You are on page 1of 13

Jurnal

FAKTOR RESIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II


DI RSUD. PROF. Dr. Hi. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

Oleh
YURIKE AMU
( Nim : 841410170, Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmuilmu
Kesehatandan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo )
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

SUMMARY
FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE
II DI RSUD. Prof. Dr. Hi. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
Program Study IlmuKeperawatan, FakultasIlmuIlmuKesehatandanKeolahragaanUniversitasNegeriGorontalo
ABSTRAK
Yurike Amu. 2014. Faktor Resiko Kejadian Penyakit Diabetes Melitus
Tipe II di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan
Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas
Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing
II Dr. Hj. Rosmin Ilham, S.Kep, Ns, MM.
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan. Data
IDF menunjukkan jumlah penderita Diabetes Melitus tahun 2012 mencapai 371
juta orang, di Indonesia 7.6 juta orang, data Dikes Provinsi Gorontalo
menunjukkan jumlah penderita Diabetes Melitus 1188 orang, di RSUD. Prof. Dr.
Hi. Aloei Saboe 927 orang. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor resiko
kejadian penyakit Diabetes Melitus tipe II yakni genetik, usia, obesitas, tekanan
darah, dan olahraga.
Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan studi
Observasional dengan pendekatan Deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah
semua pasien Diabetes Melitus Tipe II yang berkunjung di Poli klinik penyakit
dalam pada saat penelitian. Pengambilan sampel dengan cara Accidental
Sampling, jumlah sampel 34 responden.
Hasil penelitian didapatkan penderita DM dengan faktor genetik (88.24%),
(88.24%) faktor usia, (73.5%) faktor obesitas, (35.3%) hipertensi ringan dan
(17.6%) hipertensi sedang serta (2.9%) hipertensi berat, (41.1%) kadang olahraga,
(47.1%) tidak pernah melakukan olahraga.
Kesimpulan dari penelitian sebagian besar penderita Diabetes dengan
faktor resiko genetik, usia, obesitas, hipertensi ringan, dan kurangnya aktivitas
fisik atau olahraga. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti faktor
resiko Diabetes Melitus Tipe II yang lain guna untuk pendidikan dimasa akan
datang.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Faktor Resiko.1

YURIKE AMU, 841410170, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, dr. Zuhriana K. Yusuf,
M.Kes, DR. Hj. Rosmin Ilham, S.Kep, Ns, MM

I.

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.
Diabetes Melitus, penyakit gula, atau kencing manis adalah suatu penyakit, di mana
tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa)
dalam darahnya. Diabetes Melitus di klasifikasikan atas dua yakni Diabetes Melitus
Tipe I (IDDM) dan Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM). (Harmanto Ning, 2005:16)
Dari data IDF (Internasional Diabetes Federation) menunjukan bahwa jumlah
penderita Diabetes Melitus didunia pada tahun 2012 telah mencapai 371 juta orang
dari usia 20-79 tahun. Dimana terdapat 10 negara di dunia yang mempunyai data
terbanyak yaitu, Negara China yang mencapai 92.3 juta orang yang mengidap
penyakit Diabetes Melitus, India 63 juta orang, 24. 1 juta orang di Negara Amerika
Serikat, 13. 4 juta orang di Negara Brazil, 12. 7 juta orang di Negara Russian
Federation, di Negara Mexico 10. 6 juta orang, di Negara Indonesia 7. 6 juta orang, 7.
5 juta orang di Negara Egypt, di Negara Japan mencapai 7. 1 juta orang, dan di
Negara Pakistan 6. 6 juta orang yang mengidap Diabetes Melitus.
Berdasarkan data dari IDF tahun 2012 kasus Diabetes Melitus mencapai
jumlah 7. 6 juta di Indonesia dengan usia 20-79 tahun, dengan angka prevalensi
standar WHO 5.14 %, dimana angka kematian yang di akbibatkan mencapai 155.465.
Tabel 1.1
Jumlah penderita Diabetes Melitus Di Provinsi Gorontalo,Per triwulan Tahun 2012
NO

TRIWULAN

FREKUENSI

1.

Satu ( I )

320 Penderita

2.

Dua ( II )

686 Penderita

3.

Tiga ( III )

920 Penderita

4.

