Volume 2012, Article ID 426192, 3 pages doi:10.1155/2012/426192 Review Article
Pendekatan klinis terhadap Anak
dengan Glomerulonefritis Akut Thomas R.Welch Bagian Pediatrik, Rumah Sakit Anak Upstate Golisano, One Childrens Circle, SUNY Upstate Medical University, Syracuse, NY 13210, USA Korespondensi ditujukan kepada Thomas R.Welch, welcht@upstate.edu Diterima 17 Agustus 2011; Disetujui 13 Oktober 2011 Editor Akademik: Jyothsna Gattineni Hak Cipta 2012 Thomas R.Welch. Artikel ini merupakan artikel terbuka yang didistribusikan dalam the Creative Commons Attribution License, yang mengizinkan penggunaan tidak terbatas, dan pembuatan ulang pada media apapun, karya asli disitasi dengan baik. Glomerulonefitis akut atau acute glomerulonephritis (AGN) merupakan kondisi umum pada masa kanak-kanak. Banyak anak-anak dengan AGN dapat ditangani pada pelayanan kesehatan primer. Diagnosis biasanya dibuat berdasarkan termuan urin rutin, terutama adanya sel darah merah samar. Salah satu pemeriksaan awal yang paling penting adalah menentukan kadar komplemen C3; hypocomplementemia merupakan karakteristik dari AGN pasca streptococcal, sedangkan normocomplementemia paling sering dilihat dengan nefropati IgA. Anak yang menderita AGN disertai dengan hipertensi atau insufisiensi renal yang signifikan dapat dinilai segera oleh seorang dokter spesialis. Adanya tanda atau gejala ektra renal serius juga merupakan indikasi rujuk darurat. Apabila tidak demikian, follow up serial pada klinik pelayanan primer sudah tepat. 1. Pendahuluan Banyak anak dengan glomerulonefritis akut atau acute glomerulonephritis (AGN) ditemukan pertama kali di klinik dokter layanan primer. Kontak awal ini penting dalam menentukan disposisi yang paling tepat bagi anak juga untuk segera mengidentifikasi ancaman nyawa apapun. Artikel ini akan meninjau pendekatan klinik terhadap AGN pada anak berdasarkan pada dasar yang kuat dalam patofisiologi. Artikel ini dimulai dengan gambaran patologi dan patofisiologi dari glomerulonefritis dan kemudian menyajikan outline praktis dari aspek penting dari riwayat dan pemeriksaan fisik
yang berkaitan dengan anak yang diduga
menderita AGN. Artikel ini kemudian akan menyediakan pedoman dalam memilih dan menginterpretasikab studi laboratorium yang seusia untuk penilaian awal. Terakhir, beberapa pedoman, akan disediakan dalam merujuk anak dengan AGN, meliputi pembahasab berbagai situsi yang dapat ditangani pelayanan primer dengan tepat. 2. Tinjauan Umum AGN AGN merupakan temuan kompleks yang ditandai secara histologis dengan inflamasi glomerular secara umum. Sering kali, biopsi ginjal tidak ada, tetapi AGN biasanya dapat dikenali oleh gambaran klinis seperti hematuria, overload cairan
(edema dan hipertensi), dan adanya bukti
insufisiensi renal (peningkatan BUN dan kreatinin). Pada sebagian besar keadaan, inflamasi glomerular dimulai oleh reaksi antigenantibodi, dapat berupa pengikatan langsung antibodi terhadap antigen yang diekspresikan atau yang terperangkap di glomerulus, atau lokalisasi kompleks sirkulasi di ginjal. Jejas pada daerah ini mengaktivasi satu atau lebih sistem mediator inflamasi: kaskade komplemen, faktor koagulasi, sitokin, faktor pertumbuhan, dan lain-lain. Inflamasi ditandai oleh proliferasi sel glomerular resident dan infiltrasi limfosit atau neutrofil. Inflamasi glomerular dan perluasan gangguan mikrosirkulasi menurunkan glomerular filtration rate (GFR) dan biasanya menimbulkan peningkatan BUN dan kreatinin. Penurunan GFFR ini menyebabkan retensi garam dan air sehingga menyebabkan overload cairan. Derajat overload cairan pada AGN dapt bervariasi. Pada situasi yang berat, dapat bermanifestasi sebagai