You are on page 1of 58

Macam atau jenis cairan infus dan kegunaanya :

1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion
Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya :
1. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat
menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

Cairan yang digunakan dalam terapi


Cairan yang sering digunakan ialah cairan elektrolit (kristaloid) cairan non-elektrolit, dan cairan
koloid.
Cairan elektrolit (kristaloid) :
Sesuai dengan penggunaannya dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu untuk
pemeliharaan, pengganti dan tujuan khusus.
Cairan pemeliharaan (rumatan) :
Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru dan keringat.
Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:
Dewasa : 1,5 2 ml/kg/jam
Anak-anak : 2 4 ml/kg/jam
Bayi : 4 6 ml/kg/jam
Orok (neonatus) : 3 ml/kg/jam
Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit, maka
sebagai cairan pengganti adalah hipotonik, dengan perhatian khusus untuk natrium.
Cairan kristaloid untuk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45% (D5NaCl 0,45).
Sediaan Cairan Pemeliharaan (rumatan)
Cairan pengganti :
Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh sekuestrasi atau
proses patologi yang lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites drainase lambung dsb).
Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan isotonis, dengan perhatian khusus
untuk konsentrasi natrium, misalnya dekstrose 5 % dalam ringer laktat (D5RL), NaCl 0,9 %, D5
NaCl.
Sediaan Cairan Pengganti
Cairan untuk tujuan khusus (koreksi):
Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya natrium bikarbonat 7,5
%, NaCl 3 %, dll.
Sediaan Cairan Koreksi
Cairan non elektrolit :
Contoh dekstrose 5 %, 10 %, digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dan kalori, dapat juga
digunakan sebagai cairan pemeliharaan.
Cairan koloid :

Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki kemampuan besar dalam
mempertahankan volume intra-vaskuler.
Contoh cairan ini antara lain : Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah.
Cairan koloid ini digunakan untuk menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler.

Catatan Harian Wirawan Lesmana cAmd.Kep


Kumpulan artikel ilmu kedokteran, asuhan keperawatan, dan asuhan kebidanan

Home

Rabu, 29 September 2010


"Jenis-jenis Cairan Infus"
ASERING

Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq

K 4 mEq

Cl 109 mEq

Ca 3 mEq

Asetat (garam) 28 mEq


Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati

Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding
RL pada neonatus

Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran

Mempunyai efek vasodilator


Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral

KA-EN 1B
Indikasi:

Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B


Indikasi:

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3
Indikasi :

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium 20 mEq/L

Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak


Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L

K 0 mEq/L

Cl 20 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik


Komposisi:

Na 30 mEq/L

K 8 mEq/L

Cl 28 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:

Untuk resusitasi

Kehilangan Na > Cl, misal diare

Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi


adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:

Resusitasi

Suplai ion bikarbonat

Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:

Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik


Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:

Stres metabolik berat

Luka bakar

Infeksi berat

Kwasiokor

Pasca operasi

Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:

Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

Penderita GI yang dipuasakan

Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:

Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

Nitrisi dini pasca operasi

Tifoid

Syok Hipovolemik, Kristaloid atau Koloid?


Oleh admin kalbemed
October 14, 2013 07:00

Ribuan pasien di ICU (intensive care unit) di seluruh dunia diberikan terapi cairan untuk
mengembalikan volume darah yang efektif dan mempertahankan perfusi organ yang optimal.
Terapi cairan dapat digolongkan berdasarkan dari jenis produk yang digunakan yang umumnya
dikategorikan menjadi terapi cairan kristaloid dan terapi cairan koloid. Meskipun tujuan utama
dari terapi cairan adalah menggunakan cairan yang diinfuskan intravena untuk meningkatkan
volume cairan intravaskuler, cairan juga dapat berpindah ke ruang ekstravaskuler.
Kristaloid disebutkan dapat menahan perpindahan cairan dengan cara mempertahankan tekanan
osmotik yang disebabkan oleh partikel elektrolit yang terkandung, sedangkan cairan koloid
memiliki kekuatan yang berasal dari gradien tekanan onkotik yang ditimbulkan dari pemberian
cairan koloid. Sehingga, efek volume expansion dari darah disebabkan oleh tonisitas larutan dan
juga kekuatan tekanan onkotik.
Cairan kristaloid yang umumnya digunakan sebagai volume expansinon terbagi dalam golongan
cairan isotonik dan hipertonik dan juga dikategorikan menjadi cairan nonbuffered (seperti
isotonik saline/NaCl 0,9%) dan buffered (seperti RL, RA). Sedangkan untuk cairan koloid
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipoonkotik (seperti gelatin dan albumin 4%/5%) dan
hiperonkotik (seperti, dextran, HES, dan albumin 20%/25%). Secara umum, cairan koloid
dikatakan lebih efisien dibandingkan cairan kristaloid dalam hal jumlah cairan yang dapat
bertahan di dalam ruang intravaskuler, sehingga jumlah cairan yang diperlukan lebih sedikit
pada cairan koloid vs cairan kristaloid untuk mencapai goal hemodinamik yang sama. Selain
daripada itu, terdapat kekhawatiran akan penggunaan HES yang dapat meningkatkan risiko
kematian dan juga kejadian AKI (acute kidney injury).
Pada sebuah studi terakhir yang dilakukan pada populasi pasien ICU yang membandingkan
penggunaan cairan resusitasi albumin 5% atau HES 6% menunjukkan hasil yang sebanding
dalam angka mortalitas yang dibandingkan dengan penggunaan cairan saline isotonis.
Meskipun demikian, pada tatalaksana Surviving Sepsis Campaign yang terbaru, penggunaan
cairan kristaloid lebih direkomendasikan untuk digunakan sebagai terapi cairan pada pasien
sepsis jika dibandingkan dengan cairan HES.
Sebuah studi international terbaru yang diikuti oleh kurang lebih 57 ICU di kawasan Eropa
dilakukan untuk menilai efek dari pemberian cairan resusistasi kristaloid vs koloid terhadap
mortalitas pada pasien dengan penyakit kritis (CRISTAL Study). Studi ini dilakukan secara
acak dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok paralles yang mengikutsertakan 2857 pasien ICU
yang mendapatkan terapi cairan. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, pada kelompok cairan
koloid pasien dapat menerima cairan koloid gelatin, albumin 4%/5%, dextran, HES, atau

