You are on page 1of 74

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN CAMPAK

DI PUSKESMAS CIPUTAT
TAHUN 2010
Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:
ROYSAM AZMAL SITANGGANG
108103000016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Laporan penelitian

ini merupakan hasil karya asli

saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakana.

":

:!:.

"'jl

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
a

.)-

Jika

di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Roysam Azmal Sitanggang

Gambaran Epidemiologi kejadian Campak Di Puskesmas Ciputat


Tahun 2010

Laporan Penelitian

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Kedoktelan (S.Ked)

Oleh

Rovsam Azmal Sitanqgang

NIm : 108103000016

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr.Riva A

Minsarnawati, SKM. M.Kes

PROGR.AM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH

t432}Itz0ltl{

JAKARTA

PENGESAHAN PANITIA UJIAN


Laporan penelitian berjudul, Gambaran Epidemiologi Kejadian Campak Di Puskesmas

Ciputat Tahun 2010 yang diajukan oleh Roysam Azmal Sitanggang (NIM :108103000016)
telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 2l September

2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedoheran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 21 September 201 1

DEWAN PENGUJI

Penguji II

Penguji I

\tr
dr.Yanti Susianti, Sp.A

Penguji III

i\

{V\ -'
\./
^'t-\

Or. W\tri

Ardini, SpGK.

PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD

FKIK UIN

Wfr,

Silvia F. Nasutioil, M. Biomed

,}'ll,
Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd

Syarif Hasan Lutfie, SpKFR

DR. dr.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum

Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang
telah diberikan sehingga mengizinkan saya untuk dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
Gambaran Epidemiologi Kejadian Campak Di Puskesmas Ciputat Tahun 2010ini. Sehingga
saya berterimakasih kepada:
1) Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra. Farida
Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah mendengarkan keluh kesah kami angkatan 2008 PSPD dan senantiasa
memberikan semangat agar terus berjuang untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
2) DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua dosen saya,
yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan untuk menimba
ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan.
3) dr.Riva Auda, Sp.A, M.Kes sebagai dosen pembimbing I dan Minsarnawati, SKM,
M.Kes sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan riset ini.
4) Silvia Fitrina Nasution, M.Biomed selaku penanggung jawab riset PSPD 2008 yang
selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.
5) Kepala Puskesmas Ciputat dan Ibu Feby sebagai Kepala Program Campak Puskesmas
Ciputat yang telah memberikan izin serta kesempatan kepada saya untuk mengambil data
di Puskesmas Ciputat.
6) Kedua orang tua tercinta, Ayah Syahluddin Sitanggang dan Nuraidah Nasution, berkat
cinta kasihnya sepanjang masa, pengorbanannya tanpa pamrih, d baik, senyumnya yang indah dan
peluknya yang hangat, serta ridho untuk anakmu.
Terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran kehidupan yang telah diberikan. Begitu
juga Adik-adik tersayang, terima kasih banyak atas support yang telah diberikan.
iv

7) Teman-teman kelompok riset, yang selalu berbagi pengetahuan dalam diskusi demi
kelancaran penulisan penelitian ini
8) Kepada OMO, yang bersedia menerima segala keluh-kesah dan selalu menyemangati
dikala hati gundah.
9) Seluruh teman dan sahabat di PSPD 2008-2011 dan teman-teman yang telah memberikan
bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, 22 September 2011

Roysam Azmal Sitanggang

ABSTRAK
Roysam Azmal sitanggang Program Studi Pendidikan Dokter.Gambaran Epidemiologi
campak di Puskesmas Ciputat pada tahun 2010
Penyakit Campak merupakan penyakit yang bersifat akut dan menular yang disebabkan oleh
virus morbili.Campak merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam,
pilek, batuk, mata yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke seluruh tubuh yang
berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
epidemiologi kejadian campak di Puskesmas Ciputat yang meliputi, umur, jenis kelamin, riwayat
imunisasi, pemberian Vitamin A, asal kelurahan dan waktu. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dilakukan terhadap 52 kasus campak yang ada di Puskesmas Ciputat. Dari hasil
deskriptif tersebut, sebagai gambaran kejadian campak di Puskesmas Ciputat berdasarkan umur
diperoleh bahwa anak-anak memiliki angka kejadian yang terbanyak dengan 25 kasus (48%),
dan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak terkena campak dari perempuan dengan 29
kasus (55,8%), berdasarkan jumlah riwayat imunisasi terbanyak adalah riwayat imunisasi dengan
satu kali imunisasi dengan 34 kasus(65,4%), riwayat penatalaksanaan pemberian vitamin A
dengan 100%. Dan berdasarkan asal kelurahan, Kelurahan Ciputat memiliki angka kejadian yang
terbanyak dengan 14 kasus (26,5%), berdasarkan waktu diperoleh bahwa bulan Januari dan bulan
Oktober masing-masing dengan 8 kasus(15,4%). Disarankan kepada Puskesmas Ciputat untuk
lebih meningkatkan promosi kesehatan khususnya penyakit campak pada masyarakat terutama di
Kelurahan Ciputat dan sekitarnya.
Kata kunci :Campak, epidemiologi,Puskesmas Ciputat
Roysam Azmal Sitanggang. Medical study Program. Descriftion of Epidemiology measles
in Ciputat Primary Health care at 2010
Measles is an acute disease that is caused by a virus transmitted morbili.Campak is a disease
characterized by symptoms such as fever, runny nose, cough, sore and red eyes, and a rash that
extends throughout the body that lasts for 4 to 7 days . This study aims to obtain a picture of the
epidemiology of measles incidence in the Ciputat Primary Health Care which includes C, age,
sex, history of immunization, provision of Vitamin A, and the village of origin. This study is a
descriptive study conducted on 52 cases of measles in Ciputat Primary Health Care. From these
descriptive results, as the picture of the incidence of measles in the community health center in
Chester by age that children have the highest incidence with 25 cases (48%), and by gender,
more men than women exposed to measles by 29 cases (55.8%), based on the largest number of
immunization history is a history of immunization with a single immunization with 34 cases
(65.4%), history of management of the vitamin A by 100%. And based on the original village,
Ciputat Village has the highest incidence with 14 cases (26.5%), based on the time found that in
January and October of each with 8 cases (15.4%). Ciputat Primary Health Care is suggested to
further enhance the promotion of health for disease, especially measles in the community,
especially
in ciputat villages and surroundi
Keyword ; Measles, Epidemiologi, Ciputat Primary Health Care
vi

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii

LEMBAR PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR
ABSTRAK

... vii

DAFTAR ISI vii


DAFTAT TABELxi
DAFTAR LAMPIRAN..xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan Penelitian
2
1.4.1Tujuan Umum
2
1.4.2Tujuan Khusus
2
1.5 Manfaat Penelitian 2
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
3
1.5.2.Manfaat Bagi Universitas 3
1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1. Campak 4
2.1.1. Defenisi Campak
4
2.1.2. Etiologi 4
2.1.3. Patologi 5
2.1.4. Patofisiologi
5
2.1.5. Gejala Klinis
6
2.1.6. Penularan Penyakit Campak
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang 8
2.1.8. Diagnosis Banding
9
2.1.9. Komplikasi
9
2.1.10.Pengobatan
10
2.1.11.Prognosis
10
vii

2.1.12.Pecegahan
11
2.1.13.Epidemiologi 12
1.Defenisi Epidemiologi
12
2.Tujuan Epidemiologi13
3. manfaat Epidemiologi
14
4.Segitiga Distribusi Epidemiologi
2.1.14.Epidemiologi Penyakit Campak
2.2.Kerangka Konsep
16
2.3.Defenisi Operasional 18
BAB III METODELOGI PENELITIAN 19
3.1. Desain Penelitian
19
3.2 .Lokasi Dan Waktu Penelitan 19
3.3.Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3.1.Populasi 19
3.3.2.Sampel
19
3.4. Cara Kerja Penelitian 20
3.4.1.Alur Penelitian 20
3.5. Manajemen Data
20
3.5.1.Cara pengumpulan data 20
3.5.2.Cara pengolahan data 21
3.5.3.Analis Data
21

14
16

19

BAB IV HASIL DAN PENELITAN


22
4.1 Deskriftif Lokasi Penelitan
22
4.1.1 Data Geografi
22
1.Letak Wilayah 22
2.Jarak Wilayah 22
3.Data Demografi 22
4.2 Gambaran epidemiologi kejadian campak di Puskesmas Ciputat Tahun 2010 23
4.2.1 Berdasarkan Umur 23
4.2.2 Berdasarkan Jenis Kelamin 25
4.2.3 Berdasarkan Riwayat imunisasi
26
4.2.4 Berdasarkan Penatalaksanaan dengan vitamin A 28
4.2.5 Berdasarkan Asal Kelurahan
29
4.2.6 Berdasarkan Waktu Kejadian
32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 35
5.1 Simpulan 35
5.2.Saran...36
5.2.1 Saran Bagi Peneliti 36
5.2.2 Saran Bagi Puskesmas
36
DAFTAR PUSTAKA

