You are on page 1of 8

TUGAS PR UJIAN

KASUS LOGBOOK
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT

Disusun oleh :
Etika Andi Rakhman
G9911112065

Pembimbing:
Widia Susanti, drg., MKes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013

1. Status anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lengkap pasien temuan
kasus di bangsal.
Identitas Pasien
Nama

: Tn. S

Usia

: 65 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Bangsal

: Melati 1 / 7I

No RM

: 01169628

Tanggal MRS

: 19 Maret 2013

Tanggal Pemeriksaan : 26 Maret 2013


Alamat

: Duren Rejo RT 45/12 Sempu Andong Boyolali

Diagnosis

: Klinis B24 dengan Candidiasis Oral

Anamnesis
a. Keluhan Utama : sariawan tidak sembuh-sembuh
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien adalah rujukan dari RSUD Boyolali dengan suspek B20.
1 bulan SMRS pasien mengeluh sariawan yang tidak sembuh-sembuh, semakin lama
semakin banyak. Penderita kesulitan untuk menelan. Pasien juga mengeluhkan adanya
diare, sedikit-sedikit tetapi sering. Batuk (+), penurunan berat badan (+), lemas (+), BAK
5-6x/hari, anyang-anyangen (-).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Sakit Serupa

: disangkal

Riwayat Darah Tinggi

: disangkal

Riwayat Penyakit Gula

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Sakit serupa

: disangkal

Riwayat Darah Tinggi

: disangkal

Riwayat Penyakit Gula

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

e. Riwayat Kebiasaan
Merokok

: (+) sejak 20 tahun yang lalu

Minum alkohol

: (+) berhenti 10 tahun yang lalu

Seks bebas

: (+) terakhir 15 tahun yang lalu

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pekerjaan

: buruh bangunan

Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum

: Compos mentis, tampak lemah, gizi kesan kurang

Vital Sign

: TD 80/40 mmHg Nadi 88x/menit RR 20x/menit T 36,00C

Kulit

: warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider nevi (-), turgor baik (+)

Kepala

: bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam dan tidak mudah
dicabut

Mata

: cekung (-/-), conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya
(+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-)

Telinga

: sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)

Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)

Mulut

: bibir kering (+), sianosis (-), stomatitis (+), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), lidah kotor (+),lidah hiperemis (+), lidah tremor (-),
papil lidah atrofi (+), oral thrush (+)

Tenggorokan

: tonsil hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Leher

: simetris, trachea di tengah, JVP tidak meningkat, KGB servikal


membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri tekan (-)

Thorax

: normochest, simetris, retraksi supraternal (-), spider nevi (-),


pernapasan tipe thoraco-abdominal

Jantung

: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angka
Ictus cordis teraba di SIC V
linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung
Batas jantung kanan atas

: SIC II linea

parasternalis

dekstra
Batas jantung kanan bawah: SIC V linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas
sinistra

SIC

II

linea

parasternalis

Batas jantung kiri bawah : SIC V, 3 cm lateral linea


midclavicularis sinistra
Kesan

: Batas jantung kesan melebar ke caudolateral

Auskultasi : HR : 90 kali/menit, reguler


BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-)
Paru

: Depan
Inspeksi

: simetris statis dan dinamis

Palpasi

: fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: sonor / sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)

Belakang
Inspeksi

: simetris statis dan dinamis

Palpasi

: fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: sonor / sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (+/

+)
Abdomen

: Inspeksi

: dinding perut sejajar dari dinding dada

Auskultasi

: peristaltik usus (+) normal

Perkusi

: timpani, ascites (-), pekak alih (-)

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar teraba 5 cm bawah

arcus costa dextra dan lien tidak teraba.


Extremitas

:Atas

: oedem (-/-), akral dingin (-/-), luka (-/-), clubbing finger

(-/-)
Bawah

oedem

(-/-),clubbing finger (-/-)

(-/-),

akral

dingin

(-/-),

luka

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah 23 Maret 2013
Hemoglobin 9,2 g/dl
Hematokrit 29 %
Leukosit

2,5 ribu/ul

Trombosit

204 ribu/ul

Eritrosit

3,02 juta/ul

SGOT

37 u/l

SGPT

25 u/l

b. Pemeriksaan Swab Mulut tanggal 23 Maret 2013


Kesimpulan : hasil pemeriksaan sampel swab mulut secara langsung dengan larutan
KOH 10% ditemukan pseudohifa dan yeast cell yang mengarah ke candidiasis.
Assessment
Klinis B20 dengan infeksi opportunistik oral trush e/c candidiasis oral
Terapi
a. Mondok bangsal
b. Bedrest tidak total
c. Diet TKTP
d. Infus RL 20 tpm
e. Injeksi Ceftriaxon 2gr/24 jam
f. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
g. Cotrimoxazole tab 960 mg 1x1
h. Nistatin drop 3x 15 ml Candidiasis Oral
i. Vitamin B kompleks 3x1
j. Edukasi pasien dan keluarga pasien : menghindari faktor presdiposisi dan tentang
penyakit.

