Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika membahas tentang sejarah munculnya filsafat Islam, maka harus
diakui bahwa pemikiran filsafat masuk ke dalam dunia Islam melalui filsafat
Yunani. Pemikiran filsafat tersebut dijumpai oleh pemikir-pemikir Islam di
Suria, Mesopotamia (Irak), Persia dan Mesir.
Kota Iskandariyah di Mesir sampai abad VII adalah pusat studi filsafat,
teologi dan sains yang sangat penting. Filsosof yang terkenal di kota ini
antara lain Philo (30 SM-50 M). Dan ketika pada abad VII Masehi, umat
Islam mengadakan perluasan wilayah ke daerah-daerah tersebut, maka berarti
dimulainya kontak antara filsafat Islam dan filsafat Yunani.
Pada masa al-Khulafa al-Rasyidun dan Daulah Umayyah, filsafat
Yunani tersebut belum dikembangkan. Karena pada masa itu, perhatian umat
Islam terfokus pada penaklukan wilayah dan lebih menonjolkan kebudayaan
Arab. Barulah pada zaman Daulah Abbasiyah yang berpusat di Bagdad, mulai
diperhatikan secara serius filsafat Yunani ini, terutama pada masa al-Mamun
(813-833 M.), putera Harun al-Rasyid, yang dikenal dengan zaman
penterjemahan.
Di antara bekas pengaruh
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi (Riwayat Hidup Al-Farabi)
Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn
Tarkhan ibn Auzalaqh. Di kalangan orang-orang Latin Abad tengah, Al-Farabi
lebih dikenal dengan Abu Nashr (Abunaser). Ia lahir di suatu kota kecil
bernama Wasij, wilayah Farab (sekarang dikenal dengan kota Atrar),
Turkisatan pada tahun 257 H (870 M). dan wafat di Damaskus pada 339 H
(950 M). Sebutan Al-Farabi diambil dari kota kelahiran beliau, Farab yang
juga disebut kampung Urtar, dahulu masuk daerah Iran, akan tetapi sekarang
menjadi bagian dari Republik Uzbekistan. Ayahnya seorang jenderal
berkebangsaan Persia dan ibunya berkebangsaan Turki. Karena itu Al-Farabi
terkadang dikatakan sebagai keturunan Persia dan terkadang sebagai
keturunan Turki.
His parents were originally of Persian descent, but his ancestors had
migrated to Turkistan. Known as al-Phararabius in Europe.
diketemukan
dibeberapa
namanya. Ciri khas tertentu yang ada pada karangannya adalah bukan saja
mengarang kitab besar atau makalah-makalah namun juga memberi ulasanulasan dan penjelasan terhadap karya Aristoteles, Iskandar Al Fraudismy dan
Plotinus.
Selama di Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan menulis.
Hasil karyanya diantara buku tentang ilmu logika, ilmu fisika, ilmu jiwa,,
metafisika, kimia, ilmu politik, musik dll. Tapi kebanyakan karya-karyanya
yang ditulis dalam bahasa Arab telah hilang dari peredaran, karya-karya yang
lebih banyak berbentuk naskah tersebut sebagiannya hanya ditemukan dalam
terjermahan tulisan Ibrani atau Latin dan baru sedikit yang disunting dan
diterbitkan. Sehingga sulit untuk memberikan catatan komprehensif tentang
berbagai segi dari karya dan pemikiran al-Farabi. Sekarang yang masih tersisa
diperkirakan hanya sekitar 30 buah.
Karya-karya nyata dari al Farabi adalah :
1. Al Jamiu Baina Rayai Al Hakimain Al Falatoni Al Hahiy wa Aristhotails
(pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles)
2. Tahsilu as Saadah (mencari kebahagiaan)
3. As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan)
4. Fususu Al Taram (hakikat kebenaran)
5. Arroou Ahli Al MAdinah Al Fadilah (pemikiran-pemikiran utama
pemerintahan)
6. As Syiyasyah (ilmu politik)
7. Fi Maani Al Aqli
8. Ihshou Al Ulum (kumpulan-kumpulan ilmu/statistik ilmu)
9. At Tangibu ala As Saadah
10. Ishbatu Al Mufaraqaat
11. Al Taliqat
12. Agrad al Kitab ma Bada Tabiah (intisari buku Metafisika)
13. Uyun al Masail (pokok-pokok persoalan)
Ilmu tersebut yang mendapat perhatian besar oleh al Farabi adalah ilmu
fiqih dan ilmu kalam. Sedangkan ilmu mantiq membahas delapan bagian
yaitu :
4. Al Burhan (argumentasi)
5. Al Mawadi Al Jadaliyah (the topics)
6. Al Hikmatu Mumawahan (sofistika)
7. Al Hithobah (ilmu pidato)
8. Al Syiir (Puisi)
Dari kitab-kitab di atas dengan berbagai macam objek kajian yang
ditulis Al-Farabi, terlihat jelas bahwa ia seorang sosok filsuf, ilmuwan dan
cendekiawan Islam yang hebat. Sebelum dia, Al-Kindi telah membuka pintu
filsafat. Akan tetapi banyak persoalan yang dibicarakan belum memperoleh
pemecahan yang memuaskan. Sebaliknya al-Farabi telah menciptakan suatu
sistem filsafat yang jauh lebih lengkap seperti peranan yang dimiliki Plotinus
bagi dunia Barat.
