Professional Documents
Culture Documents
1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion
Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya :
1. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat
menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki kemampuan besar dalam
mempertahankan volume intra-vaskuler.
Contoh cairan ini antara lain : Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah.
Cairan koloid ini digunakan untuk menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler.
Home
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding
RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
KA-EN 4A
Indikasi :
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
AMIPAREN
Indikasi:
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
AMINOVEL-600
Indikasi:
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
PAN-AMIN G
Indikasi:
Tifoid
Ribuan pasien di ICU (intensive care unit) di seluruh dunia diberikan terapi cairan untuk
mengembalikan volume darah yang efektif dan mempertahankan perfusi organ yang optimal.
Terapi cairan dapat digolongkan berdasarkan dari jenis produk yang digunakan yang umumnya
dikategorikan menjadi terapi cairan kristaloid dan terapi cairan koloid. Meskipun tujuan utama
dari terapi cairan adalah menggunakan cairan yang diinfuskan intravena untuk meningkatkan
volume cairan intravaskuler, cairan juga dapat berpindah ke ruang ekstravaskuler.
Kristaloid disebutkan dapat menahan perpindahan cairan dengan cara mempertahankan tekanan
osmotik yang disebabkan oleh partikel elektrolit yang terkandung, sedangkan cairan koloid
memiliki kekuatan yang berasal dari gradien tekanan onkotik yang ditimbulkan dari pemberian
cairan koloid. Sehingga, efek volume expansion dari darah disebabkan oleh tonisitas larutan dan
juga kekuatan tekanan onkotik.
Cairan kristaloid yang umumnya digunakan sebagai volume expansinon terbagi dalam golongan
cairan isotonik dan hipertonik dan juga dikategorikan menjadi cairan nonbuffered (seperti
isotonik saline/NaCl 0,9%) dan buffered (seperti RL, RA). Sedangkan untuk cairan koloid
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipoonkotik (seperti gelatin dan albumin 4%/5%) dan
hiperonkotik (seperti, dextran, HES, dan albumin 20%/25%). Secara umum, cairan koloid
dikatakan lebih efisien dibandingkan cairan kristaloid dalam hal jumlah cairan yang dapat
bertahan di dalam ruang intravaskuler, sehingga jumlah cairan yang diperlukan lebih sedikit
pada cairan koloid vs cairan kristaloid untuk mencapai goal hemodinamik yang sama. Selain
daripada itu, terdapat kekhawatiran akan penggunaan HES yang dapat meningkatkan risiko
kematian dan juga kejadian AKI (acute kidney injury).
Pada sebuah studi terakhir yang dilakukan pada populasi pasien ICU yang membandingkan
penggunaan cairan resusitasi albumin 5% atau HES 6% menunjukkan hasil yang sebanding
dalam angka mortalitas yang dibandingkan dengan penggunaan cairan saline isotonis.
Meskipun demikian, pada tatalaksana Surviving Sepsis Campaign yang terbaru, penggunaan
cairan kristaloid lebih direkomendasikan untuk digunakan sebagai terapi cairan pada pasien
sepsis jika dibandingkan dengan cairan HES.
Sebuah studi international terbaru yang diikuti oleh kurang lebih 57 ICU di kawasan Eropa
dilakukan untuk menilai efek dari pemberian cairan resusistasi kristaloid vs koloid terhadap
mortalitas pada pasien dengan penyakit kritis (CRISTAL Study). Studi ini dilakukan secara
acak dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok paralles yang mengikutsertakan 2857 pasien ICU
yang mendapatkan terapi cairan. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, pada kelompok cairan
koloid pasien dapat menerima cairan koloid gelatin, albumin 4%/5%, dextran, HES, atau
Rahmi S (Rahsya)
semoga laporan2 ini bermanfaat.. :)
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan mengenai Infus Glukosa dalam mata kuliah
Praktikum Teknologi Sediaan Steril.
