You are on page 1of 6

PENGARUH KONSENTRASI NaOH TERHADAP KUALITAS SABUN PADAT DARI

MINYAK KELAPA (Cocos nucifera) YANG DITAMBAHKAN


SARI BUNGA MAWAR (Rosa L.)
Baiq Risni Maripa, Yeti Kurniasih, dan Ahmadi
Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram
Email :naora.bintang@gmail.com

Abstract: Coconut oil is one of the results of the traditional preparations of coconut, coconut oil is
traditionally composed of fatty acid chains are particularly lauric acid and meristat acid. Lauric
acid is indispensable in the manufacture of soaps as lauric acid is able to provide a very good
faoming properties contain vitamin A and C, which functions as an antioxidant. Soap-Making starts
with heating and stirring traditional coconut oil up to a temperature of 70-80oC, addition of NaOH
solution is then done stirring until shaped pasta, tapioca flour addition and addition of cider rose as
additives. The research on the variable measured is the influence of the variation of concentration
of NaOH ( 10, 20, 30, and 40%) to the quality of solid soap from traditional coconut oil is added to
the essence rose, then in characterization to determine pH of soap, percent moisture content, free
fatty acids, alkaly free, and the fraction is not unformed and compared with SNI soap. From the test
results it turn out the soap with the content of NaOH 30% meet the standards of SNI. After the best
known soap according to SNI, followed by organoleptic consisting of soap with the before and
after added by the rose essence, its texture, the shape, the color of soap, soap fragrance soap,
slippery, and foaming. The test result from addition of rose essence on soap-making can increase
the users favourite soap in termsa of texture, color, fragrance, and a form of soap.
Key Words: Coconut Oil, Concentration NaOH, Soap Quality

Abstrak: Minyak kelapa tradisional merupakan salah satu hasil olahan dari kelapa, minyak kelapa
tradisional terdiri atas asam lemak berantai sedang khususnya asam laurat dan asam meristat. Asam
laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat
pembusaan yang sangat baik mengandung
vitamin A dan C yang berfungsi sebagai
antioksidan.Pembuatan sabun dimulai dengan pemanasan dan pengadukan minyak kelapa
tradisional hingga suhu 70-80oC, penambahan larutan NaOH kemudian dilakukan pengadukan
sampai berbentuk pasta, penambahan tepung tapioka dan penambahan sari bunga mawar sebagai
zat aditif. Pada penelitian ini variabel yang diukur adalah pengaruh variasi konsentrasi NaOH (10,
20, 30, dan 40%) terhadap kualitas sabun padat dari minyak kelapa tradisional yang ditambahkan
sari bunga mawar, kemudian di karakterisasi untuk mengetahui pH sabun, persen kadar air, asam
lemak bebas, alkali bebas, dan fraksi tak tersabunkan dan dibandingkan dengan SNI sabun. Dari
hasil pengujian ternyata sabun dengan kandungan NaOH 30% memenuhi standar SNI. Setelah
diketahui sabun terbaik menurut SNI, dilanjutkan dengan uji organoleptik yang terdiri dari sabun
dengan sebelum dan sesudah dtambahkan sari bunga mawar, tujuannya untuk mengetahui kesukaan
panelis terhadap parameter sabun yang diukur berupa tekstur, bentuk sabun, warna sabun, wangi
sabun, kesan lembut, kesan kesat, dan pembusaan. Dari hasil uji tersebut penambahan sari bunga
mawar pada pembuatan sabun dapat meningkatkan kesukaan pengguna sabun dari segi tekstur,
warna, wangi, dan bentuk sabun.
Kata Kunci : Minyak Kelapa, Konsentrasi NaOH, Kualitas Sabun.
Latar Belakang
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya penyakit yang
timbul karena bakteri dan kuman.Sabun merupakan salah satu sarana untuk membersihkan diri dari

kotoran, kuman dan hal-hal lain yang membuat tubuh menjadi kotor.Bahkan di zaman sekarang ini
sabun bukan hanya digunakan untuk membersihkan diri, tetapi juga ada beberapa sabun yang
sekaligus berfungsi untuk melembutkan kulit, memutihkan kulit, maupun menjaga kesehatan kulit.
Dalam pembuatan sabun sering digunakan bermacam-macam lemak ataupun minyak sebagai bahan
baku. Jenis-jenis minyak ataupun lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun ini akan
mempengaruhi sifat-sifat sabun tersebut, baik dari segi kekerasan, banyaknya busa yang dihasilkan,
maupun pengaruhnya bagi kulit. Untuk itu dalam pembuatan sabun perlu dipilih jenis minyak atau
lemak yang sesuai dengan kegunaan sabun itu sendiri.
Sabun

