You are on page 1of 8

Transkripsi

1 PENURUNAN KONSENTRASI ORGANIK AIR GAMBUT ECARA AOP


(Advanced Oxidation Processes) DENGAN FOTOKIMIA SINAR UV DAN UVPEROKSIDASI Elfiana 1* dan Zulfikar 1 1,2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Lhokseumase Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe *
Email : elfiana_72@yahoo.com Abstrak Air gambut atau air rawa gambut adalah air
permukaan dari daerah berawa atau dataran rendah, memiliki intensitas warna yang
tinggi, ph rendah (ph 3-5) dan berikatan kuat dengan logam. Salah satu penyebab air
gambut berwarna coklat kemerahan adalah tingginya kandungan zat organik terlarut
di dalamnya, menimbulkan bau jika terurai secara biologi. Dari segi kuantitas,
keberadaan air gambut dapat menjadi alternatif raw water untuk air bersih jika
memenuhi baku mutu standar air baku. Dari segi kualitas, penggunaan air gambut
tanpa pengolahan berpengaruh sangat nyata terhadap resiko kesehatan. Oleh sebab itu
pengembangan proses pengolahan air gambut sangat layak untuk dilakukan. AOP
(Advanced Oxidation Processes) disebut juga oksidasi kimia lanjut dapat ditawarkan
untuk mengolah air gambut berwarna akibat zat organik terlarut di dalamnya dengan
mengandalkan sifat reaktif radikal hidroksil (HO ). Radikal hidroksil terbentuk dari
sinar UV yang dipancarkan ke dalam air (disebut Fotokimia sinar UV), atau
kombinasi sinar UV dengan hidrogen peroksida (disebut UV-Peroksidasi). Penelitian
dilakukan dalam reaktor batch skala laboratorium untuk mengetahui unjuk kerja
(performance) proses Fotokimia sinar UV dan UV-Peroksidasi pada konsentrasi H 2 O
2 0,016 M (0,05%), selama waktu reaksi dan penyinaran 0, 60, 120, 180 dan 240
menit. Perubahan konsentrasi oranik dinyatakan dengan effisiensi penurunan TOC
(%R TOC ), yang diamati menggunakan instrumen TOC-VCPH SHIMADZU. Hasil
Penelitian menunjukkan %R TOC secara UV-Peroksidasi adalah 48,96-77,64%
sedangkan secara Fotokimia sinar UV hanya mencapai 20,60-43,40%, keduanya
terbaik pada waktu reaksi 240 menit. Hal ini menunjukkan reaktor batch UVPeroksidasi skala laboratorium memiliki performance lebih baik dibanding Fotokimia
sinar UV. Kata kunci: Air gambut, fotokimia sinar UV, reaktor batch, UV-Peroksidasi,
TOC Pendahuluan Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung
pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut.
Masyarakat pada daerah berawa dan berdataran rendah seperti daerah Geuredong Pase
di Aceh Utara, masih mengalami kesulitan untuk memanfaatkan air permukaannya
sebagai raw water (sumber air baku). Daerah Geuredong Pase tersebut adalah tanah
bergambut atau berawa dan air permukaannya berwarna coklat kemerahan dan
bersifat asam, disebut air rawa gambut. Warna coklat kemerahan air gambut
disebabkan kandungan zat organik dan besi terlarut yang tinggi berasal dari akumulasi
sisa-sisa tumbuhan yang membusuk, seperti daun, pohon dan kayu. Adanya ion besi

