You are on page 1of 27

AKTIVITAS DAN KARAKTERISASI ENZIM SELULASE

DARI KAPANG LAUT UNTUK HIDROLISIS


Gelidium sp. SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

PUSPITA DWI NING TYAS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagaian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aktivitas dan
Karakterisasi Enzim Selulase dari Kapang Laut untuk Hidrolisis Gelidium sp. sebagai
Bahan Baku Bioetanol adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Puspita Dwi Ning Tyas
NIM C34100081

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
AKTIVITAS
DAN KARAKTERISASI
ENZIM
SELULASE
PUSPITA
DWI NING TYAS.
Aktivitas dan Karakterisasi
Enzim
Selulase untuk
DARIsp.KAPANG
LAUTBaku
UNTUK
HIDROLISIS
Hidrolisis Gelidium
sebagai Bahan
Bioetanol.
Dibimbing oleh JOKO
sp. KAWAROE.
SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL
SANTOSO Gelidium
dan MUJIZAT
Enzim selulase merupakan enzim yang diperoleh dari berbagai jenis organisme.
Salah satu diantaranya adalah kapang laut. Kapang laut yang digunakan untuk produksi
bioetanol ini adalah isolat PGEL 95. Enzim selulase dapat digunakan untuk
menghidrolisis rumput laut Gelidium sp. dalam produksi bioetanol. Enzim selulase
yang diproduksi memiliki aktivitas optimum pada pH 7, suhu 30 oC, dan waktu
aktivitas optimum pada jam ke-60. Aktivitas enzim selulase meningkat dengan
penambahan ion logam Ca2+, K+, dan Na+ dengan konsentrasi 10 mM dan menurun
dengan penambahan ion Fe3+, Mg2+, dan Zn2+ pada konsentrasi 5 mM. Enzim selulase ini
memiliki bobot molekul sebesar 6,73 kDa. Kadar etanol yang diperoleh dari hasil
fermentasi dengan enzim selulase adalah 0,25% (v/v) pada suhu 50 oC dengan lama
fermentasi adalah 5 hari.
Kata kunci: bioetanol, enzim, rumput laut, selulase

ABSTRACT
PUSPITA DWI NING TYAS. Activity and Characterization of Cellulase Enzyme for
Hydrolysis Gelidium sp. as Raw Material of Bioethanol. Supervised by JOKO
SANTOSO and MUJIZAT KAWAROE.
Cellulase enzyme is an enzyme derived from a variety of organisms. One of them
is a marine fungus. Marine fungus used for the production of bioethanol in this study
was PGEL 95. Cellulase enzymes can be used to hydrolyze the seaweed Gelidium sp. in
the production of bioethanol. Cellulase enzymes has produced optimum activity at pH
7, the temperature of 30 oC, and the optimum activity time at the 60th hour. Cellulase
enzyme activity increased with the addition of metal ions of Ca2+, K+ and Na+ with a
concentration of 10 mM and decreased with the addition of metal ions of Fe3+, Mg2+,
and Zn2+ at concentrations of 5 mM. The cellulase enzyme had a molecular weight of
6,73 kDa. Ethanol obtained from the fermentation of cellulase enzymes was 0,25% (v/v)
at a temperature of 50 oC with the length of fermentation time was 5 days.
Keywords: bioethanol, cellulase, enzyme, seaweed.

PUSPITA DWI NING TYAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairain

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Skripsi : Aktivitas dan Karakterisasi Enzim Selulase dari Kapang Laut
untuk Hidrolisis Gelidium sp. sebagai Bahan Baku Bioetanol
Nama
: Puspita Dwi Ning Tyas
NIM
: C34100081

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi


Pembimbing I

Dr Ir Mujizat Kawaroe, MSi


Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Agustus 2015 ini ialah bioetanol, dengan
judul Aktivitas dan Karakterisasi Enzim Selulase dari Kapang Laut untuk Hidrolisis
Gelidium sp. sebagai Bahan Baku Bioetanol.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan kepada:
1 Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi dan Dr Ir Mujizat Kawaroe, MSi selaku pembimbing.
Terima kasih atas ilmu yang diberikan dan kesabarannya membimbing penulis
selama penelitian.
2 Dr Ir Iriani Setyaningsih MSi selaku ketua proram studi Depertemen Teknologi
Hasil Perairan.
3 Dr Tati Nurhayati, SPi, MSi selaku pembimbing akademik di Departemen THP.
4 Ibu, Bapak, kakak, dan adik serta keluarga tercinta yang telah banyak mendoakan,
memberikan semangat dan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis.
5 Staf dan dan pegawai Tata Usaha Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
6 Staf dan laboran di laboratorium Surfactan and Bioenergy Research Center
(SBRC).Terima kasih atas ilmu, bimbingan, arahan dan bantuannya selama
penulis melakukan penelitian.
7 Staf dan laboran di laboratorium Sistem Genetika dan Science Ilmu dan Teknologi
Kelautaan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
8 Rekan-rekan seperjuangan Teknologi Hasil Perairan 47 yang senantiasa
memberikan dukungan.
9 Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada para guru dan rekan-rekan
seperjuangan dakwah di Kampus IPB Dramaga. Semoga Karya ilmiah ini
bermanfaat.
10 Semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi baik secara langsung dan
tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat untuk kita semua.