Penyusun mengharapkan laporan ini dapat memberikan sumbangsih bagi pembacanya agar dapat
memahami dan mendapatkan wawasan luas mengenai cara praformulasi dan formulasi dalam
pembuatan infus glukosa yang merupakan salah satu bentuk sediaan steril parenteral yang
digunakan secara intravena.
Dalam menyusun laporan ini, penyusun tidak dapat melupakan jasa-jasa dari berbagai pihak
yang telah sudi meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk memberikan petunjuk,
bimbingan serta nasehat-nasehat yang sangat berguna. Sehubung dengan itu, penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Farida sulistiawati, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan
Steril, yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
2. Ibu Nelly Suryani, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril,
yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
3. Ibu Sabrina, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
4. Bapak Yardi, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
5. Keluarga dan rekan-rekan seperjuangan yang tidak bisa disebut satu-persatu namanya, yang
telah menyuport dan membantu.
Akhirnya penyusun sebagai manusia biasa terbatas menyadari dan merasa bahwa, laporan ini
masih jauh dari sempurna, karena itu penyusun pun terbuka terhadap kritik dan saran yang
membangun.
Jakarta, April 2008
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab. I PENDAHULUAN
A. Pengertian Infus 1
B. Persyaratan Sediaan Infus 1
C. Penggolongan Infus 1
Bab. II PRAFORMULASI
A. Tinjauan Pustaka Zat Aktif dan Zat Tambahan 6
B. Rancangan Praformulasi 8
C. Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi 9
Bab.III FORMULASI
A. Formulasi Standar 10
B. Formulasi Akhir yang Akan Dibuat 10
C. Etiket 12
Bab.IV PEMBAHASAN 13
Daftar Pustaka 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui
intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat
terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalm jumlah yang relative sama.
Rasionya dalam tubuh adalah air 57% ; lemak 20.8%; protein 17.0% ; serta mineral dengan
glikogen 6%. ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh
harus segera mendaptkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
B. Persyaratan Sediaan Infus
Kerja optimal larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya diperoleh jika persyaratan
berikut terpenuhi :
1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada di dalam sediaan dengan persyaratan tertulis
pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril,
tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas pirogen.
5. Isotonis.
6. Isohidris.
7. Bebas partikel melayang.
C. Penggolongan Infus
Penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaanya, antara lain :
1. Larutan Elektrolit
a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air terdiri atas cairan intraseluler (didalam sel) 40% yang
mengandung ion-ion K+, Mg ++ , sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organic asam fosfat
seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraselular (di luar
sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial (diantara
kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung
beberapa ion seperti Na+, klorida, dan bikarbonat.
b. Fungsi Larutan Elekrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah, ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu :
- Asidosis : Kondisi plasma darah terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah
berlebih.
- Alkalosis : Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion klorida dalam jumlah
berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa mengikuti sistem dapar, yaitu : - Hidrogen
karbonat Karbonat
- Hidrogen fosfat dihidrogen fosfat
- Serum protein.
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi, atau perubahan
patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang memnyebabkan output
dan input tidak seimbang.
2. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infuse berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk
donor kalori. kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka,
hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
contoh:
Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
3. Larutan Kombinasi Elektrolit Dan Karbohidrat
Contohnya: Infus KA-EN 4 B (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut:
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37.5 g
Aqua p.i. 1000 ml
4. Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar system peredaran dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
pengisian larutan denagn cepat. kita menggunakn larutan untuk merendam atau mencucui lukaluka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. kikta biasa
menggunakannya dalam kegiatan laparatomy, Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs (urologi).
Persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :
a. Isotonik.
b. Steril.
c. Tidak diabsorbsi.
d. Bukan larutan elektrolit.
e. Tidak mengalami metabolisme.
f. Cepat dieksresi.
g. Mempunyai tekanan osmotic diuretic.