menyebabkan air berwarna kemerahan. Sedangkan ph asam air gambut disebabkan


karena bercampurnya air hujan dengan tanah gambut, 233
2 menyebabkan zat organik dalam bentuk asam terlarut, dan juga adanya kation yang
berasal dari mineral-mineral terlarut [12][1]. Jadi sebenarnya air gambut adalah air
hujan yang jatuh ke lahan gambut, karena terjadi kontak maka kualitasnya berubah
sesuai dengan yang ditempati Sebenarnya secara kuantitas air gambut berpotensial
menjadi sumber air untuk dimanfaatkan manusia dalam kebutuhannya sehari-hari.
Akan tetapi dari segi kualitas, estetika dan kesehatan air gambut tidak layak
digunakan untuk aktivitas manusia karena tidak memenuhi standar air bersih sesuai
PP 82 Tahun 2001. Hal ini mendorong timbulnya penelitian-penelitian yang baru
dalam pengolahan air gambut, sehingga dapat dimanfaatkan sesuai standar yang
berlaku. Air gambut dapat diolah dengan berbagai cara, baik fisik maupun kimia.
Pengolahan yang paling umum dilakukan adalah koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan
filtrasi. Namun hasil yang diberikan dari proses pengolahan tersebut belumlah
maksimal untuk permasalahan zat organik yang terlarut dalam air gambut. Metode
koagulasi konvensional menggunakan koagulan kulit kerang dan batu karang yang
telah dilakukan dalam mengolah air rawa daerah Geuredong Pase hanya mampu
menyisihkan konsentrasi besi 5-58% dan tidak memberikan perubahan warna air yang
signifikan baik sehingga air rawa gambut hasil olahan masih tampak berwarna kuning
kecoklatan [12]. Metode Two Stage Coagulation mampu menurunkan senyawa
organik air rawa gambut daerah Bangkinang di Riau sampai 88% menggunakan
koagulan Alum pada dosis 280-300 mg/l tetapi tidak signifikan baik terhadap
penurunan konsentrasi besinya. Proses koagulasi yang telah dilakukan membutuhkan
jumlah bahan kimia koagulan yang besar, sedangkan bahan koagulan alam belum
memberikan hasil yang baik terhadap air rawa gaambut hasil olahannya [4]. Oleh
sebab itu perlu difikirkan suatu metode lain yang dapat dilakukan untuk penjernihaan
air rawa gambut dalam hal menurunkan konsentrasi zat organik yang terkandung di
dalamnya. Suatu senyawa kimia yang sulit dipecahkan melalui oksidasi kimia biasa
dapat dioksidasi menggunakan radikal hidroksil (HO ). Radikal hidroksil merupakan
substansi reaktif terbentuk dari hasil reaksi intermediate. Radikal hidroksil memiliki
potensial oksidasi (E o =2,8V) lebih besar dibanding oksidator lainnya. Melalui
teknologi oksidasi kimia lanjut (AOPs, Advanced Oxidation Processes), radikal
hidroksil terbentuk akibat simulasi pancaran sinar UV dan hidrogen peroksida [11].
Cervera and Esplugas, 1983 dalam C.W.Jones (1999) menyebutkan bahwa pancaran
sinar UV dapat menyebabkan peristiwa fotokimia dalam air, dimana terjadi
penyerapan sumber energi oleh molekul senyawa kimia untuk menyelesaikan reaksi
kimianya. Pada proses AOPs, kombinasi hydrogen peroksida (H 2 O 2 ) dengan sinar
UV dikenal dengan istilah UV-Peroksidasi. Beberapa peneliti sebelumnya telah
mencoba menerapkan proses fotokimia skala laboratorium untuk berbagai jenis kasus
permasalahan air, baik air limbah industri, limbah domestik, air permukaan maupun

