Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
LAELA BADRIA
052 STYC 13
A2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Laporan Kejadian Luar Biasa Campak
Di Puskesmas Ciputat ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
penulis tentang Laporan Kejadian Luar Biasa Campak Di Puskesmas Ciputat. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan.
Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
BAB III METODELOGI PENELITIAN.................................................................19
BAB IV HASIL DAN PENELITAN.......................................................................22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................37
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit Campak merupakan penyakit yang bersifat akut dan
menular yang disebabkan oleh virus morbili. Campak merupakan penyakit
yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, pilek, batuk, mata
yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke seluruh tubuh yang
berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Apabila penyakit ini tidak tertangani
dengan baik, maka komplikasi yang terjadi dapat berupa infeksi telinga,
diare, pneumonia dan radang otak.
Setiap tahun diperkirakan terdapat 30 juta kasus campak di dunia
dengan 777.000 kasus kematian dan 202.000 kasus diantaranya berasal
dari area Asia Tenggara. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan
kasus kematian campak terbanyak dengan 30.300 kasus kematian.
Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
pada tahun 2007 prevalensi campak klinis sela ma 12 bulan terakhir di
Indonesia adalah 1,2 % dan Provinsi Banten dilaporkan bahwa terdapat
4
atau
tugas
perguruan
tinggi
sebagai
lembaga
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel
endotel dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada
mukosa dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrane
mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak
mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopnumonia dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. Pada kasus ensefalomielitis yang
mematikan, terjadi dengan demielinisasi perivaskuler pada daerah otak dan
medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut Dawson dapat
ada degenerasi korteks dan subtansi putih (alba) dengan benda-benda
inklusi intranuklear dan intrasitoplasmatik.
2.1.4. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara,
menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3
C : coryza, cough, and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin
tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke
10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi)
mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak
juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan
menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi
dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
2.
3.
4.
perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota badan bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya. Terdapat perbesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan daerah leher belakang, juga terdapat splenomegali. Tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini ialah
black measlesyaitucampakyangdisertai perdarahan pada kulit, mulut,
hidung dan traktus digestivusi.
4.3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmnentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
morbili. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentas. Suhu menurun sampai menjadi normal
kecuali bila ada komplikasi.
2.1.6. Penularan Penyakit Campak
1.
2.
infeksi
karena
ekovirus,
virus
koksaki,
dan
adenovirus,
globulin atau oleh imunitas parsial karena vaksin campk, atau pada bayi
dengan antibodi ibu mungkin sukar untuk dibedakan.
2.1.9. Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun
sehingga dapat terjadi alergi (uji tuberculin yang semula positif berubah
menjadi negative). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi
sekunder
seperti
otitis
media
akut,
ensefalitis,
bronkopnemonia.
1
0
umur 2 tahun, sedangkan SSPE bias timbul sampai 7 tahun setelah morbili.
SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun
kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah
0,5 -1,1 tiap juta, sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10
juta. Immunosuppressive measles encephalopathy didapatkan pada anak
dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena
keganasan atau karena pemakaina obat-obatan imunosupresif. Di Afrika
didapatkan kebutaan sebagai komplikasi campak pada anak yang menderita
malnutrisi. Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak
yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain gangguan
respirasi (bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis, pneumonia, otitis
media), Komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,
gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis), dan diare, miokarditis,
trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak, keratitis, hemorragic
measles (morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam, dan
gejala cerebral) serta kebutaan.
2.1.10. Pengobatan
Untuk pengobatan simptomatik diberikan antipiretik bila suhu
tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan
lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. Pada
komplikasi
seperti
ensefalitis,
panensefalitis
sklerotikans
subakut,
11
serikat telah menurun pada tahun-tahun ini sampai tingkat rendah pada
semua kelompom umur, terutama karena keadaan sosioekonomi membaik,
tetapi juga karena terapi antibacterial efektid untuk pengobatan infeksi
sekunder. Bila campak dimasukkan pada populasi yang sangat rentan,
akibatnya mungkin bencana. Kejadian demikian di Pulau Faroe pada tahun
1846 mengakibatkan kematian sekita seperempat, hampir 2000 dari populasi
total tanpa memandang umur. Di Ugava Bay, Kanada, dimmana 99 % dari
900 orang menderita campak angka mortalitasnya adalah 7%.
