You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari
307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/ 100.000 KH pada tahun 2007
(SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target RPJMN
2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan Tujuan Pembangunan Milenium
(Millenium Development Goals), yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015. Faktor yang
berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre
eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian
ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU
(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut
SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan
kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya
dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita
penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular
seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data SDKI Tahun
2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu.1,2
Malaria pada kehamilan seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu,
janin dan bayinya. Menurut laporan GFATM Malaria periode tahun 2008 - 2010, di daerah
endemis, prevalensi ibu hamil positif Malaria 38,2%, dan menurut data SDKI 2007, di daerah
endemis malaria, ibu hamil yang memakai kelambu hanya 29,0%. Masalah lain adalah HIV pada
ibu hamil, selain mengancam keselamatan ibu juga dapat menular kepada bayinya (mother-to1|ANC

child transmission). Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2009, dari 10.026 ibu hamil
yang menjalani test HIV, sebanyak 289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Sifilis
merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga perlu mendapat perhatian. Ibu hamil
yang menderita Sifilis berpotensi untuk melahirkan bayi dengan Sifilis kongenital. Data terbatas
dari tiga kabupaten model, dari 2.640 ibu hamil yang diperiksa, yang positif 52 ibu hamil
(1,97%). Penyakit menular lain yang masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
adalah Tuberkulosis (TB). Pada ibu hamil TB dapat memperburuk kesehatan dan status gizi ibu,
serta mempengaruhi tumbuh kembang janin dan risiko tertular pada bayinya.Penyakit kronis
seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma berat, dan gangguan jiwa sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin dan bayi baru lahir. Penanganan penyakit kronis
pada ibu hamil masih belum seperti yang diharapkan dan datanya juga belum terekam dengan
baik.Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asupan zat besi pada perempuan khususnya ibu hamil
dapat menyebabkan anemia yang akan menambah risiko perdarahan dan melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah, prevalensi anemia pada pada ibu hamil sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di
samping kekurangan asupan zat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kecacingan dan
Malaria.2,3
Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan konsumsi garam
beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS) yang berisiko kurang energi kronik
(KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup
(Riskesdas 2007).Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang menyertainya,
perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui kegiatan brain boos
termeliputi stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil. Masalah Kekerasan
terhadap Perempuan (KtP) merupakan masalah global yang terkait dengan kesehatan dan hak
asasi manusia. Ibu hamil yang mendapat kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami
maupun orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan
antenatal adalah cakupan K1 - kontak pertama dan K4 - kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi,sesuai standar. Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal
saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% (data Kementerian Kesehatan tahun
2|ANC

2009). Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota
yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang tidak
menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan
(missed opportunity).3
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan antenatal di fasilitas
kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/kelompok perlu dilaksanakan
secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan
rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi,
HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa
program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program2

3|ANC

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.Sehingga yang diharapkan pada
Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit
dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak
terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Antenatal care meliputi:
1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutamaditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janindalam rahim.
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan.
2.2 Konsep Pelayanan
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan,
pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang
diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir
serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal.Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin,
sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal
terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi3
hal-hal sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
b)

berlangsung sehat;
Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan.
Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
4|ANC

c)

Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi

penyulit/komplikasi.
d) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat bila diperlukan
e) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi
Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus Memberikan pelayanan


yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:2,3,6
a) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram
selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
b) Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko
kurang energi kronis (KEK). Kurang energikronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

5|ANC

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari
23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
c) Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)
d) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai
dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

Umur Kehamilan

Tinggi Fundus Uteri


6|ANC

12 minggu

3 jari di atas simpisis

16 minggu

simpisis-pusat

20 minggu

3 jari di bawah pusat

24 minggu

Setinggi pusat

28 minggu

3jari di atas pusat

34 minggu

pusat-prosessus xifoideus

36 minggu

3 jari di bawah prosessus xifoideus

40 minggu

jari di bawah prosessus xifoideus

e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)


Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan
adanya gawat janin.
f) Tentukan presentasi janin;
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada
trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti
ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
g) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

