You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

NEONATUS INFEKSI DI RUANG B4 PBRT


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

DISUSUN OLEH :
NELWAN ADRIUS,S.Kep
G6B008066

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Semarang, Juli 2009

BAB II
TINJAUAN TEORI
NEONATUS INFEKSI
A. PENGERTIAN
Infeksi neonatus adalah suatu keadaan infeksi yang terjadi pada neonatus
yang disebabkan karena semua organisme misalnya seperti bakteri, virus, jamur,
dan sebagainya.
( Mary E. Muscari, 2005 )
Infeksi neonatus adalah penyakit infeksi pada neonatus yang bisa diperoleh
in utero (kongenital), pada saat kelahiran (natal) atau setelah lahir dan selama
periode neonatal (postnatal).
( Nelson, 1988 )
Infeksi yaitu masuknya mikroba ke seluruh tubuh atau jaringan pada bayi
baru lahir.
(http://www.uofmchildrenshospital.org/kidshealth/article)
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri di dalam darah.
(Asrining Surasmi, 2003)
B. TAHAP TAHAP PENYAKIT INFEKSI
Menurut Mary E. Muscari, tahap-tahap terjadinya penyakit infeksi adalah
sebagai berikut :
1.

Masa penularan
Adalah tahap ketika penyakit ditularkan kepada janin / bayi.

2.

Masa inkubasi
Adalah waktu antara invasiorganisme dan awitan infeksi. Organisme
tumbuh dan melipatgandakan diri selama periode ini.

3.

Masa prodomal
Merupakan waktu antara permulaan munculnya gejala nonspesifik seperti
lesu dan demam, dan gejala penyakit yang spesifik. Tahap prodomal biasanya
berlangsung hanya beberapa hari, dan tahap ini tidak ditemukan pada semua
penyakit infeksi.

4.

Tahap penyakit
Merupakan periode ketika gejala spesifik penyakit muncul.

5.

Masa pemulihan
Adalah interval antara waktu ketika gejala mulaimenghilang dan sehat
kembali.

C. PROSES PATOFISIOLOGI
Menurut Asrining Surasmi dkk, mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi
dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa ini, kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilicus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,
antara lain virus rubella, herpers sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis,
dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina
dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke
tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan
traktur respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui
kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang

terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican, dan


n.gonorrea)
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat
infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (mis. Melalui alat-alat :
penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi juga dapat
terjadi melalui luka umbilikus.

D. PATHWAY

(Asrining Surasmi dkk, Perawatan bayi risiko tinggi, EGC, 2003)


INFEKSI

Infeksi Antenatal

Infeksi Intranatal

Kuman masuk ke janin

Mikroorganisme pada vagina & serviks

Melewati plasenta & umbilikus

Masuk ke korion dan amnion

Masuk ke sirkulasi darah janin

Terjadi korionitis dan amnionitis

Terjadi intervilosistis

Masuk ke tubuh bayi


melewati plasenta

terinhalasi oleh bayi

Infeksi Postnatal
- Kontaminasi penggunaan alat
- Perawatan umbilikus tidak steril
- Infeksi silang

Hipertermi
Gangguan pertumbuhan
dan perkembngan bayi

Imunitas menurun
Asupan nutrisi dari ibu ke janin
Tidak adekuat

Masuk ke traktus digestivus


dan terjadi infeksi

Infeksi neonatus

Masuk ke traktus respiratorius


dan terjadi infeksi
BBLR
Gangguan pola pernafasan
Gangguan nutrisi kurang dari tubuh

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dan uji diagnostik yang lazim dilakukan
penyakit infeksi adalah:
1.

Uji sensitivitas dan kultur


Dilakukan pada cairan tubuh dan eksudat untuk mengidentifikasi
organisme dan antibiotik yang paling rentan.

2.

ELIZA (Enzyme-linked immunosorbent assay) & EIA (Enzyme


immunosorbent assa )
Mendeteksi antigen virus dalam cairan tubuh.