adalah

surfaktan

yang

digunakan

dengan

air

untuk

mencuci

dan

membersihkan.Berdasarkan bentuknya, sabun yang dikenal pada saat ini ada bermacam-macam
diantaranya berupa sabun cair (liquid soap), sabun padat opaque (sabun padat biasa), dan juga
sabun padat transparan.Di pasaran, sabun padat lebih sering digunakan oleh masyarakat pada
umumnya, selain harganya lebih ekonomis dibandingkan dengan sabun mandi jenis lain,
kandungan gliserinnya pun tidak banyak hilang.Kadar gliserin pada sabun umumnya berkisar
antara 4-20%.Biasanya sabun yang beredar dipasaran kandungan gliserinnya telah banyak diambil
untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan biodiesel, bahan kosmetik, obat-obatan, dan
pasta gigi. Gliserin atau gliserol (C3H5(OH)3) merupakan hasil samping reaksi saponifikasi yaitu
reaksi pembentukan sabun. Fungsi dari gliserin pada sabun adalah untuk melembabkan kulit.
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor
lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak atau minyak menggunakan larutan alkali
dengan membebaskan gliserol.Lemak atau minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani,
minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang
pesat.Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah di pasaran
seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga
sabun yang digunakan dalam industri.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan
untuk membuat sabun.Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari
komponen asam lemak yang digunakan.Komposisi asam lemak yang sesuai dalam pembuatan
sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang
dari 12 atom karbon dihindari penggunaannya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya
panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah
teroksidasi bila terkena udara.
Syarat mutu sabun mandi yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun yang
beredar di pasaran hanya mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu jumlah asam lemak
minimum 71%, asam lemak bebas maksimum 2,5%, alkali bebas dihitung sebagai NaOH
maksimum 0,1%, bagian zat yang tak terlarut dalam alkohol maksimum 2,5%, kadar air maksimum

15%, dan minyak mineral (negatif). Sementara sifat fisik sabun seperti daya membersihkan,
kestabilan busa, kekerasan, dan warna belum memiliki standar (SNI,1994).
Kajian Literatur
Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C8-C14), khususnya asam laurat dan
asam meristat. Asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu
memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk produk sabun serta vitamin A dan C yang
berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang bisa
merusak kulit seperti kulit kering, noda hitam, kusam, dan keriput.Penambahan tepung tapioka
pada sabun umumnya bertujuan untuk memperoleh padatan sabun yang tidak terlalu lunak, selain
itu penambahan tepung tapioka pada saat pembuatan sabun dapat memberikan nilai ekonomis
karena akan lebih banyak sabun yang dapat dihasilkan dengan jumlah minyak dan NaOH yang
sama. Tepung tapioka dikenal juga dengan sebutan tepung kanji atau pati singkong.Tepung tapioka
berasal dari tanaman singkong (ubi kayu).Pati singkong memiliki karakteristik yang luar biasa,
termasuk pasta dengan viskositas yang tinggi, pasta dengan kejernihan yang sangat tinggi, stabil
dalam keadaan cair, yang sangat berguna pada banyak industri (Masri, 2009).
Untuk mendukung daya jual suatu sabun biasanya ditambahkan suatu zat aditif seperti
penambahan warna yang menarik dan bau yang harum. Pada penelitian ini, zat aditif yang
digunakan berasal dari bahan alami seperti bunga mawar, karena bunga mawar memiliki warna
yang lembut juga baunya harum.Mawar (Rosa L.) merupakan tanaman suku Rosaceae.Mawar
berasal dari daerah subtropik pada belahan utara bumi. Di Asia tenggara, marga ini cukup banyak
jenisnya, yaitu R.Hybrid tea, R. Transmorrisonensis, R. Luciae, R.multifora, R. Moschata, dan R.
Chineses, (Ashari, 2006). Mawar dapat dimanfaatkan sebagai zat aditif pembuatan sabun padat
karena mawar memiliki banyak manfaat diantaranya dapat dijadikan obat, sebagai bahan
kecantikan, dan sebagai aromaterapi.
Soda Kaustik (NaOH) merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun mandi karena
menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi dimana minyak atau lemak akan diubah menjadi
sabun. Tanpa bantuan NaOH maka proses kimia sabun tidak akan terjadi. Setelah menjadi sabun
maka NaOH akan terpecah menjadi unsur penyusunnya yang netral. Konsentrasi NaOH
berpengaruh terhadap kualitas sabun yang dibuat karena dapat mempengaruhi pH sabun, asam
lemak bebas, alkali bebas, kadar fraksi tak tersabunkan, asam lemak sabun, dan kadar air. Tinggi
rendahnya konsentrasi NaOH akan mempengaruhi kesempurnaan proses saponifikasi pada sabun
sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kualitas sabun yang dihasilkan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen di laboratorium yang dilaksanakan
pada bulan April- Juli 2014 di laboratorium kimia IKIP Mataram.Perlakuan pada penelitian ini