Empat ( IV )

1188 Penderita

PERSENTASE (%)
2,3 % dari jumlah penduduk
Provinsi Gorontalo yang
berjumlah 1.385.000 Jiwa
4,9 % dari jumlah penduduk
Provinsi Gorontalo yang
berjumlah 1.385.000 Jiwa
6,4 % dari jumlah penduduk
Provinsi Gorontalo yang
berjumlah 1.385.000 Jiwa
8,5 % dari jumlah penduduk
provinsi Gorontalo yang
berjumlah 1.385.000 Jiwa

Sumber : Data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo


Kejadian Diabetes Melitus di RSUD. Prof. Dr. Hi ALOEI SABOE mengalami
peningkatan, dari tahun ke tahun orang yang mengidap penyakit Diabetes Melitus
bertambah banyak. Dengan data penderita Diabetes Melitus yang rawat inap pada
tahun 2010 385 jiwa dengan persentase 31,5 %, data 2011 447 jiwa dengan

persentase bertambah menjadi 33,9 %, dan data pada tahun 2012 menunjukkan
penderita Diabetes Melitus bertambah menjadi 549 jiwa dengan persentase 37,1 %.
Sedangkan jumlah pasien rawat jalan di RSUD. Prof. Dr. Hi. ALOEI SABOE
khususnya di poli klinik penyakit dalam, di tahun 2010 jumlah penderita Diabetes
Melitus 851 orang, jumlah penderita di tahun 2011 yaitu dari 870 orang bertambah
2,7 % dari tahun 2010, sedangkan penderita di tahun 2012 naik menjadi 927 orang
penderita yakni bertambah 6,0 % dari jumlah penderita di tahun 2011.
Peneyebab dari Diabetes Melitus yakni faktor genetik, dimana faktor genetik
atau keturunan, penderita Diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya Diabetes
Melitus tipe I (IDDM). Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki
tipe antigen HLA. Usia juga merupakan faktor resiko Diabetes karena, resistensi
insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun. (Padila, 2012:2)
Selain genetik dan usia faktor resiko Diabetes Melitus adalah obesitas atau
berat badan lebih atau yang biasa disebut gemuk. Obesitas atau kegemukan ini dapat
menyebabkan Diabetes Melitus. Teori menyebutkan obesitas merupakan faktor
bermakna dalam perkembangan penyakit Diabetes Melitus tidak tergantung insulin,
karena sekresi insulin dalam bentuk yang tidak tepat atau resistensi sel lemak yang
membesar terhadap aktivitas insulin. Tekanan darah juga sebagai faktor resiko
Diabetes Melitus. Tekanan darah terbagi atas hipotensi dan hipertensi, tekanan darah
tinggi (hipertensi) dengan penyakit Diabetes Melitus sangat berkaitan erat. Dimana
resistensi insulin ditandai dengan tekanan darah tinggi. Kurang olahraga juga
merupakan faktor resiko Diabetes Melitus, karena ketika melakukan olahraga tubuh
membutuhkan energy ekstra (glukosa) untuk menggerakan otot. Bila melakukan
oalahraga secara teratur, otot dapat menyerap glukosa 20 kali dari rata-rata, ini yang
menyebabkan kadar gula dalam darah menurun dengan sendirinya.
Diabetes Melitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Pada
umumnya, penyakit yang akan ditimbulkan berupa gangguan serius yang termasuk
dalam kasus gawat darurat yaitu, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kerusakan
ginjal, katarak, infeksi kulit berat, penyakit pembuluh darah otak. Klasifikasi dari
Diabetes Melitus menurut Arif Mansjoer (2001) adalah : Diabetes tipe 1 Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus tergantung pada insulin dan
diabetes tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes Melitus
tidak tergantung insulin. (Riyadi Sujono, 2011: 144)
Dalam penelitian Martha Amelia tentang faktor resiko Diabetes Melitus
ditemukan faktor Diabetes Melitus yang terdiri atas 9 macam, yaitu dislipidemia,
hipertensi, stres, rokok, obesitas, kurang olah raga, usia, riwayat keluarga, dan
kebiasaan makan yang dilakukan kepada 111 orang responden ditemukan responden
dengan nilai GDP dan/atau GD2PP meningkat sebanyak 24 (21,6%), riwayat
hipertensi ditemukan sebanyak 14 (12,6%) responden, sedangkan 97 (87,4%)
responden tidak memiliki riwayat hipertensi. Stres, dimana sebanyak 10 (9%)
responden memiliki nilai stres 35 berpotensi sedang untuk terserang penyakit akibat
2