air tanah. Rohmatun (2006) melalui eksperimen skala laboratorium telah mencoba
menggunakan kombinasi sinar UV dan hydrogen peroksida (disebut UV-Peroksidasi)
untuk mendestruksi kandungan besi organik dalam air tanah dengan mensimulasikan
senyawa Fe-EDTA pada konsentrasi 3-10 mg/l dalam air, ternyata proses tersebut
dapat menurunkan konsentrasi Fe-EDTA 84-99% pada waktu reaksi 180 menit.
Penelitian lainnya juga telah menunjukkan keberhasilan UV-Peroksidasi dalam
menurunkan konsentrasi beberapa senyawa organik yang terkandung dalam air,
seperti mampu menurunkan konsentrasi fenol sampai 80% dalam air limbah [12], dan
95,26% dalam lumpur Lapindo [8], mampu menurunkan 39% konsentrasi COD air
limbah industri recovery 234
3 minyak [2], mampu menurunkan 75% konsentrasi surfaktan pada limbah laoundry
[5], mampu menurunkan 67,5% konsentrasi COD air limbah rumah sakit [6], dan
mampu menurunkan 44-96% zat pewarna tekstil DYA pada indusri pewarna tekstil
[15]. Hipotesa yang dapat menjawab keberhasilan proses UV-Peroksidasi dalam
mendekstruksi beberapa senyawa organik yang sulit terdegradasi dengan pengolahan
secara fisik dan biologi adalah berdasarkan mekanisme reaksi terjadi ketika
pemecahan molekul H 2 0 2 karena terpapar sinar UV menjadi 2 molekul radikal OH
(fotolisis): H 2 O 2 hv 2 HO + HO (1) Reaksi antara molekul-molekul organik dengan
radikal OH yang terjadi dapat dibagi menjadi 3 jenis (Legrini dkk.. 1993 dalam T.
Hudaya, 2011) yaitu: a. Abstraksi hidrogen: HO + RH hv R + H 2 O (2) Abstaksi
hidrogen merupakan reaksi pembentukan radikal organik (R ) dari reaksi antara OH
dan senyawa organik (RH). b. Adisi elektrofilik: OH + PhX HOPhX (3) Adisi
elektrofilik merupakan reaksi pembentukan radikal organik (HOPhX ) dari reaksi
antara OH dan senyawa organik- (PhX). Reaksi yang mungkin terjadi ditunjukan
sebagai berikut: c. Transfer elektron : OH + RX RX + + HO - (5) Pada transfer
elektron terjadi proses reduksi dari OH menjadi OH - dengan bantuan substrat
organik. Karakteristik air gambut bersifat spesifik, bergantung pada lokasi, jenis
vegetasi, jenis tanah tempat air gambut tersebut berada, ketebalan gambut, usia
gambut, dan cuaca. Secara umum kandungan senyawa organik air gambut daerah
Sumatera berkisar antara 243-290 mg/l KMnO 4, sedangkan syarat zat organik dalam
air konsumtif adalah 10 mg/l KMnO 4. Zat organiknya adalah material yang kompleks
dan sangat tahan terhadap penguraian bakteri, seperti asam humus dan turunannya
menyebabkan warna air menjadi coklat kemerahan dan ph asam, terdiri dari asam
humat, asam fulvat dan humin. Asam humus adalah senyawa organik dengan berat
molekul tinggi dan berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena pembusukan
tanaman dan hewan, sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu yang cukup
lama, memiliki ikatan aromatik yang panjang dan nonbiodegradable karena
merupakan hasil oksidasi senyawa lignin (gugus fenolik) [4]. (4) Oleh sebab itu,
berdasarkan mekanisme reaksi radikal OH akibat pemecahan H 2 O 2 akibat terpapar
sinar UV seperti dijelaskan di atas maka diharapkan senyawa organik 235