adalah penambahan konsentrasi NaOH yang divariasikan dan dilihat pengaruhnya terhadap kualitas
sabun yang dihasilkan.Adapun tahapan penelitian yang dilakukan ada dua yaitu pembuatan sabun
padat, uji kualitas sabun padat meliputi uji asam lemak bebas, uji alkali bebas, uji fraksi tak
tersabunkan, uji kadar air, dan uji pH serta uji organoleptik yang diolah menggunakan skala likert.
Hasil dan Pembahsaan
1. Pembuatan Sabun Padat
Pembuatan sabun padat dari minyak kelapa tradisional dilakukan dengan mencampurkan 50
ml minyak dengan 25 ml NaOH pada konsentrasi yang divariasikan yaitu 10, 20, 30, dan 40 %.
Pemanasan dilakukan pada suhu 70-80oC dan diaduk selama 30 menit selanjutnya ditambahkan 1
gram tepung tapioka.Hasil yang diperoleh di dalam tahapan ini adalah hubungan antara konsentrasi
NaOH dengan kualitas sabun padat.
Penambahan konsentrasi NaOH mempengaruhi berat sabun yang dihasilkan, berdasarkan
hasil penelitian berat sabun naik seiring bertambahnya konsentrasi NaOH yang digunakan pada
pembuatan sabun padat pada volume yang sama. Hal ini berarti semakin banyak reaktan NaOH
akan bereaksi dengan minyak untuk menghasilkan sabun.
2. Uji Kualitas Sabun
Uji kualitas sabun dilakukan untuk mengetahui kualitas sabun yang dihasilkan berdasarkan
standar SNI sabun padat. Adapun uji yang dilakukan meliputi uji asam lemak bebas, uji alkali
bebas, uji fraksi tak tersabunkan, uji kadar air, dan uji pH.
3. Uji Asam Lemak Bebas
Asam lemak adalah asam lemak bebas yang berada dalam sabun, tetapi yang tidak terikat
sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trligliserida (lemak netral) (SNI,1994).Berdasarkan
hasil penelitian kadar asam lemak bebas pada sabun dengan konsentrasi NaOH 10, 20, dan 30%
naik seiring dengan bertambahnya konsentrasi NaOH.Sabun yang baik menurut SNI adalah sabun
dengan kadar asam lemak bebas <2,5%.Asam lemak bebas berhubungan dengan bau sabun, apabila
asam lemak bebas melebihi standar menyebabkan sabun berbau tengik (Hika,2009), dan
menghambat proses pembersihan permukaan kulit oleh sabun.
4. Uji Alkali Bebas
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa (SNI, 1994).Pada
uji sabun padat dari minyak kelapa tradisional ternyata sabun dengan konsentrasi NaOH 40% yang
mengandung alkali bebas. Jumlah alkali bebas pada sabun sudah memenuhi standar SNI yaitu <
0,1 %. Kelebihan alkali bebas yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Sari,
dkk., 2010).
5. Uji Fraksi Tak Tersabunkan
Fraksi tak tersabunkan adalah lemak netral/trigliserida netral yang tidak bereaksi selama
proses penyabunan (SNI,1994). Berdasarkan hasil uji sabun, kadar fraksi tak tersabunkan semakin

menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi NaOH. Sabun dengan konsentrasi NaOH 10
dan 20% tidak memenuhi SNI sabun sedangkan sabun dengan konsentrasi NaOH 30 dan 40%
memenuhi SNI, standar fraksi tak tersabunkan menurut SNI yaitu maksimal 2,5%. Kelebihan
bahan yang tak tersabunkan dapat menurunkan daya detergensi (membersihkan) pada sabun
sehingga menurunkan fungsi sabun tersebut.
6. Uji Kadar Air
Kadar Air merupakan jumlah kadar air yang terkandung dalam suatu bahan (Masri, 2009).
Berdasarkan hasil uji, kadar air semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi NaOH
yang digunakan pada pembuatan sabun. Sedangkan menurut standar SNI sabun 1994 bahwa jumlah
kadar air yang diperbolehkan maksimal 15 %, dengan demikian sabun yang memenuhi standar SNI
adalah sabun dengan konsentrasi NaOH 30 dan 40%, sedangkan sabun dengan konsentrasi NaOH
10 dan 20% tidak memenuhi standar SNI. Kelebihan kadar air dari standar SNI akan menyebabkan
sabun mudah berbau tengik dan lembek.
7. Uji pH
Derajat keasaman atau pH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan
suatu larutan. Yang dimaksud dengan keasaman adalah konsentrasi ion hidrogen dalam pelarut air
(www.wikipedia.com).pH sabun berkisar antara 9,0-10,8 (Gusviputri, dkk., 2013). pH sabun yang
tinggi disebabkan oleh terjadinya hidrolisis sabun.menunjukkan bahwa sabun yang memenuhi
standar adalah sabun konsentrasi NaOH 10, 20, dan 30% sedangkan sabun dengan konsentrasi
NaOH 40% tidak memenuhi standar. Sabun dengan pH yang terlalu basa dapat meningkatkan daya
absorbsi kulit sehingga kulit menjadi iritasi seperti luka, gatal atau mengelupas, dan dapat
menyebabkan kulit kering (Wasiatmadja dalam Sari, dkk., 2010).
8. Rekapitulasi Uji Kualitas
Berdasarkan hasil uji kualitas sabun meliputi uji asam lemak bebas, uji alkali bebas, uji
fraksi tak tersabunkan, uji kadar air, dan uji pH., sabun dengan konsentrasi NaOH 30% merupakan
sabun terbaik berdasarkan SNI sehingga selanjutnya dibuat sabun dengan formula tersebut dan
ditambahkan sari bunga mawar. Sabun yang dihasilkan di lakukan uji organoleptik untuk
mengetahui kesukaan panelis terhadap sabun yang dibuat meliputi warna, tekstur, bentuk, kesan
kesat, kesan lembut, dan wangi dari sabun tersebut.
9.

Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap sabun yang dibuat

berdasarkan tekstur, penampakan (warna dan bentuk sabun), pembusaan, wangi, kesan lembut dan
kesan kesat dari sabun, kemudian diolah menggunakan metode likert untuk mengetahui indeks
kesukaan terhadap parameter sabun yang diuji.Uji panelis dibagi menjadi sebelum dan setelah
penambahan sari bunga mawar.Dari hasil tersebut parameter tekstur, wangi, bentuk, dan warna
naik secara signifikan setelah ditambahkan sari bunga mawar, sedangkan pembusaan, kesan kesat,
dan kesan lembut tidak mengalami perubahan.

Kesimpulan dan Saran


a.

Kesimpulan
(a)

Ada pengaruh konsentrasi NaOH terhadap kualitas sabun meliputi uji pH, kadar air,
asam lemak bebas, alkali bebas, dan fraksi tak tersabunkan. Sabun dengan formula C3
(konsentrasi NaOH 30%) memenuhi standar SNI.

(b)

Penambahan sari bunga mawar pada pembuatan sabun dapat meningkatkan kesukaan
pengguna sabun dari segi tekstur, warna, wangi, dan bentuk sabun.

b.

Saran
(c)

Perlu adanya penelitian lanjutan terhadap pengaruh suhu, waktu, dan kecepatan
pengadukan terhadap kualitas sabun yang diperoleh.

(a)

Perlu adanya penelitian lanjutan dalam pengaruh variasi volume sari bunga mawar
terhadap kualitas sabun.

(b)

Perlu adanya penelitian lebih lanjut pembuatan sabun dari bahan dasar potensi lokal
yang ada di NTB.

Referensi

Ashari, Sumeru. 2006. Hortikulutura aspek budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Gusviputri, A., Meliana, Njoona P.s., Aylianawati, Indraswati, Nani. 2013. Pembuatan Sabun
Dengan Lidah Buaya (Aloevera) Sebagai Antiseptik Alami.Jurnal Widya TeknikVol. 12,
No. 1, 2013 (11-21)
Hika, Citra Handayani.2009.Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji Alpukat
(Perseae Americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun Padat Transparan. Skripsi.Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah.
Sari, I.,Evi, H., Amelia, T..2010. Pembuatan VCO dengan Metode Enzimatis dan Konversinya
Menjadi Sabun Padat Transparan.Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus
2010.Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Masri, Pradipto. 2009.Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (jatropha curcas l.) Sebagai Bahan
Dasar Sabun Mandi. Skripsi.Bogor : IPB.
SNI 06-3532.1994. Standar Mutu Sabun Mandi Padat. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Wikipedia.pH. www.Wikipedia.com.Diakses pada tanggal 26 Februari 2014.

You might also like