Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
Gangguan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus yang disebut
ileus obstruktif atau oleh gangguan peristaltic yang selanjutnya disebut sebagai
ileus paralitik.1
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdomenalis yang
sering dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen.
Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan didalam abdomen berupa inflamasi,
dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan
dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan
perforasi saluran cerna atau perdarahan.2
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000 400.000 menderita ileus setiap tahunnya.
Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruksi tanpa hernia
yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank
Data Departement Kesehatan Indonesia.
Pada referat ini akan dibahas mengenai ileus obstruksi khususnya
pada anak, mulai dari anatomi usus, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala
klinis, pemeriksaan fisik maupun penunjang, komplikasi, terapi sampai prognosis.
epidemiologi,
etiologi,
diagnosis,
gejala
klinis,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Usus
1. Usus halus
Duodeneum
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada
jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu
pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus
esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini
berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung).
2. Usus besar
mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon
descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum
menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon
sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan
menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan
perineum.
Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian
kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum)
dengan cabangnya yaitu ; arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, arteri kolika
media, serta arteri pancreaticoduodenalis inferior dan arteri mesenterika inferior
memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens
dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum) melalui arteri kolika sinistra, arteri
sigmoidalis, dan arteri hemoroidalis superior.3
Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi lymphatici
mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici msentericus superior
Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang
terletak di sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens dan
dua pertiga dari kolon transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi limphatici
mesentericus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga distal kolon
transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici mesentericus
inferior.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf ototonom dengan
perkecualian sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum,
appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan
parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolon
transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis
nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan
inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal
kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus
pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis
dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus.
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta
perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai
efek berlawanan.3
2.2
Histologi Usus
1. Usus halus
Dinding usus halus dibagi kedalam empat lapisan :3,4
a. Tunika serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap diatas duodenum,
hampir lengkap didalam usus halus mesenterika, kecuali pada sebagian
kecil, tempat lembaran visera dan mesenterika peritoneum bersatu pada
tepi usus.
b. Tunika muskularis. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk
tunika muskularis usus halus. Ia paling tebal didalam duodenum dan
berkurang tebalnya ke arah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinal
dan lapisan dalamnya stratum sirkular. Yang terakhir membentuk masa
dinding usus. Pleksus mienterikus saraf (auerbach) dan saluran limfe
terletak diantara kedua lapisan otot.
c. Tela submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara
tunika muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang
terletak dibawah mukosa. Dalam ruangan ini berjalan jalinan pembuluh
darah halus dan pembuluh limfe. Disamping itu, disini ditemukan neuro
pleksus meissner.
d. Tunika mukosa usus halus, kecuali pars superior duodenum, tersusun
dalam lipatan sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara
transversa. Masing-masing lipatan ini ditutup dengan tonjolan villi.
Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat menambanh
luas permukaan dan membantu fungsi absorbs yang merupakan fungsi
utamanya :
1) Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan
sirkular yang dinamankan valvula koniventes (lipatan Kerkringi)
yang menonjol kedalam lumen sekitar 3 sampai 10 mm. Lipatanlipatan ini nyata pada duodenum dan jejunum dan menghilang
dekat pertengahan ileum. Adanya lipatan-lipatan ini menyerupai
bulu pada radiogram.
2) Villi merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang
jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta dan terdapat di sepanjang usus
halus. Villi panjangnya 0,5 1 mm (dapat dilihat dengan mata
telanjang) dan menyebabkan gambaran mukosa menyerupai
beludru.
3) Mikrovilli merupakan tonjolan yang menyerupai jari-jari dengan
panjang sekitar 1 pada permukaan luar setiap villus. Mikrovilli
terlihat dengn mikroskop electron dan tampak sebagai brush
border pada mikroskop cahaya. Bila lapisan permukaan usus halus
ini rata, maka luas permukaannya hanyalah sekitar 2000 cm2.
