You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Cairan Mani


Cairan mani merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh, dan

berbau khas. Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim proteolitik
menjadi cair dalam waktu yang singkat (10-20 menit). Dalam keadaan normal, volume cairan
mani 3-5 ml pada satu kali ejakulasi dengan pH 7,2-7,6. Cairan mani mengandung
spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut
plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam.
Spermatozoa mempunyai bentuk khas untuk spesimen tertentu dengan jumlah yang
bervariasi, biasanya antara 60-120 juta/ml.2
Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5 jam
post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekita 24-36 jam postcoitus dan bila wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari.
Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan :
1.
Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani dalam labia
2.

minor atau vagina yang diambil dari forniks posterior


Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui
penentuan adanya cairan mani pada pakaian, seprai, kertas tissue, dsb.

2.2.

Komponen Cairan Mani (Plasma Mani)

2.2.1

Prostate-Spesicific Antigen (PSA)


Prostate-Specific Antigen (PSA) yang juga dikenal dengan nama p30, adalah suatu

bentuk glikoprotein yang diproduksi oleh kelenjar prostat dan disekresikan kedalam plasma
mani, dan merupakan penanda yang spesifik untuk membuktikan adanya suatu cairan mani,
baik yang berasal dari individu yang normal, individu yang mengalami azoospermia atau
vasektomi sekalipun. Namun, komponen ini juga dapat ditemukan sebagai penanda adanya
suatu proses peradangan yang terjadi pada kelenjar prostat hingga keganasan kelenjar prostat.
Banyak metode pemeriksaam yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya struktur ini,
diantaranya

melalui

Ouchterlony

Doublr

Diffusion,

Elektroforesis

silang,

Immunoelektroforesis, Radial Immunodifussi, dan ELISA. Namun, beberapa pemeriksaam


tersebut memiliki sensitivitas yang rendah dan waktu analisa yang diperlukan juga cukup

lama, sehingga tidak digunakan lagi sebagai anjuran pemeriksaan. Tes ELISA merupakan
metode pemeriksaan yang dianggap paling sensitif dan efektif, apalagi bila sampel yang akan
diperiksa jumlahnya cukup banyak, namun dinilai biaya yang dibutuhkan juga sangat mahal.
Beberapa waktu terakhir ini, mulai digunakan pula metode pemeriksaan dengan PSA
Membran test Assays (Rapid Test-PSA), yang akan memberikan hasil positif dengan
konsentrasi PSA 4mg/mL. PSA ini juga masih dapat ditemukan pada cairan vagina hingga
72

jam post coital. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hochmeister dkk mengenai

pemeriksaan PSA dengan menggunakan. Membran Test Assay, dari beberapa sumber sampel
cairan mani, bahkan pada pakaian bahan katun yang ada bercak cairan maninya dan disimpan
dalan suhu ruangan, hingga usia bercak mani 2-30 tahun peun hal tersebut diatas, maka PSA
merupakan pemeriksaan biokimiawi yang paling spesifik dan sensitif terhadap cairan mani,
baik melalui pemeriksaan Rapid Test-PSA atau ELISA. 3
2.2.2. Choline
Choline adalah suatu produk degradasi dari lechitine yan ditemukan dalam
konsentrasi tinggi pada cairan mani. Konsentrasi choline dalam cairan mani bekisar antara
0,9-1, mg/ml. komponen ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan Florence.
Prinsip kerja dari pemeriksaan ini adalah akan terjadi ikatan antara iodide-iodida yang
terdapat dalam reagen fluorence dengan choline yang ada dalam cairan mani. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara meneteskan sampel yang telah dioleskan diatas kaca objek dengan
reagen Florence (6,6 gl KI, 10,16 gr I 2, 120 ml Aquadest). Kemudian sampel tersebut
diperiksa dibawah mikroskop, dan bila positif maka akan tampak adanya kristal cholin
peryodida yang berwarna coklat, berbentuk rhomboid dengan ujung yang terbelah. Namun,
pemeriksaan ini hanya digunakan sebagai tes preliminary saja terhadap sampel yang diduga
cairan mani, bukan merupakan tes identifikasi untuk cairan mani, bukan merupakan tes
identifikasi untuk cairan mani. Pada jaringan otak, hati, pancreas, lambung, uterus, lemak,
juga dapat ditemukan adanya kandungan choline. 3
2.2.3 Spermin
Spermin merupakan suatu struktur polyamino yang ada dalam cairan mani, yang
berasal dari kelenjar prostat. Konsentrasi spermim dalam cairan mani, jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan jaringan lainnya. Struktur ini bisa diketahui melalui pemeriksaan
Berberio. Pemeriksaan ini dilakukan dilakukan dengan cara meneteskan cairan asam pikrat ke
atas kaca objek yang telah dioleskan sampel. Kemudian, sampel tersebut diperiksa dengan