4 yang terlarut dalam air gambut berupa asam humus dan turunannya dapat
dipecahkan oleh radikal hidroksil OH hingga termineralisasi menjadi OH -. Penelitian
ini dilakukan dalam suatu reaktor batch skala laboratorium untuk mengolah air
gambut berwarna akibat zat organik dengan menggunakan H 2 O 2 yang dibubuhkan
dalam reaktor, pancaran sinar UV, baik secara terpisah maupun sekaligus (disebut UVPeroksidasi). Pengamatan dilakukan dengan melihat penurunan konsentrasi senyawa
organik berdasarkan parameter TOC (Total Organic Carbon) setiap waktu reaksi yang
ditentukan sehingga diperoleh effisiensi proses berdasarkan persentase removal TOC
(%R TOC ) yang diperoleh. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
positif, efektif dan effesien sebagai upaya dalam mengembangkan proses pengolahan
air gambut yang ekonomis dari segi biaya dan handal dari segi performansinya.
Penelitian ini akan mengoptimalkan penggunaan hidrogen peroksida dan sinar UV
sebagai reagen penghasil radikal hidroksil, sehingga secara teknis dapat meningkatkan
efisiensi proses pengolahan. Metodelogi Penelitian Tempat dan waktu penelitian.
Penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Pengolahan Air dan Limbah Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe. Analisa TOC menggunakan
seperangkat alat TOC-VCPH Shimadzu Analyzer dilakukan di Laboratorium Kimia
Analisis dan Intrumentasi Politeknik Negeri Lhokseumawe. Seluruh kegiatan
penelitian dilakukan selama 5 bulan mulai Februari sampai Juli 2012. Bahan dan
alatppenelitian. Bahan yang paling penting dalam penelitian ini adalah: 1) air gambut
yang berasal dari daerah Geuredong Pase Desa Embang di Aceh Utara, 2) hydrogen
peroksida (H 2 O 2 ) 0,016 M (0,05%), 3) larutan standar pengukuran zat organik
(kalium hydrogen phtalat, natrium bikarbonat, natrium karbonat dan aquabides). Alat
utama dalam penelitian ini adalah reaktor batch dilengkapi dengan stirrer, lampu UV
dan ph meter. Rangkaian alat penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1. Gambar 1.
Rangkaian peralatan reaktor UV-Peroksidasi sistem batch Pelaksanaan penelitian.
Pelaksanaan penelitian di laboratorium meliputi beberapa lingkup pekerjaan yaitu
dimulai dengan karakterisasi air gambut geuredong pase sebagai bahan baku untuk
proses, melakukan proses pengolahan air gambut secara Peroksidasi (sebagai
pembanding), dilanjutkan dengan proses Fotokimia sinar UV dan terakhir proses UVPeroksidasi. 236
5 Karakterisasi air gambut geuredong pase. Karakterisasi air gambut Geuredong Pase
bertujuan untuk mengetahui kualitas air gambut daerah geuredong pase yang terlihat
secara visual berwarna coklat kemerahan sebelum pengolahan dilakukan. Hasil uji
karakterisasi tersebut ditmpilkan dalam Tabel 1 berikut. Seluruh metode pemeriksaan
parameter sesuai dengan Standard Method for Examination of Water and Wastewate
(APHA, 1998). Tabel 1. Karakteristik Air Gambut Geuredong Pase (Sumber: analisa
laboratorium Standar maksimum yang No Parameter Satuan Konsentrasi
diperbolehkan untuk air bersih 1 Kekeruhan NTU, 6,57 25 2 TDS Mg/L 0,6 1500 3 ph
5,5 6,5-9,0 4 Kesadahan mg/l 3,2 500 5 Angka KMnO4 mg/l 13-6 Besi (Fe) mg/l 4,85

