You are on page 1of 8

EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI EKSTRAK BIJI MAHONI

SWETENIA MAHAGONI JACQ TERHADAP PENURUNAN POPULASI


HAMA APHIS PADA TANAMAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS
RADIATUS L.)
I Nengah Budi Satwam 1), Rida Iswati 2), Fauzan Zakaria 3)**)

ABSTRAK

I NENGAH BUDI SATWAM/613408027. Efektifitas Pestisida Nabati Ekstrak


Biji Mahoni Swetenia Mahagoni Jacq terhadap Penurunan Populasi Hama
Aphis pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.). Di bawah
bimbingan Rida Iswati dan Fauzan Zakaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah aplikasi dan konsentrasi
yang tepat dari pestisida nabati ekstrak biji mahoni dalam menurunkan populasi
hama Aphis serta pengaruhnya terhadap produksi tanaman kacang hijau
(Phaseolus radiatus L.). Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Desa
Bongoime Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango pada bulan
Februari sampai Juni 2013, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diteliti adalah: A = kontrol
(tanpa perlakuan) B = ekstrak biji mahoni 10 ml/liter air, C = ekstrak biji mahoni
15 ml/liter air, D = ekstrak biji mahoni 20 ml/liter air, E = ektrak biji mahoni 25
ml/liter air dan F = 30 ml/liter air. dengan luas lahan 735 m2, yang dibagi kedalam
3 blok. Jumlah aplikasi pestisida nabati ekstrak biji mahoni yang paling efektif
yaitu 4 kali aplikasi dan konsentrasi optimum 21,33% dengan persentase
penurunan populasi sebesar 43,44%. Serta berpengaruh linier terhadap
peningkatan berat 1000 butir biji.
Kata Kunci: kacang hijau, biji mahoni konsentrasi, aphis
PENDAHULUAN
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas yang banyak diusahakan
oleh masyarakat Indonesia. Wilayah Propinsi Gorontalo dalam mengembangkan
tanaman kacang hijau yaitu di lahan sawah, dengan demikian dapat menambah
indeks pertanaman di lahan sawah yang selama ini sebagian besar dibiarkan
begitu saja setelah panen padi untuk waktu cukup lama (1 - 3 bulan). Ketersediaan
kacang hijau bila dilihat dari luas panen di Provinsi Gorontalo terhitung masih
rendah mencapai 172 ha pada tahun 2011. Luas panen ini masih rendah bila
dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya seperti tan aman kacang tanah
yang mencapai 955 ha tahun 2011 dan kedelai mencapai 1.741 ha tahun 2011
(BPS Provinsi Gorontalo, 2012).
Saat ini pengembangan budidaya kacang hijau menempati urutan ke tiga
setelah kedelai dan kacang tanah, kacang hijau berpotensi tinggi dikembangkan
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