menggunakan mikroskop. Bila positif, maka akan tampak adanya kristal spermin pikrat yang
berwarna kuning, berbentuk seperti jarum dengan ujung tumpul. Sama halnya dengan tes
Florence, tes Berberio ini juga merupakan tes premilinary saja terhadap sampel yang diduga
cairan mani, namun bukan merupakan tes identifikasi untuk cairan mani. Struktur spermin
ini dapat juga ditemukan dalam otot, jaringan persarafan, dan jaringan lainnya, dalam
konsentrasi yang bervariasi. 3
2.2.4

Zinc
Dalam plasma mani, kandungan seng ditemukan dalam konsentrasi yang cukup

tinggi, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi suatu cairan tubuh yang diduga cairan
mani. 3
2.2.5. Fruktosa
Komponen fruktosa yang ada dalam plasma mani, bermanfaat sebagai sumber energi
oleh spermatozoa untuk memproduksi ATP. Dengan kata lain, kadar/konsentrasi fruktosa
dalam cairan mani sangat tergantung atau dipengaruhi oleh jumlah spermatozoa dalam cairan
mani. Fruktosa yang terkandung didalam cairan mani akan mengalami fruktolisis (pemecahan
fruktosa), sehingga semakin banyak jumlah spermatozoa dalam cairan mani, maka fruktolisis
pun akan ikut meningkat, karena spermatozoa membutuhkan energy yang berasal dari
pemecahan fruktosa tersebut, untuk digunakan sebagai sumber ATP bagi spermatozoa.
Kandungan fruktosa yang ada di dalam cairan mani juga dipengaruhi oleh faktor usia.
Kondisi ini telah diteliti oleh Nowakowski dkk, dan didapatkan kesimpulan bahwa kadar
fruktosa yang terkandung di dalam cairan mani, jumlahnya akan menurun secara kontinu
dengan usia. Hubungan ini dapat di lihat pada gambar 2.1. 3

Gambar 2.1. Kadar kandungan fruktosa dan usia


Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kadar fruktosa yang terkandung dalam cairan mani,
paling tinggi berada pada rentang usia 20-30 tahun, dan menurun kadarnya sesuai dengan
bertambahnya usia. Hal ini dapat terjadi karena produksi testosteron sangat banyak

jumlahnya ketika usia produktif, dan setelah usia bertambah maka kemampuan kelenjar dan
organ untuk memproduksi suatu hormon pun akan mulai menurun. Sehingga faktor usia
memiliki pengaruh cukup penting terhadap kadar fruktosa yang terkandung dalam caran
mani. 3
2.3

Karakteristik Cairan Mani


Cairan mani memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini dapat kita lihat melalui