1,0 7 Mangan ( Mn) mg/l 0,7 1,0 8 Zat Organik mg/l 22,28 10 Proses peroksidasi
(Oksidasi hanya dengan H 2 O 2 ). Dua liter air gambut yang sudah diketahui
konsentrasi senyawa organiknya (TOC) dimasukkan ke dalam reaktor (seperti Gambar
1) yang dilengkapi pengadukan. Selanjutnya H 2 O 2 0,016 M (0,05%) dibubuhkan ke
dalam reaktor tersebut. Pengamatan dilakukan setiap 0, 60, 120,180, dan 240 menit.
Perlakuan ini dilakukan untuk mengetahui proses pengolahan air gambut jika hanya
menggunakan H 2 O 2 saja. Analisa TOC dan ph air dilakukan secara duplo. Proses
fotokimia sinar UV. Dua liter air gambut yang sudah diketahui konsentrasi senyawa
organiknya dimasukkan ke dalam reaktor. Lampu UV dipasang sebanyak 4 (empat)
buah dan kemudian dihidupkan secara bersamaan untuk memancarkan sinar UV ke
dalam air gambut tersebut selama 60, 120, 180 dan 240 menit. Pengamatan dilakukan
sebanyak waktu reaksi. Perlakuan ini dilakukan untuk mengetahui proses pengolahan
air gambut jika hanya menggunakan sinar UV saja (UV-Peroksidasi). Proses UVPeroksidasi. Reaktor yang digunakan adalah seperti terlihat dalam Gambar 1. Reaktor
dilengkapi dengan lampu UV sebagai sumber utama sinar UV yang akan dipancarkan
ke dalam air gambut tersebut. Sejumlah H 2 O 2 0,016 (0,05%) ditambahkan ke dalam
reaktornya kemudian secara bersamaan lampu UV dinyalakan. Pengamatan tetap
dilakukan setiap waktu reaksi yang telah ditentukan. (60-240 menit). Perlakuan ini
dilakukan untuk mengetahui proses pengolahan air gambut menggunakan kombinasi
H 2 O 2 dan sinar UV. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan cara-cara
sebelumnya. Hasil dan Pembahasan Pengaruh proses peroksidasi, fotokimia sinar uv
dan uv-peroksidasi terhadap perubahan konsentrasi senyawa organik (TOC). Proses
Peroksidasi, Fotokimia sinar UV dan UV-Peroksidasi dapat menurunkan konsentrasi
senyawa organik air gambut, dinyatakan dengan TOC mg/l. Hasil pengamatan dari
ketiga proses tersebut selama waktu reaksi 60-240 menit ditampilkan dalam Tabel 2
berikut. 237
6 Tabel 2. Perubahan konsentrasi organik (TOC) dan persentase removal TOC (%R
TOC ) pada proses Peroksidasi, Fotokimia sinar UV, dan UV-Peroksidasi Proses Air
gambut + H 2 O 2` Air gambut + Sinar UV Air gambut + H 2 O 2 + UV Waktu
(menit) 0 60 120 180 240 0 60 120 180 240 0 60 120 180 240 ph 5,5 4,7 4,6 5,2 5,1
5,5 5,7 5,7 5,8 6,1 5,5 5,8 5,7 5,7 6,2 Turbidity (NTU) 6,57 6,71 6,12 6,02 6,39 6,57
5,40 6,80 6,6 5,23 6,57 6,34 7,34 6,83 6,39 TOC (ppm) 22,28 14,52 13,61 13,28 13,13
22,28 17,69 16,20 13,54 12,61 22,28 11,37 8,93 7,83 4,98 %R TOC - 34,82 38,91
40,39 41,06-20,60 27,28 34,73 43,40-48,96 59,91 64,85 77,64 Dari Tabel 2 dapat
dilihat bahwa proses UV-peroksidasi dapat menurunkan konsentrasi TOC dari 6,2
mg/l menjadi 4,98 mg/l, sedangkan proses Fotokimia Sinar UV dan Peroksidasi hanya
dapat menurunkan konsentrasi TOC masingmasing sampai 12,61 mg/l dan 13,13 mg/l.
Hal ini menunjukkan kemampuan UVperoksidasi lebih baik daripada Fotokimia Sinar
UV dan peroksidasi. Hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) adalah oksidator kuat (potensial
oksidasi 1,8 V), tetapi tidak sekuat radikal hidroksil (HO, dengan potensial oksidasi