hipertensi emergensi dan edema paru. Tentunya encefalopati hipertensi dapat menjadi keluhan pada beberapa anak dengan AGN [1]. Pada beberapa situasi, AGN merupakan proses primer dan seluruh temuan klinis merupakan akibat dari lesi ginjal. AGN Post streptococcal merupakan contoh terbaik untuk kasus seperti ini [2]. Pada kasus lain, AGN merupakan manifestasi dari penyakit sistemik yang menarget berbagai organ, yang mengalami jejas masing-masing. Pada anak-anak, AGN berhubungan dengan Henoch Schoenlein purpura merupakan prototype dari teori ini [3]. Sayangnya, pada sebagian besar kasus AGN pada anak dapat berupa self-limited atau menerima terapi walau mungkin
terdapat komplikasi berat penyakit pada
fase kronis. Pada kasus yang jarang, AGN dimulai karena adanya perkembangan proses kronis yang dapat berkembang menjadi end-stage renal disease (ESRD) ireversibel. 3. Riwayat dan Pemeriksaan Fisik Sebagian besar, anak dengan AGN dapat dikenali karena perkembangan tiba-tiba pada perubahan warna urin. Namun pada kesempatan lain, keluhan dapat berhubungan dengan komplikasi penyakit: kejang hipertensif, edema dan lain-lain. Penggalian riwayat dimulai dengan mendapatkan detil lebih tentang perubahan pada urin. Hematuria pada anak dengan AGN tampaknya berwarna seperti coke, teh, atau keruh. Warna merah segar pada urin lebih dikarenakan akibat dari masalah anatomis seperti urolitiasis [4] daripada glomerulonefritis. Warna urin pada AGN adalah seragam selama urin mengalir. Gross hematuria pada AGN selal tidak nyeri; disuria yang bersamaan dengan gross hematuria menunjukkan adanya sistitis hemoragik akut [5] daripada penyakit ginjal. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya menunjukkan adanya eksaserbasi dari proses kronik seperti nefropati IgA [6]. Walau riwayat infeksi streptococcal belakangan akan sesuai dengan AGN post streptococcal, riwayat seperti itu sering kali tidak ada. Hal ini selanjutnya penting untuk memastikan berbagai gejala yang sugestif komplikasi AGN. Gejalanya seperti nafas pendek atau intoleransi latihan akibat overload cairan atau nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau perubahan status mental akibat hipertensi. Karena AGN dapat hadir dengan keluhan penyakit multisistem, peninjauan lengkap sistem adalah penting. Hal yang perlu diperhatikan adalah ruam, rasa tidak nyaman pada sendi, perubahan berat badan belakangan ini, kelelahan, perubahan nafsu
makan, keluhan pernafasan dan paparan
pengobatan belakangan ini. Riwayat keluarga yang perlu diperhatikan adalah jika terdapat anggota keluarga dengan penyakit autoimun pada masa kanak-kanak dengan SLE maupun membrano proliferative glomerulonephritis (MPGN). Riwayat keluarga gagal ginjal (secara spesifik tanyakan tentang cuci darah dan transplantasi ginjal) dapat menjadi petunjuk pertama terhadap sebuah proses seperti sindrom Alport, yang awalnya muncul dengan gambaran AGN. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital yang teliti, terutama pada tekanan darah. Tekanan darah 5mm di atas persentil 99 berdasar usia, jenis kelamin dan tinggi anak, terutama bila disertai perubahan status mental, perlu perhatian lebih. Takikardi dan takipnea menunjukkan adanya overload carian simptomatik. Pemeriksaan teliti pada hidung dan tenggorokan dapat menyediakan bukti perdarahan, yang mensugestikan kemungkinan satu dari ANCA positive vasculitides seperti Wegners granulomatosis [7]. Limfadenopati leher dapat merupakan residu dari faringitis streptococcal yang baru-baru ini terjadi. Pemeriksaan jantung paru akan menunjukkan bukti overload cairan atau keterlibatan paru-paru yang menunjukkan adanyan sindrom paru-ginjal yang langka. Pemeriksaan