pemeriksaan analisa cairan mani. Analisa cairan mani ini, dilakukan dalam waktu tidak lebih
dari 1 jam setelah ejakulasi, atau sekitar 30 menit segera setelah cairan mani mulai mencair.
Hal ini harus diperhatikan, dengan tujuan untuk mecegah terjadinya dehidrasi atau perubahan
dalam temperature yang akan mempengaruhi kualitas dari cairan mani yang kita periksa.
Karakteristik-karakteristik cairan mani tersebut antara lain sebagai berikut: 3
1. Tampak sebagai massa semisolid yang kental, lalu dengan berjalannya waktu, cairan
mani biasanya akan mulai menjadi lebih cair, dengan waktu yang bersamaan akan tampak
ada gumpalan yang heterogen. Ketika proses ini terus berjalan, maka cairan akan tampak
menjadi lebih homogen dan sangat cair, hingga pada tahap akhir proses likuefaksi ini, hanya
akan tampak sebagian kecil daerah yang menggumpal saja. Pada pengumpulan sampel cairan
mani yang dilakukan dirumah atau dengan menggunakan kondom, secara normal cairan mani
baru akan mengalami likuefaksi pada saat tiba di laboratorium (dengan suhu diatur sekitar
37C).
2. Cairan mani memiliki viskositas normal sekitar 2cm. Dimana, hal ini didapatkan
melalui pemeriksaan dengan menggunakan pipet plastik disposable, yang memiliki diameter
sekitar 1,5mm, kemudian cairan mani akan diteteskan dari pipet tersebut sesuai pengaruh
gaya gravitasi, lalu dilihat panjang dari cairan mani yang mengalami
penetesan tersebut.
3. Memiliki osmolaritas yang tinggi, bahkan osmolaritasnya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan plasma darah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mandal and Bhattacharyya,
1987, menyebutkan bahwa tingkat osmolaritas dari cairan mani sangat tergantung dengan
konsentrasi gula dan zat-zat organik lain (konsentrasi ion-ion) yang terkandung didalamnya.
Peneliti lain yaitu Velazquez et al, 1977, menyebutkan bahwa osmolaritas dari cairan mani
semakin meningkat secara pasti sesuai dengan usia cairan mani.
4. Tampak berwarna putih keabu-abuan keruh. Dimana kekeruhan ini akan tampak
semakin berkurang jika konsentrasi sperma didalam cairan mani tersebut sedikit. Dengan kata

lain, semakin keruh tampilan warna dari cairan mani , akan menunjukkan semakin besarnya
konsentrasi dari sel sperma didalamnya.
5. Jumlah volume dari cairan mani berkisar antara 1,4 mL-1,7 Ml (1,5mL). Namun,
pada beberapa penelitian volume cairan mani yang dihasilkan ternyata bervariasi, dengan
rata-rata volume yaitu 3,4 mL.
6. Cairan mani memiliki pH yang cenderung bersifat basa yaitu sekitar > 7,2. pH ini
didapatkan sebagai suatu keseimbangan antara terutama sekresi dari Vesikula Seminalis yang
bersifat basa, dengan sekresi dari Prostat yang bersifat asam. Walaupun cairan mani
komposisinya terdiri dari spermatozoa dan unsur unsur lain seperti yang telah disebutkan
diatas, jika spermatozoa mengalami perubahan, ternyata hanya akan memberikan kontribusi
yang kecil dalam perubahan komposisi cairan mani. Dari beberapa penelitian sebelumnya,
seperti yang dilakukan oleh Mortimer, 1994, menyebutkan bahwa sperma justru memiliki
kontribusi terkecil dalam membentuk komposisi cairan mani, yaitu hanya berkisar antara 15%. Bahkan, dari penelitian yang dilakukan oleh Bondani dkk, 1973, dengan
membandingkan komposisi plasma mani dan cairan mani utuh, menunjukkan indikasi bahwa
hadirnya sperma dalam kedua cairan tersebut, justru tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kadar total komponen ion dalam cairan mani. Oleh karena itu, perubahan
komposisi-komposisi yang ada dalam sperma, hanya memberikan kontribusi yang kecil
dalam perubahan komposisi cairan mani.
2.4

Prinsip Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Korban (P3K) Kekerasan Seksual


Secara umum tujuan pemeriksaan korban kekerasan seksual adalah untuk : 4

Melakukan identifikasi, termasuk memperkirakan usia korban

Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan, dan waktu terjadinya, bila


mungkin

Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan, termasuk tanda intoksikasi


narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA)

Mmenentukan pantas/tidaknya korban utk dikawin, termasuk tingkat


perkembangan seksual; dan

Membantu identifikasi pelaku.


Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan korban
kekerasan seksual :

Lakukan pemeriksaan sedini mungkin setelah kejadian, jangan dibiarkan


menunggu terlalu lama. Hal ini penting untuk mencegah rusak atau berubah
atau hilangnya barang bukti yang terdapat di tubuh korban, serta untuk
menenangkan korban dan mencegah terjadinya trauma psikis yang lebih berat.