Bogor, Maret 2016


Puspita Dwi Ning Tyas

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................
Latar Belakang.................................................................................................
Perumusan Masalah.........................................................................................
Tujuan Penelitian.............................................................................................
Manfaat Penelitian...........................................................................................
Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................
METODE PENELITIAN....................................................................................
Waktu dan Tempat...........................................................................................
Bahan...............................................................................................................
Alat..................................................................................................................
Prosedur Penelitian..........................................................................................
Prosedur Analisis.............................................................................................
Analisis Data...................................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................
Aktivitas Selulotik Kapang..............................................................................
Pertumbuhan Sel Kapang PGEL 95................................................................
Aktivitas Enzim Selulase pada Berbgai pH dan Suhu.....................................
Aktivitas Enzim Selulase dengan Penambahan Ion Logam............................
Stabilitas Enzim...............................................................................................
Bobot Molekul Enzim.....................................................................................
Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi...................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................
Kesimpulan......................................................................................................
Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................

vii
ixi
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
5
7
7
7
8
9
10
11
13
13
14
14
15
15
18

DAFTAR TABEL
1 Pengaruh penambahan ion logam terhadap aktivitas enzim........................ 11

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penelitian....................................................................
2 Isolat kapang PGEL 95 dan hasil uji zona bening kapang PGEL 95...........
3 Kurva kepadatam sel kapang PGEL 95.......................................................
4 Kurva aktivitas enzim selulase pada media produksi..................................
5 Histogram aktivitas enzim selulase pada berbagai pH.................................
6 Kurva aktivitas enzim selulase pada berbagai suhu.....................................
7 Kurva stabilitas enzim selulase terhadap konsentrasi enzim.......................
8 Kurva stabilitas enzim selulase terhadap waktu terbaik aktivitas enzim.....
9 Hasil elektroforesis SDS-PAGE enzim selulase..........................................
10 Diagram hasil uji bioetanol yang diperoleh.................................................

4
8
8
9
10
10
12
12
13
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia saat ini. Pemanfaatan
energi dalam berbagai bidang yaitu: transportasi, industri, pembangkit listrik dan
kebutuhan rumah tangga. Penggunaan energi secara terus-menerus akan menyebabkan
cadangan energi semakin menipis. Hal ini mengingat kebutuhan energi oleh manusia
semakin meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber energi baru maupun
pengembangan energi alternatif. Pengembangan energi alternatif dapat dilakukan
dengan memanfaatkan sumberdaya alam hayati yang ada. Salah satunya adalah
bioetanol yang dapat dibuat dari tumbuhan yang jumlahnya banyak di alam. Bahan baku
yang dapat diolah untuk pembuatan bioetanol yang termasuk kedalam komoditas
perairan adalah rumput laut.
Rumput laut tergolong tanaman tingkat rendah, tidak mempunyai akar, batang
maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus, tumbuh di
alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras
lainnya. Rumput laut secara taksonomi dikelompokkan ke dalam divisio Thallophyta.
Kandungan pigmen rumput laut dibagi menjadi empat kelas yaitu: Rhodophyceae
(ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat), Chlorophyceae (ganggang hijau),
dan Cyanophyceae (ganggang biru) (Anggadiredja et al. 2010). Yanagisawa et al.
(2013) menyatakan bahwa rumput laut dapat dijadikan bahan baku bioetanol baik
dari kelompok rumput laut merah, hijau, dan coklat. Salah satu jenis rumput laut
merah yang dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol adalah Gelidium sp.
Gelidium sp. merupakan rumput laut golongan Rhodophyta yang dapat ditemukan
di perairan laut berbatu dan terbuka. Gelidium sp. terdapat di berbagai negara termasuk
di Indonesia. Kandungan yang terdapat di dalam Gelidium sp. adalah karbohidrat,
protein, agar, serat dan kalsium. Gelidium sp. mengandung 40% agar dan 70%
karbohidrat di dalamnya (Istini et al. 2001). Kandungan karbohidrat yang cukup tinggi
dapat digunakan sebagai sumber pati dan gula pereduksi untuk bahan baku bioetanol.
Bioetanol diproduksi melalui fermentasi. Fermentasi yang dilakukan untuk
menghidrolisis kandungan glukosa di dalam bahan baku untuk diubah menjadi senyawa
yang lebih kecil dan sederhana. Hidrolisis dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
kimia dan enzimatik (Yazdani et al. 2011). Hidrolisis kimia dilakukan dengan
menggunakan larutan asam tertentu untuk menghidrolisis kandungan glukosa menjadi
senyawa yang lebih sederhana, sedangkan hidrolisis enzimatik menggunakan enzim
yang selanjutnya diubah menjadi etanol (Sun dan Chang 2002).
Hidrolisis secara enzimatik terjadi lebih spesifik terhadap zat yang dihidrolisis.
Enzim yang biasa digunakan untuk pembuatan bioetanol dari rumput laut adalah
selulase, agarase, dan karaginase. Enzim selulase merupakan enzim ekstraseluler
yang terdiri atas kompleks endo--1,4-glukonase (CMCase, Cx selulase endoselulase,
atau carboxymethyl cellulase), kompleks ekso--1,4-glukonase (aviselase,
selobiohidrolase, C1 selulase), dan -1,4 glukosidase atau selobiase (Meryandini et al.
2009). Enzim selulase atau enzim yang dikenal dengan nama sistematik -1,4
glukan-4-glukano hidrolase adalah enzim yang dapat menghidrolisis selulosa
dengan memutus ikatan glikosidik -1,4 dalam selulosa, selodektrin, selobiosa, dan
turunan selulosa lainnya menjadi gula sederhana atau glukosa. Sistem