Rahmi S (Rahsya)
semoga laporan2 ini bermanfaat.. :)

Rahmi S (dipanggil Rahsya)


depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!
Lihat profil lengkapku
Ads not by this site
Selasa, 13 Juli 2010
Infus Glukosa laporan 2
LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL

Tanggal Praktikum : 22 April 2008

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan mengenai Infus Glukosa dalam mata kuliah
Praktikum Teknologi Sediaan Steril.
Penyusun mengharapkan laporan ini dapat memberikan sumbangsih bagi pembacanya agar dapat
memahami dan mendapatkan wawasan luas mengenai cara praformulasi dan formulasi dalam
pembuatan infus glukosa yang merupakan salah satu bentuk sediaan steril parenteral yang
digunakan secara intravena.
Dalam menyusun laporan ini, penyusun tidak dapat melupakan jasa-jasa dari berbagai pihak
yang telah sudi meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk memberikan petunjuk,
bimbingan serta nasehat-nasehat yang sangat berguna. Sehubung dengan itu, penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Farida sulistiawati, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan
Steril, yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
2. Ibu Nelly Suryani, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril,
yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.

3. Ibu Sabrina, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
4. Bapak Yardi, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
5. Keluarga dan rekan-rekan seperjuangan yang tidak bisa disebut satu-persatu namanya, yang
telah menyuport dan membantu.
Akhirnya penyusun sebagai manusia biasa terbatas menyadari dan merasa bahwa, laporan ini
masih jauh dari sempurna, karena itu penyusun pun terbuka terhadap kritik dan saran yang
membangun.
Jakarta, April 2008
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab. I PENDAHULUAN
A. Pengertian Infus 1
B. Persyaratan Sediaan Infus 1
C. Penggolongan Infus 1
Bab. II PRAFORMULASI
A. Tinjauan Pustaka Zat Aktif dan Zat Tambahan 6
B. Rancangan Praformulasi 8
C. Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi 9
Bab.III FORMULASI
A. Formulasi Standar 10
B. Formulasi Akhir yang Akan Dibuat 10
C. Etiket 12
Bab.IV PEMBAHASAN 13
Daftar Pustaka 15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui
intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat
terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalm jumlah yang relative sama.
Rasionya dalam tubuh adalah air 57% ; lemak 20.8%; protein 17.0% ; serta mineral dengan
glikogen 6%. ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh
harus segera mendaptkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
B. Persyaratan Sediaan Infus
Kerja optimal larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya diperoleh jika persyaratan
berikut terpenuhi :
1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada di dalam sediaan dengan persyaratan tertulis
pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril,
tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas pirogen.
5. Isotonis.
6. Isohidris.
7. Bebas partikel melayang.
C. Penggolongan Infus
Penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaanya, antara lain :
1. Larutan Elektrolit
a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air terdiri atas cairan intraseluler (didalam sel) 40% yang
mengandung ion-ion K+, Mg ++ , sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organic asam fosfat
seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraselular (di luar
sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial (diantara
kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung
beberapa ion seperti Na+, klorida, dan bikarbonat.
b. Fungsi Larutan Elekrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah, ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu :
- Asidosis : Kondisi plasma darah terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah

berlebih.
- Alkalosis : Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion klorida dalam jumlah
berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa mengikuti sistem dapar, yaitu : - Hidrogen
karbonat Karbonat
- Hidrogen fosfat dihidrogen fosfat
- Serum protein.
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi, atau perubahan
patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang memnyebabkan output
dan input tidak seimbang.
2. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infuse berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk
donor kalori. kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka,
hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
contoh:
Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
3. Larutan Kombinasi Elektrolit Dan Karbohidrat
Contohnya: Infus KA-EN 4 B (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut:
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37.5 g
Aqua p.i. 1000 ml
4. Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar system peredaran dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
pengisian larutan denagn cepat. kita menggunakn larutan untuk merendam atau mencucui lukaluka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. kikta biasa
menggunakannya dalam kegiatan laparatomy, Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs (urologi).
Persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :
a. Isotonik.
b. Steril.
c. Tidak diabsorbsi.
d. Bukan larutan elektrolit.
e. Tidak mengalami metabolisme.
f. Cepat dieksresi.
g. Mempunyai tekanan osmotic diuretic.

