Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidup, berkembang dan bertumbuh, kemudian mengalami penurunan
fungsi rohani dan jasmani merupakan hal yang hakiki terjadi pada setiap
manusia. Perjalanan sejak fertilisasi, lahir dan sampai kematian yang
merupakan fase akhir dari proses kehidupan manusia di dunia.
Kematian merupakan sesuatu yang penuh misteri sehingga banyak
tinjauan tentang kematian itu dari berbagai segi. Ada yang meninjau dari segi
religius, segi medis, dan segi psikologis. Tinjauan dari segi agama ada yang
mengaitkan dengan masalah ilahi, tinjauan medis mengaitkan kematian
dengan matinya fungsi vital kehidupan, dan segi psikologi meninjau bahwa
kematian merupakan suatu hal yang pasti dihadapi manusia sebagai fase akhir
dari hidup. Sebagai suatu ilmu pengetahuan empiris, psikologi terikat pada
pengalaman dunia. Psikologi tidak melihat kehidupan manusia setelah mati,
melainkan mempelajari bagaimana sikap dan pandangan manusia terhadap
masalah kematian, bagaimana jiwa manusia di saat-saat menjelang kematian
(sakarat). Saat ini, sebagian besar kematian terjadi di lingkungan institusi.
Perawat harus belajar menghadapi kematian sedemikian rupa sehingga
mampu membantu klien dalam mengatasi masalah-masalah psikologis yang
muncul akibat kematian tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kematian
2. Apa saja penyebab kematian?
3. Harapan-harapan apa yang muncul saat individu akan mati?
4. Bagaimana respon psikis seseorang yang menjelang kematian (sekarat)?
5. Bagaimana respon psikis orang yang ditinggalkan?
6. Bagaimana respon psikis orang yang menghadapi kematian?
7. Bagaimana cara sesorang mengatasi masalah terkait kematian?
8. Bagaimana pandangan para ahli mengenai pendidikan kematian?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kematian.
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab kematian.
3. Untuk mengetahui harapan-harapan yang muncul saat individu akan mati.
(sekarat).
Untuk mengetahui respon psikis orang yang ditinggalkan.
Untuk mengetahui respon psikis orang yang menghadapi kematian.
Untuk mengetahui cara sesorang mengatasi masalah terkait kematian.
Untuk mengetahui pandangan para ahli mengenai pendidikan kematian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEMATIAN
Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak kita mengenai
kematian ialah kapan atau kondisi seperti apa seseorang dikatakan mati.
Sebelum berkembang pesatnya ilmu medis dalam hal upaya memperpanjang
hidup manusia, penentuan kondisi tubuh yang mati cukup sederhana, yakni
berhentinya fungsi biologi tertentu secara permanen, seperti pernafasan dan
tekanan darah serta kakunya tubuh dianggap cukup jelas menjadi tanda-tanda
kematian. Namun dalam beberapa dekade belakangan ini, definisi kematian
menjadi kian kompleks.
Kemajuan dalam teknologi medis telah memperumit definisi
kematian. Kontroversi terus berlanjut berkisar mengenai kriteria apa yang
seharusnya digunakan untuk menetukan kapan seseorang dikatakan mati.
Namun, mati otak masih menjadi kata kunci dalam penentuan mati tidaknya
seseorang. Hal ini didasarkan bahwasanya otak memegang semua kendali
fungsi kehidupan, seperti bernafas, pertumbuhan sel, suplai darah, gerak, dan
aktifitas biologis dan fisik lainnya. Mati otak (brain death) merupakan
definisi neurologis dari kematian. Seseorang dikatakan mati otak apabila
seluruh aktivitas elektrik di otak berhenti selama periode waktu tertentu.
Electroencephalogram (EEG) yang datar, merekam selama periode tertentu
merupakan satu kriteria dari mati otak.
B. PERSPEKTIF PERKEMBANGAN TENTANG KEMATIAN
1. Penyebab Kematian dan Harapan Mengenai Kematian
Walaupun kita sering berpikir mengenai kematian yang terjadi
diusia tua, namun kematian dapat terjadi di segala fase dalam siklus hidup
manusia. Kematian dapat terjadi selama perkembangan prenatal melalui
keguguran, ataupun lahir dalam keadaan mati. Kematian juga dapat terjadi
selama proses kelahiran berlangsung atau beberapa hari setelah kelahiran.,
dan biasanya terjadi karena cacat lahir ataau karena bayi tersebut tidak
berkembang secara memadai untuk menopang kehidupannya di luar
rahim. Bentuk tragis yang paling khusus dari kematian bayi adalah
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), yaitu kematian tiba-tiba pada bayi
yang terlihat sehat. SIDS sering terjadi di usia 2-4 bulan. Penyebabnya
diduga karena berhentinya pernafasan, tapi sampai saat ini penyebab
utamanya belum diketahui. Bayi yang mati karena SIDS membuat orang
tua sulit mengatasi rasa kehilangan karena bayi tersebut semula lahir
remaja.
dan
pembicaraan
tentang
kematian
meningkat,
menjelang
yang
disayangi.