Pada saat pemeriksaan, dokter harus didampingi perawat yang sama jenis
kelaminnya dengan korban (biasanya wanita) atau bidan.
Tujuannya adalah untuk mengurangiVrasa malu korban dan sebagai saksi
terhadap prosedur pemeriksaan dan pengambilan sampel. Selain itu, hal ini
juga perlu demi menjaga keamanan dokter pemeriksa terhadap tuduhan palsu
bahwa dokter melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap korban saat
pemeriksaan.

Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh terhadap


seluruh bagian tubuh korban, tidak hanya terhadap daerah kelamin saja.

Catat dan dokumentasikan semua temuan, termasuk temuan negatif.

Langkah-langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut :


1. Anamnesis
Pada korban kekerasan seksual, anamnesis harus dilakukan dengan bahasa
awam yang mudah dimengerti oleh korban. Gunakan bahasa dan istilahistilah yang sesuai tingkat pendidikan dan sosio-ekonomi korban,
sekalipun mungkin terdengar vulgar. Anamnesis dapat dibagi menjadi
anamnesis umum dan khusus.
Hal-hal yang harus ditanyakan pada anamnesis umum mencakup, antara
lain:

Umur atau tanggal lahir,

Status pernikahan,

Riwayat paritas dan/atau abortus,

Riwayat haid (menarche, hari pertama haid terakhir, siklus haid),

Riwayat koitus (sudah pernah atau belum, riwayat koitus sebelum


dan/atau setelah kejadian kekerasan seksual, dengan siapa,
penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lainnya),

Penggunaan obat-obatan (termasuk NAPZA),

Riwayat penyakit (sekarang dan dahulu), serta

Keluhan atau gejala yang dirasakan pada saat pemeriksaan.

Sedangkan anamnesis khusus mencakup keterangan yang terkait kejadian


kekerasan seksual yang dilaporkan dan dapat menuntun pemeriksaan fisik,
seperti:
What & How:

Jenis tindakan (pemerkosaan, persetubuhan, pencabulan, dan


sebagainya), adanya kekerasan dan/atau ancaman kekerasan, serta
jenisnya,

Adanya upaya perlawanan, apakah korban sadar atau tidak pada


saat atau setelah kejadian, adanya pemberian minuman, makanan,
atau obat oleh pelaku sebelum atau setelah kejadian, adanya
penetrasi dan sampai mana (parsial atau komplit),

Apakah ada nyeri di daerah kemaluan,

Apakah ada nyeri saat buang air kecil/besar,

Adanya perdarahan dari daerah kemaluan,

Adanya ejakulasi dan apakah terjadi di luar atau di dalam vagina,

Penggunaan kondom, dan tindakan yang dilakukan korban setelah


kejadian, misalnya apakah korban sudah buang air, tindakan
membasuh/douching, mandi, ganti baju, dan sebagainya.

When:

Tanggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam


melapor, dan apakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau
sudah berulang.

Where:

Tempat kejadian, dan jenis tempat kejadian (untuk mencari


kemungkinan trace evidence dari tempat kejadian yang melekat
pada tubuh dan/atau pakaian korban).

Who:

Apakah pelaku dikenal oleh korban atau tidak

Jumlah pelaku, usia pelaku, dan

Hubungan antara pelaku dengan korban.

2. Pemeriksaan fi sik
Saat melakukan pemeriksaan fi sik, gunakan prinsip top-to-toe. Artinya,
pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki. Pelaksanaan pemeriksaan fi sik juga harus
memperhatikan keadaan umum korban. Apabila korban tidak sadar atau
keadaan umumnya buruk, maka pemeriksaan untuk pembuatan visum
dapat ditunda dan dokter fokus untuk life-saving terlebih dahulu. Selain
itu, dalam melakukan pemeriksaan fisik, perhatikan kesesuaian dengan
keterangan korban yang didapat saat anamnesis.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibagi menjadi pemeriksaan
umum dan khusus.
Pemeriksaan fisik umum mencakup:

Tingkat kesadaran,

Keadaan umum,

Tanda vital,

Penampilan (rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain),

Afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan sebagainya),

Pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang terlepas),

Status generalis,

Tinggi badan dan berat badan,

Rambut (tercabut/rontok)

Gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan


ketiga),

Kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada


kuku yang tercabut atau patah),

Tanda-tanda perkembangan seksual sekunder,

Tanda-tanda intoksikasi NAPZA, serta

Status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain
daerah kemaluan atau bercak cairan mani;