3.

Uji DFA ( Direct fluorescent antibody )


Mendeteksi antibodi yang melekat pada enzim spesifik.

4.

Hitung darah lengkap ( HDL ) dengan diferensial


Memberikan evaluasi yang rinci hitung sel darah putih dan
morfologinya.

5.

Laju endap darah dan protein reaktif-C (CRP)


Dapat meningkat selama proses infeksi.

6.

Pungsi Lumbal ( Spinal tap )


Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dalam cairan
serebrospinal.
( Mary E. Muscari, 2005 )

F. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.

Status sosial-ekonomi

b.

Riwayat perawatan antenal

c.

Riwayat persalinan
a) Ketuban pecah dini
b) Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)

d.

Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,


gonorrea, dll)

e. Riwayat penyakit infeksi selama kehamilan dan saat persalinan (mis.


toksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis)
2. Pemeriksaan fisik
1)

Tanda-tanda vital. Pantau suhu terhadap adanya


hipertermia.

2)

Kaji apakah terdapat tanda-tanda seperti :


a) Letargi (khususnya 24 jam pertama)
b) Tidak mau minum / refleks menghisap lemah
c) Regurgitasi
d) Peka rangsang
e) Pucat, tampak ikterus
f) Hipotoni atau hiporefleksi
g) Gerakan putar mata
h) Berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan
secara fisiologis
i) Hipotermi / hipertermi
j) Pernafasan mendengkur, bradipnea atau apnea
k) Bradipnea atau apnea
l) Kulit lembab dan dingin
m) Pengisian kapiler lambat
n) Dehidrasi
o) Sianosis

p) Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau


herpes
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI
1.

Infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang


Kriteria hasil :
a.

Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b.

Mata tetap bersih tanpa bukti iritasi

c.

Genitalia bersih dari iritasi

Intervensi :
a.

Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat setiap bayi

b.

Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh

c.

Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda-tanda


inflamasi

d.

Inspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan integritas


kulit

e.

Jaga bayi dari sumber potensial infeksi (mis. Individu yang


menderita infeksi kulit, pernafasan)

f.

Kaji tali pusat dan area kulit pada dasar tali pusat setiap hari dari
adanya kemerahan, bau atau rabas.

g.

Inspeksi mulut bayi terhadap adanya plak putih pada mukosa oral,
gusi dan lidah.

h.

Perhatikan adanya letargi, penambahan berat badan buruk, gelisah,


penurunan suhu, ikterik, atau lesi terlihat.

2.

i.

Pantau tanda vital secara berkelanjutan

j.

Berikan suhu lingkungan yang netral

k.

Berikan agen antibakteri atau alkohol pada pusar sesuai instruksi

l.

Berikan antibiotik sesuai indikasi


Gangguan nutrii kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.


Kriteria hasil :

a.

Bayi menunjukkan penghisapan yang kuat

b.

Bayi mendapat makanan / nutrisi yang cukup

c.

Berat badan bayi tidak turun

Intervensi :
a.

Pantau koordinasi refleks menghisap dan menelan

b.

Berikan masukan awal sesuai kebijakan rumah sakit

c.

Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai


kondisi

d.

Timbang berat badan bayi setiap hari

e.

Pantau distensi abdomen (residu lambung)

f.

Evaluasi kepuasan bayi setelah pemberian makan

g.

Pantau warna, konsentrasi dan frekuensi berkemih

h.

Tempatkan bayi miring ke kanan setelah minum untuk mencegah


aspirasi

i.
3.

Observasi pola feces

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi neonatus


Kriteria hasil :
a.

Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normals

b.

Bebas dari tanda-tanda stres dingin atau hipotermi

Intervensi :
a.

Tempatkan bayi dalam inkubator

b.

Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil

c.

Kontrol suhu udara sesuai kebutuhan untuk mempertahankan suhu


kulit dalam rentang termal yang dapat diterima

d.

Pantau tanda-tanda hipertemia misal kemerahan, ruam

e.