Contohnya : Larutan Glycine 1.5% dalam 3 liter


Larutan asam asetat 0.25% dalam 1-3 liter
5. Larutan Dialisis Peritoneal
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2liter).
Larutan tidak disuntikan kedalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal
dan umumnya menggunakan tutup plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan larutan
dengan cepat turun ke bawah. penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawasenyawa toksik yang secara normaldikeluarkan atau dieksresikan ginjal.
Persyaratan larutan dialysis peritoneal adalah :
a. Hipertonis.
b. Steril.
c. Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal.
Contohnya : Larutan Dianeal 1.5% dan 2.5%. 2 liter.
6. Larutan Plasma Expander atau Penambah Darah
Larutan Plasma expander adalah suatu sediaam larutan steril yang digunakan untuk
menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka baker, operasi, dan lain-lain.
a. Whole Blood
Whole blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor manusia,
yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic yang ketat. Darah ditambahkan ion sitrat
atau heparin sebagai antikoagulan.
b. Human Albumin
Human Albumin adalah sediaan steril albumin serum yang didapat denagn melakukan fraksinasi
darah dari donor manusia sehat.Tidak kurang dari 96% protein harus albumin.Setiap 100 ml
mengandung 25 g albumin serum yang sebanding atau ekuivcalen keosmotikannya dengan 500
ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding denagn 100 ml plasma manusia normal.
c. Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah 5 g protein per 100
ml, 83-90%donor manusia dewasa. plasma mengandung adalh albumin, lalu sisanya alfa dan
beta globulin.
d. Larutan gelatin
Larutan gewlatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polipeptida. Larutan
sangat cocok untuk plasma ekspander karena strukturnya terdiri atas protein, sehingga dengan
protein plasma dapat memberikan efek osmotic yang sama.
Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang diisotoniskan dengan
natrium klorida dan dapat disterilkan pada suhu 121-124oC dalam autoklaf. Contohnya : infuse
Haemaccel.
e. Larutan dekstran
Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai komponen
monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alfa 1,6. Bentuk molekulnya berupa benang
panjang bergelombang. Dekstran terbentuk didalam media yang mengandung sakarosa di bawah

pengaruh enzim dekstran-sakarase yang diproduksi berbagai spesies leuconostoc.


Contoh : infuse Otsutra -70 (Otsuka).
f. Larutan Protein (Asam Amino)
Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh jika tubuh mengalami kekurangan protein. umumnya,
larutan terdiri atas 8 asam amino penting, yaitu : L-Isoleusin, L-Leusin,L-Metionin, LFenilalanin, L-Triptofan, L-Trionin, L-Lisine dan L-Valin. Kedelapan asam amino penting dan
harus selalu ada dalam jumlah dan perbandinagn yang tertemtu di dalam infuse. Hilangnya satu
komponen menyebabkan efek yang diharapkan tidak tercapai, malah akan terjadi gangguan
dalam pertukaran protein tubuh. Kemudian, jumlah yang berlebih pun tidak ada gunanya.
Contohnya : Infus Aminofusin L (primer)

BAB II
PRAFORMULASI

A. Tinjauan Pustaka Zat Aktif dan Zat Tambahan


Bahan Aktif : Glukosa
1. Sifat Kimia
Sinonim : Dextrose
Rumus Kimia : C6H12O6. H2O
Rumus bangun:
Kadar Bahan Aktif :
Infus glukosa mengandung C6H12O6. H2O tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105 %
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Untuk injeksi glukosa dapat digunakn glukosa anhidrat atau glukosa monohidrat 1,1 g glukosa
monohidrat ekuivalen dengan 1 g glukosa anhidrat.

2. Sifat Organoleptis
Bentuk : Serbuk atau hablur
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Manis
3. Sifat Fisika
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan dalam 200 bagian alcohol ; larut dalam gliserol; praktis
tidak larut dalam eter. Glukosa di dalam air (is dextrorotary). 5.05% larutan glukosa dalam air
iso-osmotik dengan serum.
Stabilitas : Infus glukosa stabil pada PH 3.5-6.5.
Khasiat : Kalorigenikum
Dosis Lazim : Konsentrasi 5% untuk isotonis
Konsentrasi 20% untuk diuretik
Konsentrasi 30-50% terapi ordema di otak.
Sterilisasi :
Larutan glukosa harus disterilkan segera setelah persiapan, yaitu secara sterilisasi akhir dengan
autoklaf atau dengan cara filtrasi. Simpan di dalam wadah yang tertutup baik.
Tempat Absorsi :
Langsung masuk peredaran darah (sisitemik)
Osmolaritas :
5,51% larutan dalam air adalah iso-osmotik dengan serum.
Inkompatibilitas (OTT) :
Glukosa OTT dengan Vitamin K akan kehilangan kejernihannya ketika larutan infus glukosa
dicampurkan dengan sianokobalamin, kanamycin sulphate, novobiocin sodium atau warfarin
sadium.
Efek Samping :
Pemberian glukosa secara intravena dapat memyebabkan iritasi vena. Trombophlebitis dapat
terjadi jika larutan infuse glukosa memiliki PH yang rendah karena overheating selama
sterilisasi.
Kontraindikasi :
Glukosa kontraindikasi pada pasien yang mengalami glukosa-galaktosa malabsorption
syndrome.Toleransi glukosa mungkin dikurangi pada pasien gagal ginjal dan post-traumatic
tingkat awal atau pada pasien yang mengalami sepsis. infuse glukosa, meskipun iso-osmotik
tetapi tidak dapat bercampur dengan darah dapat menyebabkan terjadinya hemolisis dan
clumping.
Sebagai Pengisotonis : Natrium Klorida (NaCl)
Sinonim : Sodium chloride

CAS : Sodium chloride [7647-14-5]


Rumus Empiris : NaCl
Berat Molekul : 58,44
Fungsi : tonicity agent
PH : 6,7 7,3
Pemerian : serbuk atau kristal putih, rasa asin, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang
10 bagian gliserol ; sukar larut dalam etanol.
Sebagai Pelarut : Aqua bebas pirogen
Pemerian : Berupa larutan, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Cara Pembuatan : Air aquadest dipanaskan di dalam elenmeyer tertutup sampai suhunya
mencapai 50-70C kemudian dipindahkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 0,1% carbon
aktif, kemudian ditutup dengan kaca arloji yang disisipi batang pengaduk lalu dihangatkan
kembali selama 15 menit, sambil diaduk 5 menit sekali. Kemudian disaring dengan kertas saring,
sehingga didapatkan air bebas pirogen yang jernih.