2. Penurunan produksi saliva


Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar
saliva mayor terdiri dari 3 pasang kelenjar yaitu kelenjar saliva parotis, submandibularis,
dan sublingualis yang terletak di sekitar daerah leher. Sedangkan kelenjar saliva minor
tersebar di seluruh mukosa mulut.
Saliva berperan penting bagi kesehatan rongga mulut. Fungsi saliva yang penting dan
sangat jelas yaitu saat makan, untuk mengecap dan menjadi pelumas bagi makanan dan
melindungi mukosa dan gigi. Air, musin, dan glikoprotein kaya-proline menjadi pelumas
bagi makanan dan membantu proses menelan. Saliva juga penting untuk persepsi rasa
yang normal. Saliva berfungsi protektif melalui berbagai komponen antimikrobial seperti
musin, histatin, lisozim, dan laktoferin, dan melalui antibodi spesifik terhadap
mikroorganisme
Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan
dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan
berlebih dari Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren
syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi
saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya
kandidiasis oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang
atas menderita infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob
dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor
lokal, kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit
sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia,
defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam
jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.
Kandidiasis Pada pasien DM
Terdapat 2 hal yang sering merupakan komplikasi degeneratif DM yaitu otonomik
neuropati dan mikroangiopati yang menyebabkan terjadinya gangguan struktural pada
jaringan kelenjar saliva dan kemudian terjadi hipofungsi pada kelenjar ini serta
dipengaruhi inervasi otonomik dan mikrosirkulasi pada jaringan kelenjar. Pasien dengan
neuropati diabetik dilaporkan mengalami peningkatan dan penurunan flow saliva. Tidak
ada konsensus pada hubungan antara DM dan disfungsi kelenjar saliva. Xerostomia dan
hipofungsi kelenjar saliva sering dilaporkan berhubungan penyakit DM dimana terjadi
kontrol metabolik yang buruk.

Kandidiasis Pada Pasien Radioterapi dan Kemoterapi


Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukti
dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai derajat kerusakan
pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Jumlah kerusakan kelenjar saliva tergantung
dari jumlah dosis radiasi yang diberikan selama terapi radiasi.
Pengaruh radiasi lebih banyak mengenai sel asini dari kelenjar saliva parotis
dibandingkan dengan kelenjar saliva sublingualis. Tingkat perubahan kelenjar saliva
setelah radiasi yaitu, terjadi radang kelenjar saliva pada beberapa hari pertama, lalu setelah
satu minggu akan terjadi penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva
dan penyumbatan. Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya pada
saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi turun dan sekresi
Ig A berkurang. Waktu untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva menjadi normal
kembali tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah diterima.
Baik radioterapi maupun kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan mukosa rongga
muiut, faring dan usus yang berakibat rusak atau hilangnya barier fisik mukosa.
Translokasi flora normal menjadi lebih invasif berdampak timbulnya gejala sepsis.
Disamping efek terapeutik, kemoterapi dapat menyebabkan efek yang tidak di inginkan
yaitu mielosupresi. Baik radioterapi maupun kemoterapi dapat menimbulkan kerusakan sel
imunologis yang berefek penurunan imunitas terutama imunitas seluler (CMI).
Pada kekebalan tubuh yang lemah (dalam proses pegobatan dengan kemoterapi),
Candida dapat menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan infeksi di kerongkongan, otak,
jantung, sendi dan juga mata.
Kandidiasis Pada Pasien Defisiensi B12
Defisiensi nutrisi termasuk defisiensi Besi dan asam folat dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh dan hilangnya integritas sel, yang akan mempermudah invasi
dan infeksi kandida. Faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan inang seperti
defisisensi vitamin B12, asam folat, dan zat besi. Studi menunjukkan bahwa kekurangan
zat besi anemia dan merupakan prekursor untuk mengembangkan ragi

DAFTAR PUSTAKA
Diaz Arnold Ana M, Marek Cindy A. The Impact of Saliva on patient care : a literature
review. J Prosthet Dent. 2002. 88: 337-342
Ship JA, Xerostomia in Older Adults: Diagnosis and Management, Geriatrics & Aging.
September 2003: 6(8)
The Joanna Briggs Institute. Prevention and Treatment of Oral Mucositis In Cancer Patients.
Best Practice 1998; 2(3):1-6.
Tsukuda M, Sawaki S, Yanoma S, 1993. Supressed cellular immunity in patients with
Nasopharyngeal Carcinoma. J Cancer Res Clin Oncol, 120:115-8.

You might also like