abdomen juga merupakan pemeriksaan yang penting. Ascites dapat ditemukan bila terdapat komponen nefrotik dari AGN. Hepato atau splenomegali menunjukkan adanya gangguan sistemik. Nyeri abdomen yang signifikan dapat menyertai HSP. Edema skrotum dapat terjadi pada sindrom nefrotik juga dan temuan orkitis pada HSP. Pemeriksaan yang sangat hati-hati pada kulit penting pada AGN. Ruam HSP, yang dikarakteristikan berwarna merah, awalnya dapat tidka jelas dan terbatas pada bokong atau bagian belakang kaki. Edema perifer akibat retensi garam dan air dapat
ditemukan pada AGN, tetapi biasanya
lebih kea rah edema halus brawny dari pada pitting edema yang merupakan karakteristik sindrom nefrotik. Keterlibatan sendi terjadi pada kelainan multisistem dengan AGN. Sendi kecil (misalnya jari) lebih cenderung ke arah SLE, sedangkan keterlibatan lutut ditemukan pada HSP. 4. Pemeriksaan Laboratorium Tentunya, urinalisis yang baik merupakan hal pertama yang dilakukan untuk menilai anak dengan curiga AGN. Adanya sel darah merah samar, yang tidak dapat terlihat kasat mata merupakan diagnosis adanya glomerulonefritis [8]. AGN merupakan proses inflamasi, sehingga tidak jarang juga ditemukan sel darah putih pada urin nerfritik. Sayangnya, hal ini seringkali diarahkan ke infeksi saluran kemih sehingga diagnosisnya tidak tepat. Proteinuria juga terdapat pada AGN walaupun berbagai penyebab gross hematuria dapat menyebabkan adanya protein pada urin. Jika urin tidak grossly bloody, adanya hematuria disertai adanya proteinuria selalu berarti glomerulonefritis. Pemeriksaan darah awal yang diperlukan pada curiga AGN sebenarnya terbatas; pemeriksaan imunologis yang lebih canggih, misalnya studi second tier yang dilakukan setelah adanya hasil awal. Tentunya, menilai fungsi ginjal dan elektrolit merupakan langkah pertama yang penting, seperti mendapatkan hemogram. Anemia derajat ringan sering kali ditemukan pada AGN dan tampaknya dilusional; anemia yang lebih jelas akan menjadi bukti adanya proses yang lebih kronik. Tidak terdapat perubahan penting pada hitung sel darah putih atau hitung platelet pada sebagian besar penyebab AGN. Hitung platelet normal pada kasus adanya ptekie dan purpura merupakan temuan umum pada HSP.
Selain uji dasar tersebut, hanya beberapa
yang berguna dalam penilaian awal. Kadar albumin serum biasanya termasuk; hipoalbuminemia derajat ringan biasa terjadi pada berbagai proses inflamasi seperti pada HSP, tetapi kadar <2,0 mg/dL sangat tidak biasa pada AGN dan menunjukkan adanya proses dengan komponen sindrom nefrotik. Sejauh ini, uji yang paling penting (dan paling sering terlupakan) adalah untuk mendapatkan penilaian awal sistem komplemen. Umumnya hal ini berarti mendapatkan sebuag serum C3 dan C4; komplemen hemolitik total (CH50) umumnya hanya historical interest. AGN post streptococcal dikarakteristikan oleh kadar C3 yang sangat rendah, terkadang dengan penurunan minimal pada C4 [9]. Kadar C4 tidak begitu jelas dan sepertinya dikarenakan aktivasi Type III cryoglobulins. Pentingnya pengukuran tepat waktu C3 tidak dapat overstressed. Hipokomplemenemia AGN post streptococcal sering kali kembali normal dalam enam sampai delapan minggu. Di lain pihak, kelainan urin dapat bertahan lebih lama. Lalu, jika anak dengan kelainan urin dalam beberapa minggu tidak dilakukan pemeriksaan C3 lebih awal, dapat menjadi tidak mungkin untuk membuat diagnosis AGN post streptococcal dengan yakin tanpa biopsi ginjal. Seluruh uji tersebut seharunya dapat didapatkan dengan mudah di pelayanan kesehatan primer dan biasanya akan dapat mengidentifikasi kepada siapa anak perlu dirujuk. 5. Penanganan di Klinik Beberapa anak dengan AGN akan memerlukan perujukan segera ke dokter nefrologis pediatrik. Anak dengan hipertensi berat (lebih dari 5mm di atas persentil 99th), terutama jika diikuti oelh berbagai keluhan neurologis, harus segera