stres. Kemudian kebiasaan merokok, sebanyak 45 responden (40,5%) menghisap satu


batang rokok atau lebih dalam sehari. Obesitas, terdapat 36 responden (32.4%) hasil
perhitungan BMI >27 dan 75 responden (67,6%) BMI <27, kurang olah raga,
sebanyak 98 (88,3 %) responden berolah raga kurang dari tiga kali per minggu
bahkan tidak sama sekali. Usia, usia 40 tahun sebanyak 81 orang (72,9%),
sedangkan usia <40 tahun sebanyak 30 orang (27,1%). Riwayat keluarga dengan
Diabetes Melitus, sebanyak 24 (21%) responden memiliki salah satu anggota
keluarga dengan Diabetes Melitus. kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak
dan gula, sebanyak 68 (61%) responden mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan
gula.
Pada saat saya melakukan observasi awal di RSUD.Prof. Dr. Hi. Aloei Ssboe,
saya bertemeu dengan Ny.A dengan umur 62 tahun dan Tn. T dengan Umur 58 tahun.
Ny. A didiagnosa terkena penyakit Diabetes melitus di umur beliau 60 tahun dan
mempunyai keluarga yang mengidap penyakit yang sama yakni kakak beliau, Ny. A
adalah perokok, dan memiliki berat badan sebelum menderita Diabetes yakni 60 Kg
dengan tinggi badan 160 menurut IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah 23,43 Kg/m 2 =
Obesitas. Sedangkan Tn. T didiagnosa terkena penyakit Diabetes pada umur 55
tahun, tidak mempunyai keluarga yang mengidap Diabetes, tapi pola makan
berlebihan, dan kurang olahraga.
Berdasarkan uraian latar belakang dan data dari RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe serta penelitian sebelumnya kejadian Diabetes Melitus setiap tahunnya
semakin bertambah, jadi saya sebagai peneliti ingin meneliti Faktor Resiko Kejadian
Penyakit Diabetes Melitus Tipe II.
II.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
Observasional dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan
instrument kuesioner. Selain dengan menggunakan metode kuantitatif, pendekatan
kualitatif juga dilakukan dengan melakukan wawancara kepada dokter, perawat
ataupun staf pada poli penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe.
Populasi penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Melitus Tipe II yang
berkunjung di Poli klinik penyakit dalam RSUD. Prof. Dr. Hi. ALOEI SABOE pada
saat penelitian. Jumlah sampel yang ditemukan pada saat penelitian adalah 34
responden penderita Diabetes melitus Tipe II. Pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah dengan cara Accidental Sampling yaitu dengan mengambil kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia.

III.

HASIL PENELITIAN

Analisa Univariat
1. Genetika
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe II yakni
Genetik di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe pada bulan
Maret-April 2014
NO
1
2

Genetik
Tidak ada
Ada
TOTAL
Sumber : Data Primer tahun 2014

Jumlah
4
30
34

%
11.76
88.24
100

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.1 menunjukan bahwa faktor genetik pada
penderita Diabetes Melitus dengan jumlah responden 34 responden, 4 responden
(11.76%) Tidak ada orang tua atau saudara yang menderita penyakit Diabetes
melitus. Sedangkan 30 responden (88.24%) Ada orang tua atau saudara yang
menderita penyakit Diabetes Melitus.
2. Usia
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe II yakni Usia
di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe pada bulan MaretApril 2014
NO
1
2

Usia
<45 tahun
45 tahun
TOTAL
Sumber : Data Primer tahun 2014

Jumlah
4
30
34

%
11.76
88.24
100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukan bahwa faktor resiko
usia pada penderita Diabetes Melitus dengan jumlah responden 34 responden, 4
responden (11.8 %) mulai menderita Diabetes Melitus pada usia sebelum atau
dibawah dari 45 tahun. Sedangkan 30 responden (88.2%) mulai menderita Diabetes
Melitus pada usia diatas 45 tahun atau setelah 45 tahun.