7|ANC

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT.
Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT
pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.Pemberian imunisasi TT lengkap6,7
a. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
b. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
c. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
d. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup
h) Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat Tablet zat besi minimal
90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
i) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukanminimal sekali pada trimester
pertama dan sekali pada trimesterketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu
hamiltersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannyakarena kondisi anemia
dapat mempengaruhi proses tumbuhkembang janin dalam kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan padatrimester kedua dan ketiga
atas indikasi. Pemeriksaan iniditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil.Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu
hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harusdilakukan pemeriksaan gula
darah selama kehamilannyaminimal sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimesterkedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhirtrimester ketiga).
e. Pemeriksaan darah Malaria
8|ANC

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam
rangka skrining pada kontakpertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria
dilakukanpemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggidan ibu hamil yang
diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknyadilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

g. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggikasus HIV dan ibu hamil
yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamilsetelah menjalani konseling kemudian diberi
kesempatan untukmenetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.
j) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicuriga menderita Tuberkulosis
sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
k) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
l) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga
kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama
kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya
Perawatan tubuh dan pakaian
Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih dan tidak ada
ikatan yang ketat pada daerah perut. Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan.
Perubahan anatomik pada perut, area genitalia/ lipat paha, dan payudara menyebabkan
lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvasi oleh mikroorganisme.
Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam
9|ANC

bathtub dan melakukan vaginal touch. Gunakan pakaian yang longgar, bersih, dan
nyaman dan hindarkan sepatu berhak tinggi dan alas kaki keras (tidak elastis) serta korset
penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi
hari. Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik
yang menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan. Beristirahat cukup, minimal 8 jam
pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan melakukan kebiasaan
merokok selama hamil harena dapat menyebabkan vasopasme yang berakibat anoksia
janin, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan congenital, dan solusio
plasenta.
Perawatan Payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi
dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan
membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar
karena pengurutan yang salah dapat
menimbulkan kontraksi pada rahim. Membasahi areola dan puting susu secara lembut
dapat mencegah retak dan lecet. Untuk sekresi yang mongering pada puting susu, lakukan
pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara
menegang, sensitive, dan menjadi lebih berat, maka gunakan penopang payudara yang
sesuai (brassiere).
Perawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada trimester
pertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester pertam dikaitkan dengan hiperemesis
dan ptialisme (produksi air liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus
selalu terjaga. Pada trimester ketiga terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk
pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan
pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu
hamil sangat rentan terhadap terjadinya caries dan gingivitis.
Buang air besar,
pada wanita hamil kemungkinan mengalami obstipasi karena kurang gerak badan,
peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon, dan tekanan rektum oleh kepala. Akibat
obstipasi, berisi penuh oleh usus yang berisi feces dan uterus yang membesar, maka hal
tersebut dapat menimbulkan bendungan di dalam panggul. Bendungan ini memudahkan

10 | A N C

timbulnya haemorroid dan pyelitis. Pencegahannya ialah dengan minum banyak air,
gerak badan yang cukup, makan yang banyak mengandung serat seperti sayur dan buah.

Coitus, pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak melakukan coitus

pada hamil muda. Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus dilakukan secara
hati-hati. Coitus pada akhir kehamilan juga lebih baik dihindarkan, karena kadangkadang menimbulkan infeksi pada persalinan dan nifas serta dapat memecahkan ketuban
pada multipara. Selain itu sperma mengandung prostaglandin yang dapat menimbulkan
kontraksi uterus.

Kesehatan jiwa, karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam menghadapi


persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan fisik

tetapi juga latihan kejiwaan.


c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami
dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya
persalinan, kebutuhan bayi,transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting
apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke
fasilitas kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil
tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tandabahaya ini
penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan
ke tenaga kesehtan kesehatan
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang
janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum Tablet tambah
darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya
1. Makanan (diet)
ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan protein
yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Jumlah kalori yang
11 | A N C

dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya adalah 2.500 kalori. Pengetahuan berbagai jenis
makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan
secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori
yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi
untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak
melebihi 10-12 kg selama hamil.
Protein (obstetri fisiologi)
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari. Jumlah ini lebih
banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada wanita hamil metabolisme
bertambah untuk pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, pertumbuhan buah dada, dan
untuk pertambahan volume darah. Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, telur). Defisiensi protein dapat
menyebabkan kelahiran premature, anemia, dan edema.2,10.11
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang
mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium
dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan
yang diperoleh dari pengikatan dan penghantaran oksigen melalui hemoglobin di sel-sel
darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat
besi pada ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setekah trimester kedua. Zat besi
yang diberikan dapat berupa ferrosus gluconate, ferrosus fumarate, atau ferrosus sulphate.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Vitamin (obstetri fisiologi)
Pada binatang percobaan kekurangan vitamin dapat menimbulkan kelainan bawaan dan
abortus. Pada manusia pengaruh tersebut belum terbuktitetapi bagaimanapun vitamin
perlu untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Vitamin A diperlukan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Vitamin B complex terdiri dari vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), asam
nicotin dan vitamin B6. Vitamin B1 adalah vitamin anti neuritis. Asam nikotin
bersifat anti pellagra. Sedangkan jika keurangan B2 menyebabkan cheilosis.
Ada kemungkinan bahwa kekurangan vitamin B complex dapat menyebabkan
12 | A N C

perdarahan pada bayi, menambah kemungkinan perdarahan post partum, dan

atrofi dari ovaria.


Vitamin C penting sekali untuk pertumbuhan janin.
Vitamin D bersifat anti architis.
Vitamin E penting untuk reproduksi dan pertumbuhan embrio.
Asam folat
Sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.

Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per
hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu

hamil.
Air (obstetri fisiologi)
Wanita hamil harus minum cukup banyak air kira-kira 6-8 gelas sehari. Air

menambah keringat dan juga pengeluaran racun dari usus dan ginjal.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus dan
pendarahan pasca persalinan. Jika makan makanan berlebihan karena beranggapan untuk
porsi dua orang dapat menyebabkan komplikasi seperti gemuk, pre-ekslamsia, janin besar
dan sebagainya.8,9
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya
penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakittidak menular (misalnya hipertensi) karena
dapat mempengaruhipada kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV
Daerah tertentu (risiko tinggi).Konseling HIV menjadi salah satu komponen
standar daripelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang
risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya,dan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untukmenjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIVpositif
maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya
apabila ibu hamil tersebut HIV negatifmaka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif
selamakehamilannya, menyusui dan seterusnya.9,10
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah
bayi lahir karena ASI mengandung zatkekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan
bayi. PemberianASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan

13 | A N C

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan


untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibupunya waktu merawat kesehatan diri sendiri,
anak, dan keluarga.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasauditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (
brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.
2.3 Jenis Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu
dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai denganketentuan yang berlaku.2,3
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
2.3.1 Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit
yang kemungkinan diderita ibu hamil:
Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan mudaterutama pada pagi hari
namun kondisi ini biasanya hilangsetelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak
perludikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga tidakdapat makan dan
berat badan menurun terus.
Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari maka perludiwaspadai.
Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janin.
Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan tanda bahaya
sehingga ibu hamil harus waspada.
Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari liang rahim dan
kadang-kadang berbau merupakan salahsatu tanda bahaya pada kehamilan.
Batuk lama
14 | A N C

Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut.Dapat dicurigai ibu
menderita TBC.
Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah pada kehamilan
yang harus diwaspadai.
Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa lelah, mengantuk
yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu
menderita kurang darah.
Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena
bayi menekan paru-paru ibu.Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu
diwaspadai.
Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil.
Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke empat. Apabila gerakan
janin belum muncul pada usia kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak
ada gerakan maka ibu hamil harus waspada.
Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara sendiri,
tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan
karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya
maka akan dikonsulkan ke psikiater.
Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu hamil seringkali
sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau berterus terang pada kunjungan
pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan
masalahnya kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas
kesehatan diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan
dukungan agar mau membuka diri.
Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat
penyakit yang diderita ibu.Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
15 | A N C

Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,diuretika, anti

vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dansebagainya.


Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayatpemakaian obat

Malaria
Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayatpenyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah penanggulangan penyakit

menular seksual
Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,frekuensi dan

kualitas asupan makanan terkait dengankandungan gizinya.


Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapikemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
1. Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2. Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau dirumah sakit?
3. Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami ataukeluarga terdekat.
Masyarakat/organisasi masyarakat, kader,dukun dan bidan dilibatkan untuk
kesiapan dan kewaspadaandalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan
obstetridan neonatal
4. Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadipendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donordarah yang
sewaktu-waktu

dapat

menyumbangkan

darahnyauntuk

keselamatan

ibu

melahirkan.
5. Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harusdirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengankesepakatan
bersama yang dapat dipergunakan untukmengantar calon ibu bersalin ke tempat
persalinan termasuktempat rujukan. Alat transportasi tersebut dapat berupa
mobil,ojek, becak, sepeda, tandu, perahu, dsb.
6. Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak.
Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin
(dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk membantu pembiayaan
mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan. Informasi anamnesa bisa
diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kaderataupun sumber informasi
16 | A N C

lainnya yang dapat dipercaya.Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu
diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan
minimal 1 kalikunjungan diantar suami.

2.3.2 Pemeriksaan
Pemeriksaan Status Present ( kondisi saat ini ): Keadaan umum, nadi, TD,
Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat badan, tinggi badan. Bila ada
tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera dikirim ke ruang rawat inap untuk penanganan
selanjutnya.Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut, gigi
(apakah
ada caries), tonsil / faring (apakah ada tonsilitis / faringitis), hal ini perlu diperhatikan
karena merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan gangguan pada ibu hamil dan
janinnya yang lebih serius, pemeriksaan mata, kuping, hidung, rambut, dan lain-lain.
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta mengosongkan kandung kemih
dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut semifleksi.6,12
LEOPOLD I :
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau
kosong).
LEOPOLD II
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan
kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung
janin nantinya.
- Tentukan bagian-bagian kecil janin.
LEOPOLD III
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan
perasaan tak nyaman bagi pasien.
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah
mengalami engagement atau belum.
LEOPOLD IV
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
- Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
17 | A N C

Pemeriksaan genitalia eksterna ( kemaluan luar ), dan kalau perlu melakukan


pemeriksaan dalam (kalau tidak ada kontra indikasi seperti dugaan plasenta previa untuk
mengetahui keadaan panggul dan turunnya bagian bawah anak, apakah dalam keadaan
inpartu, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) danpsikologis (kejiwaan) ibu
hamil.2,3

2.3.3 Pemeriksaan penunjang


Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat melakukan
pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV. Fetal anomalies dengan
amniosintesis, USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah air ketuban, posisi anak,
keadaan plasenta, dan lain-lain). Skrining untuk infeksi saluran kencing dan penyakit hubungan
seksual. Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi, amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang lain.
Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk menegakkan diagnosa.
Kehamilannya normal atau tidak. Kemudian dapat melakukan penyaringan pasien apakah
termasuk golongan Kehamilan Resiko Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat inap atas
indikasi ibu dan anak. Hal tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin.
Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan kehamilan
dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya pada tenaga medis akan

18 | A N C

mengalami resiko kematian 3-7 kali dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan
kehamilannya.
2.4 Jadwal Kunjungan
a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali selama kehamilan.
Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sebanyak 4 kali sudah
cukup sebagai kasus tercatat.7
1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya satu
bulan.
2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.
3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai
terjadinya persalinan.
b. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu trimester
pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali.
c. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin
tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknaes, 2003:45).
Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama kehamilan. Kunjungan
pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28 minggu, lalu 1 kali kunjungan selama
kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi
bila kehamilan dengan resiko tinggi atau dengan penyulit perhatian dan jadwal kunjungan harus
lebih sering.
Dari kunjungan satu ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan:

Keluhan yang dirasakan ibu hamil


Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
Umum
- Tekanan darah
- Respirasi
- Nadi
- Temperatur tubuh
Abdomen
- Tinggi fundus uteri
- Letak janin (setelah 34 minggu)
- Presentasi janin
- Denyut jantung janin
19 | A N C

Pemeriksaan tambahan
- Proteinuria
- Glukosuria
- Keton
Menilai kesejahteraan janin
Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi dapat dilakukan berbagai
jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik yang diperoleh dari ibu hamil
maupun pemeriksaan oleh petugas kesehatan. Pemeriksaan yang memerlukan peralatan
canggih umumnya dilakukan alat pencatat denyut jantung janin (kardiotokografi) dan
ultrasonografi yang disebut dengan pemeriksaan profil biofisik janin (biophysic profile).
Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:
- Pengukuran tinggi fundus uteri terutama usia kehamialn >29 minggu yang akan
disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan. Tinggi fundus yang
-

normal sama dengan usia kehamilan.


Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam)
Gerakan janin
Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan hipoksia berat

atau janin meningggal


- Denyut jantung janin
- Ultrasonografi
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan diatas, juga dilakukan
pemeriksaan tentang:
- Penilaian besar janin, letak dan presentasi
- Penilaian luas panggul
2.5 Beberapa Gejala dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12 %
kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan
tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan
yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya
penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu
maupun bayi yang dikandungnya.6

20 | A N C

2.5.1 Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya
disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 % kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang
umumnya 60-80 % disebabkan oelh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun
ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan
ukuran pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih besar, pada umumnya
disebabkan oleh mola hidantidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan tidak
jelas, pembesaran uterus lebih kecil dari seharusnya, dan adanya massa di adneksa biasanya
disebabkan oleh kehamilan ektopik.6
Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada umumnya disebabkan
oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi
segmen bawah rahim yang menjadi implantasi plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan
menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila
segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin,
maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu.
Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat
tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta previa menjadi
penyebab dari 25 % kasus perdarahan antepartum.6
Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40 %)
atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan perdarah anterpartum.6
2.5.2 Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan
peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data
informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis dengan preeklampsia.6
2.5.3 Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum

21 | A N C

Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan
riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik
dari jenis yang disertai perdarahan yang keluar (revealed) maupun tersembunyi (concealed):
-

Trauma abdomen
Preeklampsia
Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
Bagian-bagian janin sulit diraba
Uterus tegang dan nyeri
Janin mati dalam rahim

2.5.4 Gejala dan Tanda Lain yang Harus Diwaspadai


Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan
adalah sebagai berikut:

Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan (hiperemesis gravidarum)


Disuria
Menggigil atau demam
Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya

2.6 Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium/ penunjang
lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat
dapat mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.Berikut
ini adalah penanganan dan tindak lanjut kasus

22 | A N C

23 | A N C

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil
maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi
komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan
kesehatan.
Asuhan Antenatal itu sendiri penting unuk menjamin proses alamiah kelahiran berjalan
normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Tujuan dari asuhan
Antenatal Care adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu
serta tumbuh kembang bayi, juga untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu. Disamping itu Antenatal Care juga bertujuan untuk mengenali secara dini
adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
Temu Wicara dengan dokter sangatlah penting untuk mengklasifikasikan apakah ibu
hamil dalam status kehamilan resiko tinggi, oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memeriksa
diri secara teratur dan mendapat pelayanan kebidanan yang optimal.

24 | A N C

DAFTAR PUSTAKA
1. Angka Kematian Ibu, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Diunduh
dari www.Litbang.depkes.co.id, diakses pada 11 Juli 2014.
2. Data
dan
Informasi
untuk
Pimpinan,

diunduh

dari

http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&%20Informasi%20untuk
%20Pimpinan.pdf ,diakses pada 10 Juli 2014.
3. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu ; Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat 2010, diunduh dari www.kesehatanibu.depkes.go.id, diakses pada
11 Juli 2014.
4. Bobak, Irenne M.; Lowdermilk, Deltra Leonard; and Jensen, Margaret Duncan. 2005.
Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4. Jakarta: EGC
5. Ida bagus Gde Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. EGC. Jakarta.
6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri patologi. Ed
2.EGC. Jakarta.
7. Adriaansz G,Asuhan Antenatal,Buku ilmu kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Penerbit
Prawirohardjo. Jakarta. 2009. P278-287.
8. Reeder; Martin; Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas: kesehatan wanita, bayi,
dan keluarga volume 1 edisi 18. Jakarta : EGC
9. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2006. p278-287.
10. Salimah; Rusmiati; Maryanah; Susanti Ni Nengah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal.
Jakarta: EGC
11. Sastrawinata S. obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung, 2003.

25 | A N C

12. Sherwood L., Human Physiology From Cells To Systems, 6th Edition, Thompson
Brooks/Cole, 2007.

26 | A N C

You might also like