C. Pemikiran Filsafat Al-Farabi
1.
Filsafat Metafisika dan Teori Emanasi
Secara bahasa Metafisika berasal dari bahasa Yunani ta meta ta
physika (sesudah fisika). Istilah ini merupakan judul yang diberikan
Andronikos terhadap empat belas buku karya Aristoteles yang
ditempatkan sesudah fisika yang terdiri dari delapan buku. Aristoteles
sendiri tidak menggunakan istilah metafisika, melainkan filsafat pertama
(Proote Philosophy). Dalam bahasa Arab istilah metafisika dikenal
dengan ungkapan ma bad al-thabiah atau segala sesuatu dibalik realitas
yang tampak.
Saat ini kata metafisika memiliki beragam arti. Bisa berarti upaya
untuk
mengkarakterisasi
eksistensi
atau
realitas
sebagai
suatu
keseluruhan dan bisa pula bemakna upaya untuk menyelidiki alam yang
berada di luar pengalaman, atau menyelidiki apa yang berada di balik
realitas. Akan tetapi secara umum metafisika dapat dikatakan sebagai
suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas
atau tentang segala sesuatu yang ada.
Dalam kajian-kajian kuno, filsafat metafisika lebih banyak
bertumpu pada soal eksistensi (wujud) Tuhan dan kuasa-Nya serta soal
penciptaan alam. Dalam konteks inilah pembicaraan tentang teori
Sesungguhnya segala urusan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu
hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin
ayat 82).
Al-Farabi berpendapat Tuhan sebagai akal, berpikir tentang diriNya, dan dari pemikiran ini timbul suatu maujud lain. Tuhan merupakan
wujud pertama (al wujudul awwal) dan dengan pemikirannya itu timbul
wujud kedua (al wujudul tsani) yang juga mempunyai substansi. Ia
disebut akal pertama (al aklu awwal) yang tidak bersifat materi.
9
Filsafat kenabian
Filsafat kenabian dalam pemikiran Al-Farabi erat hubungannya
dengan agama. Agama yang dimaksud adalah agama Samawi (langit).
Dalam agama Islam Nabi adalah manusia seperti manusia lainnya. Akan
tetapi Nabi diberi kelebihan oleh Allah akan kemuliaan berupa mukjizat
yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya. Maka dalam agama Islam,
seorang Nabi adalah utusan Allah yang mengemban tugas keagamaan.
Nabi adalah utusan Allah yang diberikan Al-Kitab yang dipandang
sebagai Wahyu Ilahi. Oleh sebab itu, apa yang diucapkan oleh Nabi yang
berasal dari Allah adalah wahyu, dengan ucapan yang tidak keluar dari
nafsunya sendiri. Allah berfirman pada Surat an-An-Najm ayat 3-5 :
* *
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat.
Salah satu filsafat al-Farabi ini menjelaskan eksistensi para Nabi
yang mempunyai jiwa besar, dan membawa pencerahan-pencerahan serta
mempunyai kesanggupan untuk berkomunikasi dengan akal faal. Sebab
lahirnya filsafat ke-Nabian ini disebabkan adanya pengingkaran terhadap
eksistensi ke-Nabian secara filosofis oleh Ahmad Ibnu Ishaq AlRuwandi. Ia adalah seorang tokoh yahudi yang membuat karya-karya
tentang keingkaran kepada Nabi, dan umumnya pada nabi Muhammad
SAW. Di antara kritikan yang di gambarkan olehnya adalah:
1. Nabi sebenarnya tidak diperlukan manusia karena Tuhan telah
mengaruniakan manusia akal tanpa terkecuali. Akal manusia dapat
mengetahui Tuhan beserta segala nikmat-Nya dan dapat pula
mengetahui perbuatan baik dan buruk, menerima suruhan dan
larangan-Nya.
10
11
kesamaan.
Oleh
karenanya,
kebenaran
Wahyu
tidak
3.
Filsafat Politik
Selain sebagai seorang filosof yang berkecimpung dalam dalam
kancah ilmiyah, Al-Farabi juga mencurahkan pemikirannya untuk ikut
berpartisipasi dalam mengurus politik dan ketata-negaraan.