3. Obesitas
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe II yakni
Obesitas di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe pada bulan
Maret-April 2014
NO
1

Obesitas
Kurus dengan IMT <18,5

Jumlah
1

%
2.90

Normal dengan IMT 18,5-22,9

23.50

Obesitas dengan IMT 25,0-29,9


TOTAL
Sumber :Data Primer Tahun 2014

25
34

73.50
100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukan bahwa faktor resiko
obesitas pada penderita Diabetes Melitus dengan jumlah 34 responden, 1 responden
(2.9%) sebelum menderita Diabetes Melitus memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh)
kurus dengan hasil IMT <18,5 Kg/m2. 8 responden (23.5%) sebelum menderita
Diabetes Melitus memiliki IMT normal dengan hasil 18,5-22,9 Kg/m2, sedangkan 25
responden (73.5%) sebelum menderita Diabetes Melitus memiliki IMT obesitas
dengan hasil IMT 25,0-29,9 Kg/m2.

4. Tekanan Darah
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe II yakni
Tekanan Darah di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof.dr.H. Aloei Saboe pada
bulan Maret-April 2014
NO
1

Tekanan Darah
Normal (Sistole 120 mmHg dan diastole 80
mmHg)
2 Pre-hipertensi (Sistole 121-139 mmHg dan diastole
0-89 mmHg)
3 Hipertensi ringan ( Sistole 140-159 dan diastole 9099 mmHg)
4
Hipertensi sedang (Sistole 160-179 mmHg dan
diastole 100-110 mmHg)
5
Hipertensi berat (Sistole 180 mmHg dan diastole
111 mmHg)
TOTAL
Sumber : Data Primer tahun 2014

Jumlah
11

%
32.40

11.80

12

35.30

17.60

2.90

34

100

Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukan bahwa


faktor resiko tekanan darah pada penderita Diabetes Melitus dengan jumlah 34
responden setelah melakukan test tekanan darah 11 responden (32,4%) dengan
tekanan darah normal. 4 responden (11.8%) dengan tekanan darah Pre-hipetensi, 12
responden (35.3%) dengan tekanan darah hipertensi ringan, dan 6 responden (17.6%)
dengan tekanan darah hipertensi sedang, serta 1 responden (2.9%) dengan tekanan
darah hipertensi berat.
5. Olahraga
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe II yakni
Olahraga di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe pada bulan
Maret-April 2014
NO
1
2

Olahraga
Sering olahraga
Kadang-kadang olahraga
Tidak pernah olahraga

3
TOTAL
Sumber : Data Primer 2014

Jumlah
4
14

%
11.80
41.20

16
34

47.10
100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa faktor resiko olahraga pada


penderita Diabetes Melitus dengan jumlah 34 responden, 4 responden (11.8%)
termasuk orang yang sering melakukan olahraga baik sebelum dan sesudah terkena
penyakit Diabetes melitus. 14 responden (41.1%) kadang-kadang melakukan
olahraga, sedangkan 16 responden (47.1%) termasuk orang yang tidak pernah
melakukan olahraga.
IV. PEMBAHASAN
1. Faktor genetik
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diketahui bahwa sebanyak 30
responden (88.24%) yang memiliki orang tua atau saudara yang menderita penyakit
Diabetes Melitus dan 4 responden (11.76%) yang tidak memiliki orang tua atau
saudara yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
Berdasarkan hasil penelitian, maka asumsi peneliti bahwa genetik merupakan
salah satu faktor resiko penyakit Diabetes Melitus tipe 2. Dengan adanya kuesioner
yang dibagikan pada saat penelitian sebagian besar responden ada riwayat keluarga
yang menderita penyakit Diabetes Melitus, dimana yang termasuk dalam riwayat
keluarga tersebut tidak hanya orang tua, kakak dan adik juga termasuk. Hanya
sebagian kecil saja yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit Diabetes
Melitus. Pada saat wawancara salah satu responden mengatakan bahwa orang tuanya
adalah penderita Diabetes Melitus dan meninggal juga dalam keadaan kadar gula
darahnya yang tinggi.
2. Faktor usia
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 30
responden (88.2%) mulai menderita Diabetes melitus pada usia diatas 45 tahun atau
setelah 45 tahun, dan 4 responden (11.76%) menderita Diabetes Melitus pada usia
sebelum atau dibawah 45 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, maka asumsi peneliti bahwa usia adalah salah satu
faktor resiko terjadinya Diabetes Melitus tipe 2, karena penderita Diabetes melitus di
Poli klinik penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe rata-rata terkena
Diabetes Melitus pada saat usianya >45 tahun. Usia 45 tahun menurut Goldberg dan
Coon telah termasuk usia yang tua, dimana segala perubahan dalam tubuh dapat
terjadi baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimia. Sel dalam tubuh pun
berubah, salah satunya sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Usia bukan
hanya salah satu faktor pencetus Diabetes Melitus, orang yang berusia di bawah 45
tahun pun dapat terkena penyakit ini, seperti salah satu responden yang masih berusia
18 tahun sudah menderita Diabetes Melitus dan sudah mulai rutin untuk melakukan
pemeriksaan gula darah dan minum obat Diabetes.