Valvula koniventes, villi dan mikrovilli bersama-sama menambah
luas permukaan absorbs sampai 2 juta cm2, yaitu meningkat seribu
kali lipat.
2. Usus besar
Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus
lainnya. Akan tetapi, ada beberapa gambaran yang khas pasa usus besar saja.
Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga
pita yang dinamakan taenia coli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, dengan
demikian rectum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang
taenia lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik dan berkerut
membentuk kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat
disepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan
mukosa usus halus dan tidak mengandung villi atau rugae. Kriptus Lieberkun
(kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet
daripada usus halus.5
2.3
Fisiologi Usus
1. Usus halus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
10
tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi. Absorbsi berbagai zat
berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif.3
2. Usus besar
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.3
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air adan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500
ml/hari, semua, kecualim100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.
Kapasitas sekitar 5 l/hari.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon
kanan, meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling
umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksai ini menurun oleh
antikolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan
pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0
cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali
sehari, terjadi dengan defekasi.
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi
intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri
membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.
Normalnya 600 ml/hari.
2.4
Ileus
1. Definisi
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau
11
12
13
4. Etiologi
Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga
mekanisme, yaitu blokade intralumen, intramural atau lesi instrinsik dari
dinding usus, kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus
(Thompson 2005). Lesi intraluminal seperti fekalit, batu empedu, lesi
intramural misalnya malignansi atau inflamasi, lesi ektralumisal misalnya
adhesi, hernia, volulus atau intususepsi.(3)
Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh :
14
1. Adhesi pascabedah
Perlekatan pascabedah merupakan salah satu komplikasi setelah
pembedahan, namun insidensnya berkurang semenjak ditemukannya
prosedur laparoskopi. Pada perlekatan pascabedah dapat ditemukan
adanya pita jaringan ikat yang menyebabkan perlekatan segmen saluran
cerna. Perlekatan pasca bedah merupakan penyebab 7% dari obstruksi
usus pada bayi dan anak. Onset dapat terjadi mulai dari 2 hari hingga 10
tahun setelah bedah, dan 50% di antaranya terjadi dalam waktu 3-6 bulan
setelah bedah. Gejala dari perlekatan pascabedah antara lain kram/nyeri
perut, anoreksia, mual dan muntah.
2. Hernia inkarserata
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut, sehingga terjadi gangguan pasase atau gangguan
vaskularisasi. Hernia merupakan penyebab kedua terbanyak setelah adhesi
dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai
riwayat operasi abdomen.
Hernia inkarserasi dapat berupa hernia inguinal, femoral atau
umbilikal. Mayoritas hernia inguinal adalah hernia indirek. Pada hernia
inguinal, inkarserasi terjadi pada 6-18% pasien dan dapat meningkat
sampai 30% pada bayi berusia kurang dari 2 bulan. Sedangkan hernia
femoral jarang terjadi. Adapun hernia umbilikal lebih jarang inkarserasi
dan dapat menutup spontan setelah usia 5 tahun.
Gejala dari hernia inkarserasi yang dihubungkan dengan obstruksi
intestinal antara lain: muntah yang mengandung empedu, distensi
abdomen, konstipasi, massa yang teraba edema dan pucat di daerah
inguinal (dapat menjadi eritematosa apabila terjadi strangulasi), dan
demam apabila terjadi nekrosis dan perforasi.
15
3. Askariasis
Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada
anak karena higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang.
Obstruksi umunya disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa
makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat
pemberian obat cacing.
Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat
cacing atau pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar
dari mulut atau anus.
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada dewasa muda. Invaginasi adalah masuknya bagian usus
proksimal (intussuseptum) kedalam bagian yang lebih distal dari usus
(intussupien). Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang
masuk dan naik ke kolon asenden serta mungkin keluar dari rektum.
Invaginasi dapat mengakibatkan obstruksi ataupun nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengan kompikasi perforasi dan peritonitis.
