaria lainya. Halofantrin
diabsorpsi dengan cepat dari saluran GI, dengan kadar puncak terjadi dalam 5 sampai 7 jam.
Obat ini dimetabolisme dihati dan memiliki waktu paruh terminasi selama 6 sampai 10 hari.
Ekskresi terutama terjadi melalui feses. Halofantrin menyebabkan kelainan janin pada kelinci

dan harus dihindari selama kehamilan dan laktasi karena potensi risikonya terhadap neonatus.
Halofantrin (sendy)
lihatan, termasuk kemungkinan kebutaan yang berhubungan dengan kerusakan saraf akibat
obat tambahan. Sinkonisme (mual,muntah,tinitus,dan vertigo) lebih sering terjadi pada
penggunaan kuinin dosis tinggi dan akibat efek obat pada SSP. Efek ini dapat terlihat pada
obat yang mengandung kuinin jika mencapai kadar toksik.
Interaksi Obat-Obat yang penting secara klinis
Pasien yang mendapat kombinasi derivat kuinin berisiko lebih tingggi mengalami toksisitas
jantung dan konvulsi dan perlu dipantau dengan sangat ketat. Kadar obat harus dipantau dan
penyesuaian dosis dilakukan sesuai kebutuhan.
Pasien yang mendapat halofantrin berisiko lebih tinggi mengalami aritmia jantung
yang serius dan bahkan kematian jika mereka juga meminum obat lain yang memperpanjang
interval QTc.
Pertimbangan keperawatan untuk pasien yang mendapat agens antimalaria
Pengkajian : Riwayat dan Pengkajian Fisik
Tapis hal-hal berikut ini : riwayat alergi terhadap salah satu antimalaria ,disfungsi hati atau
alkoholisme yang dapat mengganggu metabolisme dan ekskresi obat,porfiria atau psosiasis,
yang dapat memperburuk oleh efek obat ,penyakit retina yang dapat meningkatkan gangguan
penglihatan akibat efek obat ini ; pemanjangan interval QTc ,yang dapat meningkatkan risiko
aritima jantung jika menggunakan halofantrin; kehamilan dan laktasi ,karena obat ini
mempengaruhi janin dan masuk ke ASI serta bersifat toksik terhadap bayi.
Penkajian fisik harus dilakukan untuk menetapkan data dasar guna mengkaji
efektivitas obat dan munculnya efek merugikan yang berhubungan dengan terapi obat. Kaji
SSP (refleks dan kekuatan otot). Lakukan pemeriksaan retina dan pendengaran serta
penapisan oftalmik untuk mendeteksi perhatihan yang perlu diberikan dalam penggunaan
obat ini dan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan yang terjadi akibat terapi obat.
Lakukan evaluasi hati dan dapatkan hasil uji fungsi hati untuk menentukan ketepatan terapi
dan untuk memantau adanya toksisitas. Lakukan kultur darah untuk menentukan spesies
plasmodium yang menyebabkan penyakit tersebut. Lakukan pemeriksaaa
kulit
(lesi,warna,suhu, dan tekstur) untuk memantau efek yang merugikan. Dapatkan data dasar
EKG jika menggunakan halofantrin.
Diagnosis keperawatan
Pasien yang mendapat obat antimalaria dapat memiliki diagnosis keperawatan berikut ini
yang berhubungan dengan terapi obat :

Nyeri akut yang berhubungan dengan efek obat pada GI,SSP dan kulit.
Gangguan sensori persepsi( kinestetik, visual) yang berhubungan dengan efek obat
pada SSP