Menurut
Kubler-Ross,
usaha
untuk
tersebut dimaksudkan untuk suatu tumor yang tidak ganas. Kedua, kita
dapat menolak implikasi daru suatu penyakit atau suatu situasi yang
mengancam. Sebagai contoh, seorang pria barangkali menerima
kenyataan bahwa ia punya penyakit tetapi ia menolak bahwa penyakit itu
akan menyebabkan kematian. Ketiga, kita dapat menolak bahwa kita akan
musnah apabila secara biologis kita mati. Disini, kita dapat memiliki
keyakinan tentang keabadian spiritual.
Penolakan dapat menjadi adaptif atau malaadaptif. Penolakan dapat
digunakan untuk menghindari pengaruh merusak dengan menunda
keharusan berhadapan dengan kematian. Penolakan dapat membuat
orang terasing dari keharusan mengatasi rasa marah dan rasa sakit yang
terus-menerus. Namun, apabila menghambat kita dari suatu operasi
penyelamatan kehidupan, maka hal tersebut jelas merupakan suatu yang
malaadaptif.
3. Beberapa Konteks Dimana Orang Mati
Bagi individu yang sekarat, situasi-situasi yang ada pada saat
mereka mati sangat penting. Rumah sakit menawarkan berbagai fasilitas
yang menguntungkan bagi mereka yang sekarat, misalnya staf profesional
yang
selalu
siap
sedia,
serta
teknologi
medis
yang
mampu
10
dibuka.
Sangat
sedikit
usaha
yang
dilakukan
untuk
MASALAH
SEHUBUNGAN
DENGAN
KEMATIAN
ORANG LAIN
1. Berkomunikasi dengan Orang yang Menjelang Kematian
Banyak psikolog percaya bahwa yang terbaik bagi individu yang
menjelang kematian adalah mengetahui bahwa mereka akan mati dan
orang lain juga tahu bahwa mereka akan mati sehingga mereka dapat
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain secara timbal balik.
Terdapat empat manfaat dari adanya kesadaran diri yang terbuka pada
individu yang akan mati, yaitu individu yang mati dapat mengakhiri
hidupnya sesuai dengan ide-ide mereka sendiri mengenai persiapan
kematian, individu yagn akan mati mungkin mampu menuntaskan rencana
dan proyek, dapat membuat persiapan bagi mereka yang akan
ditinggalkan, dan dapat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
mengenai penguburan dan pemakamannya.
Para ahli percaya bahwa komunikasi seharusnya tidak hanya
terfokus pada masalah patologi mental dan persiapan kematian, tetapi
11
12
lainnya
melibatkan
keputusasaan
dan
kesedihan,
yang
13
sendiri
dan
orang
lain
merupakan
hal
penting
untuk
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kematian adalah berhentinya fungsi biologi tertentu secara
permanen, seperti pernafasan dan tekanan darah serta kakunya tubuh
dianggap cukup jelas menjadi tanda-tanda kematian Namun, mati otak
masih menjadi kata kunci dalam penentuan mati tidaknya seseorang. Mati
otak (brain death) merupakan definisi neurologis dari kematian. Kematian
dapat terjadi kapanpun dalam rentang perkembangan manusia.
Pada saat menjelang kematian seseorang memiliki koping masingmasing dalam mengatasi masalah-masalah psikologis yang muncul. Hal
yang perlu diperhatikan adalah adanya pandangan yang berbeda mengenai
kematian dari usia anak, remaja, dan dewasa. Para ahli tanatologi percaya
bahwa pendidikan tentang kematian memberikan persiapan positif bagi
orang yang yang menjelang kematian maupun orang yang ditinggalkan.
B. SARAN
Masalah-masalah psikologi terkait kematian, baik individu yang
menjelang kematian maupun orang yang ditinggalkan perlu dipelajari agar
sebagai seorang perawat nantinya kita dapat membantu meningkatkan
koping yang adekuat bagi mereka.
15
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W.. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup.
Jilid 2. Penerjemah: Juda Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga
Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi 2. Penerjemah: Nety Juniarti, S.Kp & Sari Kurnianingsih,
S.Kp. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Penerjemah: Asih Yasmin, Dkk. Jakarta: EGC
Nasir, Abdul, Dkk. 2011. Komunikasi Dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Mardiati Ratna. 2008. Pengantar Neuropsikologi. Jakarta: SAGUNG SETO
16