B. Rancangan Praformulasi
Akan dibuat sediaan infus glukosa dengan konsentrasi 5% dalam 200 ml. Metode pembuatan
yang direncanakan adalah dengan sterilisasi akhir. Dengan bahan tambahan yang terdiri atas :
1. tonicity agent : NaCl
2. Pelarut : Aqua bebas pirogen
Infus Glukosa 200 ml
Daftar Obat Jenis Obat Dosis Lazim Kelarutan pH Jenis Sterilisasi Khasiat
Glukosa
5% untuk isotonis 20% untuk diuretik
30-50% untuk terapi udema di otak
1 bagian air FI III : 3,5 5,5
Fornas : 3,5 6,5 Serilisasi akhir
(autoclaf 115-116C selama 30 menit) kalorigenikum

C. Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi


No. Masalah Alternatif / Pemecahan Rekomendasi Keputusan Alasan

1. Bentuk sediaan steril yang digunakan secara parenteral ada beberapa macam.
Dibuat bentuk sediaan yang sesuai dengan sifat zat aktif
- Injeksi
- Infus
Infus
Merupakan sediaan dalam volume besar dengan dosis tunggal
2. Sediaan infus harus isotonis
Ditambahkan
Tonicity agent
NaCl 0,9 %
NaCl 0,9%
Dapat meningkatkan tonisitas sediaan yang bersifat hipotonis
3. Sediaan infus harus bebas dari pirogen
Ditambahkan bahan yang dapat mengikat pirogen
Carbon aktif
Carbon aktif
Carbon aktif dapat mengikat pirogen
4. Zat aktif tahan terhadap pemanasan
Dipilih jenis sterilisasi yang sesuai
- Filtrasi
- Sterilisasi akhir
Sterilisasi akhir
Mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan
5. Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam
Diberi penandaan golongan obat yang sesuai.
Merah
Biru
Hijau
Merah
infus tidak dapat digunakan sendiri dan harus dibantu oleh tim medis

BAB III
FORMULASI

A. Formulasi Standar
Formula standar yang tercantum di Fornas :
Komposisi : Tiap 500 ml mengandung :
Glucosum 25 g
Aquq pro injection hingga 500 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Catatan : - pH 3,5 6,5
- tidak boleh mengandung bakterisida
- Disterilkan dengan cara sterilisasi A segera setelah dibuat
- Sediaan berkekuatan lain : 50 g; 100 g ; 125 g ; 250 g.
Formula Standar yang tercantum di Martindale :
Larutan Dextrose 5 % diberikan secara intravena
B. Formulasi Akhir yang akan dibuat
R/ Glukosa 5 %
API ad 200 ml
Perhitungan Metode Kesetaraan NaCl :
W1 = 5 / 100 x 200 ml = 10 g (glukosa)
Sediaan yang ingin dibuat = 200 ml + 10 % = 220 ml
Penimbangan bahan (W2) = 220 / 200 x 10 g = 11 g
Ekivalen glukosa = 0,16
V = W2 x E
= 11 x 0,16 = 1,76 g
NaCl fisiologis = 0,9 % / 100 x 220 ml = 1,98
Jadi NaCl yang ditambahkan = 1,98 1,76 = 0,22 g
Perhitungan Metode White Vincent:
W1 = 5 / 100 x 200 ml = 10 g (glukosa)
Sediaan yang ingin dibuat = 200 ml + 10 % = 220 ml
Penimbangan bahan (W2) = 220 / 200 x 10 g = 11 g
Ekivalen glukosa = 0,16
V = W2 x E x 111,1
= 11 x 0,16 x 111,1

= 195,536 ml ( hipotonis karena < 220 ml, maka harus ditambahkan NaCl)
Ekivalen NaCl = 1
Jadi NaCl yang ditambahkan = 220 ml 195,536 ml = 0,220 g
1 x 111,1

Alat-alat yang digunakan :


Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
Beacker glass 1 Oven 170oC, 30 menit
Erlenmeyer 2 Oven 170oC, 30 menit
Corong gelas dan kertas saring 2 Autoklaf, 30 menit
Batang pengaduk 1 Oven 170oC, 30 menit
Kaca arloji 4 Oven 170oC, 30 menit
Gelas ukur 1 Autoklaf (115 - 116oC), 30 menit
Pipet tetes tanpa karet 1 Autoklaf, 30 menit
Karet pipet 1 Rebus, 30 menit
Pinset logam 1 Oven, 30 menit
Botol infus 3 Oven 250oC, 30 menit

Cara Pembuatan ( sterilisasi akhir ) :


1. Membersihkan peralatan yang akan digunakan.
2. Membuat API dengan cara : Auadest di didihkan di dalam elenmeyer tertutup selama 30 menit
terhitung sejak mulai mendidih.
3. Glukosa dan NaCl masing-masing ditimbang dengan menggunakan kaca arloji sesuai dengan
perhitungan.
4. Bahan yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi 220 ml.
5. API dituangkan untuk melarutkan zat dan membilas kaca arloji sampai tanda kalibrasi
tercapai.
6. Carbon aktif ditimbang 0,1% (220 mg), kemudian masukkan ke dalam larutan. Beaker glass
ditutup kaca arloji dan disisipi batang pengaduk.
7. Hangatkan larutan pada suhu 50-70 C selama 15 menit sambil sesekali di aduk, lalu di cek
pH.
8. Kertas saring ganda yang terlipat dibasahi terlebih dahulu dengan air bebas pirogen.
9. Pindahkan corong dan kertas saring ke elenmeyer steril bebas pirogen.
10. Larutan kemudian disaring hangat-hangat ke dalam elenmeyer.
11. Larutan zat dipindahkan ke gelas ukur sampai volume tepat 200 ml

12. Botol infus dibilas terlebih dahulu dengan sedikit sisa larutan 2 ml kemudian diisikan
langsung ke dalam botol infus 200 ml.
13. Pasang tutup karet botol infus steril lalu ikat dengan simpul champagne.
14. Sterilkan botol infus yang berisi larutan dalam autoclaf suhu 115-116C selama 30 menit.
Kemudian diberi etiket yang sesuai.
C. Etiket