secara intensif berpola agribisnis. Untuk mencukupi kebutuhan pangan, gizi


penduduk, dan kebutuhan pakan ternak pada masa mendatang, pemerintah
merencanakan peningkatan luas panen, produksi dan produktifitas kacang hijau
nasional melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Tehnologi
budidaya yang baik dengan penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang dan
pengendalian hama secara terpadu (Rukmana, 1990). Tidak sulit dalam
membudidayakan kacang hijau baik lahan kering maupun lahan basah (sawah),
karena dimusim kemarau kacang hijau sebagai tanaman selingan padi. Akar
tanaman kacang hijau dapat menyuburkan tanah, karena tanaman kacang hijau
memiliki kemampuan mengikat nitrogen dari udara.
Kendala besar yang dihadapi petani saat ini adalah serangan hama yang
menyebabkan rendahnya hasil di tingkat petani. Hama Aphis merupakan salah
satu hama penting yang dapat menurunkan kualitas hasil tanaman kacang hijau.
Hama Aphis menyerang seluruh bagian tanaman kacang hijau sejak tanaman
memasuki fase pertumbuhan vegetatif sampai fase primordial (Rukmana, 1997).
Serangan hama Aphis menyebabkan daun menggulung ke dalam (keriting)
karena sel-sel di bagian atasnya mengerut. Kutu Aphis menyerang tanaman
dengan mengisap cairan tanaman sehingga mengganggu proses fotosintesis dan
mengakibatkan menurunnya hasil mencapai 60%, bahkan tidak menghasilkan
sama sekali bila serangannya berat (puso). Pantas jika serangga ini merupakan
hama yang paling berbahaya bagi tanaman kacang hijau (Pracaya, 1995).
Pengendalian hama Aphis dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan menggunakan bahan-bahan nabati
yang tersedia di alam, diantaranya adalah ektrak biji mahoni yang mengandung
bahan aktif Swietenin dan Limonoid (Meidiantie Soenandar, 2010). Ekstrak
sederhana biji mahoni dapat menyebabkan mortalitas pada hama Aphis jantan
dan menghambat reproduksi serangga betina (Kasumbogo, 1984). Dengan
berkurangnya populasi hama Aphis pada tanaman kacang hijau, maka jumlah
polong muda yang gugur juga berkurang, sehingga tiap dompol buah lebih banyak
serta berkurangnya polong yang hampa (Rukmana, 1997).
Menurut Sriwahyuni Kepala Seksi Kehutanan Provinsi Gorontalo, mahoni
ditanam hampir disetiap sudut Kota Gorontalo, dan mahoni merupakan salah satu
tanaman yang digunakan sebagai tanaman penghijauan dan rehabilitasi hutan di
Gorontalo.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian hama Aphis
merupakan sistem pengendalian hama terpadu, yaitu dengan memanfaatkan bahan
nabati Ekstrak Biji Mahoni yang sifatnya alami, ramah lingkungan dan
berkelanjutan serta tidak menyebabkan resistensi pada hama Aphis. Sehingganya
perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak
biji mahoni yang lebih efektif dalam menekan perkembangan hama Aphis pada
tanaman kacang hijau.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan petani Desa Bongoime Kecamatan
Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango, waktu penelitian dimulai dari bulan
Februari sampai juni 2013.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan lesung Ember, Saringan, Jerigen, patok, papan etiket
bajak, timbangan, plastik pliptop, gelas ukur, dan sprayer punggung. Bahan terdiri
atas biji mahoni benih kacang hijau, pupuk, dan Dieterjen (sebagai bahan
perekat).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok dengan
luas lahan 735 m2. Yang dibagi kedalam 3 blok, masing-masing blok dibagi
kedalam 6 plot . Luas tiap blok yaitu 35 m x 5 m, jarak antar blok 2 m, luas tiap
plot perlakuan yaitu 5 m x 5 m, jarak antar plot 0,5m
Percobaan terdiri atas 6 Perlakuan Konsentrasi pestisida ekstrak biji
mahoni sebagai berikut:
A = tanpa pestisida
B = 10 ml larutan/l air
C = 15 ml larutan/l air
D = 20 ml larutan/l air
E = 25 ml larutan/l air
F = 30 ml larutan/l air
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 petak
percobaan.
Parameter Pengamatan
Parameter yang di amati pada penelitian ini yaitu:
1. Menghitung jumlah hama Aphis sebelum aplikasi, kemudian menghitung
jumlah hama Aphis yang tersisa setelah aplikasi dengan cara menghitung
tanaman yang terserang. Pengamatan dilakukan pada jam 6 pagi dengan
interval waktu 4 hari.
2. Menghitung berat 1000 butir biji kacang hijau. Jumlah biji dihitung dan
ditimbang per plot perlakuan setelah panen pertama dengan tingkat
kematangan buah berkisar 95%.
Data dan Analisis Data
Data ditabulasi dan dianalisis dengan regresi polinomial menggunakan
sofware SAS.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Jumlah aplikasi dan konsentrasi ekstrak biji mahoni
Hubungan antara jumlah aplikasi denngan persentasi penurunan populasi
hama aphis pada tanaman kacang hijau di sajikan pada Gambar 3 dibawah ini:

Gambar 3. Hubungan antara Jumlah Aplikasi dengan Persentase penurunan


populasi
Berdasarkan Gambar 3 diatas, hasil analisis polinomial menunjukkan
bahwa hubungan antara jumlah aplikasi dengan persentase penurunan populasi
bersifat kuadratik dengan persamaan garis lurus Y = -4454,x2 + 32699x + 879,1
dengan R = 0,638. Sampai batas jumlah aplikasi tertentu pengaruhnya terhadap
persentase penurunan populasi akan menurun. Puncak dari gambar grafik diatas
adalah 2,23 yang berarti bahwa jumlah aplikasi optimum pestisida ekstrak biji
mahoni yang paling efektif untuk menurunkan populasi apis pada tanaman kacang
hijau adalah 2,23 kali.
Efektifitas tersebut sangat di pengaruhi oleh jenis bahan pestisida, jenis
tanaman, dan jenis hama target. Aplikasi ekstrak biji mahoni dan brotowali
terhadap Plutella xylostella mulai efektif dalam penurunan intensitas serangan
hama yaitu pada aplikasi ke 4 (31 - 55 HST) dengan tingkat keefektifan 4,28
sampai 23,72% ( Nuraini, Fattah, dan Mariadi, 2005). Menurut (Safaruddin
Nurwahidah, Gafar (2010) bahwa perlakuan konsentrasi 100 ml/l air pestisida
daun mimba terhadap Aphis gosipi pada kedelai mulai menunjukan keefektifanya
pada aplikasi ke 5 (42 HST)
Kedua bahan pestisida diatas baik mahoni maupun mimba tampak
memberikan pengaruh secara sistemik terhadap hama terbukti stelah aplikasi
beberapa kali baru menunjukan secara nyata. Setiap bahan yang masuk kedalam
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

tubuh tumbuhan dan mengalami proses fisiologis dan akan didistribusikan oleh
tanaman ke organ-organ tanaman lainnya. Jumlah tersebut sedikit demi sedikit
akan terakumulasi hingga jumlah tertentu pada organ yang berfungsi sebagai
habitat hama dan jumlah tertentu tersebut akan tercapai setelah sekian kali. Hal
ini berkaitan dengan jenis senyawa yang terkandung dalam bahan pestisida,
proses fisiologis pada tanaman yang berkaitan dengan metabolisme senyawa,
tersebut serta proses fisiologis dalam tubuh serangga sebagai target. Kandungan
senyawa pada mahoni yang mirip dengan Butane Hexane Chlor (BHC) dengan
konsentrasi 0,005 ppm. Senyawa BHC atau yang dikenal sekarang Hexa
Chlorosiclo Hexana (HCH) merupakan insektisida organoklorida yang bersifat
racun perut dan racun pernapasan tentunya mengalami proses metabolisme yang
berbeda dengan senyawa bioaktif azadirachtin, salamnin, meliantriol, dan nimbin
pada daun nimba. Selain jumlah aplikasi, konsentrasi atau dosis pestisida nabati
juga sangat berpengaruh terhadap penurunan populasi hama target seperi tampak
pada gambar berikut ini :
Dari analisis polinomial hubungan antara konsentrasi pestisida dengan
persentase penurunan populasi seperti tampak pada Gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Hubungan Antara Perlakuan dengan Persentase Penurunan Populasi


Berdasarkan Gambar diatas, hasil analisis polinomial menunjukkan bahwa
hubungan antara konsentrasi pestisida dengan persentase penurunan populasi
bersifat kuadratik. dengan persamaan garis lurus Y = -46,81x2 + 1997,x + 19886
dengan R2 = 0.747. Berdasarkan pola hubungan tersebut diperoleh konsentrasi
optimum pestisida ekstrak biji mahoni 21,33 ml/l air dan menyebabkan persentase
penurunan populasi maksimum 43,44 %.
Sama halnya dengan penjelasan d atas bahwa jumlah aplikasi berbeda
untuk setiap jenis tanaman, bahan pestisida, dan hama target. Konsentrasi
pestisida sampe batas tertentu akan berpengaruh meningkat terhadap persentase
penurunan populasi hama kemudian akan menurun
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Menurut Nuraeni, Fattah, dan Mariadi (2005) ekstrak biji mahoni 50


ml/liter air yang dicampur 50 ml brotowali paling efektif untuk menekan serangan
Psilostella pada tanaman kubis yaitu berkisar 8,72 sampai 27,60%. Hasi penelitian
analisis data Antoro (2013) menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak biji mahoni
paling efektif pengaruhnya terhadap mortalitas.
Menurut Nechiyana, Sutikno, dan Salbiah (2011) konsentrasi 20 g/liter
ekstrak daun pepaya mampu mengendalaikan kutu daun Aphis gossypii dengan
mortalitas sebesar 91,99%.
4.2 Hubungan Perlakuan Dengan Produksi Kacang Hijau
Pengaruh perlakuan terhadap berat 1000 butir kacang hijau disajikan pada
Gambar 3 dibawah ini :

