Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh,
Wiwit Riyanti
K2513072
tumbuhnya aktifitas mikroba. Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan
dan pengembangan sel diferensial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit
sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan proteksi hidrogen.
Biofilm bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi pertumbuhan
korosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga korosi mikroba tidak terjadi dengan
absennya biofilm. Biofilm menyediakan kondisi kondisi local. lingkungan misalnya
pH yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi aktifitas korosi.
Korosi dapat terjadi karena proses fisis, kimiawi, maupun biologis. Korosi
oleh mikrobiologi merupakan korosi yang disebabkan oleh mikroorganisme,
khususnya oleh bakteri, yang disebut juga dengan MIC (Microbiologically Influenced
Corrosion). Korosi jenis ini cukup berbahaya karena dapat terjadi pada kondisi range
pH disekitar pH netral, yaitu antara pH 4 sampai 9 dengan suhu lingkungan berkisar
antara 10 C hingga 50C. Korosi jenis ini biasanya terjadi pada tempat-tempat yang
terbuat dari logam dengan kondisi konstan/stagnan. Logam-logam yang dapat
terkorosi oleh mikrobiologi antara lain baja karbon, stainless steel, dan logam paduan
aluminium-tembaga.
Awal kemunculan dari MIC sering kali tidak terduga, korosi berat dari
sejumlah logam terjadi pada temperatur lingkungan normal atau larutan encer dimana
laju korosi biasanya rendah. Ciri khas terjadinya MIC adalah adanya endapan yang
berlebihan atau terjadi penebalan lapisan (gumpalan) disekitar MIC.
Range
pH
Range
Suhu
C
Logam
yang
Dapat
Terkorosi
Aksi Korosif
Mengoksidasi
Thiobacillus
thiooxidans
Thiobacillus
ferrooxidans
Gallionella
0.5-8
1-7
7-10
10-40
10-40
20-40
sulfida
dan
menjadi
H2SO4,
Mengoksidasi
steel
Mn3+
Mengoksidasi
Sphaerotilus
7-10
20-40
Pseudonomas
4-9
20-40
P. aeruginosa
4-8
20-40
steel
Mn3+
Besi dan baja, stainless Mereduksi
steel
Paduan aluminium
Fe3+
menjadi Fe2+
...
Range
pH
4-8
Range
Suhu
C
10-40
Logam
yang
Dapat Tindakan
Terkorosi
Korosif
Memanfaatkan
dalam
Desulfotomaculum
nigrificans
10-40
6-8
dan 4575
Desulfomonas
...
10-40
c. Mekanisme Korosi Oleh Mikroorganisme pada Stainless Steel dan logam lainnya
MIC pada stainless steel sering kali terlihat pada logam las-an. Serangan
paling besar terjadi pada logam las itu sendiri atau pada heat affected zone (HAZ)
di dekat daerah pengelasan. Pada aluminium, korosi dapat terjadi pada air dengan
pH netral. Mikroba, misalnya jamur, memproduksi asam yang larut dalam air
sebagai fase pengkotaminasi dan menyerang aluminium tersebut. Bakteri
Thiobacillus thiooxidans mengkorosi tembaga dan tahan terhadap racunnya
hingga konsentrasi 2% tembaga.
4. Tempat tempat yang Dapat Terserang Korosi Mikrobiologi
Korosi mikrobiologi berbahaya karena dapat terjadi pada rentang pH asam,
basa, bahkan netral. Korosi tersebut dapat terjadi dimana saja dengan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan mikroba penyebab korosi,
termasuk pada berbagai jenis industri. Korosi yang terjadi pada peralatan industri
perlu dihindari karena dapat mempengaruhi kualitas proses dan dapat menyebabkan
kegagalan proses. Berikut adalah tempat-tempat yang biasanya dapat terjadi korosi
mikrobiologi pada beberapa jenis industri.