Defisit pengetahuan tentang terapi obat


Implementasi
Atur pengambilan kultur dan uji sensitivikasi yang tepat sebelum terapi dimulai untuk
memastikan obat yang akan digunakan adalah obat yang tepat untuk spesies
plasmodium. Pengobatan dapat dimulai sebelum hasil uji diketahui .
Berikan semua obat yang diresepkan sampai selesai untuk mendapatkan manfaat yang
optimal ; tandai kalender untuk dosis profilaktik. Gunakan terapi kombinasi sesuai
indikasi .
Pantau fungsi hati dan lakukan pemeriksaan oftalmogolik sebelum dan secara
periodik selama pengobatan agar dapat secara efektif menghentikan obat tersebut jika
terjadi tanda-tanda gangguan atau pemburukan penglihatan .
Lakukan tindakan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman jika terjadi efek
obat dan SSP ( mis:memasang pagar tempat tidurdan membantu pasien
berambulasijika pasien mengalami pusing dan kelemahan fisik) untuk mencegah
pasien cedera. Berikan oral higiene dan bantuan untuk ke kamar mandisesuai
kebutuhan untuk mengatasi efek obat pada GI.
Berika makanan bergizi porsi kecil tetapi sering jika ketidaknyamanan pada GI cukup
beratuntuk memastikan nutrisi yang adekuat. Pantau status nutrisi dan atau konsultasi
diet sesuai kebutuhan. Meminum obat bersamamakanan juga dapat mengurangi
ketidaknyamanan pada GI.
Pastikan bahwa pasien sudah diberitahu tentang program dosis yang tepat untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi obat dan untuk meningkatkan
kepatuhan.
Pasien harus:
Melakukan upaya pengamanan, termasuk perubahan posisi secara perlahan, tidak
mengemudikan kendaraan, serta melakukan tugas-tugas berbahaya jika terjadi efek
obat pada SSP.
Minum obat bersama makanan dan makan porsi kecil tetapi sering jika merasakan
ketidaknyamanan pada GI.
Melaporkan kepada tenaga kesehatan jika penglihatannya kabur, yang dapat
mengindikasikan kerusakan retina; kehilangan pendengaran atau telinga berdengung,
yang dapat mengindikasikan adanya toksisitas SSP; dan deman atau memburuknya
kondisi, yang dapat mengindikasikan adanya strain resisten atau terapi yang tidak
efektif.

Evaluasi
Pantau respons pasien terhadap obat (hilangnya tanda dan gejala malaria).
Pantau efek merugikan (orientasi dan afek, status nutrisi, warna kulit dan lesi kulit,
fungsi hati, dan perubahan penglihatan serta penglihatan).
Evaluasi efektivitas rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan nama obat, dosis,
kemungkinan efek merugikan yang harus diperhatikan, dan tindakan khusus untuk
membantu menghindari efek merugikan).

Pantau efektivitas tindakan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman serta
kebutuhan terhadap program pengobatan.

INFEKSI PROTOZOA LAINNYA


Infeksi protozoa lainnya yang ditemukan di klinik antara lain amebiasis, leismaniasis,
tripanosomiasis, trikomoniasis, dan giardiasis. Infeksi ini, yang disebabkan oleh protozoa
bersel tunggal, biasanya dihubungkan dengan ketidakbersihan, kondisi yang padat, dan
praktik higiene yang buruk. Pasien yang melakukan perjalanan ke negara lainbisa
mendapatkan infeksi ini, yang juga meingkat jumlahnya di Amerika Serikat.

Amebiasis
Amebiasis, infeksi usus yang disebabkan oleh Entamoeba histolityca, sering disebut
disentri amebik.E. histolityca memiliki dua tahap siklus hidup. Organisme hidup dalam dua
tahap: (1) kista, tahap dominan, yaitu protozoa tersebut dapat hidup lama di luar tubuh atau di
dalam usus manusia, dan (2) tahap trofozoit di dalam lingkungan yang ideal- usus besar
manusia.

