Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Agus S, Sp.THT-KL, M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
Referat yang berjudul Otitis Media Akut telah diterima dan disetujui
pada tanggal
Juli 2012
Jakarta,
Juli 2012
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul Otitis Media Akut ini dibuat sebagai
salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung danTenggorok di
Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing, Dr. Agus
S, Sp.THT.KL, M.Kes yang telah memberikan kesempatan dan bimbingannya dalam proses
penyelesaian karya tulis ini.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran agar dapat menyelesaikan karya
tulis yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan teman teman sejawat
lainnya.
Penulis,
Rosa Lina
030.08.213
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..
Kata Pengantar..
Daftar isi
BAB I
Pendahuluan.1
BAB II
II.1
. Anatomi Telinga
II.1.1. Anatomi Telinga Luar....2
II.1.2. Anatomi Telinga Tengah...3
II.1.3. Anatomi Telinga Dalam....4
II.2. Fisiologi Telinga...5
BAB III
III.1. Definisi7
III.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi.7
III.3. Patofisiologi dan Stadium..9
III.4. Gejala Klinik.11
III.5. Diagnosis..11
III.6. Penatalaksanaan13
III.7. Komplikasi15
BAB IV
Kesimpulan16
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media akut, otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat
akut atau tiba-tiba.(1) Otitis media akut merupakan salah satu kelainan telinga tengah yang paling
sering ditemukan terutama pada anak-anak. Meskipun masih dalam penelitian dalam pencegahan
dan terapi, angka kejadian penyakit ini terus meningkat.Sekitar 25 juta orang pertahun
mengunjungi dokter akibat otitis media akut. Infeksi pada telinga ini merupakan diagnosis yang
paling sering ditegakkan pada anak di Amerika dan diagnosis kedua tersering dalam kedokteran
menyeluruh. Bayi dan anak beresiko paling tinggi terinfeksi otitis media akut, dengan angka
kejadian pada anak berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar
83%.(2) Di Amerika Serikat, diperkirakan75% anak mengalami minimal satu episode otitis media
sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih. Insiden
Otitis media akut tertinggi terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan, dan yang kedua pada
waktu berusia 5 tahun bersamaan dengan anak masuk sekolah Insiden ini cenderung menurun pada anak
dengan usia lebih dari 6 tahun. Otitis Media Akut atau (OMA) banyak terjadi pada anak karena
sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus.(3)
Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan masalah kesehatan
ini,namun hal ini tidak didukung dengan pendataan yang jelas tentang insidensi otitis media akut
itu sendiri. Data yang didapat dari Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Otitis Media
Akut (OMA) selalu ada pada 20 besar penyakit dengan insidensi tersering. Penyebab OMA dapat
berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan miroorganisme penyebabnya. Virus
ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri.(4)
BAB II
II.1.
Anatomi Telinga
Untuk memahami tentang gangguan pendengaran perlu diketahui dan dipelajari anatomi
telinga dan fisiologinya. Telinga terdiri dari tiga bagian; telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian
luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi
cairan, untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut.(5)
dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada
garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta
bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.(5)
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.
Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Tuba eustachius
termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.
Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat dibuat terbuka dengan gerakan
menguap, mengunyah, atau menelan. Pembukaan tersebut memungkinkan tekanan udara di
dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan atmosfer, sehingga tekanan di kedua sis
membran timpani menjadi setara. Infeksi yang berasal dari tenggorok kadang-kadang menyebar
melalui tuba eustachius ke telinga tengah.(6)
II.2.
Fisiologi Telinga
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran (maleus, inkus, dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan frekuensi yang sama,
memindahkan getaran dari membran timpani ke jendela oval yang menghubungkan ke telinga
dalam. Tulang-tulang pendengaran itu yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.(6)
Energi tulang yang telah diamplifikasi akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap
lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergetar. Getaran diteruskan melalui membrana
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antar membran
basilaris dan membra tektorial. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang mnyebabkan
terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pengelepasan ion bermuatan listrik. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius.(8)