2.1.12. Pencegahan
1. Imunisasi Aktif
Ini dilakukan livedenganattenuated measlespemberianvaccine mula-mula
digunakan strain edmonstonstrainini B menyebabkan panas tinggi dan eksantem pada hari
ketujuh sampai hari
kesepuluh setelah vaksinasi, maka strain edmonston B diberikan bersamasama dengan globulin-gama pada lengan yang lain. Sekarang digunakan
strain Schwarz dan moraten dan tidak diberikan globulin gama.Vaksin
tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas
tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk
memberikan vaksin campak tersebut pada anak umur 15 bulan yaitu karena
sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi
secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Tetapi dianjurkan pula agar
anak yang tinggal di daerah endemis morbili terdapat banyak tuberkulosis
diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan umur 15
bulan. Pada anak yang divaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan
antibodi, begitu pula setelah revaksinasi kadang-kadang titer antibodi tidak
naik secara bermakna. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan
vaksin campak pada umur 9 bulan keatas. Vaksin campak tersebut diatas
dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap telut, karena vaksin
campak ini ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang secara
antigen adalah berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu
penyakit alergi sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh,
1
2
vaksin campak juga dapat diberikan kepada penderita tuberkulosis aktif yang
sedang mendapat tuberkulostatika. Vaksin campak tidak boleh diberikan
kepada wanita hamil, anak dengan tuberkioosis yang tidak diobati. Penderita
leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunisupresif. Vaksin
campak dapat diberikan sebagai vaksin campak saja atau sebagai vaksin
measles-mumps-rubella (MMR).
2. Imunisasi Pasif
Baik diketahui bahwa morbili yang perjalanan penyakitnya
diperingan dengan pemberian gamma-globulin dapat mengakibatkan
ensefalitis dan penyebaran proses tuberkulosis, dengan dosis 0,25 mL/kg
diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih
baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, untuk
anak dengan sakit kronis, dan untuk kontak bangsal rumah sakit dan
lembaga-lembaga anak. Pelemahan mungkin disempurnakan dengan
penggunan gamma-globulin dengan dosis 0,05 mL/kg. Gamma globulin
adalah sekitar 25 kali lebih kuat dalam titer antibody daro pada kumpulan
serum dewasa, dan ia mencegah resiko hepatitis. Pelemahan bervariasi, dan
pola klinis yang dimodifikasi dapat bervariasi dari mereka yang sedikit atau
tidak ada gejala. Ensefalitis dapat menyertai campak yang dimodifikasi
dengan gamma globulin. Sesudah hari ke 7-8 inkubasi, jumlah antibodi yang
diberikan harus harus ditambah pada setiap tingkat proteksi. Jika injeksi
ditunda sampai hari ke 9,10 atau 11, sedikit demam mungkin telah mulai dan
hanya dapat diharapkan sedikit modifikasi.
2.1.13. Epidemiologi
1. Definisi Epidemiologi
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi epidemi. Hal
ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit
menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga
mempelajari penyakit non infeksi sehingga pada saat ini epidemiologi
1
3
2.
1
4
3.
4.
3.
gejala-gejala
penyakit
yang
belum
jelas
di
1
5
(place), dan waktu (time): Ketiga faktor ini dapat digunakan untuk
menggambarkan adanya perbedaan dalam keterpaparan dan susceptibilitas.
Apabila terdapat perbedaan dalam factor orang, tempat, dan waktu, maka hal
tersebut itu dapat menjadi petunjuk adanya perbedaan paparan agen dan
kepekaan penjamu. Perbedaan ini dapat digunakan sebagai petunjuk tentang
sumber, agen yang bertanggungjawab transmisi dan penyebaran suatu
penyakit.
1. Faktor Orang (Person)
Person adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi
ketepaparan yang mereka dapatkan dan susceptibilitasnya terhadap penyakit.
Individu yang karekteristiknya mudah terpapar dan peka terhadap suatu
penyakit akan mudah jatuh sakit. Karakteristik dari factor orang (person) ini
bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan, dan
status sosial ekonomi.
2. Faktor Tempat (Place)
Epidemiolgi juga terkait erat terhadap tempat kejadian suatu penyakit.