Penyisiran rambut pubis (rambut kemaluan), yaitu apakah adanya


rambut pubis yang terlepas yang mungkin berasal dari pelaku,
penggumpalan atau perlengketan rambut pubis akibat cairan mani;

Daerah vulva dan kulit sekitar vulva/paha bagian dalam (adanya


perlukaan pada jaringan lunak, bercak cairan mani);

Labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah
ada perlukaan pada jaringan lunak atau bercak cairan mani;

Vestibulum dan fourchette posterior (pertemuan bibir kemaluan


bagian bawah), apakah ada perlukaan;

Hymen (selaput dara), catat bentuk, diameter ostium, elastisitas


atau ketebalan, adanya perlukaan seperti robekan, memar, lecet,
atau hiperemi). Apabila ditemukan robekan hymen, catat jumlah
robekan, lokasi dan arah robekan (sesuai arah pada jarum jam,
dengan korban dalam posisi litotomi), apakah robekan mencapai
dasar (insersio) atau tidak, dan adanya perdarahan atau tanda
penyembuhan pada tepi robekan;

Vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau


lendir;

Serviks dan porsio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah


melahirkan dan adanya cairan atau lendir;

Uterus (rahim), periksa apakah ada tanda kehamilan;

Anus (lubang dubur) dan daerah perianal, apabila ada indikasi


berdasarkan anamnesis;

Mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis, daerah-daerah


erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari bercak
mani atau air liur dari pelaku; serta tanda-tanda kehamilan pada
payudara dan perut

2.5

Pemeriksaan Laboratorium Bercak Mani


Penentuan Spermatozoa (Mikroskopis)

1. Tanpa Pewarnaan
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat motilitas spermatozoa. Pemeriksaan ini
paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya spermatozoa. 2
Cara Pemeriksaan :
Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca objek kemudian ditutup. Periksa
dibawah mikroskop dengan pembesaran 500 kali. Perhatikan pergerakkan
spermatozoa. 2
Hasil :
Umumnya disepakati dalam 2 3 jam setelah persetubuhan masih dapat
ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang
waktu 3 4 jam. Setelah itu spermatozoa tidak bergerak lagi dan akhirnya ekornya
akan menghilang (lisis), sehingga harus dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan.
Berdasarkan beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat
ditemukan 3 hari, kadang kadang sampai 6 hari pasca persetubuhan. Pada orang
mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga 2 minggu pasca persetubuhan,
bahkan mungkin lebih lama lagi. 2
2. Dengan Pewarnaan
Cara Pemeriksaan :
Buat sediaan apus dan fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE, Methy Lene Blue atau Malachite Green. 2
Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah pulasan
dengan Malachite Green dengan prosedur sebagian berikut :
Warnai dengan larutan Malachite Green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci
dengan air mengalir dan setelah itu lakukan counter stain dengan larutan Eosin
Yellowish 1% selama 1 menit, terakhir cuci lagi dengan air. 2
Hasil :
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak
terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwarnai.
Kepala spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya berwarna
hijau. 2
Bila persetubuhan tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada
ejakulat karena kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal ini terjadi,
maka perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina. 2

3. Penentuan Cairan Mani (Kimiawi)


Untuk membuktikan terjadinya ejakulasi pada persetubuhan dari ditemukan
cairan mani dalam sekret vagina, perlu dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat
dalam cairan mani, yaitu dengan pemeriksaan laboratorium :
a. Reaksi Fosfatase Asam
Merupakan tes penyaring adanya cairan mani, menentukan apakah
bercak tersebut adalah bercak mani atau bukan, sehingga harus selalu
dilakukan pada setiap sampel yang diduga cairan mani sebelum dilakukan
pemeriksaan lain. Reaksi fosfatase asam dilakukan bila pada pemeriksaan
tidak ditemukan sel spermatozoa. Tes ini tidak spesifik, hasil positif semu
dapat terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari buah dan tumbuh-tumbuhan.
2