16
17
18
19
Intramural
Intraluminar
Intususepsi
Batu empedu
Penyakit Crohn
Benda asing
Kongenital (volvulus) Impaksi fekal
Striktur
Ileus paralitik
umbilikal,
20
makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati
akibat permberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan
cacing beresiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan
perforasi.
e. Penekanan ekternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, dan
penumpukan cairan.
f. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai
inflamasi akut selama masa infeksi atau karana striktur yang kronik.
g. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,
seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab
osbtruksi usus besar.
h. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari
kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke
duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk
ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit
diusus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
i. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskemia,
inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.
elektrolit
abnormal
(hipokalemia,
hiponatremia,
hipomagnesemia, hipermagnesemia)
d. Infeksi, inflamsi
21
Intrathorak (pneumonia)
22
kehilangan volume sistemik yang besar dan progresif. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya syok hipovolemik.
Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat sebagai
kompensasi adanya sumbatan atau hambatan. Bila obstruksi terus berlanjut
dan terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari
usus tidak berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur
dan hilang. Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi
menyebabkan gangguan vaskuler terutama statis vena. Dinding usus menjadi
udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin
yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya
gejala sistemik. Efek lokal perengangan usus adalah iskemik akibat nekrosis
disertai absorbsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik. Hal ini biasanya terjadi pada obstruksi usus dengan
strangulasi. Bahaya umum dari keadaan ini adalah sepsis.6,7
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa
disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang
tertelan, sekresi usus dan udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak
jika obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus mengalami distensi
dan bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorbsi membran mukosa
usus menurun dan dinding usus menjadi endema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif
akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan
risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan
kematian.6,7
6. Manifestasi klinik
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen,
mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual
muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi, bila lokasi obstruksi di
bagian distal maka gejala dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen
terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi
23
sangat dilatasi.8 Pada ileus paralitik gejala yang mungkin tampak seperti
perut kembung tidak disertai kolik abdomen, anorexia, mual, obstipasi. Pada
auskultasi suara usus (peristaltik) melemah atau suara usus menghilang.
Obstuksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut
sekitar umbilikus atau baian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial
bisa mengalami diare. Kadang-kadang dilatasi dari usus dapat diraba.
Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan
dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi
yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen, muntah jarang terjadi.
Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala
muntah yang terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning dan terlihat dini
dalam perjalanan. Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak
terlihat distensi. Jika obstruksi di distal di dalam usu halus atau kolon, maka
muntah timbul lambat dan setelah munculdistensi. Muntahnya kental dan
berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan
sekunder terhadap stagnasi.1
Nyeri perut bervariasi dan bersifat interminttent atau kolik dengan pola
naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus
halus
24
(jejenum
dan
ileum
bagian
proksimal)
maka
nyeri
bersifat
konstan/menetap.
Gambar 5. Manifestasi klinis obstruksi usus halus
Tabel 2. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.
Macam ileus Nyeri usus
Distensi
Muntah
Ketegangan
borborigmi
+++
Meningkat
+++
Meningkat
Tak tentu
Obstruksi
++
simple
(Kolik)
tinggi
Obstruksi
+++
simple
(Kolik)
Lambat,
rendah
Obstruksi
++++
fekal
+++
strangulasi
(terus-
Paralitik
Oklusi
Bising usus
++
abdomen
menerus
Biasanya
terlokasir)
+
+++++
meningkat
Menurun
Menurun
++++
+++
+
+++
vaskuler
7. Pemeriksaan fisik
25
Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan
dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis
takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadangkadang dapat meningkat.1
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan:
Inspeksi
- Abdomen tampak distensi
- Dapat ditemukan Darm Contour (gambaran usus) dan Darm Steifung
(gambaran gerakan usus)
- Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan
suatu hernia inkarserata
- Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis
- Bila ada bekas luka operasi sebelumnya dapat dicurigai adanya
adhesi
Auskultasi
Hiperperistaltik,
berlanjut
dengan
Borborygmus
(bunyi
usus
26
Laboratotium
Tes laboratorium
yang
berbeda-beda
sehingga
berbentuk
step
ladder
appearance.2,10
Bayangan udara didalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan
biasanya berbentuk huruf U terbalik. Obstruksi kolon ditandai
dengan dilatasi proksimal kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan
dekompresi dari kolon bagian distal. Kolon bagian proksimal sampai
letak obstruksi akan lebih banyak berisi cairan daripada feses. Usus
halus bagian proksimal mungin berdilatasi, mungkin juga tidak.