3. Faktor obesitas
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 25
responden (73.5%) dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) obesitas 25,0-29,9 Kg/m2, 8
responden (23.5%) dengan IMT normal 18,5-22,9 Kg/m2, 1 responden (2.9%) dengan
IMT kurus <18,5 Kg/m2 sebelum menderita Diabetes Melitus.
Berdasarkan hasil penelitian, maka asumsi peneliti bahwa obesitas adalah faktor
resiko dari kejadian penyakit Diabetes Melitus tipe 2 yang disebabkan oleh pola
makan yang berlebih. Dimana kadar lemak yang berlebih dapat menyebabkan
produksi insulin menurun, sehingga berkaitan erat dengan terjadinya Diabetes
melitus. Obesitas atau kegemukan juga dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas tubuh.
Faktor obesitas ini dapat dicegah dengan diet Diabetes Melitus. Hasil wawancara
dengan responden, terdapat penyesalan pada saat masih dalam keadaan sehat mereka
tidak mengatur pola makan yang lebih sering makan makanan yang berlemak seperti
daging. Terdapat juga pemahaman yang berbeda tentang diet pada penderita Diabetes
Melitus, yakni ada yang mengatakan tidak perlu diet yang penting patuh dalam
berobat dan juga ada yang mengatakan diet sangat perlu dan diwajibkan. Untuk
penyakit Diabetes Melitus ini hanya dibutuhkan keseimbangan pola makan dan
keseimbangan gizi dalam makanan.
4. Faktor tekanan darah
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 11
responden (32.4%) dengan tekanan darah normal, 4 responden (11.8%) dengan
tekanan darah yang sudah termasuk dalam kategori Pre-hipertensi, 12 responden
(35.3%) dengan tekanan darah kategori hipertensi ringan, 6 responden (17.6%)
dengan tekanan darah kategori hiprtensi sedang, dan 1 responden (2.9%) dengan
tekanan darah kategori hipertensi berat.
Berdasarkan hasil penelitian, maka asumsi peneliti bahwa hipertensi salah satu
faktor resiko Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Prof.dr.H.Aloei Saboe. Hipertensi
dapat menyebabkan retensi insulin, dimana retensi insulin adalah penyebab dari
Diabetes melitus. Tapi karena kepatuhan pasien Diabetes Melitus, hipertensi dapat
teratasi dengan adanya obat catopril dan seringnya pasien memeriksa tekanan darah.
5. Faktor olahraga
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor resiko olahraga pada
penderita Diabetes Melitus di RSUD Prof.dr.H.Aloei Saboe yakni sebanyak 16
responden (47.1%) yang tidak pernah melakukan olahraga baik sebelum dan sesudah
menderita Diabetes melitus. 14 responden (41.1%) yang kadang-kadang melakukan
olahraga, itu pun setelah mereka mengetahui mereka menderita Diabetes Melitus dan
penting melakukan olahraga.

Berdasarkan hasil penelitian, maka asumsi peneliti bahwa olahraga atau aktivitas
fisik merupakan salah satu faktor resiko dari Diabetes Melitus tipe 2, jika sudah
menderita Diabetes melitus maka aktifitas fisik atau olahraga diharuskan dua kali
dalam 1 minngu walau hanya melakukan aktivitas jalan pagi atau senam Diabetes.
Aktifitas fisik sangat berguna bagi penderita Diabetes melitus karena dapat
memrangsang kembali sensitifitas sel yang sudah tidak bekerja dengan baik terhadap
insulin dalam tubuh penderita. Untuk itu diperlukan aktifitas fisik bagi orang
Diabetes.
V.

SIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor resiko kejadian penyakit
Diabetes Melitus Tipe II yang paling menonjol adalah faktor genetik dengan 30
responden (88.24%), faktor usia 30 responden (88.24%), faktor obesitas 25 responden
(73.5%).
DAFTAR PUSTAKA
Alimut H, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penlisan Ilmiah.
Jakarta:Salemba Medika
Aqsha. Ramadhanisa. 2013. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar HBA1C
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD
DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Skripsi, Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. (online). Diakses pada 30/06/2014 pukul 2:21 PM.
Tersedia : http://www. Fjuke.kedokteran.unila.ac.id
Barasi, Mary E. 2007. At Balance Ilmu Gizi. Cetakan pertama. Jakarta: Erlangga
Diehl, Hans. 2007. To Your Health. Cetakan kesebelas. Bandung: Indonesia
Publishing House
Dita. Garnita. 2012. Faktor Resiko Diabetes Melitus Di Indonesia (Analisis Data
Sakerti 2007). Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.(online). Diakses pada 27/06/2014 pukul 10.29 am. Tersedia
:http//www.DitaGarnita.pdf.co.id
Fitriyani. 2012. Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan
Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon. Skripsi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Sarjana Reguler Kesehatan
Masyarakat Depok. (online). Diakses pada 27/06/2014 pukul3:58 PM .
Tersedia : Fitriyani.pdf.co.id

Fransisca, Kristiana. 2012. Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabetes. Cetakan


pertama. Jakarta: Cerdas Sehat
Harmanto, Ning.2004. Menumpas Diabetes Melitus Bersama Mahkota Dewa.
Cetakan pertama. Jakarta: Agromedia Pustaka
IDF DIABETES ATLAS . Data Penderita Diabetes Dunia .(Online). http:// www

.idf.org/mediaevents/press-releases/2012/diabetes-atlas-8th-edition.Diakses 20
Novenber 2013.
Jhonson, Marilyn.2005. Diabetes; Terapi Dan Pencegahannya. Cetakan ketiga. Jawa
Barat: Indonesia Publishing House
Martha. Amelia. 2012. Analisis Faktor-faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan
Diabetes Melitus Pada Perusahaan X. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.(online). Diakses pada 25/01/2014 . Tersedia: http://

repository .usu. ac.id /bitstream/123456789/6673/3/08E00743.pdf.txt


N-dl. Stres dan Penyakit Diabetes. (Online) .http : // menara-kesehatan. com.
Diakses 15 Desembaer 2013.
Nadyah. Awad. 2011. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II
di Poli Klinik Endokrin Bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof. Dr. R. D
KANDOU MANADO. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. Diakses pada 27/06/2014 pukul 7:19 PM.
Tersedia:http://ejournal.unsrat.ac.id
Padila.2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan pertama. Yogyakarta:
Nuha Medika
Radio. Putro Wicaksono. 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah
Sakit dr. Kariadi. Artikel Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. (online) . Diakses pada 27/06/2014
pukul 09:48 am. Tersedia: http://eprints. undip. ac.id
Rahmat. Pengertian Olahraga Secara Umum. (Online) . http:// olaharaga bagi
kesehatan jasmani.com. Diakses 27 Desember 2013
Riyadi, Sujono.2011. Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan pertama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

10

Sustrani, Lanny.dkk.2004.Diabetes. Cetakan kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama
Scriptura.2000.Hidup Sehat Dengan Problem Penyakit. Cetakan pertama. Jakarta:
Kompas Media Nusantara
Sri. Trisnawati. 2013. Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan
di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar. Laporan Hasil Penelitian,
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. (online). Diakses
pada 27/6/2014 pukul 11.08. Tersedia :http://www.unud.ac.id
Sujaya, I Nyoman. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor
Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada Vol. 6 No. 1
hal : 75-81
Waspadji,Sarwono.dkk.2002.Pedoman Diet Diabetes Melitus. Cetakan pertama.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Yunir, E dan S. Soebardi. 2009. Farmakoterapi Pada Pengendalian Glikemia
Diabetes Melitus Tipe 2 : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

11

You might also like