BAB II
PRAFORMULASI
2. Sifat Organoleptis
Bentuk : Serbuk atau hablur
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Manis
3. Sifat Fisika
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan dalam 200 bagian alcohol ; larut dalam gliserol; praktis
tidak larut dalam eter. Glukosa di dalam air (is dextrorotary). 5.05% larutan glukosa dalam air
iso-osmotik dengan serum.
Stabilitas : Infus glukosa stabil pada PH 3.5-6.5.
Khasiat : Kalorigenikum
Dosis Lazim : Konsentrasi 5% untuk isotonis
Konsentrasi 20% untuk diuretik
Konsentrasi 30-50% terapi ordema di otak.
Sterilisasi :
Larutan glukosa harus disterilkan segera setelah persiapan, yaitu secara sterilisasi akhir dengan
autoklaf atau dengan cara filtrasi. Simpan di dalam wadah yang tertutup baik.
Tempat Absorsi :
Langsung masuk peredaran darah (sisitemik)
Osmolaritas :
5,51% larutan dalam air adalah iso-osmotik dengan serum.
Inkompatibilitas (OTT) :
Glukosa OTT dengan Vitamin K akan kehilangan kejernihannya ketika larutan infus glukosa
dicampurkan dengan sianokobalamin, kanamycin sulphate, novobiocin sodium atau warfarin
sadium.
Efek Samping :
Pemberian glukosa secara intravena dapat memyebabkan iritasi vena. Trombophlebitis dapat
terjadi jika larutan infuse glukosa memiliki PH yang rendah karena overheating selama
sterilisasi.
Kontraindikasi :
Glukosa kontraindikasi pada pasien yang mengalami glukosa-galaktosa malabsorption
syndrome.Toleransi glukosa mungkin dikurangi pada pasien gagal ginjal dan post-traumatic
tingkat awal atau pada pasien yang mengalami sepsis. infuse glukosa, meskipun iso-osmotik
tetapi tidak dapat bercampur dengan darah dapat menyebabkan terjadinya hemolisis dan
clumping.
Sebagai Pengisotonis : Natrium Klorida (NaCl)
Sinonim : Sodium chloride
B. Rancangan Praformulasi
Akan dibuat sediaan infus glukosa dengan konsentrasi 5% dalam 200 ml. Metode pembuatan
yang direncanakan adalah dengan sterilisasi akhir. Dengan bahan tambahan yang terdiri atas :
1. tonicity agent : NaCl
2. Pelarut : Aqua bebas pirogen
Infus Glukosa 200 ml
Daftar Obat Jenis Obat Dosis Lazim Kelarutan pH Jenis Sterilisasi Khasiat
Glukosa
5% untuk isotonis 20% untuk diuretik
30-50% untuk terapi udema di otak
1 bagian air FI III : 3,5 5,5
Fornas : 3,5 6,5 Serilisasi akhir
(autoclaf 115-116C selama 30 menit) kalorigenikum
1. Bentuk sediaan steril yang digunakan secara parenteral ada beberapa macam.
Dibuat bentuk sediaan yang sesuai dengan sifat zat aktif
- Injeksi
- Infus
Infus
Merupakan sediaan dalam volume besar dengan dosis tunggal
2. Sediaan infus harus isotonis
Ditambahkan
Tonicity agent
NaCl 0,9 %
NaCl 0,9%
Dapat meningkatkan tonisitas sediaan yang bersifat hipotonis
3. Sediaan infus harus bebas dari pirogen
Ditambahkan bahan yang dapat mengikat pirogen
Carbon aktif
Carbon aktif
Carbon aktif dapat mengikat pirogen
4. Zat aktif tahan terhadap pemanasan
Dipilih jenis sterilisasi yang sesuai
- Filtrasi
- Sterilisasi akhir
Sterilisasi akhir
Mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan
5. Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam
Diberi penandaan golongan obat yang sesuai.