37
viii

Daftar Tabel
Tabel 2.1 Definisi Operasional
18
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan Umur di Puskesmas Ciputat
Pada Tahun 2010
24
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak di Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010
Berdasarkan Jenis Kelamin
26
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan Riwayat Imunisasi di
Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010
27
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan Penatalaksanaa Vitamin A
Di Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010 29
Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Di Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010
Berdasarkan Asal Kelurahan
31
Tabel 4.6.Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan Waktu Kejadian di
Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010
34

ix

DAFTAR LAMPIRAN
1.1
1.2
1.3

Riwayat Hidup
Surat Izin Peneliti
Laporan Kasus Campak Puskesmas Ciputat Tahun 2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Penyakit Campak merupakan penyakit yang bersifat akut dan
1

menular yang disebabkan oleh virus morbili. Campak merupakan penyakit


yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, pilek, batuk, mata
yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke seluruh tubuh yang
berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Apabila penyakit ini tidak tertangani
dengan baik, maka komplikasi yang terjadi dapat berupa infeksi telinga,
diare, pneumonia dan radang otak.

Setiap tahun diperkirakan terdapat 30 juta kasus campak di dunia


dengan 777.000 kasus kematian dan 202.000 kasus diantaranya berasal
dari area Asia Tenggara. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan
kasus kematian campak terbanyak dengan 30.300 kasus kematian.

Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional


pada tahun 2007 prevalensi campak klinis sela ma 12 bulan terakhir di
Indonesia adalah 1,2 % dan Provinsi Banten dilaporkan bahwa terdapat
4

1,58%. Menurut laporan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan


melaporkan pada Tahun 2009 terdapat sebanyak 304 kasus campak pada
umur dibawah lima tahun (<5 tahun) sebanyak 174 kasus, sedangkan pada
umur diatas lima tahun(>5 tahun) sebanyak 128 kasus. Tahun 2010
dilaporkan terdapat 354 kejadian campak dengan kasus umur dibawah lima
tahun (< 5 tahun) sebanyak 247 kasus dan diatas lima tahun (>5 tahun)
sebanyak 107 kasus. Terjadi peningkatan kejadian campak untuk kelompok
umur dibawah lima tahun (<5 tahun), sedangkan untuk kelompok umur
diatas lima tahun (>5 tahun) terjadi penurunan.

Puskesmas Ciputat melaporkan bahwa terjadi peningkatan kasus


campak pada tahun 2008 hingga 2010, berturut-turut sebanyak 28 kasus,
41 kasus dan 52 kasus.
1

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Agustus


2011, diperoleh informasi data kasus campak yang ada di format Laporan
Bulanan Puskesmas (LB1) yang belum diolah dan dianalisis. Padahal data
ini dapat memberikan informasi tentang gambaran epidemiologi kejadian
campak yang nantinya dapat dipakai dalam perencanaan program untuk
penanggulangan penyakit campak, khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat. Selain itu diperoleh informasi bahwa belum ada penelitian tentang
gambaran epidemiologi penyakit campak di Puskesmas Ciputat.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk


melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
epidemiologi kejadian campak di Puskesmas Ciputat tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran epidemiologi kejadian campak di Puskesmas
Ciputat tahun 2010 ?

1.3. Tujuan Penelitan


1.3.1.Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi
kejadian campak di Puskesmas Ciputat tahun 2010.
1.3.2.Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran epidemiologi kejadian campak meliputi jenis
kelamin, umur, riwayat imunisasi, pemberian vitamin A, waktu kejadian,
dan asal kelurahan.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti
1. Dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama
mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter.
2. Meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
di bidang kesehatan.
3. Mendapatkan informasi dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi

atau

tugas

perguruan

tinggi

sebagai

lembaga

yang

menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.


1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan mengetahui gambaran epidemiologi penyakit campak maka
hasil penelitian dapat dipakai untuk menggulangi masalah campak di
masyarakat khususnya di wilayah kerja Tangerang Selatan, sehingga
masyarakat dapat terbebas dari masalah penyakit campak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Definisi Campak


Campak ialah penyakit infeksi virus akut, dengan demam, radang
selaput lender dan timbul erupsi kulit berupa bercak dan bintil berwarna
merah, disusul dengan pengelupasan, ruam di selaput lendir pipi disebut
bercak koplik menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu ; stadium
kataral, stadium erupsi, stadium konvalesensi.

2.1.2. Etiologi
Campak adalah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus
morbilivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa
prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus
ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah, dan urin. Virus dapat tetap
aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak
dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera
rhesus. Perubahan sitopik tampak dalam 5-10 hari terdiri dari sel raksasa
multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi
dideteksi bila ruam muncul.

2.1.3. Patologi
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan
proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar
kapiler, kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lender nasofaring, bronkus
dan konjungtiva. Biasanya ada hiperplasia jaringan limfoid, terutama pada
apendiks, dimana sel raksasa multinukleus berdiameter sampai 100m (sel
raksasa retikuloendotelial warthin-finkeldey) dapat ditemukan. Dikulit
reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan
4

folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel
endotel dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada
mukosa dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrane
mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak
mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopnumonia dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. Pada kasus ensefalomielitis yang
mematikan, terjadi dengan demielinisasi perivaskuler pada daerah otak dan
medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut Dawson dapat
ada degenerasi korteks dan subtansi putih (alba) dengan benda-benda
inklusi intranuklear dan intrasitoplasmatik.

2.1.4. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara,
menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3
C : coryza, cough, and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin
tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke
10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi)
mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak
juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan
menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi
dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

8,9,10

2.1.5. Gejala Klinis


1.

Masa tunas 10-20 hari

2.

Gejala pertama adalah demam, lelah, batuk, hidung berlendir, mata


merah dan sakit, dan terasa kurang sehat. Beberapa hari kemudian
timbul ruam. Ruam tersebut mulai pada muka, merebak ke tubuh dan
berlanjut selama 4-7 hari

3.

Sampai sepertiga penderita campak mengalami komplikasi, yang


termasuk infeksi telinga, diare dan pneumonia, dan mungkin
memerlukan rawat inap. Kira-kira satu dari setiap 1000 penderita
campak terkena ensefalitis (pembengkakan otak)

4.

Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium,yaitu :

4.1. Stadium Kataral Prodromal


Biasanya stdium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi morbil, tetapi sangat jarang di jumpai. Bercak
koplik berwarna puith kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadangkadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum
stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan seiring
didiagnosis sebagai influenza. Didiagnosis perkiraan yang besar dapat
dibuat bila ada bercak koplik pada penderita pernah kontak dengan
6

penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.


4.2.

Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik

merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak
koplik terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya
suhu badan. Di antara makula terdapat kulit yang normal, mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat

perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota badan bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya. Terdapat perbesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan daerah leher belakang, juga terdapat splenomegali. Tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini ialah
black measlesyaitucampakyangdisertai perdarahan pada kulit, mulut,
hidung dan traktus digestivusi.

4.3. Stadium Konvalensi


Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmnentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
morbili. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentas. Suhu menurun sampai menjadi normal
kecuali bila ada komplikasi.

2.1.6. Penularan Penyakit Campak


1.

Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menghirup virus


campak yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh
orang yang dapat menularkan penyakit. Campak merupakan salah satu
infeksi manusia yang paling mudah ditularkan. Berada di dalam kamar
yang sama saja dengan seorang penderita campak dapat mengakibatkan
infeksi.

2.

Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit dari saat


sebelum gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu
dari eksposur sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam
6

biasanya timbul kira-kira 14 hari setelah eksposur.


2.1.7. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau


meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM

merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut.


Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya
rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari
ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur
pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi
4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah
onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai
beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urin,
nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama
masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat
7,8

tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

2.1.8. Diagnosis Banding


Ruam rubeola (campak) harus dibedakan dari eksantema subitum,
rubella,

infeksi

karena

ekovirus,

virus

koksaki,

dan

adenovirus,

mononucleosis infeksiosa, toksoplasmosis, meningokoksemia, demam


scarlet, penyakit reckettsia, penyakit serum, penyakit kawasaki dan ruam
karena obat. Bercak koplik adalah patognomonis untuk rubeola, dan
diagnosis dari campak yang tidak termodifikasi harus tidak dibuat bila tidak
ada batuk.