Dasar reaksi adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang
dihasilkan oleh kelenjar prostat. Aktifitas enzim fosfatase asam rata-rata
adalah sebesar 2500 U.K.A. (Kaye). Dalam secret vagina setelah 3 hari
abstinensi seksualis ditemukan aktifitas 0-6 Unit (Risfeld). 2
Dengan menentukan secara kuantitatif aktifitas fosfatase asam per 2
cm2 bercak, dapat ditentukan apakah bercak tersebut adalah bercak mania atau
bukan. Aktifitas 25 U.K.A. per 1 cc ekstrak yang diperoleh dari 1 cm 2 bercak
dianggap spesifik sebagai bercak mani. 2
Reagens untuk pemeriksaan ini adalah :

Larutan A :
Brentamin Fast Blue

1 g (1)

Natrium Acetat Trihyrate20 g (2)


Glacial Acetat Acid

10 ml (3)

Aquadest

100 ml (4)

(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan


penyangga dengan pH 5, kemudian (1) di larutkan dalam larutan penyangga
tersebut. 2

Larutan B :
Natrium-alfa-napthyl phosphate 800 mg
Aquadest

10 ml

89 ml larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring cepat kedalam


botol yang berwarna gelap. Jika disimpan dilemari es reagen ini dapat
bertahan berminggu-minggu dan adanya endapan tidak akan mengganggu
reaksi. 2
Prinsip : enzim fosfatase asam menghidrolisis Na-alfa naftil fosfat; alfa-

naftol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamine


menghasilkan zat warna azo yang berwarna biru ungu. 2
Cara Pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring

yang terlebih dahulu dibasahi dengan aquades selama beberapa menit.


Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan / diteteskan dengan
reagen. Ditentukan waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul
warna ungu, karena intensitas warna maksimal tercapai secara
berangsur-angsur. 2
Hasil : Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan

warna serentak dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang


mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna secara
berangsur-angsur. 2
Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani. Bila
30 65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforesis.
Waktu reaksi > 65 detik, belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak
terdapat cairan mani karena pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik
tetapi spermatozoa positif. 2
Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan waktu
reaksi rata-rata 90 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan
jamur, dapat mempercepat waktu reaksi. 2
b. Reaksi Florence
Reaksi

ini

dilakukan

bila

terdapat

azoospermia/tidak

ditemukan

spermatozoa atau cara lain untuk menentukan semen tidak dapat


dilakukan. 2

Dasar reaksi adalah untuk menentukan adanya kolin.


Reagen : larutan lugol dapat dibuat dari :
Kalium yodida 1,5 g
Yodium 2,5 g

Akuades 30 ml

Cara pemeriksaan : Cairan vaginal ditetesi larutan reagen, kemudian


lihat dibawah mikroskop. 2

Hasil :
Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat berbentuk
jarum dengan ujung sering terbelah. 2
Test ini tidak khas untuk cairan mani karena bahan yang berasal dari
tumbuhan atau binatang akan memperlihatkan kristal yang serupa
tetapi hasil postif pada test ini dapat menentukan kemungkinan
terdapat cairan mani dan hasil negative menentukan kemungkinan lain
selain cairan mani. 2

c. Reaksi Berberio

Dasar reaksi adalah untuk menentuan adanya spermin dalam semen.


Reagens : Larutan asam pitrat jenuh. 2

Cara Pemeriksaan : Seperti tes Florence, tunggu kira-kira 1 jam.


hasilnya positif terlihat kristal-kristal spermin flaminat berwarna
kuning. 2

4. Penetuan Golongan Darah ABO pada Cairan Mani


Pada individu yang termasuk golongan sekretor (85% dari populasi), substansi
golongan darah dapat dideteksi dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret vagina,
cairan mani, dan lain-lain. Substansi golongan darah dalam cairan mani jauh lebih
banyak dari pada air liur (2 100 kali). Hanya golongan sekretor saja yang golongan
darahnya dapat ditentukan dalam semen yaitu dilakukan dengan cara absorpsi
inhibisi. 2
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai substansi golongan
darah dalam bahan pemeriksaan yang berasal dari forniks posterior vagina, lihatlah
tabel di bawah ini : 2