Merah
Biru
Hijau
Merah
infus tidak dapat digunakan sendiri dan harus dibantu oleh tim medis
BAB III
FORMULASI
A. Formulasi Standar
Formula standar yang tercantum di Fornas :
Komposisi : Tiap 500 ml mengandung :
Glucosum 25 g
Aquq pro injection hingga 500 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Catatan : - pH 3,5 6,5
- tidak boleh mengandung bakterisida
- Disterilkan dengan cara sterilisasi A segera setelah dibuat
- Sediaan berkekuatan lain : 50 g; 100 g ; 125 g ; 250 g.
Formula Standar yang tercantum di Martindale :
Larutan Dextrose 5 % diberikan secara intravena
B. Formulasi Akhir yang akan dibuat
R/ Glukosa 5 %
API ad 200 ml
Perhitungan Metode Kesetaraan NaCl :
W1 = 5 / 100 x 200 ml = 10 g (glukosa)
Sediaan yang ingin dibuat = 200 ml + 10 % = 220 ml
Penimbangan bahan (W2) = 220 / 200 x 10 g = 11 g
Ekivalen glukosa = 0,16
V = W2 x E
= 11 x 0,16 = 1,76 g
NaCl fisiologis = 0,9 % / 100 x 220 ml = 1,98
Jadi NaCl yang ditambahkan = 1,98 1,76 = 0,22 g
Perhitungan Metode White Vincent:
W1 = 5 / 100 x 200 ml = 10 g (glukosa)
Sediaan yang ingin dibuat = 200 ml + 10 % = 220 ml
Penimbangan bahan (W2) = 220 / 200 x 10 g = 11 g
Ekivalen glukosa = 0,16
V = W2 x E x 111,1
= 11 x 0,16 x 111,1
= 195,536 ml ( hipotonis karena < 220 ml, maka harus ditambahkan NaCl)
Ekivalen NaCl = 1
Jadi NaCl yang ditambahkan = 220 ml 195,536 ml = 0,220 g
1 x 111,1
12. Botol infus dibilas terlebih dahulu dengan sedikit sisa larutan 2 ml kemudian diisikan
langsung ke dalam botol infus 200 ml.
13. Pasang tutup karet botol infus steril lalu ikat dengan simpul champagne.
14. Sterilkan botol infus yang berisi larutan dalam autoclaf suhu 115-116C selama 30 menit.
Kemudian diberi etiket yang sesuai.
C. Etiket
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum pembuatan sediaan steril berupa sediaan
infus dengan bahan aktif berupa glukosa yang dibuat dengan sterilisasi akhir. Tujuan suatu
sediaan dibuat steril, karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan
tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap pada saluran cerna atau
gastrointestinal. Diharapkan dengan kondisi steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder.
Dalam hal ini tidak berlaku relative steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril
dan tidak steril. Dan infus merupakan sediaan yang perlu disterilkan dan harus bebas dari
pirogen.
Sifat glukosa yang stabil pada pH 3,5 6,5 dan tahan terhadap pemanasan merupakan alasan di
gunakannya metode sterilisasi akhir dalam pembuatan infus glukosa. Sehingga semua peralatan
yang akan digunakan tidak harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Serta karena
sediaan infus digunakan secara intravena, maka sediaan infus harus isotonis, isohidri dan harus
bebas dari pirogen. Oleh karena itu, perlu ditambahkan NaCl 0,9% sebagai tonicity agent dan
carbon aktif 0,1% untuk membebaskan sediaan dari pirogen.
Cara pembuatan infus ada 3 cara, yaitu :
1. Bahan aktif dilarutkan dengan Aqua pro injection (API) sampai volume yang dikehendaki
(sampai tanda kalibrasi), lalu ditambahkan 0,1% carbon aktif kemudian dihangatkan 50-70C
selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Lalu sediaan disaring dan di ad kan dengan air bebas
pirogen.
2. Bahan aktif dilarutkan dengan air bebas pirogen sampai volume yang dikehendaki (sampai
tanda batas).