Faktor tempat ini berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi tempat
dapat berupa batas alamiah seperti sungai dan gunung, serta berdasarkan
batas administratif dan batas-batas historis/kominiti. Perbedaan distibusi
penyakit menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit
yang dapat menjadi acuan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum
diketahui.
3. Faktor Waktu (Time)
W
a
kt
u
k
ej
a
di
a
n
p
e
n
y
a
ki
t
d
a
p
at
di
n
y
at
a
k
a
n
d
al
a
m
ja
m
,
h
ar
i,
b
ul
a
n,
at
a
u
ta
h
u
n.
In
fo
r
m
as
i
w
a
kt
u
bi
sa
m
e
nj
a
di
p
e
d
o
m
a
n
te
nt
a
n
g
k
ej
a
di
a
n
y
a
n
g
ti
m
b
ul
d
al
a
m
m
as
y
ar
a
k
at
.
M
is
al
n
y
a
b
a
n
y
a
k
n
y
a
k
el
a
hi
ra
n
d
al
a
m
se
ta
h
u
n
d
a
p
at
m
e
n
u
nj
u
k
k
a
n
k
e
b
er
a
d
aa
n
fa
kt
or
fa
kt
or
te
rk
ai
t
la
in
n
y
a
se
p
er
ti
b
a
n
y
a
k
n
y
a
p
er
k
a
w
in
a
n
d
a
n
p
er
ce
ra
ia
n,
b
a
n
y
a
k
n
y
a
a
n
a
k
y
a
n
g
di
in
gi
n
k
a
n
k
ea
d
aa
n
e
k
o
n
o
m
i,
m
ig
ra
si
y
a
n
g
te
rj
a
di
,
p
el
a
y
a
n
a
n
a
b
or
tu
s
y
a
n
g
a
d
a
d
a
n
pr
o
gr
a
m
k
el
u
ar
g
a
b
er
e
n
ca
n
a.
1
6
Kerangka Konsep
Kerangka konsep digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penelitian dan menjawab permasalahan yang ada dengan gambaran
17
Pemberian Vit.A
Waktu terjadinya
campak
Asal Kelurahan
Campak
Riwayat
Imunisasi
Jenis Kelamin
Umur
18
2.3
Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Umur
Rentang
kehidupan yang
diukur dengan
tahun
Jenis kelamin
Karakteristik
seseorang yang
dibedakan antara
laki-laki dan
perempuan
Riwayat
imunisasi
campak
Pemberian
vitamin A
Asal kelurahan
Waktu Kejadian
Kategori
Skala
1. Bayi
0-12 bulan
2. Anak
1-9 tahun
3. Remaja
10-19 tahun
4. Dewasa
20 t
1. laki-laki
2. Perempuan
Ordinal
1. 2 kali
2. 1kali
3. belum
pernah
4. tidak tahu
Ordinal
1.Diberikan
vitamin A
2.Tidak
diberikan
vitamin A
Nominal
Saat mulai
timbulnya
campak menurut
bulan
Data sekunder
Data sekunder
Nominal
A.wilayah kerja :
1. Ciputat
2. Cipayung
B.Bukan wilayah
kerja :
1. Pisangan
2. Sawah lama
3. Kedaung
4. Pisangan
5. Cirendeu
6. Bambu
Apus
7. Pondok Ranji
8. Jombang
9. Serua
Nominal
1. Januari
2. Februari
3. Maret
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
8. Agustus
9. September
10.Oktober
11.November
12.Desember
Nominal
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
2. Luas Wilayah
Puskesmas Ciputat terletak 6 km sebelah Utara Kota Tangerang
Selatan. Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira kira 13.311 Ha dengan
sebagian besar berupa tanah darat / kering ( 93,64% ) sisanya adalah tanah
rawa / danau.
3. Data Demografi
Puskesmas Ciputat mempunyai 2 kelurahan binaan dengan total
jumlah penduduk 36.441 jiwa yang terdiri dari 19.614 jiwa laki-laki dan
16.827 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk 85 jiwa per
km2. Tingkat kepadatan penduduk lebih banyak di kelurahan Ciputat yaitu
109 jiwa/km2 dibandingkan dengan kelurahan Cipayung yaitu 67
2
22
23
Frekuensi
Persentasi (%)
Bayi
1-12 bulan
13
25.0
Anak-Anak
1-9 Tahun
25
48.1
Remaja
10-19 Tahun
17.3
9.6
52
100.0
Dewasa
20 tahun
Total
2
4
bagian pertama dari tahun kedua. Di periode ini, semua umur sepertinya
memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi, umur terkena campak
lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus .
7,10
Penyakit campak biasanya akan sembuh dengan sendirinya (selflimited disease) dan diketahui hanya bisa menyerang anak satu kali saja,
artinya bila seorang anak telah terkena campak, dia akan kebal. Namun
sebetulnya penyakit campak ini mempunyai potensi untuk menimbulkan
komplikasi yang cukup berbahaya, yaitu komplikasi jangka pendek berupa
diare, radang paru, radang telinga dan komplikasi jangka panjang yang
biasanya fatal yaitu subacute scleroting pan-encephalitis (SSPE). Penyebab
penyakit campak adalah virus campak, yang bersifat monotipik, yaitu
hanya terdiri dari satu tipe saja. Sebelum ditemukannya imunisasi campak,
penyakit ini merupakan penyebab kematian utama pada anak. Dengan
ditemukannya vaksin campak, maka angka kematian ini turun sangat
dratis. Walaupun saat ini angka cakupan imunisasi campak sudah tinggi,
namun dibeberapa tempat masih sering terjadi wabah. Dengan kemajuan
teknologi
mutakhir
dibidang
biologi
molekuler,
yaitu
dengan
25
Frekuensi
Persentasi (%)
Laki-laki
Perempuan
29
23
55.8
44.2
Total
52
100.0
2
6
7,10
Frekuensi
Persentasi (%)
2 Kali
3.8
1 Kali
34
65.4
Belum Pernah
10
19.2
Tidak Tahu
11.5
Total
52
100.0
2
7
saja, yaitu sebanyak 34 kasus (65,4%). Dan kejadian campak paling sedikit
dialami pada penderita yang telah mendapatkan imunisasi sebanyak dua kali
(3.8%). Cakupan imunisasi campak yang di Puskesmas Ciputat adalah 90%
melihat cakupan imunisasi yang telah dilakukan oleh Puskesmas Ciputat
sudah memenuhi standar dari Universal Child Immunization ( UCI ) dan The
World Summit For Children yaitu sebesar 90 %.
Menurut penelitan yang dilakukan oleh Juliman di Bogor pada
tahun 2001 bahwa insidensi campak terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun, hal ini disebabkan oleh efektivitas vaksin yang hanya 85% dan akan
memberikan peluang sekitar 15% anak yang divaksinasi untuk terkena
campak serta adanya kemungkinan pemberian imunisasi campak pada bayi
sebelum umur 9 bulan akan menyebabkan imunisasi yang diberikan dapat
dinetralisir oleh antibodi campak yang masih terdapat dalam tubuh bayi
sehingga imunisasi yang diberikan tidak dapat memberikan perlindungan.
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal
dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh
dari infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu
mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur
yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan
penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan
untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan
tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen
infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang paling berat
biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2C
sampai dengan +8C, diatas suhu +8C vaksin hidup akan cepat mati, pada
campak berbeda yang harus disimpan pada suhu -25C sampai dengan 15C. Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan
transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara
lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu tertentu,
28
transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang tertutup rapat,
tidak terendam air, terlindung dari sinar matahari langsung, belum
melewati tanggal kadaluarsa, indikator suhu berupa VVM (vaccine vial
monitor) atau freeze watch/tag belum melampaui batas suhu tertentu.
Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat
menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat
mencegah sebagian besar kasus dan kematian. Dengan pemberian satu
dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan lebih dari 90%.
Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih
dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah
mempunyai imunitas.
Berdasarkan penelitian I Made Suardiyasa pada tahun 2005 di
kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah menyebutkan bahwa anak yang tidak
diimunisasi berisiko 29 kali untuk terkena campak dibanding anak yang
mendapat imunisasi.
3.2.4. Berdasarkan Penatalaksanaan Pemberian Vitamin A
Berikut ini merupakan table yang menggambarkan di Puskesmas
Ciputat tahun 2010 berdasarkan penatalaksanaan pemberiaan kejadian
campak dengan pemberian vitamin A.