6,7

Roseola infantum (ekatema subitum) dibedakan dari campak di


mana ruam dari roseola infatum tampak ketika demam menghilang. Ruam
rubella dan infeksi enterovirus cenderung untuk kurang mencolok daripada
ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit.
Walaupun batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak
melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau
riwayat injeksi serum atau pemberiam obat biasanya mampu mengenali
penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai
dengan ruam yang seperti dengan ruam campak, tetapi batuk dan
konjungtiviti biasanya tidak ada. Pada meningokosemia akut ruam scarlet
dengan susunan diatas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan. Ruam
yang lebih ringan dan gambaran klinis campak termodifikasi oleh gamma

globulin atau oleh imunitas parsial karena vaksin campk, atau pada bayi
dengan antibodi ibu mungkin sukar untuk dibedakan.

6,7

2.1.9. Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun
sehingga dapat terjadi alergi (uji tuberculin yang semula positif berubah
menjadi negative). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi
sekunder

seperti

otitis

media

akut,

ensefalitis,

bronkopnemonia.

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh


pneumococcus, streptococcus, staphylococcu. Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi
energi protein, penderita penyakit menahun, leukemia dan lain-lain. Oleh
karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi
neurologis pada campak dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia,
gangguan mental, neuritis optuka dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat
terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita campak atau
dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili
hidup (ensefalitis morbili akut) pada penderita yang sedang mendapatkan
pengobatan imunosupresif (immunosuppressive measles encephalopathy)
dan sebagai SSPE (subacute sclerosing panencephalitis ). Ensepalitis morbili
akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan sisa
defisit neurologis sedikit, angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili
ialah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus
morbili hidup adalah 1.16 tiap 1.000.000 dosis.

SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan


saraf pusat. Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan
dewasa, ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan
mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan
sebagian besar penderita meninggal dunia dalam 6 bulan-3 tahun setelah
terjadi gejala pertama meskipun demikian remisi spontan masih bias terjadi.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti bahwa virus morbili memegang
peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum

1
0

umur 2 tahun, sedangkan SSPE bias timbul sampai 7 tahun setelah morbili.
SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun
kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah
0,5 -1,1 tiap juta, sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10
juta. Immunosuppressive measles encephalopathy didapatkan pada anak
dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena
keganasan atau karena pemakaina obat-obatan imunosupresif. Di Afrika
didapatkan kebutaan sebagai komplikasi campak pada anak yang menderita
malnutrisi. Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak
yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain gangguan
respirasi (bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis, pneumonia, otitis
media), Komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,
gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis), dan diare, miokarditis,
trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak, keratitis, hemorragic
measles (morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam, dan
gejala cerebral) serta kebutaan.

6,8,10,12

2.1.10. Pengobatan
Untuk pengobatan simptomatik diberikan antipiretik bila suhu
tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan
lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. Pada
komplikasi

seperti

ensefalitis,

panensefalitis

sklerotikans

subakut,

pneumonia sel raksasa, dan koagulasi intravaskuler tersebar, setiap kasus


harus dinilai secara individual. Senyawa antivirus yang tersedia sekarang
tidak efektif. Pengobatan dengan Vitamin A oral (400.00 IU) mengurangi
morbiditas dan mortalitas anak dengan campak berat di negara yang sedang
berkembang.

6,7

2.1.11. Prognosis
Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedangmenderita penyakit
kronis atau bila ada komplikasi. Angka kematian kasus di Amerika

11

serikat telah menurun pada tahun-tahun ini sampai tingkat rendah pada
semua kelompom umur, terutama karena keadaan sosioekonomi membaik,
tetapi juga karena terapi antibacterial efektid untuk pengobatan infeksi
sekunder. Bila campak dimasukkan pada populasi yang sangat rentan,
akibatnya mungkin bencana. Kejadian demikian di Pulau Faroe pada tahun
1846 mengakibatkan kematian sekita seperempat, hampir 2000 dari populasi
total tanpa memandang umur. Di Ugava Bay, Kanada, dimmana 99 % dari
900 orang menderita campak angka mortalitasnya adalah 7%.

6,7

2.1.12. Pencegahan
1. Imunisasi Aktif
Ini dilakukan livedenganattenuated measlespemberianvaccine mula-mula
digunakan strain edmonstonstrainini B menyebabkan panas tinggi dan eksantem pada hari
ketujuh sampai hari
kesepuluh setelah vaksinasi, maka strain edmonston B diberikan bersamasama dengan globulin-gama pada lengan yang lain. Sekarang digunakan
strain Schwarz dan moraten dan tidak diberikan globulin gama.Vaksin
tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas
tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk
memberikan vaksin campak tersebut pada anak umur 15 bulan yaitu karena
sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi
secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Tetapi dianjurkan pula agar
anak yang tinggal di daerah endemis morbili terdapat banyak tuberkulosis
diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan umur 15
bulan. Pada anak yang divaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan
antibodi, begitu pula setelah revaksinasi kadang-kadang titer antibodi tidak
naik secara bermakna. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan
vaksin campak pada umur 9 bulan keatas. Vaksin campak tersebut diatas
dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap telut, karena vaksin
campak ini ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang secara
antigen adalah berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu
penyakit alergi sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh,

1
2

vaksin campak juga dapat diberikan kepada penderita tuberkulosis aktif yang
sedang mendapat tuberkulostatika. Vaksin campak tidak boleh diberikan
kepada wanita hamil, anak dengan tuberkioosis yang tidak diobati. Penderita
leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunisupresif. Vaksin
campak dapat diberikan sebagai vaksin campak saja atau sebagai vaksin
measles-mumps-rubella (MMR).

6,7

2. Imunisasi Pasif
Baik diketahui bahwa morbili yang perjalanan penyakitnya
diperingan dengan pemberian gamma-globulin dapat mengakibatkan
ensefalitis dan penyebaran proses tuberkulosis, dengan dosis 0,25 mL/kg
diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih
baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, untuk
anak dengan sakit kronis, dan untuk kontak bangsal rumah sakit dan
lembaga-lembaga anak. Pelemahan mungkin disempurnakan dengan
penggunan gamma-globulin dengan dosis 0,05 mL/kg. Gamma globulin
adalah sekitar 25 kali lebih kuat dalam titer antibody daro pada kumpulan
serum dewasa, dan ia mencegah resiko hepatitis. Pelemahan bervariasi, dan
pola klinis yang dimodifikasi dapat bervariasi dari mereka yang sedikit atau
tidak ada gejala. Ensefalitis dapat menyertai campak yang dimodifikasi
dengan gamma globulin. Sesudah hari ke 7-8 inkubasi, jumlah antibodi yang
diberikan harus harus ditambah pada setiap tingkat proteksi. Jika injeksi
ditunda sampai hari ke 9,10 atau 11, sedikit demam mungkin telah mulai dan
hanya dapat diharapkan sedikit modifikasi.

6,7

2.1.13. Epidemiologi
1. Definisi Epidemiologi
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi epidemi. Hal
ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit
menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga
mempelajari penyakit non infeksi sehingga pada saat ini epidemiologi

1
3

dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran pada manusia di dalam


lingkungan.

11

Kata epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu epi berarti


pada, demos berarti rakyat dan logis berarti ilmu, atau dengan kata lain
adalah ilmu yang dipergunakan untuk pemecahan masalah yang menimpa
masyarakat.

11

Sedangkan WHO mendefenisikan epidemiologi yaitu ilmu yang


mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan
peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa
sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan
masalah.

12

Dari definisi diatas dapat dipahami dari studi epidemiologi adalah


sekelompok masyarakt yang bertempat tinggal sama di suatu daerah batas
negara, propinsi, kabupaten, kota madya, kecamatan, desa serta tempat
tinggal lainnya dan merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan
frekuensi penyakit yang menimpa masyarakat berdasarkan karakteristik
orang (person), tempat (place) dan waktu (time) yang disebut sebagai
epidemiologi deskriptif serta mempelajari hubungan antara masalahmasalah kesehatan dengan distrubusi dan frekuensi penyakit yang diderita
masyarakat.

12

2. Tujuan Epidemiologi
Menurut Mac Mahon dan Pugh (2001) , tujuan utama epidemiologi
adalah mendapatkan pengetahuan tentang cara kerja penyebab penyakit.
Tujuan tersebut meliputi :
1.

mengembangkan hipotesis yang dapat menerangkan pola distribusi


penyakit berdasarkan ciri-ciri penderita atau hal-hal yang
dideritanya

2.

menguji hipotesis melalui penelitian yang sengaja dirancang untuk


hal tersebut

1
4

3.

membuktikan kebenaran konsep yang dipakai sebagai dasar


program pemberantasan, melalui penggunaan data epidemiologi
yang dikumpulkan untuk kepentingan ini

4.

membantu pengadaan klasifikasi penderita penyakit ke dalam


kelompok.

3.

