You are on page 1of 2

Patomekanisme Insomnnia

Salah satu gejalah yang dialami pasien adalah sulit tidur. Normalya dalam proses tidur,
kita mgalami beberapa fase. Saat proses tidur, kita melewati lima fase REM. Pada fase ini
terjadi terjadi pelepasan eksitasi dari batang otak sehingga menyebabkan kedutan selain pada
otot yang hipotonis. Sebelum mencapai fase tidur REM, kita melewati beberapa fase nonREM dengan meingkatkankedalaman tidur yang berhubungan dengan penurunan frekuensi
EEG (Elektroensefalogram).1,2
Ketika terbagun, faktor tidur fase endogen akan terakumulasi, seperti peptide penginduksi
tidur yang dipecahka kembali selama tidur. Serotonin kemungkinan merangsang
pembentukan faktor tidur, karena penghambatan dalam pembentukan, pelepasan, atau kerja
serotonin menyebabkan insomnia. Peptida penginduksi ini menimbulkan tekanan tidur
yang berperan dalam kemampuan untuk tidur. Depresi mungkin mengurangi pembentukan
peptid pengnduksi tidur melalui kekurangan serotonin. Hal ini menimbulkan penurunan
tekanan tidur neto da kesulitan untuk tidur.2
Adanya pengaruh sistem A.R.A.S (Ascending Reticulary Activity System). Ketika
aktivitas A.R.A.S meningkat maka kita akan terjaga dan apabila aktivitas A.R.A.S menurun
maka kita akan tertidur. Sistem A.R.A.S juga dipengaruhi oleh sistem serotogenik, yang
dimana sistem ini dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino tryptofan. Dan apabila
kadar tryptofan meningkat maka serotonin pun meningkat dan apabila serotonin meningkat
itu berarti dalam kondisi tertidur, dan begitupun sebaliknya. Sistem ini terletak pada Nucleus
Raphe Dorsalis yang berhubungan dengan REM (Rapid Eye Movement).3
Nyeri kepala sama dengan nyeri yang lain yang merupakan pegalaman sensorik dan
emosional yang tidak meyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jarigan yang sudah
atauberpotensi terjadi . Kapasitas dalam memicu nyeri apabila jaringan tersebut mendapat
rangsangan yang mengganggu yang akan berhubungan dengan keberadaan nosiseptor.
Nosiseptor sendiri adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan
nyeri.ujung-ujung saraf bebas ini berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan
mekanis, suhu, listrik, atau kimiawi yang akan memicu nyeri. Nosiseptor terletak jaringan
subkutis, otot rangka, sendi, permukaan peritoneum, duramater (nyeri kepala), dan dinding
pembuluh darah. Nyeri dapat dipicu oleh beberapa hal :2
a. Peregangan atau pergesera pembuluh darah (itrakranium atau ektrakranium)
b. Traksi pembuluh darah
c. Kontraksi otot kepala dan leher (kerja berlebihan)

d. Kurang tidur
e. Pengaruh serotonin yang menyebabkan vasodilitasi vaskuler yang dapat memicu
nyeri..
Gejala yang lain seperti mudah lelah, mudah tersinggung, nafsu makan berkurag dapat dipicu
dari gejala yang lain, yaitu kurang tidur yang menyebabkan aktivitas terganggu.2

Refrensi :
1. Price SA, Wilon LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 volume
2. Pendit BU, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA, penerjemah. Hartanto H, Susi N,
Wulansari P, Mahanani DA, editor. Jakarta : EGC ; 2014. Hal. 1063, 1065, 1090-92
2. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas berwarna Patofisiologi. Setiawan I, Mochtar I, alih
bahasa. Resmisari T, Liena, Editor. Jakarta : EGC, 2012. Hal. 294.
3. Thase ME. Depression and sleep : pathophysiology and treatment. Clinical research.

2008; 217-226

You might also like