Penyakit ini ditularkan ketika protozoa berada pada tahap kista di dalam feses, tempat
protozoa dapat masuk keair dan tanah. Protozoa ini masuk ke dalam tubuh manusia yang
meminum air tersebut dan memakan makanan yang tumbuh di tanah tersebut.Kista tertelan
masuk ke usus tanpa terpengaruh oleh asam lambung.Beberapa kista keluar melalui feses dan
lainnya menjadi trofozoit yang yang tumbuh dan bereproduksi. Trofozoit tersebut bermigrasi
ke dalam mukosa kolon, tempat mereka kemudian menembus dinding usus, membentuk
erosi. Bentuk Entamoeba melepas zat kimia yang menghancurkan sel- sel mukosa, dan
akhirnya memakan jaringan sampai mencapai sistem vaskular, yang membawanya ke seluruh
tubuh. Trifozoit bersarang di hati, paru, jantung, otak dan lain sebagainya.
Tanda awal amebiasis antara laindiare rngan sampai berat. Pada kasus yang berat, jika
protozoa tersebut dapat menyerang jaringan ekstraintestinal, protozoa dapat menghancurkan
jaringan dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pejamu. Beberapa individu dapat
menjadi karier tanpa menunjukan tanda- tanda atau gejala. Mereka tampaknya resisten
terhadap serangan ke usus tetapi mengeluarkan kista di dalam feses.

Leismaniasis

Leismaniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang ditularkan oleh
lalat sand ke manusia. Lalat ini mengijeksikan bentuk aseksual dari protozoa berflagel ini,
yang disebut prosmatigot ke dalam tubuh manusia, yang dengan cepat diserang dan dimakan
oleh makrofag manusia. Di dalam makrofag, promastigot membelah diri, membentuk banyak
bentuk baru yang disebut amastigot,yang terus membelah diri dan akhirnya membunuh
makrofag melepaskan amastigot ke dalam sistem untuk selanjutnya dimakan lagi oleh lebih
banyak makrofag. Oleh karena itu, terbentuklah pola siklus infeki. Amastigot ini dapat
menyebabkan lesi yang serius pada kulit, visera, atau membran mukosa pejamu.
Tripanosomiasis
Tripanosomiasis adalah infeksi yang disebabkan Trypanosoma. Dua spesies protozoa
parasit menyebabkan penyakit yang serius dan sering kali mematikan pada manusia.
Gambar : Siklus hidup Entamoeba histolytica dan tempat kerja metronidazol dan klorokiun,
yang digunakan untuk mengobati amebiasis.

Penyakit tidur di Afrika, yang disebabkan oleh Trypanosoma brucei gambiense,


ditularkan oleh lalat tsetse. Setelah organisme patogen hidup dan tumbuh didalam darah
manusia, protozoa ini akhirnya menyerang SPP, menyebabkan inflamasi akut yang
mengakibatkan letargi, tidur yang berkepanjangan, dan bahkan kematian.
Penyakit Chagas, yang disebabkan oleh Trypanosoma. Cruzi, bersifat hampir endemik
di negara-negaraAmerika Selatan. Protozoa ini mengakibatkan kardiomiopati berat yang
menyebabkan banyak kematian dan kecacatan di daerah tertentu.

Trikomoniasis
Trikomoniasis, yang disebabkan oleh protozoa berflagel lain, Trichomonas vaginalis,
merupakan penyebab umum vaginitis. Infeksi ini biasanya ditularkan selama hubungan
seksual oleh pria yang tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi. Pada wanita, protozoa ini
mengakibatkan kemerahan, inflamasi pada mukosa vagina, gaal, rasa terbakar, dan rabas
kuning kehijauan.
Giardiasis, yang disebabkan oleh Giardia lamblia, adalah parasit usus yang paling sering
didiagnosis d Amerika Serikat. Protozoa ini membentuk kista, yang bertahan hidup di luar
tubuh da ditularkan melalui ir atau makananyang tercemar, dan trofozoit, yang keluar dari

kista dibagian atas usus halus dan akhirnya menimbulkan tanda dan gejala penyakit. Diare,
feses berbau telur busuk, dan feses berlendir yang pucat merupakan tanda dan gejala yang
banyak terjadi. Beberapa pasien mengalami stres epigastrium, penurunan berat badan, dan
malnutrisi akibat serangan mukosa.

