Professional Documents
Culture Documents
ANEMIA
HEMOLITIK
AUTOIMUN
Oleh :
Teda Faadhila
1210312106
Preseptor :
dr. Yursi Dianne Jurnalis, Sp.A (K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya tulis ilmiah berupa Case Report Session yang
berjudul Anemia Hemolitik Autoimun dapat penulis selesaikan.
Terima Kasih penulis ucapakan kepada staf pengajar yang telah membimbing
penulis selama menjalani kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Anak,
serta dr. Yusri Dianne Jurnalis, Sp.A (K) sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua di masa mendatang.
Padang, 29 September 2016
Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Sejumlah bahan dan kelainan dengan kemampuan merusak eritrosit dapat
menyebabkan destruksi prematur eritrosit. Di antara yang paling jelas telah dipastikan
adalah antibodi yang berkaitan dengan anemia hemolitik. Anemia hemolitik autoimun
terjadi ketika pasien memproduksi antibodi patologis yang menempel pada sel darah
merah dan menyebabkan destruksi (hemolisis). Ciri khas kelompok pasien ini adalah uji
Coombs direk positif, yang menunjukkan imunoglobulin atau komponen komplemen
yang menyelubungi permukaan eritrosit.1,2
1. 2 Klasifikasi1,2
1. Anemia hemolitik autoimun karena autoantibodi reaktif hangat. Antibodi ini memiliki
afinitas terhadap sel darah merah terbesar pada suhu 370C. Ciri khas dari tipe adalah IgG,
bisa komplemen fix atau tidak komplemen fix, dan menyebabkan kehilangan sel darah
merah oleh pembersihan lien terhadap sel yang tersensitisai.
2. Anemia hemolitik autoimun karena autoantibodi reaktif dingin (sindrom hemolitik
kriopatik). Aktivitas antibodi ini pada suhu tubuh namun aktivitasnya akan meningkat
ketika terjadi penurunan suhu tubuh. Ciri khas dari tipe dingin adalah antibodi IgM,
komplemen fix dan menyebabkan destruksi sel darah merah intravaskular dengan cepat
atau hepatic-mediate clearence.
3. Anemia hemolitik imun akibat obat
1.3 AIHA tipe hangat
A. Etiologi
Sekitar 70% pasien dengan AIHA memiliki tipe hangat ini. Secara umum, ciri
khas dari tipe adalah IgG, bisa komplemen fix atau tidak komplemen fix, dan
penghancuran eritrosit dengan hemolisis ekstravaskular di lien.2
Pada
anemia
langsung
hemolitik
autoimun,
menyerang
antibodi abnormal
antigen
membran
mungkin
memproduksi
respon
dengan
antigen
eritrosit. Agen
menjadi
asing
atau
antigen
terhadap host.1
Pada kebanyakan keadaan hemolisis
antibodi hangat, tidak ditemukan penyakit
yang mendasari, dan disebut primer atau
idiopatik. Jika hemolisis autoimun terkait
limfoproliferatif,
eritematosus
sistemik
(SLE),
lupus
atau
seperti
penisilin,
sefalosporin,
metildopa, dll.1
B. Patofisiologi9
AIHA tipe hangat
ditandai dengan hemolisis
ekstravaskular.
Hemolisis
ekstravaskuler
dimediasi
oleh
retikuloendotelialsistem
(RES) dari limpa dan hati.
Ciri
hemolisis
ekstravaskuler adalah fagositosis eritrosit oleh makrofag limpa atau Kupffersel hati ,
diikuti oleh penyerapan dan penghapusan.
C. Manifestai Klinis
5
Anemia
hemolitik
autoimun
dapat
biasanya
saluran
pernapasan.
pucat,
hemoglobinuria,
ikterus,
atau
pireksia,
mungkin
dan
lebih
dan
pucat.
Limpa
biasanya
Frekue Gejala
nsi
Frekuen
si(%)
(%)
Splenomega 82
Lemah
88
li
Hepatomega 45
Pusing
50
li
Limfadenop 34
Demam
37
ati
Ikterik
Thiromegali
Edema
Gagal
21
10
6
5
Perdarahan
Dyspnea
Batuk
Penurunan
10
9
6
6
BB
Gangguan
jantung
Pucat
gastrointe
stinal
Anoreksia
Urin gelap
Angina
Konfusi
4
3
2
2
splenomegali
di
31%,
dan
22%
(49/219)
dari
kasus
bersamaan
dengan
Anak-anak
syndrome
yang
bisa
mengalami
sangat
hebat.
