You are on page 1of 1

PERENCANAAN SCHEDULING BERDASARKAN MASTER

PRODUCTION SCHEDULE DAN PENERAPAN SAFETY STOCK PADA


PROYEK A380 PT. DIRGANTARA INDONESIA

Fandi Adi Nugraha, Yanuar R. Agusta.


Department of Industrial Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology,
Surabaya 60111 Indonesia, E-mail: fandiadin@gmail.com

ABSTRAK
PT. Dirgantara Indonesia merupakan perusahaan dalam bidang Aerostructure, salah satu
proyek pada PT. DI adalah proyek A380 (kontrak dengan perusahaan Airbus). PT. DI mendapatkan
kontrak untuk membuat sebagian komponen sayap pesawat terbang A380. Berdasarkan data
pemenuhan order yang didapatkan, dari total order DR bulan Mei hingga Juli sebanyak 32, terdapat
DR yang di kembalikan oleh Airbus kepada PT. DI (reject) sebanyak 10 DR. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa masih terdapat permasalahan pada pemenuhan order DR dari PT. DI ke Airbus.
Perencanaan yang dilakukan oleh PT. Dirgantara Indonesia dalam memenuhi proses bisnisnya
menggunakan Master Production Schedule (MPS). Namun, MPS yang telah dibuat tidak selalu
berjalan sesuai dengan rencana awal. Dalam perjalanan program tersebut, terdapat berbagai kendala
sehingga menyebabkan keterlambatan pemenuhan order. Dari data yang didapatkan dapat terlihat juga
pada tahun 2013 DR2 mengalami reject yang sangat besar hingga 12 reject. Saat proses DPM ini
mengalami reject akan terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah produk masih bisa
dibenarkan dengan diberikan treatment khusus (overtime). Kemungkinan kedua adalah produk tidak
bisa dibenarkan dan harus mengulang proses dari awal, dari mulai memasukkan raw material kepada
proses di DPM. Dampak dari reject ini selain memakan banyak waktu untuk memberikan treatment
tetapi juga akan menyebabkan keterlambatan pengiriman. Tambahan beban produksi membebani
kapasistas produksi pada PT. Dirgantara Indonesia. Apabila kapasitas tidak mencukupi, maka harus
dilakukan overtime atau penambahan waktu produksi. Dalam melakukan overtime tentunya
membutuhkan biaya tambahan sehingga berpotensi menyebabkan kerugian pada PT. Dirgantara
Indonesia.
Karena hanya berpacu pada MPS maka jadwal pada tiap departemen sering bentrok dengan
program-program yang lain. Maka dari itu perlu ditambahkan proses penjadwalan pada masingmasing departemen yang saling terintegrasi dengan MPS dan memperhatikan pula hutang-hutang
yang harus dibayarkan. Upaya yang harus dilakukan selanjutnya pada proses-proses vital adalah
pengadaan safety stock. Dengan adanya safety stock, apabila ada produk yang reject maka tidak perlu
mengulang proses-proses sebelumnya. Berikut ini merupakan rekapan lead time pada setiap proses
beserta safety stock yang diperlukan.

Kata kunci : Master Production Schedule, Overtime, Safety Stock

You might also like