Substansi sendiri dalam


sekrit vagina
Substansi asing berasal
dari semen

Golongan Darah Si Wanita


O
A
B
AB
H
A
B
A+B
A

A+H
B

B+H
A

H*

H*

H*

A+H

A+B

H* : hanya H
Jika dari secret vagina wanita golongan O, ditemukan substansi A dan H atau B
dan H, berarti terdapat substansi sendiri bersama dengan substansi asing. Jika
ditemukan substansi A atau B atau A dan B, berarti pada secret vagina tersebut
terdapat substansi asing. Adanya substansi asing menunjukkan bahwa di dalam
vagina tersebut terdapat cairan mani. 2
5. Pemeriksaan Bercak Mani Pada Pakaian
a. Secara visual
Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya.
Bercak yang sudah agak tua berwarna kekuningan. Pada bahan sutera / nilon,
batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada sekitarnya. Pada tekstil
yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan mengkilat dan
translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna
kuning sampai coklat.Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna
atau bertepi kelabu yang berangsur-angsur menguning sampai coklat dalam waktu
1 bulan. 2
Dibawah sinar ultraviolet, bercak semen menunjukkan flouresensi putih.
Bercak pada sutera buatan atau nilon mungkin tidak berflouresensi. Flouresensi
terlihat jelas pada bercak mani pada bahan yang terbuat dari serabut katun. Bahan
makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen yang tersisa pada pakaian sering
berflouresensi juga. 2
b. Secara taktil (perabaan)
Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap,
bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang teraba
kasar. 2
c. Uji pewarnaan Baecchi

Reagen dapat dibuat dari :


Asam fukhsin 1 % 1 ml
Biru metilen 1 % 1 ml

Asam klorida 1 % 40 ml

Cara Pemeriksaan :
Gunting bercak yang dicurigai sebesar 5 mm x 5 mm pada bagian pusat
bercak. Bahan dipulas dengan reagen Baecchi selama 2 5 menit, dicuci
dalam HCL 1 % dan dilakukan dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70 %,
80 % dan 95 100 % (absolut). Lalu dijernihkan dalam xylol (2x)dan
keringkan di antara kertas saring. 2
Ambillah 1 2 helai benang dengan jarum.Letakkan pada gelas objek dan
uraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan kaca penutup
dan balsem Kanada. Periksa dengan mikroskop pembesaran 400 x. 2

Hasil :
Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah
dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel pada serabut
benang. 2

d. Skrining awal (dengan Reagen fosfatase asam)

Cara pemeriksaan :
Sehelai kertas saring yang telah dibasahi akuades ditempelkan pada bercak
yang dicurigai selama 5 10 menit. Keringkan lalu semprotkan / teteskan
dengan reagen. Bila terlihat bercak ungu, kertas saring diletakkan kembali
pada pakaian sesuai dengan letaknya semula untuk mengetahui letak bercak
pada kain. 2
Reaksi fosfatase asam dan florence dilakukan bila pada pemeriksaan tidak
dapat ditemukan sel spermatozoa. 2

6. Pemeriksaan Pria Tersangka


Untuk membuktikan bahwa seorang pria baru saja melakukan persetubuhan
dengan seseorang wanita. 2

Cara lugol
Kaca objek ditempelkan dan ditekan pada glans penis, terutama pada
bagian kolum, korona serta frenulum, kemudian letakkan dengan spesimen
menghadap kebawah diatas tempat yang berisi larutan ligol dengan tujuan
agar uap yodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasil akan

menunjukkan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna coklat


karena mengandung banyak glikogen. 2
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita,
perlu ditentukan adanya kromatin seks (barr bodies) pada inti. Dengan
pembesaran besar, perhatikan inti sel epitel yang ditemukan dan cari barr
bodies. Ciri-cirinya adalah menempel erat pada permukaan membran inti
dengan diameter kira-kira 1 yang berbatas jelas dengan tepi tajam dan
terletak pada satu dataran fokus dengan inti. 2
Kelemahan pemeriksaan ini adalah bila persetubuhan tersebut telah
berlangsung lama atau telah dilakukan pencucian pada alat kelamin pria,
maka pemeriksaan ini tidak akan berguna lagi. 2
Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium forensik pada korban
wanita dewasa dan anak-anak adalah sama, yang membedakan adalah
pendekatan terhadap korban. 2
Pengumpulan barang bukti harus dilakukan jika hubungan seksual
terjadi dalam 72 jam sebelum pemeriksaan fisik. 2

You might also like