Tabel 3. Industri yang Berpotensi Adanya Korosi Mikrobiologi[4]
Jenis Industri
Industri proses kimia
Pembagkit nuklir
Industri minyak dan gas onshore dan
offshore
Industri dengan jalur pipa bawah tanah
Industri water treatment
Industri pemeliharaan jalan raya
Industri aviasi
Lingkup Permasalahan
Tangki stainless steel, jalur pipa dan sambungan,
daerah las-an setelah menjalani hydrotest
Tangki dan perpiapaan baja karbon dan stainless
steel, pipa dan tabung air pendingin
Sistem handling minyak dan gas
Tanah
dekat
dengan
bahan
membusuk
Heat exchanger dan perpipaan
Pipa gorong-gorong
Tangki penyimpanan bahan bakar
organik
yang
8. JENIS-JENIS MIKROORGANISME
Jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam korosi mikrobial termasuk
alga, jamur dan bakteri.3 Alga dapat ditemukan dalam hampir semua perairan mulai
dari badan air tawar sampai dengan badan air asin. Mikroorganisme ini menghasilkan
oksigen ketika mendapatkan cahaya matahari (berfotosintesis) dan menggunakan
oksigen ketika tidak mendapatkan sinar matahari. Ketersediaan oksigen telah
ditemukan sebagai salah satu faktor utama dalam peristiwa korosi logam yang
digunakan di badan air asin. Alga tumbuh dengan baik pada temperatur 32 - 104 oF
dan pH 6 9. Jamur terdiri atas struktur seperti jala yang disebut miselium; yang
sebetulnya merupakan hasil pertumbuhan dari satu sel tunggal atau spora. Miselium
tidak dapat bergerak dan dapat mencapai skala makroskopik pada jamur-jamur yang
berumur cukup tua. Jamur hidup dengan memetabolisme bahan-bahan organik dan
menghasilkan asam-asam organik yang diekskresikan sebagai limbah atau
disekresikan sebagai salah satu mekanisme adaptasi terhadap habitatnya. Jamur
ditemukan di tanah dan perairan. Bakteri biasanya dikelompokkan berdasarkan
ketertarikannya kepada oksigen. Spesies yang aerob memerlukan oksigen bebas untuk
menjalankan fungsi-fungsi metabolismenya sedangkan spesies yang anaerob tidak
memerlukannya. Meski demikian, karena salah satu ciri makhluk hidup adalah
melakukan respirasi; yaitu menggunakan oksigen selama hidupnya, bakteri anaerob
pun memerlukan oksigen untuk hidup. Akan tetapi, oksigen yang diperlukan bukanlah
oksigen bebas seperti pada bakteri aerob, melainkan oksigen yang terdapat dalam
bentuk oksida. Paparan terhadap oksigen bebas dalam jumlah besar justeru akan
membuat bakteri anaerob beralih ke keadaan tidak aktif (dorman) dengan menurunkan
dan menghentikan beberapa fungsi metabolismenya sampai kondisi oksigen di
lingkungan tempat hidupnya kembali menjadi cukup anaerob untuk bakteri tersebut
menjadi aktif kembali.
Selain bakteri aerob dan anaerob, dikenal pula jenis bakteri fakultatif aerob;
yaitu bakteri yang dapat tumbul baik dalam kondisi aerob maupun anaerob, walaupun
kondisi aerob biasanya lebih disukai. Meskipun demikian, biasanya kadar oksigen
bebas yang diperlukan untuk kehidupan bakteri semacam ini tidaklah sebesar yang
diperlukan oleh bakteri aerob sehingga bakteri fakultatif aerob dapat dijumpai hidup
pada habitat yang sama dengan bakteri anaerob, khususnya di lingkungan dengan
kadar oksigen yang rendah. Hal ini dimungkinkan karena bakteri aerob menurunkan
kadar oksigen setempat dengan menggunakannya untuk proses respirasi sehingga
kondisi lingkungan menjadi cukup anaerob untuk pertumbuhan bakteri anaerob.
Berdasarkan bentuknya, bakteri digolongkan menjadi bakteri berbentuk batang
(basil), bulat (coccus), tanda koma (vibrio) dan berserabut (mises).
9. MIKROORGANISME YANG MEMPERCEPAT LAJU KOROSI
Ketika suatu mikroorganisme telah membentuk biofilm atau endomembran
pada permukaan atau celah (pit) dari suatu bahan, terbentuk sebuah lingkungan mikro
di dalam lapisan film atau membran tadi yang kondisi pH, kadar oksigen, kadar
oksigen terlarut (DO) dan bahan organiknya dapat sangat berbeda dengan kondisi
paramater-parameter tersebut di bagian luarnya (bulk material). Perubahan parameterparameter tersebut tadi di dalam lingkungan mikro bentukan mikroorganisme dapat
memicu terjadinya reaksi-reaksi elektrokimia yang meningkatkan laju korosi.
Mikroorganisme pada umumnya memiliki kemampuan untuk membentuk membran
ekstrasel yang dapat melindungi mikroorganisme tersebut dari paparan terhadap
bahan-bahan beracun dari sekitarnya namun tetap memungkinkan nutrisi untuk masuk
menembusnya.6 Endomembran atau biofilm yang dibentuk oleh mikroorganisme
bersifat tahan terhadap bermacam-macam zat kimia (termasuk bakterisida) karena
memang tujuan dihasilkannya lapisan tersebut adalah sebagai perisai bagi
mikroorganisme yang bernaung di dalamnya. Hasil penelitian bahkan menunjukkan
ada pula lapisan pelindung mikroorganisme yang mampu menguraikan zat-zat kimia
penghambat korosi seperti senyawa-senyawa amina alifatik dan nitrit sehingga
menurunkan efektivitas penggunaan bahan-bahan tersebut. Reaksi metabolisme
mikroorganisme yang berperan dalam korosi logam antara lain adalah produksi
senyawa-senyawa sulfida, asam dan amoniak serta pemindahan (deposisi) logam dan
reaksi reduksi atau oksidasi logam.