12

Manfaat Studi Epidemiologi

Manfaat sudi epidemiologi dapat digunakan untuk :

12

1. Mempelajari riwayat status kesehatan atau jenis penyakit yang sering


berjangkit pula sekelompok masyarakat dari waktu ke waktu, studi ini
digunakan untuk keperluan proyeksi dimasa yang akan dating.
2. Mendiagnosa status kesehatan dari masyarakat dengan cara mengukur
frekuensi penyakit, yang meliputi angka kematian dan angka penyakit
yang terjadi dimasyarakat
3. Mempelajari mekanisme kerja suatu pelayanan kesehatan untuk
keperluan evaluasi kebutuhan efektivitas pelayanan kesehatan yang
ada.
4. Mengestimasi faktor resiko yang memungkinkan dapat menimbulkan
suatu penyakit pada individu dan masyarakat.
5. Melengkapi gambaran klinik penyakit kronik yang ada pada
masyarakat, agar dapat memberikan informasi secara jelas mengenai
perjalanan penyakit.
6. Surveilans dan monitoring terhadap penyakit yang menular dan
berbahaya untuk keperluan preventif agar tidak menular luas di
masyarakat.
7. Mengidentifikasi
masyarakat.

gejala-gejala

penyakit

yang

belum

jelas

di

4. Segitiga Distribusi Epidemiolgi


Menurut Bustan (2006) Segitiga atau tiga faktor yang dapat dipakai
untuk menerangkan disribusi epidemiologi adalah orang (person), tempat

1
5

(place), dan waktu (time): Ketiga faktor ini dapat digunakan untuk
menggambarkan adanya perbedaan dalam keterpaparan dan susceptibilitas.
Apabila terdapat perbedaan dalam factor orang, tempat, dan waktu, maka hal
tersebut itu dapat menjadi petunjuk adanya perbedaan paparan agen dan
kepekaan penjamu. Perbedaan ini dapat digunakan sebagai petunjuk tentang
sumber, agen yang bertanggungjawab transmisi dan penyebaran suatu
penyakit.
1. Faktor Orang (Person)
Person adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi
ketepaparan yang mereka dapatkan dan susceptibilitasnya terhadap penyakit.
Individu yang karekteristiknya mudah terpapar dan peka terhadap suatu
penyakit akan mudah jatuh sakit. Karakteristik dari factor orang (person) ini
bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan, dan
status sosial ekonomi.
2. Faktor Tempat (Place)
Epidemiolgi juga terkait erat terhadap tempat kejadian suatu penyakit.
Faktor tempat ini berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi tempat
dapat berupa batas alamiah seperti sungai dan gunung, serta berdasarkan
batas administratif dan batas-batas historis/kominiti. Perbedaan distibusi
penyakit menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit
yang dapat menjadi acuan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum
diketahui.
3. Faktor Waktu (Time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau
tahun. Informasi waktu bisa menjadi pedoman tentang kejadian yang timbul
dalam masyarakat. Misalnya banyaknya kelahiran dalam setahun dapat
menunjukkan keberadaan faktor-faktor terkait lainnya seperti banyaknya
perkawinan dan perceraian, banyaknya anak yang diinginkan keadaan
ekonomi, migrasi yang terjadi, pelayanan abortus yang ada dan program
13

keluarga berencana.

1
6

2.1.14. Epidemilogi Penyakit Campak


Campak merupakan penyakit endemik yang tersebar luas di seluruh
belahan dunia. Dahulu, kasus epidemik pada campak cenderung terjadi
secara irregular, hal ini terlihat ketika musim semi dikota-kota besar dengan
interval 2 sampai 4 tahun ketika kelompok anak yang rentan terpajan,
campak sangat menular, sekitar 90% kontak keluarga yang rentan mendapat
penyakit. Kejadian Campak jarang subklinis sebelumn penggunaan vaksin
campak, puncak insidens pada umur 5-10 tahun, kebanyakan orang dewasa.
Sekarang di Amerika serikat, campak terjadi paling sering pada anak umur
sekolah yang belum diimunisasi dan pada remaja serta orang dewasa muda
yang telah diimunisasi. Epidemi campak telah terjadi di sekolah menengah
atas dan universitas dimana tingkat imunisaso tinggi. Epidemi ini diduga
terutama karena kegagalan vaksin. Walaupun ada kebangkitan kembali
campak di Amerika Serikat dari tahun 1989-1991; jumlah kasus campak
yang dilaporkan menurun pada tahun 1993, mungkin akibat vaksinasi yang
luas. Kejadian campak masih merupakan penyakit lazim di banyak Negara.
Hal ini terjadi karena adanya proses penularan campak pada wisatawan yang
datang ke Amerika serikat maupun warga Negara Amerika yang berada di
luar negeri.

Bayi mendapat imunitas tranplasenta dari ibu yang menderita


campak atau imunisasi campak. Imunitas ini biasanya sempurna selama
umur 4-6 bulan pertama dan menghilang pada frekuensi yang bervariasi.
Walaupun kadar antibodi ibu secara umum tidak dapat dideteksi pada bayi
dengan uji yang biasa yang dilakukan sesudah umur 9 bulan, beberapa
proteksi menetap,yang mengganggu pemberian imunisasi sebelum umur 15
bulan.
2.2.

Kerangka Konsep
Kerangka konsep digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penelitian dan menjawab permasalahan yang ada dengan gambaran

17

epidemiologi campak yang meliputi umur, jenis kelamin, riwayat imunisasi,


penatalaksanaan pemberian vitamin A, asal kelurahan dan waktu kejadian.

Pemberian Vit.A

Waktu terjadinya
campak

Asal Kelurahan
Campak
Riwayat
Imunisasi
Jenis Kelamin
Umur

18

2.3

Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi Operasional
Variabel

Definisi

Umur

Rentang
kehidupan yang
diukur dengan
tahun

Jenis kelamin

Karakteristik
seseorang yang
dibedakan antara
laki-laki dan
perempuan

Riwayat
imunisasi
campak

Pemberian
vitamin A

Asal kelurahan

Waktu Kejadian

Alat ukur dan


cara ukur
Data sekunder

Kategori

Skala

1. Bayi
0-12 bulan
2. Anak
1-9 tahun
3. Remaja
10-19 tahun
4. Dewasa
20 t
1. laki-laki
2. Perempuan

Ordinal

Riwayat pernah Data sekunder


melakukan
imunisasi
campak

1. 2 kali
2. 1kali
3. belum
pernah
4. tidak tahu

Ordinal

Penatalaksanaan Data sekunder


awal
yang
dilakukan
puskesmas
terhadap
kejadian campak
Daerah
asal Data sekunder
tempat
tinggal
responden

1.Diberikan
vitamin A
2.Tidak
diberikan
vitamin A

Nominal

Saat mulai
timbulnya
campak menurut
bulan

Data sekunder

Data sekunder

Nominal

A.wilayah kerja :
1. Ciputat
2. Cipayung
B.Bukan wilayah
kerja :
1. Pisangan
2. Sawah lama
3. Kedaung
4. Pisangan
5. Cirendeu
6. Bambu
Apus
7. Pondok Ranji
8. Jombang
9. Serua

Nominal

1. Januari
2. Februari
3. Maret
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
8. Agustus
9. September
10.Oktober
11.November
12.Desember

Nominal

BAB III
METODOLOGI

3.1.

Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk
mengetahui gambaran epidemiologi kejadian campak di Puskesmas
Ciputat meliputi umur, jenis kelamin, riwayat imunisasi, penatalaksanaan
pemberian vitamin A, asal kelurahan, dan waktu kejadian.

3.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Puskesmas Ciputat yang beralamat di Jl. Ki
Hajar Dewantoro No.7, dan waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan
Agustus-Oktober 2011.

3.3.

Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu seluruh kasus
penderita campak yang dilaporkan di Puskesmas Ciputat pada tahun 2010.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penderita campak di
Puskesmas Ciputat Tahun 2010 sebanyak 52 kasus campak. Cara
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling.

19

2
0

3.4.

Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Penyusunan Proposal

Pengambilan data di
Puskesmas Ciputat

Pengolahan Dan Analisis Data

Penyusunan Laporan

3.5.