2,8 V). Radikal hidroksil dapat terbentuk akibat adanya energy foton yang
dipancarkan oleh sinar UV terhadap suatu molekul senyawa berikatan H-O, seperti air
dan H 2 O 2. Akan tetapi aktivitas air untuk menyerap energy foton sinar UV tidak
sereaktif aktivitas hydrogen peroksida. Berdasarkan persamaan reaksi (1) sebelumnya
dapat dilihat bahwa air dengan adanya penyinaran sinar UV dapat menghasilkan satu
molekul radikal hidroksil, sedangkan hydrogen peroksida bersama sinar UV dapat
menghasilkan dua molekul radikal hidroksil. Fenomena ini menjelaskan bahwa
kombinasi hydrogen peroksida dan sinar UV atau disebut UV-peroksidasi akan
menghasilkan reaksi yang lebih reaktif karena menghasilkan radikal hidroksil lebih
banyak dibanding Fotokimia Sinar UV atau proses Peroksidasi sekalipun. Profil arah
perubahan konsentrasi besi dari ketiga proses oksidasi kimia dimaksud tersebut
ditampilkan dalam Gambar 2. Grafik pada Gambar 2 dapat menjelaskan bahwa
semakin lama waktu reaksi (pengadukan dan penyinaran) maka konsentrasi TOC
semakin menurun, baik proses Peroksidasi, Fotokimia Sinar UV maupun UVperoksidasi. Akan tetapi arah perubahan konsentrasi TOC dari proses UV-peroksidasi
memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan proses Peroksidasi dan Fotokimia
Sinar UV. Hal ini disebabkan adanya radikal hidroksil yang terbentuk selama reaksi
oksidasi senyawa organik berlangsung. Pada proses Peroksidasi, oksidator yang
berperan adalah H 2 O 2 yang memiliki potensial oksidasi 1,8V, sedangkan pada
Fotokimia sinar UV dan UV-Peroksidasi oksidator yang berperan adalah radikal
hidroksil (OH ) yang memiliki potensial oksidasi 2,8V (Metcalf & Eddy, 2001).
Berdasarkan nilai potensial oksidasi ini dapat menjelaskan bahwa Fotokimia sinar UV
akan menghasilkan reaksi lebih baik jika 238
7 dibanding dengan Peroksidasi. Akan tetapi jika Fotokimia sinar UV dibanding
dengan UV-Peroksidasi, maka hasil reaksi yang diberikan oleh UV-Peroksidasi akan
lebih baik, karena jumlah oksidator radikal hidroksil yang terbentuk selama reaksi
adalah lebih banyak. Oleh karena itulah hasil yang diperoleh dari penelitian ini
menunjukkan penurunan konsentrasi senyawa organik (TOC) terbesar adalah
menggunakan proses UV-Peroksidasi. Profil perolehan persentase penurunan
konsentrasi organik dari ketiga proses tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3. Gambar
2. Profil penurunan konsentrasi organik (dinyatakan dengan TOC) dalam air gambut
dari ketiga proses Peroksidasi, Fotokimia sinar UV dan UV Peroksidasi. Gambar 3.
Grafik hubungan waktu reaksi dengan persentase penyisihan senyawa organik air
gambut dari proses Peroksidasi, Fotokimia sinar UV dan UV-Peroksidasi. Pengaruh
waktu reaksi terhadap penurunan konsentrasi TOC. Sebagaimana yang telah
dijelaskan pada Gambar 2 bahwa semakin lama waktu reaksi maka konsentrasi
senyawa organiknya, semakin menurun. Atas pertimbangan inilah maka Gambar 4
ingin menunjukkan hubungan waktu reaksi dengan konsentrasi TOC. Dari grafik
balok pada Gambar 4 tersebut terlihat bahwa pada setiap waktu reaksi penurunan
konsentrasi organik terbesar adalah pada proses UV-Peroksidasi. Hal ini menunjukkan