Evans
Evans
bisa
mendahului,
10
tetapi
kadang-kadang
ada
purpura
tiga
dipertimbangkan,
pertanyaan
yaitu
ini
apakah
harus
ada
11
apusan
darah
sferosit,
12
imun
tapi
sebelum
penilaian
klinis
diagnosis
AIHA
13
Pertimbangkan
disebabkan
oleh
hemolisis
alloimun
ketidakcocokan
ABO
15
Tipe
AIHA
diketahu
dengan
pemeriksaan serologis.
F. Tatalaksana
Anemia akut biasanya memerlukan
perhatian
medis
segera.
Pengobatan
yang
mendasari
anemia.
16
untuk
kelelahan,
mungkin
Sebagian
besar
pasien
ini
Pasien
yang
mungkin
17
terkontrol,
diindikasikan
operasi
pada
sangat
anemia
Splenektomi
jarang
akut.
kadang-kadang
harus
dipertimbangkan
untuk
18
hari
waktu 3 minggu.
2. Plasma exchange
Plasma exchange digunakan pada pasien
dengan hemolisis berat dan diberikan
dengan
dibarengi
terapi
lain
seperti
imunosupresi.
3. Metil prednisolon
4. Splenektomi dan emblolisasi splen
Pasien dengan hemolisis berat yang
bergantung pada transfusi dan tidak respon
terhadap
imunosupresi
membutuhkan splenektomi.
Tatalaksana non-emergensi:4
19
mungkin
1. Venous
Thrombo
Embolism
(VTE)
prophylaxis
Venous Thrombo Embolism merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas pada p
asien AIHA. Thromboprophylaxis dengan
Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
direkomendasikan pada pasien dengan
eksaserbasi akut dan harus dipertimbangkan
pada pasien selama eksaserbasi berat
(Hb< 85 g/l).
2. Asam folat
Jumlah kasus anemia megaloblastik dan
defisiensi asam folat banyak pada pasien
AIHA kronik. Oleh karena itu harus
dipertimbangkan pemberian asam folat.
20
3. Perlindungan gaster
Pasien
yang
kortikosteroid
jangka
mendapat
terapi
panjang
berisiko
21
AIHA primer pada anak-anak umumnya memiliki onset yang akut dan responsif
terhadap terapi kortikosteroid selama 4-8 minggu.6 Dosis yang diberikan dimulai
dengan 1 mg/kg/hari. Sekitar 80% pasien respon terhadap kortikosteroid pada dosis
setara dengan prednisolon 60-100 mg / hari dan sekitar dua pertiga mencapai remisi
lengkap (CR). Tidak adanya respon oleh 21 hari harus dianggap sebagai kegagalan
steroid. Dalam tatalaksana pasien, teppering off dapat dimulai ketika Hb> 100 g / l
atau setelah maksimum pemberian selama 3 minggu, diturunkan menjadi 20-30 mg
selama 4-6 minggu, dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg setiap bulan.4 Dalam
literatur lain dikatakan pemberian dosis prednisolon pada AIHA sebesar 2-4 mg / kg /
hari dalam 2-3 dosis terbagi selama 2-4 minggu, dengan tapering off 2-6 minggu.
Jika respon hematologi tidak baik, diberikan prednisolon 30 mg / kg / hari intravena
selama 3 hari.6
2. Lini kedua
Terapi lini kedua dipertimbangkan apabila
pasien tidak respon dengan presnisolon 1
mg/kg/hari selama tiga minggu atau
pasien relaps selama atau setelah reduksi
steroid. Obat untuk terapi lini kedua adalah
rituximab4
3. Lini ketiga
a. Azathioprine
22
Danazol
Enam dari tujuh pasoen dengan AIHA primer tipe hangat respon terhadap pemberian
danazol 200 mg 3-4 kali/hari yang ditambahkan dengan prednisolone.
d. Mycophenolate (MMF)
Kebanyakan pasien yang menerima multipel terapi sebelumnya
ditatalaksana dengan MMF 500 mg dua kali sehari. Respon umumnya baru
terlihat dalam 3-4 bulan.
e.
Splenektomi
23
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Nomor MR
: MK
: 1 tahun 1 bulan
: Laki-laki
: Jambi
: Islam
: 95.60.72
Demam sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak berkeringat,
Pasien telah dikenal menderita anemia hemolitik sejak 3 minggu yang lalu dan
telah berobat di RSUP Dr. M. Djamil Padang selama 10 hari dan mendapat
24
transfusi darah, dan telah dilakukan pemeriksaan skrining antibodi dengan hasil
AIHA tipe hangat.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan penyakit kelainan darah
Riwayat Persalinan:
Anak kedua dari dua bersaudara, lahir spontan di rumah ditolong oleh bidan,
cukup bulan, berat lahir 3000 gram, panjang badan lupa, langsung menangis
Riwayat Nutrisi:
secara bergantian.
Kesan makanan dan minuman : kualitas dan kuantitas cukup.