Manajemen Data

3.5.1. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data
rekam medis kejadian campak di Puskesmas Ciputat. Variabel yang diteliti
adalah :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat Imunisasi
4. Pemberian vitamin A
5. Asal kelurahan
6. Waktu

2
1

3.5.2. Cara Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0
3.5.3 Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan data, data dianalisis dengan melihat
distribusi

frekuensi

setiap

variabel

untuk

memperoleh

epidemiologi kejadian campak di Puskesmas Ciputat tahun 2010.

gambaran

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi penelitian


4.1.1.Data Geografi
1. Letak Wilayah
Puskesmas Ciputat merupakan salah satu dari 3 (tiga) Puskesmas
yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat. Letaknya berbatasan dengan :
Sebelah Utara

: Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah

Sebelah Selatan

: Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

Sebelah Barat

: Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

Sebelah Timur

: Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

2. Luas Wilayah
Puskesmas Ciputat terletak 6 km sebelah Utara Kota Tangerang
Selatan. Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira kira 13.311 Ha dengan
sebagian besar berupa tanah darat / kering ( 93,64% ) sisanya adalah tanah
rawa / danau.
3. Data Demografi
Puskesmas Ciputat mempunyai 2 kelurahan binaan dengan total
jumlah penduduk 36.441 jiwa yang terdiri dari 19.614 jiwa laki-laki dan
16.827 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk 85 jiwa per
km2. Tingkat kepadatan penduduk lebih banyak di kelurahan Ciputat yaitu
109 jiwa/km2 dibandingkan dengan kelurahan Cipayung yaitu 67
2

jiwa/km . Jumlah KK yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat


sebanyak 9.507 KK dengan jumlah rumah sebanyak 6860 rumah terdiri
dari 116 RT dan 26 RW.

22

23

4.2. Gambaran Epidemiologi Kejadian Campak Di Puskesmas Ciputat


Tahun 2010
4.2.1. Berdasarkan Umur
Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan kejadian
campak di Puskesmas Ciputat tahun 2010 berdasarkan umur.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan Umur


di Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010
Umur

Frekuensi

Persentasi (%)

Bayi
1-12 bulan

13

25.0

Anak-Anak
1-9 Tahun

25

48.1

Remaja
10-19 Tahun

17.3

9.6

52

100.0

Dewasa
20 tahun
Total

Sumber :Data Puskesmas Ciputat


Berdasarkan tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa di Puskesmas
Ciputat Tahun 2010 kasus campak lebih banyak pada anak-anak (umur 1-9
tahun) sebanyak 25 kasus (48,1%).
Anak-anak umur lebih dari satu tahun merupakan kelompok umur
yang rentan terhadap serangan virus campak, hal ini dikarenakan antibody
maternal yang berkurang. Kejadian campak dapat terjadi pada semua
golongan umur, baik pada bayi, anak-anak, remaja, maupun dewasa. Hal
ini dikarenakan antibody maternal pada seseorang berbeda-beda. Apabila
seseorang sudah diimunisasi, masih dimungkinkan terkena campak,
tergantung pada kekebalan tubuh masing-masing individu.
Pada sebagian besar masyarakat, antibody maternal dari ibu akan
melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut
akan dimodifikasi oleh tingkat antibody maternal yang tersisa sampai

2
4

bagian pertama dari tahun kedua. Di periode ini, semua umur sepertinya
memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi, umur terkena campak
lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus .

7,10

Penyakit campak biasanya akan sembuh dengan sendirinya (selflimited disease) dan diketahui hanya bisa menyerang anak satu kali saja,
artinya bila seorang anak telah terkena campak, dia akan kebal. Namun
sebetulnya penyakit campak ini mempunyai potensi untuk menimbulkan
komplikasi yang cukup berbahaya, yaitu komplikasi jangka pendek berupa
diare, radang paru, radang telinga dan komplikasi jangka panjang yang
biasanya fatal yaitu subacute scleroting pan-encephalitis (SSPE). Penyebab
penyakit campak adalah virus campak, yang bersifat monotipik, yaitu
hanya terdiri dari satu tipe saja. Sebelum ditemukannya imunisasi campak,
penyakit ini merupakan penyebab kematian utama pada anak. Dengan
ditemukannya vaksin campak, maka angka kematian ini turun sangat
dratis. Walaupun saat ini angka cakupan imunisasi campak sudah tinggi,
namun dibeberapa tempat masih sering terjadi wabah. Dengan kemajuan
teknologi

mutakhir

dibidang

biologi

molekuler,

yaitu

dengan

ditemukannya alat untuk menentukan urutan DNA (DNA sequencing),


ternyata walaupun virus campak bersifat monotipik, tapi ternyata terdiri
dari beberapa genotip (yaitu keadaan genetik dari suatu individu sel atau
organisme). Sampai saat ini, WHO telah mendapatkan 24 genotip campak
diseluruh dunia, dan ada 3 genotip di Indonesia, yaitu genotip G2, G3 dan
D9. Dengan pendekatan epidemiologi molekuler, dapat diketahui
bagaimana penyebaran virus campak dari suatu tempat ke tempat lain atau
dari suatu negara ke negara lain (mobilization of population).

14

Pada penelitian Harsono Salimo (2006), ditemukan ada 2 genotip di


pulau Jawa, yaitu genotip G3 dan D9. Dengan adanya 2 genotip ini, dapat
menerangkan mengapa seorang anak yang telah terkena campak, dapat
terkena campak lagi bila dia terinfeksi dengan virus campak dari genotip
lainnya. Dari penelitian Harsono juga mengungkapkan bahwa tidak hanya
ada satu macam manifestasi klinis campak, tapi ada 2, yaitu

25

campak klasik (75%) dan campak modifikasi (25%). Semua penderita


campak yang sedang didiagnosa dengan memakai kriteria klinis campak
sesuai dengan kriteria WHO tahun 1990 untuk diagnosis campak, dan pada
penelitiannya juga dikonfirmasi dengan pemeriksaan serologis IgM dan
IgG. Mengenai imunisasi campak, saat ini yang dipakai untuk vaksin
campak di Indonesia adalah galur (strain) CAM-70 berasal dari genotip A.
Seharusnya dengan ditemukannya 3 genotip virus campak di Indonesia
tersebut, vaksin campak dibuat dari isolat virus campak lokal juga,
sehingga diharapkan bisa memberikan kekebalan yang lebih spesifik.

14

Menurut penelitian yang dilakukan Mei Indriyanti tahun 2001 di


Provinsi Jawa Barat, diketahui bahwa anak umur dibawah 5 tahun (balita)
paling rentan terhadap penyakit, khususnya penyakit campak. Seperti
dikemukakan oleh Bland dan Clement bahwa, secara global campak
menyumbang sekitar 10% kematian yang terjadi pada kelompok umur 0-5
tahun.

15

4.2.2. Berdasarkan Jenis Kelamin


Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan kejadian
campak di Puskesmas Ciputat Tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak di Puskesmas Ciputat


Pada Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin

Frekuensi

Persentasi (%)

Laki-laki
Perempuan

29
23

55.8
44.2

Total

52

100.0

Sumber :Data Puskesmas Ciputat

Berdasarkan table 4.2. diatas, menunjukkan bahwa kasus campak di


Puskesmas Ciputat tahun 2010 lebih banyak pada laki-laki sebanyak 29
kasus (58%) daripada perempuan sebanyak 23 kasus (44,2%). Hal ini
dimungkinkan karena titer antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi

2
6

daripada pria, sehingga laki-laki lebih besar peluangnya untuk terkena


campak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suwono di Kediri Tahun
2005, penderita campak berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebesar
62%.

7,10

Sedangkan menurut laporan RISKESDAS tahun 2007, melaporkan

bahwa prevalensi kejadian campak relatif sama pada laki-laki maupun


perempuan. Demikian pula pada kejadian campak di pedesaan dibandingkan
dengan di perkotaan.

4.2.3. Berdasarkan Riwayat Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya


penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu
mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak
hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Pemberian vaksin
campak dilakukan 2 kali, pertama pada umur 9 bulan dan kedua pada umur 6
tahun. Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan kejadian campak
di Puskesmas Ciputat tahun 2010 berdasarkan riwayat imunisasi :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan


Riwayat Imunisasi di Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010
Jumlah

Frekuensi

Persentasi (%)

2 Kali

3.8

1 Kali

34

65.4

Belum Pernah

10

19.2

Tidak Tahu

11.5

Total

52

100.0

Sumber :Data Puskesmas Ciputat

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa kasus campak


terbanyak dialami oleh penderita yang hanya mendapatkan 1 kali imunisasi

2
7

saja, yaitu sebanyak 34 kasus (65,4%). Dan kejadian campak paling sedikit
dialami pada penderita yang telah mendapatkan imunisasi sebanyak dua kali
(3.8%). Cakupan imunisasi campak yang di Puskesmas Ciputat adalah 90%
melihat cakupan imunisasi yang telah dilakukan oleh Puskesmas Ciputat
sudah memenuhi standar dari Universal Child Immunization ( UCI ) dan The
World Summit For Children yaitu sebesar 90 %.