Dalam konteks ini filsafat Al-Farabi lebih mengarah kepada pemikiran
Plato, Aristotoles dan Ibnu Abi Rabi, bahwa manusia adalah makhluk
sosial,
makhluk
yang
mempunyai
kecenderungan
alami
untuk
12
Filsafat Pendidikan
13
keterbatasan
kecerdasan
dan
pendidikannya
dilakukan
melalui
pendekatan-pendekatan
Jiwa ( an-Nafs )
14
15
aksidental, sehingga jiwa tidak akan fana dengan sebab kematian jasad.
Dalam hal ini, Al-Farabi lebih menyukai konsep Plato yang menganut
paham keabadian jiwa di samping kesesuaiannya dengan ajaran Islam.
Mengenai keabadian jiwa, Al-Farabi membedakan antara jiwa
khalidah dan jiwa fana. Jiwa khalidah adalah fadilah, yaitu jiwa yang
mengetahui kebaikan dan berbuat baik, serta dapat melepaskan diri dari
ikatan jasmani. Jiwa ini tidak hancur dengan hancurnya badan. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah jiwa yang telah berada pada tingkat
akal mustafad. Sedangkan jiwa fana adalah jiwa jahilah, tidak mencapai
kesempurnaan karena belum dapat melepaskan diri dari ikatan materi, ia
akan hancur dengan hancurnya badan.
6.
16
18
penduduknya
dibagi
menjadi
kelompok-kelompok
alamiah
mereka
dan
berdasarkan
kebiasaan-kebiasaan karakter yang telah mereka bentuk. Yakni masingmasing diberi kedudukan sebagai yang diperintah atau yang memerintah.
yang dimulai dengan peringkat penguasa yang tertinggi. Kemudian
secara berangsur-angsur turun, sampai ke peringkat yang diperintah, yang
tidak memiliki elemen memerintah, dan di bawah peringkat ini tidak ada
lagi peringkat.
Alhasil, Negara utama atau setidaknya pemerintahan terbaik adalah
rezim dimana orang-orang saleh dan profesional merupakan yang paling
banyak mengambil peranan atau penentu kebijakan. Dengan sistem
seperti itu, diharapkan mereka akan mampu mendidik dan membawa
masyarakat pada tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan tertinggi.
7.
Logika
Al-Farabi
adalah
tokoh
Logika
muslim
pertama
yang
Dia
juga
dianggap
sebagai
yang
mencetuskan
pembagian Logika menjadi 2 bagian yang berbeda yaitu ide dan bukti.
Karena Logika merupakan cabang ilmu yang berkaitan erat dengan
induknya.
8.
9.
Filsafat
Sebagai seorang filosof, Al-Farabi adalah pendiri sekolah Filsafat
Islam awal yang dikenal dengan nama Farabism atau Alfarabism,
walaupun akhirnya aliran itu tertutupi oleh kebesaran aliran Avicennism.
Sekolah filsafat Al-Farabi menentang filsafat Plato dan Aristoteles dan
tidak lagi membahas mengenai metafisika akan tetapi lebih banyak
membahas mengenai metodologi yang merupakan modernisasi ilmu
Filsafat. Ia menggabungkan teori dengan praktek dalam filsafat, akan
tetapi memisahkan praktek dengan teori dalam politik. Teologi
neoplatonisnya, lebih dari sekedar metafisika sebagai retorika. Dalam
usahanya untuk menemukan kebenaran mengenai Sumber Pertama, ia
menemukan batasan atas pengetahuan manusia.
Al-Farabi mempunyai pengaruh besar di bidang ilmu sains dan
filsafat selama beberapa abad, dan diberi julukan sebagai yang kedua
terbaik dalam pengetahuan setelah Aristoteles pada masanya. Hasil
karyanya mengenai filsafat dan sufisme, membuka jalan bagi karya Ibnu
Sina.
Al-Farabi juga menulis sebuah komentar panjang mengenai karya
Aristoteles, dan di salah satu karya terbaiknya Al-Madina al-Fadila, ia
mencetuskan teori mengenai negara yang ideal seperti yang ada di dalam
karya Plato berjudul The Republic. Al-Farabi menampilkan agama
sebagai sumber simbolis bagi kebenaran, dan seperti halnya Plato,
menganggap bahwa tugas para filosof adalah menyediakan bimbingan
terhadap negara. Dengan pengaruh dari karya-karya Aristoteles yang
dipelajarinya dalam The Ideas of the Citizens of the Virtuous City dan
buku-buku lainnya, Al-Farabi mengembangkan pandangan bahwa filsafat
dan revelation adalah dua model berbeda yang menuju kebenaran yang
sama.
10.