Gambar 5. Hubungan antara Perlakuan dengan 1000 Butir Biji


Berdasarkan Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa dimana perlakuan
konsentrasi pestisida nabati ekstrak biji mahoni berkolerasi positif dengan
peningkatan berat 1000 butir biji kacang hijau. Semakin tinggi konsentrasi ,
semakin tinggi pula berat 1000 butir biji, dimana setiap penambahan 1 % ekstrak
biji mahoni meningkatkan berat 1000 butr biji meningkat sebesar 289,1 gram.
Menurut Kasumbongo (1984) ekstrak sederhana biji mahoni dapat menyebabkan
mortalitas pada hama Aphis jantan dan menghambat reproduksi serangga betina.
Dengan berkurangnya populasi hama Aphis pada tanaman kacang hijau, maka
jumlah polong muda yang gugur juga berkurang, sehingga tiap dompol buah lebih
banyak serta berkurangnya polong yang hampa. Salah satu ciri hidup yang hanya
dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam menggunakan zat
karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam
tubuh tumbuhan. tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada
organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa
organik yang dibutuhkannya. senyawa organik yang baku adalah rantai karbon
yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis (Nisakhoirun11,
2011).
Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Pestisida ekstrak biji mahoni efektif menekan serangan hama aphis pada
kacang hijau dengan jumlah aplikasi optimum adalah 2,23 kali dan
konsentrasi optimum adalah 21, 33% yang mampu menurunkan populasi
sebesar 43,44%.
2. Perlakuan konsentrasi pestisida nabati ekstrak biji mahoni berpengaruh
positif terhadap produksi berat 1000 butir biji kacang hijau.
Saran
Diharapkan petani menggunakan pestisida nabati ektrak biji mahoni untuk
menurunkan populasi hama aphis pada tanaman kacang hijau dengan konsentrasi
30 ml/liter air dan jumlah aplikasinya 2,23 kali.
DAFTAR PUSTAKA
Antoro H, 2013. Uji Efektifitas Filtrat Biji Mahoni (Swietenia mahagony Jacq.)
Terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
http://www.researchgate.net/publication/50858696_uji_efektifitas_filtrat_b
iji_mahoni_%28swietenia_mahagony_jacq.%29_terhadap_mortalitas_ulat
grayak_%28spodoptera_litura_f.%29. (Di akses tanggal 10 juli 2013).
Badan Pusat Satistik (BPS). 2012. Gorontalo Dalam Angka 2012. Provinsi
Gorontalo.
Nechiyana, A. Sutikno, D. Salbiah. 2011. Penggunaan ekstrak daun pepaya
(carica papaya l.) Untuk mengendalikan hama kutu daun (aphis
gossypii glover) pada tanaman cabai (capsicum annum l.). Fakultas
Pertanian Universitas Riau
Nisakhoirun11, 2011. fotosintesis dan respirasi.
http://jmunawarah.wordpress.com/2011/11/04/fotosintesis-dan-respirasi/.
Tanggal 23 juli 2013
Nuraeni, Fattah, dan Mariadi. 2005. Kajian Penggunaan Cairan Biji Mahoni Dan
Brotowali Dalam Pengendalian Ulat Tritip (plutella xylostella) Pada
Tanaman Kubis. Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.
Pracaya, 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Suwadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau (Budidaya dan Pascapanen). Kanisius.
Yogyakarta.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Safaruddin, 2010. Pengaruh Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica Juss)


Terhadap Serangan Aphis Gossypii Pada Tanaman Kedelai (Glicyne Max
L.). Pengendali OPT Madya pada UPTD BPTPH Provinsi Sulawesi
Selatan.
Soenandar M. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Kasumbogo, U. 1984. Pengntar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu.
Andi Offest. Jakara.

Seminar Hasil Penelitian dibawakan pada Forum Seminar Program Studi Agroteknologi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

You might also like