3. Bahan aktif dilarutkan dengan air bebas pirogen sampai volume yang dikehendaki (sampai
tanda batas). Kemudian sediaan ini dibebas pirogenkan kembali dengan cara menambahkan
0,1% carbon aktif kemudian dihangatkan 50-70C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Lalu
sediaan disaring dan di ad kan dengan air bebas pirogen.
Pada pembuatan infus glukosa ini, kami memilih menggunakan cara pembuatan infus yang
kedua (tidak sesuai dengan cara pembuatan waktu responsi sebelumnya) yaitu dengan
menggunakan air yang telah dibebaskan dari pirogen karena lebih cepat dalam pembuatannya
dan lebih praktis. Sehingga sediaan tidak perlu lagi dilakukan pembebasan pirogen. Serta kami
tidak melakukan pengukuran pH, dikarena tidak tersedianya pH indicator di lab (di dispensasi).
Kemudian botol infus ditutup dengan menggunakan tutup karet botol infus lalu diikat dengan
simpul champagne yang bertujuan agar tutup karet tidak lepas ketika dilakukan sterilisasi akhir
dengan autoclaf 115-116C selama 30 menit.
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini, kami berhasil membuat sediaan steril berupa sediaan infus glukosa yang
dibuat dengan sterilisasi akhir dan dengan menggunakan zat-zat tambahan, yang terdiri atas
NaCl sebagai toncity agent dan menggunakan air bebas pirogen sebagai pelarut. Masing-masing
bahan tambahan tersebut mempunyai fungsi yang dapat membuat sediaan infus menjadi isotonis
dan bebas dari pirogen yang merupakan persyaratan sediaan infus, sehingga infus aman
digunakan secara intravena.
DAFTAR PUSTAKA
Search
About Me
Labels
Ads not by this site
ARTIKEL (3)
BIOKIMIA (1)
FARMAKOLOGI (4)
jangan klik kalau enggak tertarik mengenai fakta-fakta unik dan menarik di alam semesta
kisah religi
jangan klik kalau enggak tertarik mengenai kisah religi islam *kisah religi*
# Ketabahan Iman Zunairah Terhadap Allah
# Khalifah Umar Abdul Aziz Hidup Sederhana
# Khalifah Gila?
# Ketabahan Iman Zunairah Terhadap Allah
# Keramat Seorang Wanita
# Kelebihan Huzaifah Al-Yamani
# Keledai Yang Berjasa
# Kecantikan Rasulullah s.a.w. sebagai Insan Teragung...
# Keberanian Rasulullah s.a.w.
# Keadaan Manusia Di Padang Mahsyar
# Janggut Nabi Harun Berwarna Dua
# Isteri Yang Taat Kepada Suami
# Iblis Ingin Bertaubat
# Hari Sabtunya Orang Yahudi
# Hamba Yang Banyak Celanya
# Hamba Yang Ajaib
# Hadiah Dari Neraka
# Gabernor Dan Wanita Jelata
# Fadhilat Majlis Zikir
# Dialog Ramadhan Di Hadapan Allah
# Dialog Iblis Dengan Rasulullah s.a.w.
# Dialog Allah Dan Iblis - Mengenai Tempat Tinggal
# Dialog Abu Hanifah Dengan Ilmuan Kafir Tentang Ketuhanan
# Derita Sakaratul Maut Kerana Mengutamakan Isteri Lebih Dari Ibunya
Blog Archive
2010 (68)
o Juni (3)
o Mei (16)
o April (10)
Apr 09 (3)
FORMULA INFUS
Apr 07 (1)
Apr 02 (5)
Apr 01 (1)
o Maret (1)
o Februari (17)
o Januari (21)
2009 (3)
terjemahkan disini
Translation
selamat datang
KAMUS
by : BTF
link teman-teman
TAB LO I D N E R S
M E D I AN E R S
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan
cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan
kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan
dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara
dimuntahkan
Pembahasan:
Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah
pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis
INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan
larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan
harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan
saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting
pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi
rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan
koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan
neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12
dan sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium
darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi
cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih dapat
menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan pengganti
darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut dibutuhkan juga
pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau muntah yang
berkepanjangan.
Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih
panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga airnya terikat
secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah berat
molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan NaCl
fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan tersebut hanya
sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar tubuh melalui
ginjal
INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI
Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang
menyimpang, yaitu :
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi,
kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
(Formulasi Steril, Stefanus Lukas, hal. 62)
Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan
hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotic cairan tubuh akibat dari
rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup (Dorlan ed. 26, hal.
498)
Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut, sehingga
harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber kalori
dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan oleh tubuh
untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel baik
plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion natrium dan klorida dalam jumlah yang
besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion kalium,
magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu plasma mengandung protein dalam
jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya mengandung protein dalm jumlah protein
yang leih kecil.
Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir tidak
mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam jumlah besar
serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya ada dalam
konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.
Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air, sehingga
dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas pirogen. Pirogen
merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan virus). Secara kimiawi,
pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya
merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide.
Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan
darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan dengan
absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini diberikan dalam
bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek.
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan
tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan
juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya
digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis,
dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan
norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan
memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus
dengan elektrolit lain.
Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :
Na+ = 135 mEq
K+ = 5 mEq
Ca+ = 5 mEq
Mg+ = 2 mEq
Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :
Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam
air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan
fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh
(Ansel hal 408).
INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD
Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui
saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada penderita kurang
gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi parenteral total
memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit; dan vitamin.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya diberikan lebih
dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan insulin.
Glukosa dengan ragam kekuatan 10 50 % harus di infus melalui kateter vena central. Untuk
menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah).
Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai
nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan
lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau
kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien.
Umumnya 2-3 mL permenit.
Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di lengan atau
kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser dari tempat selama diinfus.
Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan
jarum pada dinding vena.
Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan tubuh.
Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah (atau jantung) yang
umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh darah. Bila
gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh aliran darah
sampai tersangkut di pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan hambatan atau sumbatan
yang disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya tergantung pada tempat dan
keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat intravena biasanya harus berupa
larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap. Keadaan tertentu dapat menimbulkan
terjadinya trombus dan kemudian menghalangi aliran darah. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
edisi keempat, Howard C Ansel, hal 402)
Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV, disertai
demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka kematian cukup tinggi.
Gejala dan tanda :
1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan
luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat
menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim
pada metabolisme karbohidrat dan protein.
Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan dapat
memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.
Batas konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-252) :
Na+ = 135-145 mEq/L
K+ = 3,5-5 mEq/L
Ca2+ = 5 mEq/L
Mg2+ = 2 mEq/L
INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI
Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di dalam
tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan
digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni
sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak
diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi
pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh
terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.
Dehidrasi terdiri dari :
a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.
b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional
dibandingkan dengan hilangnya air.
c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.
d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan
cukup.
INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam makanan
terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga berperan
penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan dan organ
tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat
melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka sumber energi
utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung karbohdrat.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa yang penting
didalam tubuh sebagai sumber energi.
INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi
bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2
dan konsentrasi bikarbonat plasma, <8>
Farmakologi
Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat.
Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di
tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma
yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik
ataupun turun. pH plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic.
Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan meningkatkan
pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal 2472-2473).
INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel
hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida)
yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat
penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari
unit monomer atau bahan pembangun.
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat
disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin, isoleusin,
lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh:
Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin,
serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan hormon
pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah.
Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.(DI hal
1341)
INFUS IV DEKSTROSA
Farmakologi (DI, hal 1427)
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan
nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika
diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan
dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga
digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.
LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan
pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada
rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri
atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk
mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 )
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi
pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan
jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
INFUS PENDERITA DIARE BERAT
(LOCKE RINGER)
Locke Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan
karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara
sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan
tahan panas
Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan laju tetesan per menit)
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.
kesehatan manusia
Ads not by this site
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
yang dilimpahkan kepada saya sehingga makalah tentang Komposisi Cairan Infus ini
dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai penyempurna tugas pada mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan II. Makalah ini
tambahan pengetahuan kita tentang Komposisi Cairan Infus, sehingga kita dapat
mengetahui betapa pentingnya cairan infus untuk tubuh.
Terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing, yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk menularkan pengetahuan saya kepada
para pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah tentang Komposisi Cairan
Infus ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak
baik itu ibu Dosen Pembimbing kami maupun para pembaca sangat diharapkan
demi lengkapnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama bagi pembaca.
Terima kasih.
Penyusun,
Daftar Isi
Halaman Judul..............................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii
BAB I
1.
2.
3.
Latar Belakang...............................................................1
Tujuan...........................................................................1
Manfaat.........................................................................1
BAB II
1.
2.
3.
4.
: Pembahasan.........................................................................2
Pengertian.....................................................................2
Tujuan Komposisi cairan infus........................................2
Berbagai regimen infus...................................................2
Jenis-jenis cairan infus....................................................4
BAB III
1.
: Pendahuluan.........................................................................1
: Penutup..............................................................................10
Kritik...........................................................................10
2.
Saran...........................................................................10
Daftar Pustaka.............................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk menjelaskan tentang komposisi cairan infus kepada semua tenaga medis,
terutama perawat agar lebih mengenal secara mendalam tentang komposisinya.
1.3
Manfaat
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus.
2.
3.
Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena sebab lainnya,
kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik alias suatu kondisi dimana terjadi
kehilangan cairan darah dengan cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
komponen darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak
a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa,
yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat, kristaloid
sebagian besar akan keluar dari intravaskular . Sehingga volume yang diberikan
harus lebih banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan dari
ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60 menit, dan akan keluar
sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis besar kristaloid bertujuan untuk
meningkatkan volume ekstrasel, tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun
banyak jenis cairan kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.
NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi isotonis yang
lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian elemen kalsium dan
pottasium, ion sodium dan chlor yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah,
kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi pada
produk-produk darah, serta kandungan laktat dalam infus ringer laktat ini juga
dapat memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.
perancu
terhadap
defisit
intravaskular.
Penggunaan
dextrose
dapat
b. Cairan Koloid
tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam),
sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari
koloid yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat dan
dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi volume plasma lebih panjang,
dan resiko edema pheripheral kecil. Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik)
sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.
4.
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.
Komposisi:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami
gangguan hati
baik
dibanding RL pada neonatus
pada anestesi
dengan isofluran
1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal
pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100 ml/jam
elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan
oral terbatas
KA-EN MG3
Indikasi :
elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan
oral terbatas
KA-EN 4A
Indikasi :
berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
hipokalemia
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
yang
berkaitan
dengan
kehilangan
natrium
Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
AMIPAREN
Indikasi:
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
AMINOVEL-600
Indikasi:
PAN-AMIN G
Indikasi:
ringan
Tifoid
BAB 3
PENUTUP
Kritik
Banyak pengetahuan tentang komposisi cairan infus di berbagai tempat,
seperti hal nya buku keperawatan, namun masih saja para perawat melakukan
kesalahan untuk memasukan ke dalam tubuh. Masalah seperti itu sangat fatal sekali
Saran
Mencari dan mempraktekkan pengetahuan yang banyak, terutama
komposisi cairan infus. Dengan kita mengetahui semua, maka akibat kecelakaan di
semua tempat terutama rumah sakit tidak terulang lagi. Dan pasien menjadi lebih
baik dalam penanganan kepada perawat. Dengan adanya makalah ini, saya
harapkan para perawat menjadi paham dan mengerti