Riwayat Imunisasi:
BCG : umur 1 bulan, parut (+)
DPT : umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Polio : umur 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Hepatitis B : umur 0 bulan, 2 bulan, 6 bulan
Campak :
umur 9 bulan
Kesan : Riwayat imunisasi dasar lengkap.
Riwayat Higiene dan Sanitasi Lingkungan:
Rumah permanen
Ventilasi baik
Jamban di dalam rumah
Pekarangan cukup luas
Sumber air dari PDAM
25
Sampah dibakar
Kesan : Higiene dan sanitasi lingkungan cukup.
Riwayat Tumbuh Kembang:
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Buruk
Kesadaran
: Sadar
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 110 x/menit
Napas
: 26 x/menit
Suhu
: 37oC
Tinggi badan
: 70 cm
Berat Badan
: 8 kg
Edema
: tidak ada
Anemis
: ada
Ikterus
: tidak ada
BB/U
: 75%
PB/U
: 90.9%
BB/TB
: 90.9%
Pemeriksaan Khusus:
Kulit
26
KGB
Kepala
: bentuk bulat simetris, UUB datar, rambut hitam dan tidak rontok. Lingkar
Thoraks:
Paru:
Inspeksi : normochest, simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung:
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi
: batas jantung kanan linea sternalis dekstra, batas jantung kiri 1 jari
medial LMCS RIC V
: distensi ada
Palpasi
: supel, hepar 1/4-1/4, pinggir tajam, permukaan rata, lien tidak teraba.
Perkusi
: timpani
Alat kelamin
Anus
27
Ekstremitas
: akral hangat, refilling kapiler baik (<2 detik), refleks fisiologis +/+
: 3,7 g/dl
Leukosit
: 36.678 /mm3
Trombosit
: 343.000 / mm3
Ht
: 10%
Retikulosit
: 8,4 %
Anemia, Leukositosis
Susp. Leukemia, ditemukan Blast 3%
Diagnosis Kerja
AIHA tipe hangat
Tonsilofaringitis
Diagnosa Banding
Leukimia
28
Tatalaksana
-
Follow Up
Tanggal
Perjalanan Penyakit
28 September S/ Anak masih tampak pucat, demam tidak ada, kejang tidak ada, sesak
2016
Pkl. 07.00
O/ KU: berat, kesadaran: sadar, nadi: 100 x/menit, napas: 24 x/menit,
suhu: 37oC, BB: 15,5 kg
Mata: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks
cor : Irama teratur, bising (+)
pulmo : tidak ditemukn kelainan
Abdomen: supel, bising usus (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, refilling kapiler baik.
A/ AIHA tipe hangat
P/ - ML 800 kkal
28
2016
September S/ Anak masih tampak pucat. Demam tidak ada. Kejang tidak ada.
Sesak napas tidak ada. Intake masuk, toleransi baik. Buang air kecil ada.
29
Pkl. 16.00
O/ Sakit berat. Sadar. HR: 100x/menit. RR:26x/menit. T: 37.5
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Thorax
Cor : irama teratur, bising (-)
Pulmo : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik
A/ AIHA tipe hangat
P/
29
ML 800 kkal
IVFD Kaen 1B 4 tts/menit (makro)
Prednison 3x5 mg
Paracetamol 100 mg ( T> 38,5C )
Transfusi WE 1x65 cc , 1x75 cc
Amoxicillin 3x 125 mg
September S/ Anak masih tampak pucat. Demam tidak ada. Kejang tidak ada.
2016
Perdarahan tidak ada. Sesak napas tidak ada. Intake masuk, toleransi
Pkl. 07.00
baik.
O/ Sakit berat. Sadar. HR: 94x/menit. RR:24x/menit. T: 36
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Thorax
Cor : irama teratur, bising (-)
Pulmo : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik
A/ AIHA tipe hangat
30
P/
29
ML 800 kkal
IVFD Kaen 1B 4 tts/menit (makro)
Prednison 3x5 mg
Paracetamol 100 mg ( T> 38,5C )
Transfusi WE 1x70 cc
Amoxicillin 3x 125 mg
BMP
September S/ Anak masih tampak pucat. Demam tidak ada. Kejang tidak ada.
2016
Sesak napas tidak ada. Intake masuk, toleransi baik. Buang air kecil ada.
Pkl. 16.00
O/ Sakit berat. Sadar. HR: 100x/menit. RR:24x/menit. T: 37.5
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Thorax
Cor : irama teratur, bising (-)
Pulmo : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik
A/ AIHA tipe hangat
P/
30
- ML 800 kkal
- IVFD Kaen 1B 4 tts/menit (makro)
- Prednison 3x5 mg
- Paracetamol 100 mg ( T> 38,5C )
- Transfusi WE 1x70 cc
- Amoxicillin 3x 125 mg
September S/ Anak masih tampak pucat. Demam tidak ada. Kejang tidak ada.