Pneumonia pneumocystis carinii


Pneumocystis carinii merupakan protozoa endemik yang biasanya tidak menyebabkan
penyakit pada manusia. Pada saat sistem imun manusia mengalami penurunan, karena AIDS
atau ARC, penggunaan imunosupresan, atau usia lanjut, parasit in dapat menginvasi paru,
menyebabkan inflamasi berat yang disebut Pneumonia Pneumocystis carini (PCP).
Penyakit ini merupakan infeksi oportunistik yang paling banyak terjadi pada pasien AIDS.
Agen Antiprotozoa lain
Obat khusus pengobatan berbagai infeksi protozoa antara lain berbagai obat malaria,
klorokuin efektif melawan amebiasis ekstraintestinal dan pirimetamin juga efektif melawan
toksoplasmosis. Obat yang digunakan untuk melawan berbagai penyakit ini pada berbagai
tahap penyakit. Antiprotozoa lain meliputi agens-agens berikut :
1. Atovakuon (mepron), agens yang sangat aktif melawan PCP.
2. Metronidazol (flagyl, MetroGel, Noritate), untuk mengobati amebiasis,
trikomoniasis, dan giardiasis, diabsorpsi dengan baik secara oral.
3. Pentamidin (Pentam 300, NebuPent) digunakan sebagai agens inhalasi dan agens
sistemik dalam pengobatan PCP dan sebagai obat sistemik dalam pengobatan
tripanosomiasis dan leismaniasis.
Cara kerja obat dan indikasi terapeutik
Agens antiprotozoa bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA pada protozoa yang
rentan, mengakibatkan sel tidak mampu bereproduksi dan akhirnya terjadi kematian sel. Obat
ini diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan protozoa yang rentan.
Kontraindikasi dan Kewaspadaan
Adanya alergi atau hipersensitivitas terhadap salah satu obat tersebut dan kehamilan karena
efek obat pada perkembangan DNA dan protein janin dapat menyebabkan abnormalitas janin
dan bahkn kematian. Kewaspadaan harus digunakan jika terdapat penyakit SSP karena
adanya kemungkinan eksaserbasi jika obat tersebut mempengaruhi SSP. Penyakit hati, karena
kemungkinan eksaserbasi jika terjadi efek obat pada hati; kandidiasis, karena adanya resiko
superinfeksi; dan laktasi, karena obat ini dapat masuk ke ASI dan menyebabkan efek
merugikan yang berat pada bayi.

Efek merugikan
Efek merugikan dari penggunaan agens antiprotozoa ini antara lain efek obat pada SSP, efek
pada GI. Superinfeksi juga dapat terjadi jika flora normal terganggu.
FOKUS OBAT

ANTIPROTOZOA
Nama Obat
Atovakuan
(Mepron)

Metronidazol
(Flagyl,
MetroGel,
Noritate)

Pentamidin
(Pentam 300,
Nebupent)

Dosis/Rute
Pencegahan:
- Dewasa dan pediatrik > 13 th : 1500 mg PO
q.d.
Pengobatan:
- Dewasa dan pediatrik > 13th: 750 mg PO
b.i.d. bersama makan, selama 12 hari
Amebiasis:
- Dewasa: 750 mg PO t.i.d. selama 5-10 hari
- Pediatrik: 35-50 mg/kg per hari PO dalam
dosis berbagai tiga selama 10 hari
Trikomoniasis:
- Dewasa: 2 g PO sebagai dosis tunggal, atau
dibagi menjadi dua dosis yang diberikan
pada hari yan sama atau 250 mg PO t.i.d.
selama 7 hari
Pediatrik: 5 mg/kg per dosis PO t.i.d. selama 7 hari
Inhalasi: 300 mg satu kali setiap 4 minggu
Injeksi: 4 mg/kg per hari IM/IV selama 14 hari

Indikasi Umum
Pencegahan
dan
pengobatan pneumonia
Pneumocystis carinii

Pengobatan amebiasis,
trikompniasis, giardiasis

Sebagai
pengobatan
inhalasi untuk PCP;
sebagai agens sistemik
dalm
pengobatan
tripanosomiasis
dn
leismaniasis

You might also like