15

Menurut penelitan yang dilakukan oleh Juliman di Bogor pada


tahun 2001 bahwa insidensi campak terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun, hal ini disebabkan oleh efektivitas vaksin yang hanya 85% dan akan
memberikan peluang sekitar 15% anak yang divaksinasi untuk terkena
campak serta adanya kemungkinan pemberian imunisasi campak pada bayi
sebelum umur 9 bulan akan menyebabkan imunisasi yang diberikan dapat
dinetralisir oleh antibodi campak yang masih terdapat dalam tubuh bayi
sehingga

imunisasi

perlindungan.

yang

diberikan

tidak

dapat

memberikan

16

Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal


dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh
dari infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu
mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur
yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan
penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan
untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan
tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen
infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang paling berat
biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.

Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2C


sampai dengan +8C, diatas suhu +8C vaksin hidup akan cepat mati, pada
campak berbeda yang harus disimpan pada suhu -25C sampai dengan 15C. Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan
transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara
lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu tertentu,

28

transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang tertutup rapat,
tidak terendam air, terlindung dari sinar matahari langsung, belum
melewati tanggal kadaluarsa, indikator suhu berupa VVM (vaccine vial
monitor) atau freeze watch/tag belum melampaui batas suhu tertentu.

Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat


menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat
mencegah sebagian besar kasus dan kematian. Dengan pemberian satu
dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan lebih dari 90%.
Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih
dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah
mempunyai imunitas.

10

Berdasarkan penelitian I Made Suardiyasa pada tahun 2005 di


kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah menyebutkan bahwa anak yang tidak
diimunisasi berisiko 29 kali untuk terkena campak dibanding anak yang
mendapat imunisasi.

10

4.2.4. Berdasarkan Penatalaksanaan Pemberian Vitamin A


Berikut ini merupakan table yang menggambarkan di Puskesmas
Ciputat tahun 2010 berdasarkan penatalaksanaan pemberiaan kejadian
campak dengan pemberian vitamin A.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan


Penatalaksanaan Pemberian Vitamin A di Puskesmas
Ciputat Tahun 2010
Pemberian Vitamin A

Frekuensi

Persentasi (%)

Ya

52

100.0

Tidak

Total

52

0
100.0

Sumber :Data Puskesmas Ciputat


Berdasarkan tabel 4.4 diatas,
dengan kejadian campak

didapatkan bahwa seluruh pasien

diberikan vitamin A. Vitamin A berfungsi

2
9

antara lain menjaga kelembaban dan kejernihan selaput lendir,


memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang
cahaya (sore atau senja hari), serta pada ibu nifas akan meningkatkan mutu
vitamin A dalam ASI, sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang
cukup dari ASI. Akibat dari kekurangan vitamin A ini bermacam-macam
antara lain terhambatnya pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata
dalam menerima cahaya, kelainan-kelainan pada mata seperti xerosis dan
xerophthalmia, serta meningkatnya kemungkinan menderita penyakit
infeksi seperti campak. Bahkan pada anak yang mengalami kekurangan
vitamin A berat angka kematian meningkat sampai 50%.

17

Menurut penelitian yang dilakukan Exomed Indonesia tahun 2010,


pemberian vitamin A pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun berguna
dalam melindungi anak dari kematian akibat campak dan diare. Pemberian
vitamin A tidak hanya mencegah kejadian campak dan diare pada anak tapi
juga mencegah berbagai komplikasi dari penyakit tersebut yang dapat
berujung pada kematian.

18

Saat ini mekanisme protektif vitamin A dalam mencegah kejadian


dan komplikasi belum benar-benar dimengerti dan masih butuh banyak
studi lanjutan, namun demikian hasil ini dapat dijadikan landasan untuk
memberikan vitamin A pada penderita campak yang mengalami penyakitpenyakit tersebut karena bukti positif. Suplementasi vitamin A mampu
mengurangi mortalitas sebesar 24% dibandingkan anak-anak yang tidak
mendapatkan suplementasi vitamin A.

19

4.2.5. Berdasarkan Asal Kelurahan


Puskesmas Ciputat memiliki 2 wilayah kerja yaitu Kelurahan
Ciputat dan Cipayung. Namun Puskemas Ciputat juga melayani
masyarakat yang bukan wilayah kerjanya seperti Kelurahan Sawah Lama,
Kedaung, Pisangan, Cirendeu, Bambu Apus, Pondok Ranji, Jombang dan
Serua.

3
0

Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan epidemiologi


kejadian campak pada Puskesmas Ciputat tahun 2010 berdasarkan asal
kelurahan.

Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Kejadian Campak di Puskesmas


Ciputat Pada Tahun 2010 Berdasarkan Asal Kelurahan
Status Wilayah Kerja
Wilayah Kerja Ciputat

Kelurahan
Ciputat

14

Persentasi (%)
26.9

Cipayung
Sawah Lama

5
19
10

9.6
36.4
19.5

Kedaung

15.4

Pisangan

11.5

Cirendeu

1.5

Bambu Apus

3.8

Pondok Ranji

5.8

Jombang

1.5

Serua

3.8

33
52

63.6
100

Jumlah

Bukan Wilayah Kerja


Ciputat

Frekuensi

Jumlah
Total

Sumber :Data Puskesmas Ciputat


Berdasarkan tabel 4.5 diatas, menunjukkan bahwa kejadian campak di
Puskesmas Ciputat tahun 2010 lebih banyak berasal dari luar wilayah kerja
Puskesmas Ciputat yaitu sebesar 33 kasus (63,6 %) dari seluruh kasus
campak tahun 2010. Hal ini dimungkinkan karena pencarian pengobatan
masyarakat dipengaruhi oleh keterjangkauan pelayanan kesehatan, seperti
diketahui bahwa letak Puskesmas Ciputat, yang berada di tengah pusat
pemerintahan daerah setempat, di dekat pasar, dekat pangkalan angkot serta
dekat dengan masjid raya. Letaknya ini cukup strategis, sehingga
memudahkan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan di tempat
tersebut. Selain itu sarana transportasi yang lancar dan mudah sehingga
masyarakat dari luar wilayah kerja Puskesmas Ciputat cenderung datang
berobat di Puskesmas Ciputat, seperti masyarakat yang berasal dari
Kelurahan Sawah Lama, Pisangan dan lain-lain.

3
1

Dari hasil ini diperoleh hasil bahwa angka kejadian campak dari
kelurahan yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebanyak 19
kasus, 14 dari kelurahan Ciputat, 5 dari kelurahan Cipayung. Prevalensi
kejadian campak di Ciputat lebih tinggi dibanding Kelurahan Cipayung. Hal
ini di mungkinkan karena jumlah penduduk di Kelurahan Ciputat memang
lebi banyak dibanding dari Kelurahan Cipayung yaitu masing-masing 20.072
jiwa dari Kelurahan Ciputat dan 16.369 jiwa dari Kelurahan Cipayung.
Menurut Teori Blum (1972), kesehatan dipengaruhi oleh: (1) keturunan;
(2) lingkungan hidup, (3) perilaku, dan (4) pelayanan kesehatan. Akan tetapi
konsep ini dinilai sulit untuk menerangkan hubungan antara demand terhadap
.

kesehatan dan demand terhadap pelayanan kesehatan. Untuk menerangkan


hubungan tersebut digunakan konsep yang berasal dari prinsip ekonomi.
Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal
untuk bekerja. Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah satu
input dalam proses menghasilkan hari-hari sehat.

19

Grossman (1972) dalam penelitian yang sangat berpengaruh dalam


khasanah ekonomi kesehatan menggunakan teori modal manusia (human
capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk
pelayanan kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang
melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui
pendidikan, pelatihan, dan kesehatan. Grossman menguraikan bahwa
demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan
pendekatan tradisional demand dalam sektor lain:
1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand
sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. Dengan demikian, demand
untuk pelayanan rumah sakit pada umumnya.
2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat
menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan
kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan.

3
2

3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan
tidak terdepresiasi dengan segera.
4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai
bahan investasi.

19

4.2.6. Berdasarkan Waktu Kejadian

Pola musiman penyebab penyakit berbeda dari satu negara dengan


negara lainnya. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada
virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat
penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama
halnya dengan udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika yang
memiliki insiden kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-musim
tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat karena
kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang
kurang baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung
dikarenakan kebiasaan manusia.

12

Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan


awal musim semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus
terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di negara tropis
dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus
menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi
maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.

6,7

Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan kejadian


campak pada di Puskesmas Ciputat pada Bulan Januari Desember 2010
berdasarkan waktu kejadian.