Berdasarkan mekanisme penyebab korosi, mikroorganisme dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bakteri Pereduksi Sulfat (Sulphate Reducing Bacteria / SRB)
Contohnya Desulfovibrio sp. Mereduksi anion sulfat menjadi asam sulfida
menurut reaksi 2H3O+(aq) + 3SO42-(aq) 3H2S(g) + 7O2(g) pada kondisi anaerob. Khas
karena menghasilkan endapan logam sulfida yang berwarna hitam dan aroma uap
hidrogen sulfida.
b. Bakteri Pengoksidasi Sulfur dan Sulfida (Sulphur and Sulphide Oxidizing
Bacteria / SOB)
Contohnya Acidithiobacillus thiooxidans. Mengoksidasi sulfur dan anion
sulfida pada kondisi aerob menjadi anion sulfat yang sangat korosif karena dapat
menurunkan pH sampai mendekati 1 sehingga dapat melarutkan bermacammacam logam. Reaksi yang berlangsung sebagai berikut :
2H3O+(aq) + S2-(aq) SO2(g) + 3H2(g)
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
2SO3(g) + 4H2O(l) 2H3O+(aq) + 2HSO3-(aq) + O2(g)
2HSO3-(aq) + O2(g) 2SO42-(aq) + H2(g)
c. Bakteri Pengoksidasi Besi dan Mangan (Iron and Manganese Oxidizing Bacteria)
Contohnya Gallionella sp. Mengoksidasi Fe & Mn pada kondisi aerob
menjadi Fe3+(aq) & Mn2+(aq).
d. Bakteri Penghasil Asam (Acid Producing Bacteria)
Contohnya Pseudomonas aeruginosa. Bakteri termofilik aerob fakultatif
yang menghasilkan campuran asam lemah yang jenisnya bergantung pada bahan
organik yang dikonsumsi.
a. Baja Lunak
Kendala akibat korosi mikrobial telah didokumentasikan secara luas dalam
sistem pemipaan, tangki penyimpanan dan bangunan dalam air. Baja lunak
sering digunakan dalam aplikasi tersebut karena biayanya rendah namun
sayangnya termasuk logam yang mudah terkorosi. Baja lunak biasanya dilapisi
untuk melindunginya dari korosi sedangkan perlindungan katoda dapat pula
digunakan dalam aplikasi tertentu. Galvanisasi (pelapisan dengan seng) jamak
digunakan untuk melindungi baja pada kondisi atmosfer. Pelapisan dengan
pencelupan pada ter batu bara dan aspal kerap digunakan pada bagian luar
pipa dan tangki yang dibenamkan di dalam tanah sedangkan pelapisan dengan
polimer digunakan pada lingkungan atmosfer dan perairan. Akan tetapi,
biofilm atau endomembran cenderung terbentuk pada kerusakan berupa celah
pada permukaan lapisan. Apalagi, mikroorganisme yang menghasilkan asam
ditemukan mampu melarutkan seng dan beberapa lapisan polimer.11 Sejumlah
kasus juga telah didokumentasikan ketika mikroorganisme mengakibatkan
pengelupasan pelapis dari logam yang dilapisinya. Peristiwa ini disebut
delaminasi lapisan (coating delamination). Kejadian ini mengakibatkan logam
yang dilapisi terpapar kondisi lingkungan sehingga dapat ditumbuhi
mikroorganisme.
Sistem pengairan yang kurang berkualitas dan komponen-komponen
dengan bagian yang dapat mengakumulasi air yang tidak bergerak serta debu
sangat rentan terhadap korosi mikrobial. Dalam kondisi ekstrem, air yang
dibiarkan diam tanpa pengolahan di dalam pipa baja lunak telah
mengakibatkan korosi menyeluruh di sepanjang bagian bawah pipa. Peristiwa
ini teramati pada pipa-pipa bawah tanah yang telah tidak digunakan lagi
selama kurun waktu tertentu.11 Banyak kerusakan pipa pembangkit listrik juga
ditemukan terjadi akibat menggunakan air yang belum diolah. Bakteri
Pereduksi Sulfat (Sulphate Reducing Bacteria / SRB) biasanya merupakan
pelaku utama dalam kasus-kasus seperti itu. Perubahan dengan menggunakan
bahan yang lebih tahan korosi tidaklah selalu menjadi solusi yang paling tepat
manakala masalahnya adalah korosi mikrobial. Misalnya, penggantian baja
karbon menjadi baja tahan karat pada sebuah pembangkit tenaga nuklir
walaupun mampu mengurangi korosi akibat pengaruh kondisi atmosfer, hanya
mengakibatkan perubahan masalah korosi mikrobial yang boleh jadi justeru
menjadi lebih parah. Tanah basah yang mengandung lumpur berperan besar
dalam terjadinya masalah akibat korosi mikrobial di bawah tanah. Biasanya
dalam kasus-kasus yang demikian itu, konstruksi logam bawah tanah telah
mengalami delaminasi dan korosi sebagai akibat pertumbuhan biofilm atau
endomembran.