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum pembuatan sediaan steril berupa sediaan
infus dengan bahan aktif berupa glukosa yang dibuat dengan sterilisasi akhir. Tujuan suatu
sediaan dibuat steril, karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan
tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap pada saluran cerna atau
gastrointestinal. Diharapkan dengan kondisi steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder.
Dalam hal ini tidak berlaku relative steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril
dan tidak steril. Dan infus merupakan sediaan yang perlu disterilkan dan harus bebas dari
pirogen.
Sifat glukosa yang stabil pada pH 3,5 6,5 dan tahan terhadap pemanasan merupakan alasan di
gunakannya metode sterilisasi akhir dalam pembuatan infus glukosa. Sehingga semua peralatan
yang akan digunakan tidak harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Serta karena
sediaan infus digunakan secara intravena, maka sediaan infus harus isotonis, isohidri dan harus
bebas dari pirogen. Oleh karena itu, perlu ditambahkan NaCl 0,9% sebagai tonicity agent dan
carbon aktif 0,1% untuk membebaskan sediaan dari pirogen.
Cara pembuatan infus ada 3 cara, yaitu :
1. Bahan aktif dilarutkan dengan Aqua pro injection (API) sampai volume yang dikehendaki
(sampai tanda kalibrasi), lalu ditambahkan 0,1% carbon aktif kemudian dihangatkan 50-70C
selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Lalu sediaan disaring dan di ad kan dengan air bebas
pirogen.
2. Bahan aktif dilarutkan dengan air bebas pirogen sampai volume yang dikehendaki (sampai
tanda batas).
3. Bahan aktif dilarutkan dengan air bebas pirogen sampai volume yang dikehendaki (sampai
tanda batas). Kemudian sediaan ini dibebas pirogenkan kembali dengan cara menambahkan
0,1% carbon aktif kemudian dihangatkan 50-70C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Lalu
sediaan disaring dan di ad kan dengan air bebas pirogen.
Pada pembuatan infus glukosa ini, kami memilih menggunakan cara pembuatan infus yang
kedua (tidak sesuai dengan cara pembuatan waktu responsi sebelumnya) yaitu dengan
menggunakan air yang telah dibebaskan dari pirogen karena lebih cepat dalam pembuatannya

dan lebih praktis. Sehingga sediaan tidak perlu lagi dilakukan pembebasan pirogen. Serta kami
tidak melakukan pengukuran pH, dikarena tidak tersedianya pH indicator di lab (di dispensasi).
Kemudian botol infus ditutup dengan menggunakan tutup karet botol infus lalu diikat dengan
simpul champagne yang bertujuan agar tutup karet tidak lepas ketika dilakukan sterilisasi akhir
dengan autoclaf 115-116C selama 30 menit.

KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini, kami berhasil membuat sediaan steril berupa sediaan infus glukosa yang
dibuat dengan sterilisasi akhir dan dengan menggunakan zat-zat tambahan, yang terdiri atas
NaCl sebagai toncity agent dan menggunakan air bebas pirogen sebagai pelarut. Masing-masing
bahan tambahan tersebut mempunyai fungsi yang dapat membuat sediaan infus menjadi isotonis
dan bebas dari pirogen yang merupakan persyaratan sediaan infus, sehingga infus aman
digunakan secara intravena.

DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.
Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition.
London : The Pharmaceutical Press
Direction of the Council of The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The
Extra Pharmacopoeia Twenty eight Edition. London : The Pharmaceutical Press.

Search

selayang pandang blog ku


sebuah catatan perjalanan kuliahku yang bersumber dari dosen2ku yang kutuangkan ke blog
ini...mungkin dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin membaca,melihat dan lain
sebagainya..buat semesta..

About Me

RAMA HADI PUTRA


Klaten, Jawa Tengah, Indonesia
maju terus perawat indonesia....
Lihat profil lengkapku

Labels
Ads not by this site

alamat rumah sakit (1)

ARTIKEL (3)

BIOKIMIA (1)

FARMAKOLOGI (4)

KEPERAWATAN ANAK (13)

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (6)

KEPERAWATAN GERONTIK (1)

KEPERAWATAN JIWA (1)

KEPERAWATAN KELUARGA (1)

KEPERAWATAN MATERNITAS (2)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (29)

KOMUNIKASI KEPERAWATAN (1)

KONSEP DASAR KEPERAWATAN (1)

nama rumah sakit (2)

artikel keperawatan medikal bedah terbaru


Ads not by this site

unik dan menarik


Ads not by this site

jangan klik kalau enggak tertarik mengenai fakta-fakta unik dan menarik di alam semesta

*unik dan menarik*


* apa yang disukai pria dari wanita
* puisi cinta abadi
* hal-hal yang membuat pria suka wanita
* 10 kemajuan teknologi yang akan datang
* temuan aneh dan menggemparkan dunia
* situs- situs yang sebaiknya anda jauhi!!!!
* Just for my preety little angel
* perempuan tertarik pada seorang lelaki??karena apa
* tidak mendapatkan gaji pramugari protes
* kemunculan sebuah piramid raksasa melintas di udara...

