You are on page 1of 4

4.2.

Anatomi / Histologi / Fisiologi / Patofisiologi / Patomekanisme


4.2.1. Anatomi Payudara

Perkembangan dan struktur dari glandula mamaria berkaitan dengan kulit. Fungsi utamanya
adalah menyekresi susu untuk bayi. Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan
lemak. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan
seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat putting (papilla mamaria),
tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. Putting mempunyai perforasi pada
ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu aperture duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel
Mantgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola (Price, et.al., 2006). Kelenjar
mammae dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri atas kurang lebih 20
lobi. Semua lobi berhubungan dengan duktus laktiferus yang bermuara di putting susu. Lobi
dipisahkan oleh sekat-sekat jaringan ikat dan jaringan lemak (Eroschenko, 2003).
Kelenjar payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan
aksila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai ke iga keenam atau ketujuh.
Bentuk kelenjar payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya yang terdiri atas
kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari daerah berwarna coklat
yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar sebaseus yaitu kelenjar
Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. (Pearce, 2006)

Setiap mammae merupakan elevasi dari jaringan dada. Mammae terletak di atas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran
mammae bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat bukan pada
jumlah jaringan glandular aktual.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus
laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum
muncul untuk memperforasi putting dengan 5 sampai 20 mulut (opening).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament suspensorium
Cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen suspensorium ini merentang dari
fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superficial tepat dibawah kulit.
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian
bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveolia sekretori. Sel-sel
alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan setelah kelahiran
merupakan unit glandular yang menyintesis dan mesekresi susu (Sloane,2003).
Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar sekitar 1 cm sampai
2 cm untuk membentuk areola. Areola mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
yang besar, beberapa diantaranya berhubungan dengan folikel rambut dan serabut otot polos
yang meyebabkan ereksi puting saat berkontraksi. Tidak ada otot di mammae.
Persarafan kelenjar mamae dipersyarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari
pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan erat dengan terapi bedah adalah (1)
nervus torakalis lateralis. Kira kira di tepi medial m. pektoralis lateralis minor melintasi
anterior vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke permukaan dalam m. pektoralis mayor.
(2) nervus torakalis medialis. Kira kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak
melintasi vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m. pektoralis
mayor. (3) nervus torakalis longus dari pleksus servikalis berjalan kebawah, mempersarafi
m. seratus anterior. (4) nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakialis. Berjalan bersama
pembuluh darah subskapsularis, mensarafi m. subskapsularis, m. teres mayor (Desen,2011)

4.2.2. Histologi Payudara


4.2.3. Fisiologi Payudara
Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen yang berasal dari
siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar mammaria
payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi massa payudara. Pertumbuhan
yang lebih besar terjadi selama kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen
disekresikan oleh plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara
bersamaan, stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di
dalam stroma. Empat hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem duktus:
hormon pertumbuhan, prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin. Perkembangan akhir
mammae menjadi organ yang menyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Sekali
sistem duktus telah berkembang, progesteronbekerja secara sinergistik dengan estrogen,
juga dengan semua hormon-hormon lain yang beru disebutkan di atasmenyebabkan
pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat-sifat
sekresi dari sel-sel alveoli (Guyton, et.al., 2007).
Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi seiring dengan keluarnya
plasenta pada persalinan memicu laktasi. Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua
hormon penting: (1) prolaktin, yang bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi
susu, dan (2) oksitosin, yang menyebabkan penyemprotan susu (Sheerwood, 2001).
4.2.4. Patofisiologi
4.2.5. Patomekanisme

You might also like