27
Dugaan tumor kolon dapat dibuat foto barium enema. Foto polos
abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obtruksi usus
halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon. Foto thoraks
PA diperlukan untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak
dibawah diafragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi.2,10
CT scan kadang-kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada
obstruksi usus halusuntuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi
yang komplit dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya
anses maupun keganasan.
9. Diagnosis
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit, salah satu yang hampir selalu
harus ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
kepercayaan atas pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaaan radiologi
harus dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang
segera. Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari:4
a. Anamnesia
Pada anamnesia ileus obstruktif diperoleh usus halus biasanya
sering dapat ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam
perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia. Pada
ileus obstruktif usu halus kolik dirasakan di sekitar umbilikus,
sedangkan pada ileus obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar
suprapublik. Muntah pada ileus obstruktif usus halus berwarna
kehijauan dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama.1
b. Pemekrisaan Fisik
1) Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisasi dehidrasi, yang
mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah
kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut
abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat
gerakan peristaltik usus yang bisa berkorelasi dengan mulainya
nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita tampak
gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik.4
2) Auskultasi
28
strangulasi,
neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatif : obstruktif usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruktif
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
c. Laboratorium
Leukositosis, biasanya terjadi bila terdapat strangulasi, tetapi
hitung darah putih yang normal dan tidak menyamping strangulasi.
Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan pada asemua
bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi.
d. Radiologi
Pemeriksaan
sinar-X
bisa
sangat
bermanfaat
dalam
29
Appensicitis akut
Konstipasi
Pancreatitis akut
(Nobie, 2009)
11. Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat
obstruktif usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang
mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus
yang
mengalamai
strangulasi
mungkin
mengalami
perforasi
dan
Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruktif usus meliputi :
a. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam usus
lumen sampai pencapaian
konsentrasielektrolit
bisa
tingkat normal
dipantau
dengan
hidrasi dan
mengamati
30
profilaksis.
Antiemetik
dapat
diberikan
untuk
ujung-ujung
usus
untuk
mempertahankan
31
penderitanya,
misalnya
pada
Ca
sigmoid
32
13. Prognosis
Ileus Obstruktif :
Ileus Paralitik :
Bila ileus hasil dari operasi perut, kondisi ini biasanya bersifat
sementara dan berlangsung sekitar 24-72 jam
(Nobie, 2009)
33
BAB III
KESIMPULAN
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yng merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus
Mekanik adalah obstruksi lumen usus dimana merupakan penyumbatan yang
sama sekali menutup atau mengganggu jalan isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik. Ileus paralitik adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya (kegagalan
neurogenik).
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,
muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar serta flatus. Pada ileus
paralitik gejala yang mungkin tampak seperti perut kembung tidak disertai kolik
abdomen, anorexia, mual, obstipasi. Dari pemerikasaan fisik didapatkan adanya
demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Pada pemeriksaan
abdomen yang terlihat adalah abdomen yang distensi, terdapat Darm Contour dan
Darm Steifung, pada auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan
Borborygmi (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) atau metallic
sound. Pada fase lanjut, bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang. Pada
foto posisi tegak akan didapatkan bayangan air fluid level yang banyak di
beberapa tempat yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step ladder
appearance), juga terlihat gambaran distensi.
Dasar pengobatan ileus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi traktus keseimbangan
cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi
traktus gastrointestinal, mengatasi peritonitis dan syok bila ada serta
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi kembali
34
normal dengan cara operasi. Prognosis baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan
dengan segera.
35