kisah religi

jangan klik kalau enggak tertarik mengenai kisah religi islam *kisah religi*
# Ketabahan Iman Zunairah Terhadap Allah
# Khalifah Umar Abdul Aziz Hidup Sederhana
# Khalifah Gila?
# Ketabahan Iman Zunairah Terhadap Allah
# Keramat Seorang Wanita
# Kelebihan Huzaifah Al-Yamani
# Keledai Yang Berjasa
# Kecantikan Rasulullah s.a.w. sebagai Insan Teragung...
# Keberanian Rasulullah s.a.w.
# Keadaan Manusia Di Padang Mahsyar
# Janggut Nabi Harun Berwarna Dua
# Isteri Yang Taat Kepada Suami
# Iblis Ingin Bertaubat
# Hari Sabtunya Orang Yahudi
# Hamba Yang Banyak Celanya
# Hamba Yang Ajaib
# Hadiah Dari Neraka
# Gabernor Dan Wanita Jelata
# Fadhilat Majlis Zikir
# Dialog Ramadhan Di Hadapan Allah
# Dialog Iblis Dengan Rasulullah s.a.w.
# Dialog Allah Dan Iblis - Mengenai Tempat Tinggal
# Dialog Abu Hanifah Dengan Ilmuan Kafir Tentang Ketuhanan
# Derita Sakaratul Maut Kerana Mengutamakan Isteri Lebih Dari Ibunya

Blog Archive

2010 (68)
o Juni (3)
o Mei (16)
o April (10)

Apr 09 (3)

Cara kerja Otoklaf dan LAF

FORMULA INFUS

MACAM-MACAM CAIRAN INFUS BESERTA FUNGSINYA

Apr 07 (1)

Apr 02 (5)

Apr 01 (1)

o Maret (1)
o Februari (17)
o Januari (21)

2009 (3)

cari melalui kategori


ARTIKEL BIOKIMIA FARMAKOLOGI KEPERAWATAN ANAK KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT KEPERAWATAN GERONTIK KEPERAWATAN JIWA KEPERAWATAN
KELUARGA KEPERAWATAN MATERNITAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KOMUNIKASI KEPERAWATAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN

terjemahkan disini
Translation

Gadgets powered by Google

selamat datang
KAMUS

translete this blog (choose any language)

by : BTF

link institusi keperawatan Indonesia


1. FAK.KEP.UI
2. PPNI JATENG
3. PPNI PUSAT
4. PSIK UGM
5. PSIK UNAIR
6. PSIK UNDIP

link rumah sakit di jawa


1. NAMA/ALAMAT RS SE-JABAR
2. NAMA/ALAMAT RS SE-JATENG
3. NAMA/ALAMAT RS SE-JATIM

link keperawatan Mancanegara


1. BMJ
2. ICN
3. NANDA

live traffic map, feed and page popularity


Recent Visitors

Popular Pages Today


1. ..Nursing For Universe..: MACAM-MACAM CAIRAN INFUS BESERTA
FUNGSINYA 81.62%
2. ..Nursing For Universe..: ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MULTIPEL
FRAKTUR 3.37%
3. ..Nursing For Universe..: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI 2.66%
4. ..Nursing For Universe..: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PNEUMONIA 2.23%
5. ..Nursing For Universe..: Askep Klien PPOM (COPD) / PPOK 1.94%
6. ..Nursing For Universe..: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN
PRETERM 1.94%
7. ..Nursing For Universe..: ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN FEBRIS
DEMAM 1.65%
8. ..Nursing For Universe..: WSD ( Water Seal Drainage ) 1.58%
9. ..Nursing For Universe..: PERTOLONGAN PERTAMA PADA GIGITAN ULAR 1.51%
10. ..Nursing For Universe..: FARMAKOLOGI OBAT 1.51%

link teman-teman

TAB LO I D N E R S

M E D I AN E R S

MACAM-MACAM CAIRAN INFUS BESERTA FUNGSINYA

Jumat, April 09, 2010


INFUS
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional
keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah
yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari
mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
( Lachman, hal 1254 ).
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah
cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral
dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena
digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk
mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang
cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau gelas,
steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar,
pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang
mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zatzat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.
Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan;
terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi
juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan
adalah:
a) bebas kuman

b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan
cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan
kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan
dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara
dimuntahkan
Pembahasan:
Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah
pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis
INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan
larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan
harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan
saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting
pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi
rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan
koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan
neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12
dan sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium
darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi
cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih dapat

menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan pengganti
darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut dibutuhkan juga
pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau muntah yang
berkepanjangan.
Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih
panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga airnya terikat
secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah berat
molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan NaCl
fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan tersebut hanya
sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar tubuh melalui
ginjal
INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI
Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang
menyimpang, yaitu :
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi,
kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
(Formulasi Steril, Stefanus Lukas, hal. 62)
Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan
hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotic cairan tubuh akibat dari
rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup (Dorlan ed. 26, hal.
498)
Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut, sehingga
harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber kalori
dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan oleh tubuh
untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel baik
plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion natrium dan klorida dalam jumlah yang
besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion kalium,
magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu plasma mengandung protein dalam
jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya mengandung protein dalm jumlah protein
yang leih kecil.

Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir tidak
mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam jumlah besar
serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya ada dalam
konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.
Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air, sehingga
dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas pirogen. Pirogen
merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan virus). Secara kimiawi,
pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya
merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide.
Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan
darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan dengan
absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini diberikan dalam
bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek.
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan
tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan
juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya
digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis,
dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan
norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan
memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus
dengan elektrolit lain.
Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :
Na+ = 135 mEq
K+ = 5 mEq
Ca+ = 5 mEq
Mg+ = 2 mEq
Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :

1g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1,00


1g KCl ~ 13,4 mEq K+ E1 = 0,76
1g CaCl ~ 13,6 mEq Ca+ E1 = 0,51
1g MgCl ~ 9,8 mEq Mg+ E1 = 0,45
INFUS IV NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting
pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik ) yang
perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf.
Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak
berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual,
muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan dan
perut.
Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam fisiologis
) dan dalam infus dengan elektrolit lain.
INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH
Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh.
Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir tidak
mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat dalam jumlah
besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.
2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah besar, ion
bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium, Kalsium, Magnesium,
Posfat, Sulfat,dan asam-asam organik (Guyton hal 309).
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama dengan
jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah yang
dikeluarkan sebagai urin juga keringat.
Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk
dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit
yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar
belakang tersebut diatas maka dibuatlah sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse
Ringers.

Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam
air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan
fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh
(Ansel hal 408).
INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD
Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui
saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada penderita kurang
gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi parenteral total
memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit; dan vitamin.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya diberikan lebih
dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan insulin.
Glukosa dengan ragam kekuatan 10 50 % harus di infus melalui kateter vena central. Untuk
menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah).
Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai
nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan
lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau
kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien.
Umumnya 2-3 mL permenit.
Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di lengan atau
kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser dari tempat selama diinfus.
Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan
jarum pada dinding vena.
Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan tubuh.
Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah (atau jantung) yang
umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh darah. Bila
gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh aliran darah
sampai tersangkut di pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan hambatan atau sumbatan
yang disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya tergantung pada tempat dan
keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat intravena biasanya harus berupa
larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap. Keadaan tertentu dapat menimbulkan
terjadinya trombus dan kemudian menghalangi aliran darah. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
edisi keempat, Howard C Ansel, hal 402)
Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV, disertai
demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka kematian cukup tinggi.
Gejala dan tanda :
1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas

2. perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis , derajat hematemesis, melena, perdarahan


gusi, uterus, telinga, dll)
3. ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120/menit), tekanan nadi
sempit (<>
4. nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140/menit, acral dingin,
berkeringat, kulit biru
Gejala Lain :
1. Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan
2. Asites
3. Cairan dalam rongga pleura (kanan)
4. Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma
Prinsip penatalaksanaan :
1. Memperbaiki keadaan umum
2. Mencegah keadaan yang lebih parah
3. Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-hati pada hari
ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)
INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat menstabilkan
jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal, sehingga
diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan batas-batas
atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis dekstrosa
yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina karena
biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu
diinfus).
Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati
hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi.
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.

Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan
luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat
menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim
pada metabolisme karbohidrat dan protein.
Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan dapat
memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.
Batas konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-252) :
Na+ = 135-145 mEq/L
K+ = 3,5-5 mEq/L
Ca2+ = 5 mEq/L
Mg2+ = 2 mEq/L
INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI
Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di dalam
tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan
digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni
sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak
diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi
pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh
terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.
Dehidrasi terdiri dari :
a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.
b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional
dibandingkan dengan hilangnya air.
c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.
d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan
cukup.
INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam makanan
terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga berperan
penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan dan organ
tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat
melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka sumber energi
utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung karbohdrat.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa yang penting
didalam tubuh sebagai sumber energi.
INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi
bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2
dan konsentrasi bikarbonat plasma, <8>
Farmakologi
Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat.
Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di
tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma
yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik
ataupun turun. pH plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic.
Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan meningkatkan
pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal 2472-2473).
INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel
hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida)
yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat
penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari
unit monomer atau bahan pembangun.
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat
disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin, isoleusin,
lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh:
Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin,
serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan hormon

pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah.
Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.(DI hal
1341)
INFUS IV DEKSTROSA
Farmakologi (DI, hal 1427)
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan
nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika
diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan
dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga
digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.
LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan
pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada
rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri
atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk
mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 )
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi
pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan
jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
INFUS PENDERITA DIARE BERAT
(LOCKE RINGER)
Locke Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan
karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara
sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan
tahan panas
Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan laju tetesan per menit)
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di

rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut)


Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu
banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat
terjadi bia kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama alkalosis metabolik :
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
Gejala :
1. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot, atau tanpa gejala sama sekali.
2. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot
yang berkepanjangan (tetani).
3. Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
Pengobatan :
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium)
INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan ke
dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis
tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan
dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau
jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi

4. bukan larutan elektrolit


5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral
lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs
disterilkan dgn cara aseptis.
INFUS IV YG MGD NUTRISI
Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah
ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen, oksidasi
menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yg
memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan
mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin
yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Kadar
glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.
INFUS IV RINGER LAKTAT
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0%
menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini
mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung
NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan
natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman.
Pembahasan : larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per menit. Laju
tetesan maksimal 5 ml per menit
INFUS IV AMMONIUM KLORIDA
(PENDAHULUANNYA SAMA DENGAN ALKALOSIS METABOLIK)
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan gangguan
metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.
INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat

digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.

kesehatan manusia
Ads not by this site

Senin, 14 Mei 2012


jenis-jenis cairan infus

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
yang dilimpahkan kepada saya sehingga makalah tentang Komposisi Cairan Infus ini
dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai penyempurna tugas pada mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan II. Makalah ini

disusun juga sebagai bahan acuan dan

tambahan pengetahuan kita tentang Komposisi Cairan Infus, sehingga kita dapat
mengetahui betapa pentingnya cairan infus untuk tubuh.
Terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing, yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk menularkan pengetahuan saya kepada
para pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah tentang Komposisi Cairan
Infus ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak
baik itu ibu Dosen Pembimbing kami maupun para pembaca sangat diharapkan
demi lengkapnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama bagi pembaca.

Terima kasih.

Penyusun,

Daftar Isi
Halaman Judul..............................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii
BAB I
1.
2.
3.

Latar Belakang...............................................................1
Tujuan...........................................................................1
Manfaat.........................................................................1
BAB II

1.
2.
3.
4.

: Pembahasan.........................................................................2

Pengertian.....................................................................2
Tujuan Komposisi cairan infus........................................2
Berbagai regimen infus...................................................2
Jenis-jenis cairan infus....................................................4
BAB III

1.

: Pendahuluan.........................................................................1

: Penutup..............................................................................10

Kritik...........................................................................10

2.