b. Baja Tahan Karat
Baja tahan karat juga mengalami masalah korosi mikrobial pada
kondisi yang sama dengan baja lunak, terutama kondisi ketika air terakumulasi
pada permukaan logam. Terdapat dua masalah yang teramati akibat terjadinya
korosi mikrobial pada baja tahan karat. Pertama, baja tahan karat terkorosi
pada laju yang lebih cepat terutama melalui korosi pada celah atau lubang
(pits) atau retakan (cracks) yang terjadi pada bagian persambungan, sudut dan
bawah perangkat. Kasus ini terjadi pada produk tangki dan pipa yang sebelum
digunakan, diuji dengan diisikan air tanah ke dalamnya kemudian disimpan
tanpa pencucian dengan bahan disinfektan atau tanpa pengeringan yang
sempurna.11 (Dalam pengertian ilmu material, celah atau lubang (pits) berbeda
dengan retakan (cracks). Pits adalah lubang atau celah pada permukaan logam
yang terbentuk akibat proses pengolahan yang kurang baik sedangkan cracks
adalah celah atau retakan pada permukaa logam yang terbentuk akibat adanya
ketegangan (stress) karena tekanan, regangan atau puntiran yang dialami oleh
badan logam.9). Kedua, korosi terjadi pada bagian yang bersebelahan dengan
sambungan yang
sambungan yang dilas karena sifat logam yang tidak seragam di bagian
tersebut. Baja tahan karat yang mengandung 6% atau lebih molibdenum,
ditemukan tahan terhadap korosi mikrobial.
c.
Campuran Aluminium
menghambat laju korosi bila kita masukkan dalam air karena membentuk lapisan
protektif atau pelindung inhibitor katodis akan membentuk lapisan hidroksida yang
sukar larut. Sedangkan inhibitor anodis akan membentuk anion yang dengan ion
logam dapat membentuk persenyawaan yang sukar larut. Dalam praktiknya, inhibitor
yang sering ditambahkan adalah:
a. Akali (inhibitor katodis)
Biasanya dibubuhkan NaOH yang dapat membentuk hidroksida yang sukar
larut dan dapat menetralkan lingkungan asam.
b. Persenyawaan kromat atau bikromat (inhibitor anodis)
Senyawa kromat yang sering dibubuhkan adalah Na2CrO4
c. Fosfat
Na3PO4 dapat terionisasi menjadi PO42- dimana dengan ion Fe3+ yang ada
dalam air akan membentuk garam (Fe2(PO4)3) yang merupakan lapisan tipis
tetapi merupakan pelindung terhadap terjadinya korosi
d. Silikat
Biasanya Natrium Silikat (Na2SiO3) yang jika bereaksi dengan besi dapat
membentuk besi silikat yang merupakan lapisan yang sukar larut dan
pelindung dari korosi.
Korosi juga dapat dicegah dengan cara:
Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air, lumpur dan zat korosif
lainnya.
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari,
Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodic. Upaya menghambat laju korosi
harus terintegrasi dengan program perawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil
yang terbaik. Pengendalian laju korosi melalui pengendalian lingkungan umumnya
dilakukan dengan menjaga kelembaban udara dan pengendalian keasaman
lingkungan.
12. METODE DETEKSI DAN PEMANTAUAN
Deteksi awal terhadap potensi terjadinya korosi mikrobial penting sekali untuk
mencegah kegagalan fungsi perangkat dan membengkaknya biaya perawatan. Metode
deteksi yang paling umum melibatkan pengambilan cuplikan dari cairan di dalam
sistem dan memantau sifat fisik (di antaranya adalah warna, aroma, jumlah padatan
terlarut, kadar gas terlarut, kadar anion dan kation, daya hantar listrik dan temperatur),
kimia (pH) dan biologisnya (jenis dan jumlah koloni). Tujuannya adalah untuk
menemukan kondisi-kondisi yang memungkinkan pembentukan dan pertumbuhan
biofilm atau endomembran sehingga kondisi lingkungan internal sistem dapat
dikendalikan. Pemeriksaan visual pada bagian-bagian yang dapat terlihat perlu
dilakukan secara rutin. Metode tambahan yang dapat digunakan termasuk penggunaan
pengindera (sensor) elektrokimia dan yang lebih mutakhir; menggunakan pengindera
biologis (biosensor).