Frekuensi
Persentasi (%)
Ya
52
100.0
Tidak
Total
52
0
100.0
2
9
3
0
Kelurahan
Ciputat
14
Persentasi (%)
26.9
Cipayung
Sawah Lama
5
19
10
9.6
36.4
19.5
Kedaung
15.4
Pisangan
11.5
Cirendeu
1.5
Bambu Apus
3.8
Pondok Ranji
5.8
Jombang
1.5
Serua
3.8
33
52
63.6
100
Jumlah
Frekuensi
Jumlah
Total
3
1
Dari hasil ini diperoleh hasil bahwa angka kejadian campak dari
kelurahan yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebanyak 19
kasus, 14 dari kelurahan Ciputat, 5 dari kelurahan Cipayung. Prevalensi
kejadian campak di Ciputat lebih tinggi dibanding Kelurahan Cipayung. Hal
ini di mungkinkan karena jumlah penduduk di Kelurahan Ciputat memang
lebi banyak dibanding dari Kelurahan Cipayung yaitu masing-masing 20.072
jiwa dari Kelurahan Ciputat dan 16.369 jiwa dari Kelurahan Cipayung.
Menurut Teori Blum (1972), kesehatan dipengaruhi oleh: (1) keturunan;
(2) lingkungan hidup, (3) perilaku, dan (4) pelayanan kesehatan. Akan tetapi
konsep ini dinilai sulit untuk menerangkan hubungan antara demand terhadap
.
3
2
3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan
tidak terdepresiasi dengan segera.
4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai
bahan investasi.
3.2.6. Berdasarkan Waktu Kejadian
33
Frekuensi
Persentasi (%)
Januari
15.4
Februari
3.8
Maret
11.5
April
13.5
Mei
5.8
Juni
3.8
Juli
1.9
Agustus
9.6
September
5.8
Oktober
15.4
November
9.6
Desember
3.8
Total
52
100.0
34
daerah endemik seperti di Indonesia terjadi pada awal musim hujan dan musim
kemarau.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa angka
kejadian campak di Puskesmas Ciputat tahun 2010 sebanyak 52 kasus,
dengan karakteristik kasus sebagai berikut:
1. Angka kejadian campak menurut kelompok umur, didapatkan
terbanyak pada kelompok umur 1-9 tahun dengan 25 kasus (48,1%).
2. Angka kejadian campak menurut jenis kelamin didapatkan pada lakilaki sebanyak 29 kasus (55,8%) dan perempuan 23 kasus (44,2%).
3. Angka kejadian campak menurut riwayat imunisasi, didapatkan
terbanyak pada riwayat satu kali imunisasi sebanyak 34 kasus (65,4%),
riwayat imunisasi dua kali sebanyak 2 kasus ( 3,8%) dan riwayat tanpa
imunisasi sebanyak 10kasus (19,2%)
4. Penatalaksanaan setiap penderita campak yang berobat di Puskesmas
Ciputat yaitu diberikan Vitamin A.
5. Angka kejadian campak menurut asal kelurahan di wilayah cakupan
kerja Puskesmas Ciputat, 14 kasus (26,9%) dari Kelurahan Ciputat dan
5 kasus (9,6%) di Kelurahan Cipayung. Sedangkan yang berasal dari
luar wilayah cakupan kerja Puskesmas Ciputat, 10 kasus (19,2%) dari
Kelurahan Sawah Lama, 8 kasus (15,4%) dari Kelurahan Kedaung, 6
kasus (11,5%) dari Kelurahan Pisangan, 3 kasus (5,8%) dari Kelurahan
Pondok Ranji, dan dari Kelurahan Bambu Apus serta Serua 2 kasus
(3,8%), Cirendeu serta Jombang 1 kasus (1,9 %).
6. Angka kejadian campak menurut waktu, didapatkan terbanyak pada
bulan Januari dan Oktober sebanyak 8 kasus (15,4%) dan pada bulan
juli sebanyak 1 kasus (1,9%).
35
3
6
4.2. SARAN
4.2.1. Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Disarankan bagi peneliti berikutnya, mengumpulkan data primer terkait
status gizi, sosial ekonomi, dan lain-lain yang tidak terdapat dalam data
sekunder .
2. Penelitian selanjutnya melakukan dengan analisis bivariat dengan
menggunakan uji statistik
4.2.2. Bagi Institusi Puskesmas
2.
3.
3
7
DAFTAR PUSTAKA
3
8