You are on page 1of 1

Kedalaman dan ketebalan lamina berhubungan dengan keparahan glaukoma.

Martha Kim, Karine D Bojikian, Mark A Slabaugh, Leona Ding, Philip P Chen
Diambil dari: Indian Journal of Opthalmology, 2016, Vol. 64, Isu 5, Hal. 358-363
Tujuan: Untuk mengevaluasi hubungan antara morfologi lamina kribosa (LK) dengan
keparahan glaukoma untuk pasien dengan glaukoma sudut terbuka primer (GST)
menggunakan pencitraan kedalaman yang ditingkatkan spectral-domain optical
coherence tomography (SD-OCT) dan tes lapang pandang Humphrey (LPH).
Subjek dan metode: Pasien dengan OAG (n =166), dibagikan dalam kelompok
glaucoma tekanan normal (GTN) dan glaukoma tekanan tinggi (GTT) (n = 66 dan n
=100), dilakuakan SD-OCT untuk mendapatkan gambaran B-scan horizontal dari
kepala nervus optikus (KNO). Kedalaman lamina (DL) dan ketebalan lamina (TL)
diukur dari tengah KNO.
Hasil: Nilai rata-rata (standar deviasi) DL dan TL dan deviasi rata-rata (DR) lapang
pandang masing-masing adalah 555.4 142.3 m, 179.9 49.7 m, and 5.7 6.4
dB. Dalam analisa regresi multivariasi linear, DL, TL dan tekanan intraokular (TIO)
berhubungan secara signifikan dengan DR (masing-masing, P = 0.007, P = 0.037, and
P = 0.004). Dalam analisa subgrup, hanya DL yang berasosiasi dengan DR dalam
grup GTN (n = 66) manakala TL dan TIO berkorelasi dengan DR dari grup GTT (n =
100). Panjang axial dan ketebalan kornea sentral tidak berasosiasi dengan DL dan TL.
Kesimpulan: Keparahan glaukoma, setelah diukur menggunakan DR LPH,
menunujukkan hubungan yang signifikan dengan DL dan TL, dengan bertambahnya
keparahan berasosiasi dengan peningkatan DL dan TL. GST tekanan normal dan
tinggi mempunyai asosiasi berbeda dengan DL dan TL yang menunujukkan bahwa
terdapat patogenesis yang berbeda antara keduanya.
Kata kunci: Glaukoma, lamina kribosa, nervus optikus, optical coherence tomography

You might also like