You are on page 1of 3

INTEGRASI NASIONAL

Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyakarat kecil yang
banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Permasalahan yang dihadapi bangsa ini saat ini begitu
kompleks. Apabila permasalahan di negara ini telah mencapai puncaknya bukan tidak mungkin
masalah integrasi nasional ataupun persatuan bangsa akan kembali muncul apabila negara tidak
dapat hadir dan berfungsi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melihat sejarah Indonesia,
masalah serius yang dihadapi Republik ini di awal kemerdekaannya adalah masalah persatuan
bangsa. Kemudian di masa orde baru pemberontakan besar dengan alasan kedaerahan,
keagamaan, dan ideologi cukup berhasil dipadamkan serta gerakan perlawanan-perlawanan
secara vertikal terhadap pemerintah pun dapat ditekan dengan gaya kepemimpinan kuat soeharto.
Hal ini bukan berarti stabilitas atau kemapanan di bidang politik dapat sepenuhnya dikendalikan,
masih banyak hal-hal lain yang dapat memecahkan persatuan bangsa. Misalnya, ketidakpuasan
sebagian orang Aceh, Irian, Timor-Timur kepada gaya pemerintahan sentralistik yang jarang
mengikutsertakan putra daerah dalam pembangunan. Pengambilan porsi devisa yang terlalu
besar oleh pemerintah pusat terhadap devisa dari daerah-daerah menjadi poin kritik tokoh-tokoh
daerah. Perselingkuhan golkar, ABRI, dan Birokrasi dalam rangka pemenangan pemilu semakin
menjadi-jadi dan tidak dihiraukan. Peran kaum pemuka agama dalam mengkritik merosotnya
moralitas masyarakat dan Korupsi, Kolusi serta Nepotisme di kantor-kantor pemerintah ibarat
angin lalu. Secara politis, warisan orde baru mengingatkan kita bahwa masih rentannya persatuan
nasional seperti dapat dilihat dari konflik vertikal (golongan pemerintah vs golongan yang
diperintah) dan konflik horizontal (antar suku, kelompok, agama) maupun secara ekonomi,
kelompok kaya dan miskin atau dalam bahasa marx kapitalis vs proletariat.
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk
mewujudkannya diperlukan keadilan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak
membedakan ras, suku, agama, bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya, upaya membangun
keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan
membina stabilitas politik di samping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah
dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.

Mutu integrasi nasional yang ada sekarang ini lebih tinggi daripada mutu bangsa Indonesia
pada zaman integrasi Majapahit. Integrasi yang ada pada zaman itu belum dapat disebut integrasi
nasional, tetapi lebih tepat kalau dinamakan integrasi negara, karena unsur-unsur esensial dari
integrasi nasional, yaitu kesadaran bersama dan kemauan bersama untuk bersatu belum didapati
di dalamnya. Tali persatuan yang ada waktu itu pusat hanya berupa kekuasaan dalam diri raj a
agung Maj apa- hit, dan raja-raja kecil serta bupati dan syahbandar harus tunduk kepa danya,
bukan karena kennduannya untuk bersatu, melainkan karena t dipaksa oleh bala tentara Patih
Gadjahmada yang kuat Ikatan-katan sebagai tanda kepatuhan bukan berupa konstitusi (UUD).
melainkan berwujud upeti yang terdiri dari materi atau putri-putri ayu yang dipersembahkan
kepada raja agung. Integrasi itu dicoba untuk dilestarikan selama mungkin dengan politik
perkawinan raja atau kerabat raja dengan penguasa-penguasa di daerah bawahan, Sebagai ganti
perayaan kenegaraan (seperti perayaan 17 Agustus) diadakan paseban besar di ibu kota negara
yang harus dihadiri semua penguasa daerah/suku Mutu integrasi nasional kita sekarang ini lebih
tinggi daripada integrasi pada zaman kolonial Belanda dan Jepang. Mengapa? Sebab di dalam
wadah kesatuan yang ditempa oleh sistem kolonial diciptakan pula suatu mekanisme pembangkit
permusuhan dan perpecahan antara sukuldaerah yang satu dengan yang lain. Strategi divide et
impera sistem diskriminasi ras dan kedudukan sosio-ekonomi yang diperkuat dengan hukum,
misalnya, bukan sarana yangbaik menuju integrasi nasional, tetapi baik untuk melestarikan
kekuasaan penjajahan sebagai pemberi keamanan dan ketenteraman. Lagi pula hal itu bukan
didasarkan atas hukum nasional, melainkan undang-undang kolonial yang diperkuat dengan
senjata. Bagi golongan yang paling rendah, yaitu golongan pribumi (inlanders), pintu masuk ke
ruang kesadaran nasional dan kemampuan untuk menentukan nasib sendiri ditutup rapat-rapat
dengan pihak ntu masih ada sistem pendidikan kolonial di satu pihak, dan dengan ancaman
hukum keamanan di lain taktor-faktor lain yang dapat ditambahkan untuk memperkuat kriteria
serta argumentasi yang mem-pertahankan ang ada ialah perpecahan antara suku-suku dan bahwa
selama masa penjajahan tidak ada integrasi nasio integrasi itu ada, maka integrasi itu bukan
integrasi nasional melainkan daerah di kawasan Nusantara Seandainya integrasi rezim colonial.
Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus
dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan
pembinaan integrasi nasional ini perlu, karena pada hakekatnya integrasi nasional tidak lain
menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa yang diinginkan (Mahfud, 1993).

Pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya
negara yang makmur aman dan tentram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon,
Kalimantan Barat, dan Papua merupakan cermin dari belum terwujudnya integrasi nasional yang
diharapkan selama ini.

Esty Dwi Nurmalitta


142010101026

You might also like