dirujuk. Sama halnya dengan anak dengan
insufisiensi ginjal yang harus dinilai oleh dokter spesialis. Ketik AGN bersamaan dengan sindrom nefrotik, diagnosis dan intervensi terapeutik tambahan juga bukan bagian praktik pelayanan kesehatan primer. Akan tetapi, pada situasi tersebut, banyak anak yang masih ditangani di pelayanan kesehatan primer. Contohnya saja anak dengan AGN akibat HSP, yang memiliki tekanan darah normal, memiliki fungsi ginjal normal, dan tidak nefrotik memerlukan observasi serial yang teliti. Walaupun kelainan urin dapat bertahan setelah penyakit sembuh, anak tersebut memiliki risiko yang sedikit untuk mengalami kerusakan ginjal permanen. Banyak anak dengan AGN post streptococcal dapat juga ditangani di pelayanan kesehatan primer, tetapi hal ini memerlukan komitmen terhadap pemeriksaan serial. Ancaman utama pada anak tersebut adalah hipertensi dan komplikasinya, dan kondisi ini dapat berubah lebih buruk dalam beberapa hari. Di lain pihak, AGN post streptococcal khas dengan hipertensi minimal (misalnya tekanan darah antara persentil 95 dan persentil 99) dan tidak terdapat gagal ginjal, terapi dengan loop diuretic sudah tepat, dengan pengukuran tekanan darah setiap harinya. Kelainan urin pada AGN post streptococcal dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, bahkan sampai satu tahun. Indikator kesembuhan terbaik penyakit ini adalah kembalinya kadar C3 ke normal. Hal ini umumnya terjadi dalam 6-8 minggu. Penurunan persisten kadar C3 memerlukan rujukan, karena hal ini dapat menjadi indikator bahwa AGN sebenarnya merupakan gejala awal dari proses yang lebih kronis seperti MPGN [10]. Referensi
1. H. Gm, H. Per, S. Kumanda, and
A. Yikilmaz, Reversible posterior leukoencephalopathy syndrome in childhood: report of nine cases and review of the literature, Neurological Sciences, vol. 31, no. 2, pp. 125131, 2010. 2. T. M. Eison, B. H. Ault, D. P. Jones, R. W. Chesney, and R. J. Wyatt, Poststreptococcal acute glomerulonephritis in children: clinical features and pathogenesis, Pediatric Nephrology, vol. 26, pp. 165180, 2011. 3. R. Bogdanovi, Henoch-Schnlein purpura nephritis in children: risk factors, prevention and treatment, Acta Paediatrica, vol. 98, no. 12, pp. 18821889, 2009. 4. B. Hoppe and M. J. Kemper, Diagnostic examination of the child with urolithiasis or nephrocalcinosis, Pediatric Nephrology, vol. 25, no. 3, pp. 403413, 2010. 5. H. J. Lee, J. W. Pyo, E. H. Choi et al., Isolation of adenovirus type 7 from the urine of children with acute hemorrhagic cystitis, Pediatric Infectious Disease Journal, vol. 15, no. 7, pp. 633634, 1996. 6. R. Coppo and G. D'Amico, Factors predicting progression of IgA nephropathies, Journal of Nephrology, vol. 18, no. 5, pp. 503512, 2005. 7. M. E. Eustaquio, K. H. Chan, R. R. Deterding, and R. J. Hollister, Multilevel airway involvement in children with Wegener's granulomatosis: clinical course and the utility of a multidisciplinary approach, Archives of OtolaryngologyHead and Neck Surgery, vol. 137, no. 5, pp. 480485, 2011. 8. C. G. Pan, Evaluation of Gross Hematuria, Pediatric Clinics of North America, vol. 53, no. 3, pp. 401412, 2006. 9. T. R. Welch, The complement system in renal diseases, Nephron, vol. 88, no. 3, pp. 199204, 2001.
10. I. O. Dedeoglu, J. E. Springate, W. R.
Waz, F. B. Stapleton, and L. G. Feld, Prolonged hypocomplementemia in poststreptococcal acute glomerulonephritis, Clinical Nephrology, vol. 46, no. 5, pp. 302 305, 1996.