Fisika
Al-Farabi juga dikenal sebagai ilmuwan Islam pertama yang
meneliti keberadaan ruang hampa dalam Fisika islam. Dalam
20
Psikologi
Dalam psikologi,
istilah-istilah
psikologi
sosial
dan
kota
D. Refleksi
a. Komentar terhadap sang tokoh
Menurut saya Al- Farabi sebagai filosof Islam yang pertama kali
membawa wacana filsafat secara lebih mendalam. Ia mendirikan tonggaktonggak filsafat Islam yang kemudian banyak diikuti oleh filosof Islam
yang lain. Gelar Guru Kedua terhadap dirinya membuktikan keseriusannya
dalam membina filsafat Islam walaupun harus berjuang keras untuk itu.
Walaupun pemikiran metafisikanya banyak dikritik oleh pemikir muslim
belakangan seperti al-Ghazali.terutama dalam metafisika emanasi, figur alFarabi masih menarik untuk didiskusikan. Sumbangannya dalam bidang
21
fisika, metafiska, ilmu politik, dan logika telah memberinya hak untuk
menempati posisi terkemuka yang tidak diragukan lagi diantara filosoffilosof Islam.
b. Relevansi pemikiran sang tokoh terhadap perkembangan islam saat ini
1) Al Farabi juga telah membuka jalan terhadap filsuf-filsuf barat dalam
memahami ajaran-ajarannya.
2) Al Farabi berpikiran logika yang artinya manusia dapat membenarkan
pemikiran orang lain atau pemikiran manusia itu sendiri sehingga
tidak ada kerancuan dan saling salah menyalahkan dalam pemikiran
itu sendiri.
3) Menurut Al Farabi seluruh orang yang ada di dalamnya (negara)
dipimpin oleh seorang pemimpin yang bijaksana, adil, cakap dan
mengerti segala sesuatu hal tentang kehidupan agar dapat mengayomi
rakyatnya secara baik dan benar sehingga menjadikan rakyatnya
menjadi makmur, aman dan sejahtera.
c. Keteladanan yang bisa diimplementasikan sebagai pelajar
1) Menggabungkan antara kemampuan teoretis dari belajar yang
diaplikasikan dan tindakan praktis.
2) Memiliki sifat qanaah seperti beliau menjadi seorang yang amat
sederhana, tidakgilakan harta dan cintakan dunia.
3) Tidak setengah- setengah dalam mempelajari suatu ilmu.
4) Lebih bersifat adil kepada siapapun.
5) Mengayomi seluruh anggota masyarakatnya dengan mendahulukan
prinsip kebersamaan dan keutamaan secara utuh.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah tentang Al-Farabi, maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Takhan Ibn Auzalagha tau yang
lebih dikenal dengan sebutan al-Farabi dilahirkan pada tahun 257 H atau
870 M dan meninggal pada tahun 950 M atau pada tahun 258 H-339 H.
Sebagai suatu sistem pembangunan filsafat, Al-Farabi telah membaktikan
hidup dan pemikirannya pada masyarakat dunia Islam dan tidak terkecuali
bagi kaum nasrani dan yahudi. Al-Farabi merupakan seorang filusuf
muslim yang menjauhi dunia politik, keramaian dan gaungan serta
kericuhan masyarakat. Ia telah membuahkan karya dan pemikirannya
yang sampai sekarang banyak dianut oleh masyarakat barat dan timur.
2. Al-Farabi yang dikenal sebagai filosof Islam terbesar, memiliki keahlian
dalam banyak bidang keilmuwan dan memandang filsafat secara utuh dan
menyeluruh serta mengupasnya dengan sempurna.
3. Al-Farabi sebagai filosof Islam yang pertama kali membawa wacana
filsafat secara lebih mendalam. Ia mendirikan tonggak-tonggak filsafat
Islam yang kemudian banyak diikuti oleh filosof Islam yang lain. Gelar
Guru Kedua terhadap dirinya membuktikan keseriusannya dalam
membina filsafat Islam walaupun harus berjuang keras untuk itu.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://farisah-amanda.blogspot.co.id/2010/03/blog-post.html
24
https://www.academia.edu/9436330/Pemikiran_Filsafat_Al-Farabi
https://www.scribd.com/doc/208681537/Biografi-Karya-karya-Dan-Filsafat-AlFarabi
https://www.facebook.com/permalink.php?
id=428219220586726&story_fbid=428635367211778
file:///E:/Ica's%20personal%20blog_%20Tokoh%20Ilmu%20Mantiq_%20AlFarabi.html
file:///E:/FILSAFAT%20ALFARABI%20_%20Kumpulan%20Makalah%20&
%20Skripsi.html
http://syafieh.blogspot.co.id/2013/04/filsafat-islam-ar-farabi-dan-pemikiran.html
http://dokumen.tips/documents/tokoh-tokoh-islam-561abe1c045df.html
25