kehadiran sinar UV yang dipancarkan pada hydrogen peroksida mengakibatkan H 2 O


2 tereksitasi menjadi radikal hidroksil (OH ) yang reaktif untuk memecah senyawa
organik yang ada. Sehingga kecendrungan UV-Peroksidasi lebih baik dari peroksidasi
dan fotokimia sinar Uv karena pada UV-Peroksidasi radikal hidroksil yang terbentuk
lebih banyak dan lebih cepat. Gambar 4. Pengaruh waktu reaksi terhadap penurunan
konsentasri TOP pad proses Peroksidasi, Fotokimia sinar UV dan UV-Peroksidasi.
239
8 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah proses
UV-Peroksidasi telah menunjukkan keberhasilan proses UV-Peroksidasi dalam
mengolah air gambut yaitu dapat menurunkan 77,64% senyawa organik dalam waktu
240 menit. Referensi [1] A. Herlambang, dan N.I. Said, Aplikasi Teknologi
Pengolahan Air Sederhana untuk Masyarakat Pedesaan, 2005, JAI Vol 1, No.2, 2005
[2] A.R. Dincer, N. Karakaya, E. Gunes, dan Y. Gunes, 2008, Removal Of COD From
Oil Recovery Industry Wastewater by The Advanced Oxidation Processes (AOP)
Based on H 2 O 2, Global NEST Journal, Vol 10, No 1, 31-38 [3] C.W. Jones,
Aplication of Hydrogen Peroxide and Derivatives, Published by The Royal Society of
Chemistry, Thomas Graham House, Science Park, Milton Road Combridge CB4 0WF,
UK, 1999, 207-216 [4] D. Fitria, S. Notodarmojo, Penurunan Warna dan Kandungan
Zat Organik Air Gambut dengan Cara Two Stage Coagulation, Jurnal Teknik
Lingkungan, Vo.13 No.1, April 2007 [5] Elfiana, 2007, Studi Degradasi Surfaktan
Menggunakan Fotofenton, Thesis Magister, Institut Teknjologi Bandung, 2007 [6]
Elfiana, 2009, Kinetika Minimalisasi Kandungan Besi dalam Air secara Oksidasi
Kimia (Aerasi, Fotokimia Sinar UV, dan UV-Peroksidasi), Laporan Penelitian,
Politeknik Negeri Lhokseumawe [7] Elfiana, 2011, Pemanfaatan Reagen Fenton dan
Sinar UV untuk Menurunkan Konsentrasi COD Limbah Cair Rumah Sakit, Laporan
Penelitian, Politeknik Negeri Lhokseumawe [8] E. Hendriarianti, dan T. Lidiawati,
Penurunan Konsentrasi COD dan Fenol Air Lumpur Lapindo dengan Metode Oksidasi
Fenton dan UV, Jurnal Purifikasi, Vol.8, No.1, 2007, 73-78 [9] Ismiyati, Pengolahan
Air Gambut Secara Koagulasi Menggunakan Koagulan Kerang, Tugas Akhir
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe, 2011 [10] J.R.
Watts, J.R., Hazardous Waste: Sources, Pathways, Recycles, John Willey & Sons Inc,
New York, 352-362, 568-570, (1998)615-620 [11] M. Rodriquez,, Fenton and UV-vis
Based Advanced Oxidation Processes in Wastewater Treatment: Degradation,
Mineralization, and Biodegradability Enhancement, Thesis Program Magister,
Universitas Bercelona, Departemen Teknik Kimia dan Metalurgi, Bercelona, 2003,
22-91 [12] N.I. Said dan W. Widayat, Teknologi Pengolahan Air Gambut Sederhana,
2010 [13] Rohmatun, Dewina Roosmini, Suprihanto Notodarmojo. Studi Penurunan
Kandungan Besi Organik H 2 O 2 -UV, 2007. [14] T. Hudaya, M. Steanus, and M.
Agustina, H 2 O 2 /UV Photo-oxidation of Non-biodegradable DYA Textile, Dye

Wastewater in a Multi Lamp Bubble Column Photoreactor, Prosiding Seminar


Nasional Teknik Kimia Kejuangan, Yogyakara, 22 Februari 2012 240

You might also like