33

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kejadian Campak Berdasarkan Waktu


Kejadian di Puskesmas Ciputat Pada Tahun 2010
Bulan

Frekuensi

Persentasi (%)

Januari

15.4

Februari

3.8

Maret

11.5

April

13.5

Mei

5.8

Juni

3.8

Juli

1.9

Agustus

9.6

September

5.8

Oktober

15.4

November

9.6

Desember

3.8

Total

52

100.0

Sumber :Data Puskesmas Ciputat

Berdasarkan tabel 4.6. diatas, diketahui bahwa kejadian campak


terbanyak pada bulan Januari dan Oktober masing-masing sebanyak 8
kasus (15,4%) dan kejadian paling sedikit pada bulan Juli yaitu sebanyak 1
kasus (1,9 %). Walaupun, ada 2 waktu dimana jumlah kasus paling tinggi,
tetapi sepanjang tahun 2010 kejadian campak selalu ada setiap bulan dan
perbedaan jumlahnya hanya tidak berbeda jauh. Dari gambaran tersebut
menunjukkan kejadian campak di wilayah kerja Puskesmas Ciputat terjadi
tidak dipengaruhi oleh musim-musim tertentu
Menurut penelitian Mei Indriyanti tahun 2001 di Provinsi Jawa
Barat mengungkapkan bahwa Indonesia tidak memiliki pola tertentu
(siklik musim). Seperti dikemukakan oleh Morley dalam teorinya juga
tidak ada siklik musiman terhadap prevalensi campak, walaupun makin
dekat suatu negara dengan garis khatulistiwa maka bentuk siklik
musimannya akan semakin tidak tampak. Siklik musiman dari insidens

34

penyakit campak kemungkinan berhubungan dengan temperatur udara, di


daerah endemik seperti di Indonesia terjadi pada awal musim hujan dan
musim kemarau.

15

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa angka
kejadian campak di Puskesmas Ciputat tahun 2010 sebanyak 52 kasus,
dengan karakteristik kasus sebagai berikut:
1. Angka kejadian campak menurut kelompok umur, didapatkan
terbanyak pada kelompok umur 1-9 tahun dengan 25 kasus (48,1%).
2. Angka kejadian campak menurut jenis kelamin didapatkan pada lakilaki sebanyak 29 kasus (55,8%) dan perempuan 23 kasus (44,2%).
3. Angka kejadian campak menurut riwayat imunisasi, didapatkan
terbanyak pada riwayat satu kali imunisasi sebanyak 34 kasus (65,4%),
riwayat imunisasi dua kali sebanyak 2 kasus ( 3,8%) dan riwayat tanpa
imunisasi sebanyak 10kasus (19,2%)
4. Penatalaksanaan setiap penderita campak yang berobat di Puskesmas
Ciputat yaitu diberikan Vitamin A.
5. Angka kejadian campak menurut asal kelurahan di wilayah cakupan
kerja Puskesmas Ciputat, 14 kasus (26,9%) dari Kelurahan Ciputat dan
5 kasus (9,6%) di Kelurahan Cipayung. Sedangkan yang berasal dari
luar wilayah cakupan kerja Puskesmas Ciputat, 10 kasus (19,2%) dari
Kelurahan Sawah Lama, 8 kasus (15,4%) dari Kelurahan Kedaung, 6
kasus (11,5%) dari Kelurahan Pisangan, 3 kasus (5,8%) dari Kelurahan
Pondok Ranji, dan dari Kelurahan Bambu Apus serta Serua 2 kasus
(3,8%), Cirendeu serta Jombang 1 kasus (1,9 %).
6. Angka kejadian campak menurut waktu, didapatkan terbanyak pada
bulan Januari dan Oktober sebanyak 8 kasus (15,4%) dan pada bulan
juli sebanyak 1 kasus (1,9%).

35

3
6

5.2. SARAN
5.2.1. Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Disarankan bagi peneliti berikutnya, mengumpulkan data primer terkait
status gizi, sosial ekonomi, dan lain-lain yang tidak terdapat dalam data
sekunder .
2. Penelitian selanjutnya melakukan dengan analisis bivariat dengan
menggunakan uji statistik
5.2.2. Bagi Institusi Puskesmas
1.

Perlunya promosi kesehatan untuk menanggulangi kejadian campak


disetiap daerah khususnya pada kelurahan Ciputat yang sebagai
wilayah kerja utama Puskesmas Ciputat.

2.

Perlunya peningkatan cakupan imunisasi campak sebagai bentuk


pencegahan penyakit campak.

3
7

DAFTAR PUSTAKA

1. Feigin DR, Cherry DJ. Textbook Of Pediatric Infection Disease. Second


Edition.Philadelphia : Sounders; 1987
2. State Government Of Victoria. Measles, Mumps, and Rubella in Indonesia.
2005. (Dipublikasi pada Agustus 2005, diakses pada September 2011)Didapat
dari:
http://www.health.vic.gov.au/__data/assets/pdf_file/0011/1019/mmr_indonesi
an.pdf
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Petunjuk Teknis Kampanye
Imunisasi Campak. 2006. ( Dipublikasi pada 2007,

diaksespada

September 2011). Didapat dari :http://www.pppl.depkes.go.id/


4. Laporan hasil riset kesehatan dasar Nasional tahun 2007 diakses September
2011 http://kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf
5. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu
kesehatan Anak; 1985
7. Behrman E. Richard.Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Jakarta:
EGC;1999
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Univesitas
Airlangga. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya: Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga /RSU Dr.
Soetomo;2006
9. Fennelly,GlennJ..Measles2006, (diakses tanggal September 2011 ) didapat
dari: http://www.emedicine.com/PED/topic1388.htm
10. Cronan,Kate.2005. Measles. (diakses tanggal September 2011). didapat dari :
http://www.kidshealth.org/ parent/infections/lung/measles.html
11. Notoadmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta:
Jakarta.2005
12. Candra,Budiman, Pengantar Prinsip Dan Metode Epidemiologi,Rineka Cipta:
Jakarta .2005

3
8

13. Bustan,Pengantar Epidemiologi,Rineka Cipta: Jakarta.2005


14. Harsono salimo. Manifestasi klinis propel serologis dan penotif virus campak,
diakses September 2011 di dapat dari :
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=4916
15. Indriyanti Mei. Gambaran Epidemiologi Campak Di Provinsi Jawa Barat
1996-1999.FKM-UI.2001
16. Juliman,Gambaran Epidemiologi Campak Dan Korelasi Antara Cakupan
Imunisasi Campak Dengan Insidensi Penyakit Campak Berdasarkan Data
Surveilans Epidemiologi Dari 23 Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kota Bogor Tahun 1999-2001.skiprsi FKM-UI.2002
17. Anonimius,

Pemberian

Vitamin

A,

2008

diakses

September

2011.dipulikasikan 2008 didapat dari www.pediatrik.com/tips/20060220sytjk0-tips.doc


18. Exomed Indonesia.Vitamin A Melindungi Anak Dari Kematian Akibat
Campak dan Diare. 2010 (Dipublikasi 14 Desember 2010, diakses pada
September 2011). Didapat dari: http://www.exomedindonesia.com/informasikedokteran-popular-galeri-kesehatan/informasikesahatan/2010/12/14/vitamin-a-melindungi-anak-dari-kematian-akibatcampak-dan-diare/.
19. Konsep demand dalam sektor kesehatan Dipublikasikan Agustus 2008 ,diakses
pada September 2011 ). di dapat dari : http://manajemenrs.net/dmdocuments/MRS_BAB%20VIII%20- %20KONSEP
%20DEMAND%20DALAM.pdf

Nama
Tempat dan tanggal

Alamat tempat tinggal

lahir
Pendidikan

Telepon

RIWAYAT HIDUP
j

Roysam Azmal Sitanggang


Padangsidempuan,g Januari I 990

: 1. Taman Kanak-Kanak (TK)


Padangsidempuan 1,99 4-1996

2. Sekolah Dasar Negeri ( SDN)


12

Padangsidempuan I99 6 -2002


3. Pesantren
Terpadu

Modern Unggulan

Darul Mursyid 2002-2008


Jl.Imam Bonjol Gg.Swadaya No.14
Padang Sidempuan

085262352232

KEMENTERIAN AGAMA
TINI\'ERSITASISLAM NEGERI ( UIN )

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp : (62-21)-14"/16'718Fax : (62-21)7404985
ll. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419

Website : wvw.uinjkt.ac.id; E-mail : fkik@uinjkt.ac.id

Jakarta, 2b Oktober 20ll

Nomor : Un.01/ F.10/KM. 03.1/ LlltJJ/20i1


Lamp :

Hal

Izin Penelitian
Kepada Yth,
Kepala
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan

Banten

A s s a I a m u'ul aik um lltr. llt b.

Dengan

ini

kami sampaikan bahwa mahasiswa berikut ini akan melaksanakan

dengan judul " Epidemiologi Kejadian campak

di puskesmas ciputat Tahun 2010" :

Nama

: Rosyam Azmal

Program Studi

: Pendidikan Dokter

Nomor Induk Mahasiswa : 108103000016

Sehubungan dengan
melakukan

untuk
Demikian,

penelitian

hal tersebut, kami mohon mahasiwa tersebut diizinkan


puskesmas
pengambilan data penelitian di
Ciputat.

atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima

kasih.

lVss s ala amu'u I ai k um FYr. lyb.