Hindari bayi pada situasi yang dapat mempredisposisikan bayi


pada kehilangan panas seperti terpapar udara dingin, mandi, timbangan
dingin.

4.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


kelahiran preterm, faktor lingkungan
Kriteria hasil :
a.

Bayi menunjukkan peningkatan berat badan setiap melewati fase


akut penyakit

b.

Bayi hanya terpapar stimulus yang tepat

Intervensi :
a.

Berikan nutrisi optimal untuk menjamin penambahan berat badan


yang mantap dan pertumbuhan otak

b.

Berikan periode istirahat yang teratur tanpa gangguan untuk


menurunkan penggunaan kalori dan O2 yang tidak perlu

c.

Berikan intervensi perkembangan sesuai usia

d.

Tingkatkan interaksi orangtua bayi karena merupakan hal yang


essensial untuk pertumbuhan dan perkembangan normal.

5.

Gangguan pola pernafasan berhubungan dengan apnea


Kriteria hasil :
a.

Jalan nafas paten

b.

Frekuensi dan pola nafas dalam batas normal

c.

Oksigenasi jantung adekuat

Intervensi :
a.

Kaji perubahan pernafasan meliputi takipnea, pernafasan cuping


hidung, sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.

b.

Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui


takikardi atau bradikardi.

c.

Sediakan alat bantu pernafasan atau ventilasi mekanik

d.

Isap lendir atau bersihkan jalan nafas secara hati-hati

e.

Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan

f.

Posisikan untuk pertukaran gas yang optimal

g.

Tempatkan pada posisi telentang dengan leher sedikit ekstensi dan


hidung menghadap ke atas

h.

Hindari hiperekstensi leher karena dapat mengurangi diameter


trakea

i.

Observasi tanda-tanda distress pernafasan seperti : pernafasan


cuping hidung, retraksi, takipnea, mengorok, sianosis.

j.

Gunakan posisi miring untuk menghindari aspirasi

k.

Observasi dan kaji respon bayi terhadap terapi ventilasi dan


oksigenasi.

BAB V
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Inifeksi neonatus adalah suatu keadaan infeksi pada neonatus yang dapat
diakibatkan oleh organisme misalnya bakteri, virus, jamur dan sebagainya. Infeksi
neonatus bisa diperoleh secara in vitro (kongenital), pada saat kelahiran (natal) dan
setelah lahir atau selama masa neonatal.
Pada By.A didapatkan data bahwa infeksi terjadi pada masa neonatus yaitu pada
usia 11 hari, dengan keluhan utama badan panas dan tidak mau menyusu.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada By.A adalah gangguan
termoregulator (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi neonatorum,
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kondisi sakit, serta cemas pada
orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan bayinya.

B.

Saran
1.

Keterlibatan dan kerja sama orang tua dalam perawatan anak yang sakit di
rumah sakit merupakan hal penting khususnya dalam perawatan bayi dengan
resiko tinggi agar bounding attachment tetap terjalin dan untuk mengurangi
kecemasan orang tua terhadap kondisi bayinya serta memnuhi kebutuhan kasih
sayang bayi dari orang tuanya.

2.

Pemeriksaan tanda-tanda vital terutama suhu tubuh harus dilakukan secara


rutin karena perubahann tanda-tanda vital dan suhu tubuh pada neonatus dapat
terjadi secara cepat dan progresif.

3. DAFTAR PUSTAKA
1.

Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Alih Bahasa Monica


Ester. Ed. 2. Jakarta : EGC; 2001

2.

I Hartantyo, dkk. 1997. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Edisi 2. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. FK Universitas Diponegoro.

3.

Mary E. Muscari. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC.


Jakarta

4.

Nelson. 1988. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian I. Edisi 12. EGC. Jakarta

5.

Abraham M. Rudolph. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Volume III. Edisi 20.
EGC. Jakarta.

6.

Asrining Surasmi, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. EGC. Jakarta

7.

http://www.uofmchildrenshospital.org/kidshealth/article

You might also like