2016
Sesak napas tidak ada. Intake masuk, toleransi baik. Buang air kecil ada.
Pkl. 07.00
O/ Sakit berat. Sadar. HR: 110x/menit. RR: 32x/menit. T: 36.3
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
Thorax
31
ML 800 kkal
IVFD Kaen 1B 4 tts/menit (makro)
Prednison 3x5 mg
Paracetamol 100 mg ( T> 38,5C )
Amoxicillin 3x 125 mg
1 Oktober 2016 S/ Demam tidak ada. Kejang tidak ada. Sesak napas tidak ada. Intake
masuk, toleransi baik. Buang air kecil dan buang air besar biasa.
O/ Sakit sedang. Sadar. HR: 108x/menit. RR: 30x/menit. T: 36.7
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax
Cor : irama teratur, bising (-)
Pulmo : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik
A/ AIHA tipe hangat
P/
-
ML 800 kkal
32
2 Oktober 2016 S/ Demam tidak ada. Kejang tidak ada. Sesak napas tidak ada. Intake
masuk, toleransi baik. Buang air kecil dan buang air besar biasa.
O/ Sakit sedang. Sadar. HR: 100x/menit. RR: 29x/menit. T: 36.5
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax
Cor : irama teratur, bising (-)
Pulmo : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik
Hasil lab
Hb : 10 gr/dl
Retikulosit : 8%
A/ AIHA tipe hangat
P/
-
ML 800 kkal
IVFD Kaen 1B 4 tts/menit (makro)
Prednison 3x5 mg
Paracetamol 100 mg ( T> 38,5C )
Amoxicillin 3x 125 mg
3 Oktober 2016 S/ Demam tidak ada. Kejang tidak ada. Sesak napas tidak ada. Intake
masuk, toleransi baik. Buang air kecil dan buang air besar biasa.
O/ Sakit sedang. Sadar. HR: 98x/menit. RR: 30x/menit. T: 36.7
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax
33
ML 800 kkal
IVFD Kaen 1B 4 tts/menit (makro)
Prednison 3x5 mg
Amoxicillin 3x 125 mg
34
BAB III
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berusia 1 tahun 1 bulan (13 bulan) sejak
tanggal 28 September 2016 di Ruang Rawat Inap High Care Unit RSUP Dr. M. Djamil
Padang dengan keluhan utama tampak pucat sejak 2 hari yang lalu. Pucat bisa terjadi akut
dan berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa, atau bisa juga terjadi secara
kronis. Pucat bisa terjadi pada pasien dengan kondisi non-hematologi seperti syok,
anafilaksis, gagal napas, atau hipoglikemia. Jika penyebabnya merupakan penyebab
hematologi, seringkali merupakan kondisi yang sementara dan mudah untuk diterapi.
Namun, pucat bisa menggambarkan kondisi yang serius apabila terjadi secara akut. Pucat
yang disebabkan oleh anemia akan muncul ketika konsentrasi hemoglobin dibawah 8
atau 9 g/dL.7
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh.
Menurut WHO danpedoman Kemenkes 1999, cut-off points anemiakelompok umur,
balita 12-59 bulan adalah kadar Hb dibawah 11,0 g/dL. 8Pada pasien ini diketahui
konsentrasi hemoglobin ketika masuk adalah 3,7 g/dL. Berdasarkan riskesdas tahun
2013, proporsi penduduk Indonesia kelompok usia 12-59 tahun yang mengalami anemia
adalah sebesar 28,1%.
Pasien mengalami demam semenjak 3 hari yang lalu dan batuk sejak 3 hari yang
lalu, tidak berdahak, disertai pilek. Enam puluh persen pasien AIHA di Prancis
mengalami demam dan penyakit klinis non-spesifik sebulan sebelum munculnya AIHA.
Dua puluh dua persen pasien tersebut terbukti mengalami infeksi, diantaranya virus
Epstein-Barr, Mycoplasma, cytomegalovirus, parvovirus, rotavirus, varicella, virus
herpes manusia 6, E. coli, pneumococcus, adenovirus, virus herpes manusia 1, dan
enterovirus.3 Pada pemeriksaan tenggorokan pada pasien ini ditemukan tonsil ukuran T1T1 hiperemis dan faring hiperemis. Bukti infeksi didukung dengan pemeriksaan
laboratorium berupa kadar leukosit yang meningkat yaitu 36.678/mm3.
Pasien memiliki lingkar kepala 43 cm (mikrosefal menurut standar Nellhauss).
Kebanyakan kasus mikrosefal tidak diketahui penyebabnya. Pada beberapa bayi
mikrosefal bisa terjadi karena adanya defek pada gen. Beberapa penyebab lain adalah;
35
36
37