A.n.

'iJr'-

NIP.19541015 197902 I 001

Tembusan:

Yth. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PEMT,FII NTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS KESEHATAN
Perihal
, lOiKM,030 1144271201I
: ,

lzin Penelitiari atas nama

Nomor
Lampiran
Perihai

Nama

: Rosyam Azmal

NIM

:108103000016

:800 ffi'4Dinkes

Progra.;r Studi : Pendidikan

i:

Dokter

: Izin

Maka dengan ini karli


pada dasarnya N{engizinkan kepada
nania

tersebut diatas

untuk

mtrngaclakan Penelitiarr

Sehub
ungan

"Bpidemiologi

Kejadian

Campak di Puskesmas Ciputat

denga Tahun 2'Jl0,'cliL)lrit Dirras


Kesehatan Kota Tangerattg Selatan
clan untLtk selanjutnya
n
adanya
harap Lrnt,r!: I'e;koordipasi dengatl
yang akal
surat
Kepala UPT Puskesnlas

dari

UIN
Syarif
Hidaya
tullah

ditujLr'

ini karrri
Demikial
sanrpaikan srirat
atas perltatian dan
kerjasarnanya

dir-rcapkall

Jakarta terirna kasih.

Nomo
r:
U
n
.

il.lr,qrr
OSBH
ATAN

*"x9
T4 14
NG

*SELAT

AN

l/

-''lrrlli'sKF.$

[HATAi'!l

'-**e"rO
i,.t"^. / t,

Pembina

NrP. 19690204

1990031 006

Ternbusart:Yth

l. lbu Wali kota


Tangeratrg

Selatan ,(sebagai

laporan)

2. Kepalrt UPT
Puskesrncs

Ciputat di
Ciputat;

3. Yang

;Bersangkutan

'Eoo
.4

Jiq-rf:

:t,i
I.,r't

t$$-*h$

R
E

.o

tt

'o

.El

9',il

ffi

lf'.1ffiffi1

6i!i.i

:tr

,t
"l

i!

,i'F1:i

,.-;t,t:.,
x

11.1:1.'J

;Lli- .;i

,"tii'l:rt
!i;)iiiri:ri:.i:li.ir

ffr'iitl

ffii$

lil,r'.liNt!\i'i;li

jii

ro

IHffilffiffi

*X

#'H

o4
rCA

FfE

E$g
Lao
{DN

Min-tsI< f

ftsH t-.2?
{4h
Ed

do
s3

!tlv

---

:f

.F.frjl5lt

irffix*

llli+:ir.9lt:,..r'

- - -,

-T

(:

o
e

c
a

a o o
c
o o

r:

cl

o o o

c!

t!
N

A
G
c

e o
c

a
o

o
@

a
o

c o a o o o

c O o

Q O

o o

c!

rc

.o .o
N
N

e!

.@

a s

o o o c

{!

(!

c!

'o

o o

o o o

o o

o o

o a

a cc o o oa oa a
o

c:

o o o

o
o
N

e
o

o o

c!

6 o

o o

z.

f,
F

o
o
F

r<
U)

=o-

()

N
o
F

- -

=F

o
B
P

=
5

'@

z. F:f
a TL

= d

,-

7-

=G

z.

z.

o_ U)

6 d

=F

F-

,ts

-F

zc

=
o
LU
v

b
d

:f a
uJ

E o

o
-

=
a

(D

Iu

o
lg= 6

(9

=@

ct

(t
=

ot!
g)

2
<t

=
C

.a

F
F

J
o

r
F
(.

o
o

D a

o
O

3 E

'9,

2
B

=
t!=d
6 o aL

at

l!

u.l

E
Y

:l
o-

oU)

& 2

&

CI

o-

o
d

tr

o
o
z

z z

cn

:.

(9 o-

(D

z z z I = =z
5
5
k
u

c:

z. o

(, F

=F
o

O o
o
o

cn

(r

UJ

oU

at)

CD

6-F

ff

AO

('(,

E.E

.b.q

-o ts

J6
16g

d.

I
uJ

#, o

o
2

-t

'e

E
q

ts

.6

30

.a!

U)

E E

B
d

al)

at)

t!
v

E
I
r

E
F@

E
:E
.h

E
E I
1d

E
@

.o

d.

oc
E E E
t

E
F

ts o

s
e

6 E
6

4 o
a

=
E
:q

H
E

&

= B

s -(:

3
f

aE
E
E

<i

a q

-o

e)

:El

&

i
F

EI I

$E

s 9

E E
E

.J

G 'ao F

aa

E
5

g I

ft tt
6t

I
t

c
G

F
6

IJJ

N
N

3
o

8 E a 8
:

E E E
t
E

o
d

lE

E
6
6

E
E
6

o
N

>:l >l >l >

rl r

-x

I E

>t
>-

o o c
B
q

z
E
@

+-i
<t
6l

z.
E
.8,

2 t-2.
d

{ t+
- l-

tp
It-

= if,lq
:-:t.

at

bl
N]

a
$

al

3.

)\"

\ ----.--"4--.n

\\\

E-

,Et

^5

P
e
n
y
a
k
i
l

o xl
oo

La in

op
-c c

(!
-c
G

b
i<
ca

O)

:i

() or

ttrd

N
f

(o

,s
(0
6

!
c) o-

,
.L

+,

ro

+,

,Jl

bo
L

o b!

(o p

O ln

F{
)

c.,

3bo)

.E
L
o

-o

o
o
co

(g

P
L

OJ

qJ

G
.4:

(E
L

(9

a
G.

Yo

h!

rl\r
Nd6@gN
o

'i
I
I

:
i

I
I

I
I
I
I
I
I

-l

I
I

Nl
I

xi^l

.i
I

r
i
:

dl

ilco

Eo
c
)

o
c
.
E

F
tU
J

:
I

c
)

=
-

o
!
.
1

o
N

z
:
E

z
F
J

U
(
9

z
d
,tr
,

o
(
u

o
F
F

o
)

c
g

c
o

o
a
l
r
J

o
l
r
l

v
r

a
M
.

d
,(
9

O
N

r
@

u
)

c
c
o

_
q

c
o

s
I
0

o
o
g

o
E

o
F-

O-

NE

oc

Xo

ood

o,^

=l:t o
ll N
El v

@>
N:

ql3

<;a

rl o

cia

llb

!v

JO

ol.

Eo
oo

tuo o

N
ol

Lampiran
Statistics
kota
N

Valid
Missing

52
0

kota
Cumulative
Frequency
Valid

ciputat

Valid Percent

Percent

14

26.9

26.9

26.9

11.5

11.5

38.5

10

19.2

19.2

57.7

kedaung

15.4

15.4

73.1

cipayung

9.6

9.6

82.7

cirendeu

1.9

1.9

84.6

bambu apus

3.8

3.8

88.5

pondok ranji

5.8

5.8

94.2

jombang

1.9

1.9

96.2

serua

3.8

3.8

100.0

Total

52

100.0

100.0

pisangan
sawah lama

Statistics
usia
N

Percent

Valid
Missing

52
0

usia
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

0-7

37

71.2

71.2

71.2

8-14

15.4

15.4

86.5

15-21

9.6

9.6

96.2

22-28

3.8

3.8

100.0

Total

52

100.0

100.0

Statistics
jeniskelamin
N

Valid
Missing

52
0

jeniskelamin
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

laki-laki

29

55.8

55.8

55.8

perempuan

23

44.2

44.2

100.0

Total

52

100.0

100.0

Statistics

riwayatimunisasisebelumcampa
k
N

Valid

52

Missing

riwayatimunisasisebelumcampak
Cumulative
Frequency
Valid

Valid Percent

Percent

34

65.4

65.4

65.4

3.8

3.8

69.2

10

19.2

19.2

88.5

11.5

11.5

100.0

52

100.0

100.0

belum
tidak tahu
Total

Statistics
menurut_bulan_terjadinya_keja
dian_campak
N

Percent

Valid
Missing

52
0

menurut_bulan_terjadinya_kejadian_campak
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

januari

15.4

15.4

15.4

februari

3.8

3.8

19.2

maret

11.5

11.5

30.8

april

13.5

13.5

44.2

mei

5.8

5.8

50.0

juni

3.8

3.8

53.8

juli

1.9

1.9

55.8

agustus

9.6

9.6

65.4

september

5.8

5.8

71.2

oktober

15.4

15.4

86.5

november

9.6

9.6

96.2

desember

3.8

3.8

100.0

52

100.0

100.0

Total

Statistics
pemberian_vit_A
N

Valid

52

Missing

pemberian_vit_A
Cumulative
Frequency
Valid

Ya

52

Percent
100.0

Valid Percent
100.0

Percent
100.0

You might also like