Saran...........................................................................10
Daftar Pustaka.............................................................................................11

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui
intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makanan. Infus merupakan tindakan yang dilakukan
pasien dengan cara memasukan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus
set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
Sesuatu yang masuk ke dalam tubuh, memiliki kandungan atau komposisi yang
harus sesuai tubuh manusia. Pemberian ini tidak boleh salah, karena bisa berakibat
fatal. Misalnya saja flebitis. Flebitis adalah radang dinding vena. Oleh sebab itu, kita
sebagai perawat terlebih dahulu harus bisa memahami komposisi dari tiap- tiap
infus. Dengan adanya kita mengenali, maka kecelakaan terhadap perawat kepada
pasien. Hal inilah akan dibahas secara menyeluruh.

1.2 Tujuan
Untuk menjelaskan tentang komposisi cairan infus kepada semua tenaga medis,
terutama perawat agar lebih mengenal secara mendalam tentang komposisinya.
1.3

Manfaat
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui

pengertian komposisi dan infus


tujuan komposisi cairan infus
berbagai regimen
jenis- jenis cairan infus

BAB 2
PEMBAHASAN

1.

Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus.

2.

Tujuan Komposisi Cairan Infus


Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

3.

Berbagai Regimen Infus

Pada pasien trauma akibat kecelakaan lalu lintas atau karena sebab lainnya,
kita sering menjumpai keadaan syok hipovolemik alias suatu kondisi dimana terjadi
kehilangan cairan darah dengan cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
komponen darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak

lagi adekuat, menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan berkontribusi


terhadap metabolisme anaerob dan akumulasi asam laktat.
Namun, maha besar Allah selalu ada upaya homeostasis untuk melindungi
terlebih dahulu organ yang dianggap penting yaitu otak dan jantung, dengan cara
vasokonstriksi dan mengorbankan perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok hemoragik disebabkan sebagai hasil dari pola
perfusi dan hipoksia jaringan yang progresif juga karena asidosis. Berbagai regimen
yang kita kenal untuk penanganan resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid,
kristaloid, whole blood dan komponen-komponen darah.

a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa,
yang tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat, kristaloid
sebagian besar akan keluar dari intravaskular . Sehingga volume yang diberikan
harus lebih banyak ( 3:1 dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan dari
ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30-60 menit, dan akan keluar
sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara garis besar kristaloid bertujuan untuk
meningkatkan volume ekstrasel, tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun
banyak jenis cairan kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat
adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.

NaCl 0,9%

Keuntungannya yaitu

murah dan mudah didapat, cairan infus ini juga

kompatibel untuk dicampurkan dengan produk-produk darah dan merupakan pilihan


yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan asidosis
hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar diperlukan. (untuk menggantikan
setiap liter volume darah, maka kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi
perbandingan cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.

Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi isotonis yang
lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian elemen kalsium dan
pottasium, ion sodium dan chlor yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah,
kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi pada
produk-produk darah, serta kandungan laktat dalam infus ringer laktat ini juga
dapat memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.

Dextrose atau glukosa


Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi bahaya.
Stress sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau pembedahan sering
menyebabkan kadar gula darah meningkat. Pemberian dextrose secara cepat dalam
jumlah banyak selama resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi
faktor

perancu

terhadap

defisit

intravaskular.

Penggunaan

dextrose

dapat

menyebabkan hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa dapat digunakan


sebagai cairan maintainance selama fase post resusitasi.

b. Cairan Koloid

Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan trauma masih


kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah albumin dan
plasma. Namun sekarang, dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah.
Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma,

tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam),
sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari
koloid yaitu mahal.
Koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat dan
dengan volume cairan yang lebih sedikit,ekspansi volume plasma lebih panjang,
dan resiko edema pheripheral kecil. Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik)
sebelum transfusi tersedia
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.

4.

Jenis- Jenis Cairan Infus

ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq

K 4 mEq

Cl 109 mEq

Ca 3 mEq

Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami
gangguan hati

Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih

baik
dibanding RL pada neonatus

Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral

pada anestesi
dengan isofluran

Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada

1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk
edema serebral.

KA-EN 1B
Indikasi:

Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal

pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

< 24 jam pasca operasi

Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan

sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari

100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B


Indikasi:

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan

elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan
oral terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3
Indikasi :

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan

elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan
oral terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium 20 mEq/L

Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan

berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L

K 0 mEq/L

Cl 20 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko

hipokalemia

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

Na 30 mEq/L

K 8 mEq/L

Cl 28 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:

Untuk resusitasi

Kehilangan Na > Cl, misal diare


Sindrom

yang

berkaitan

dengan

kehilangan

natrium

(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:

Resusitasi

Suplai ion bikarbonat

Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:

Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor,

infeksi berat, stres


berat dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:

Stres metabolik berat

Luka bakar

Infeksi berat

Kwasiokor

Pasca operasi

Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:

Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

Penderita GI yang dipuasakan

Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,

trauma dan pasca operasi)

Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:

Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik

ringan

Nitrisi dini pasca operasi

Tifoid

BAB 3
PENUTUP

Kritik
Banyak pengetahuan tentang komposisi cairan infus di berbagai tempat,
seperti hal nya buku keperawatan, namun masih saja para perawat melakukan
kesalahan untuk memasukan ke dalam tubuh. Masalah seperti itu sangat fatal sekali

Saran
Mencari dan mempraktekkan pengetahuan yang banyak, terutama
komposisi cairan infus. Dengan kita mengetahui semua, maka akibat kecelakaan di

semua tempat terutama rumah sakit tidak terulang lagi. Dan pasien menjadi lebih
baik dalam penanganan kepada perawat. Dengan adanya makalah ini, saya
harapkan para perawat menjadi paham dan mengerti

You might also like