pemecahan selulosa menjadi glukosa terdiri atas tiga jenis enzim selulase yaitu
endo--1,4-glukanase, ekso--1,4-glukanase, dan -glukosidase (Silva et al. 2005).
Enzim selulase dapat diproduksi dari kapang. Kapang adalah organisme yang
termasuk kedalam kelompok fungi yang memiliki filament multiseluler dan dapat
diisolasi dari berbagai tempat (Pelczar dan Chan 1986). Penelitian ini menggunakan
kapang laut untuk memproduksi enzim selulase. Kapang laut tersebut diisolasi dari
substrat Gelidum sp. yang diperoleh dari Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Isolat
tersebut akan diuji karakteristik, aktivitas, dan kemampuannya dalam membantu proses
produksi bioetanol. Isolat kapang laut ini merupakan koleksi Laboratorium
Mikrobiologi Surfactant and Bioenergy Center (SBRC), Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB yaitu isolat Pulau Pari Gelidium sp.
(PGEL 95).
Perumusan Masalah
Sumber energi fosil berupa bahan bakar minyak yang ada saat ini jumlahnya
terbatas sehingga diperlukan pengembangan energi alternatif berupa bioetanol. Bahan
baku yang digunakan untuk memproduksi bioetanol dapat diperoleh dari rumput laut
yaitu Gelidium sp.. Proses produksi bioetanol melalui fermentasi dengan sistem
enzimatis. Fermentasi yang dilakukan dengan enzim selulase komersil saat ini biayanya
masih cukup mahal. Penggunaan enzim selulase kasar dapat menjadi alternatif. Enzim
selulase kasar dapat diperoleh dari berbagai organisme, salah satunya adalah kapang
laut.
Tujuan Penelitian
1
2

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:


Menyeleksi kapang untuk mendapatkan isolat terpilih penghasil enzim selulase.
Mengevaluasi karakteristik enzim selulase kasar yang dihasilkan oleh isolat terpilih
hasil seleksi dalam produksi bioetanol.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kemampuan enzim selulase yang


dihasilkan kapang laut dalam menghidrolisis selulosa pada Gelidium sp. sebagai bahan
baku untuk memproduksi bioetanol.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi seleksi kapang laut penghasil enzim
selulase yang diambil dari substrat rumput laut koleksi Laboratorium Mikrobiologi
SBRC LPPM IPB, karakterisasi enzim selulase yang dihasilkan kapang laut hasil
seleksi dan fermentasi untuk produksi bioetanol.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Maret 2014 sampai dengan Agustus 2015 di
Laboratorium Surfactant and Bioenergy Reseacrh Center (SBRC) Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyaakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor dan Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air laut steril, rumput laut
Gelidium sp., Potato Dextrose Agar (PDA), Potato Sucrose Broth (PSB), isolat kapang,
reagen Asam Dinitro Salicilate (DNS), aquades, alkohol 70%, spirtus, buffer phospat
pH 7, media Yeast Malt Galactose Pepton (YMGP)-Sigma, pupuk urea, pupuk NPK,
ion logam KCl-Merck, NaCl (monovalen)-Merck, CaCl2.2H2O-Merck, MgCl2.6H2OMerck, ZnCl2 (divalen)-Merck, FeCl3 (trivalen)-Merck, dan media Carboxymethyle
Celullose (CMC) 1%.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, labu erlenmeyer
(Iwaki Pyrex-Jerman), tabung reaksi (Iwaki Pyrex-Jerman), waterbath shaker, dry
cabinet, laminar (transfer box Labconco-Jepang), mikropipet (Iwaki Pyrex-Jerman),
autoklaf (Hiclave-Jepang), spectrophotometer Tipe-2900 (Hitachi-Jepang), sentrifus
(Bimax 100-Jerman), destilator, vortex (IKA C Mag-Jepang) oven (Memmert Universal
Uf55-Indonesia), hot plate (IKA C Mag HS 7-Jepang), tabung jar, refractometer (Master
PM-Indonesia) dan density meter (DMA 4200 M-Jerman).
Prosedur Penelitian
Sebanyak 21 isolat kapang yang telah diisolasi dari substrat rumput laut yang
diperoleh dari Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta diremajakan pada media padat
Potato Dextrose Agar (PDA). Kapang selanjutnya diinkubasi selama 4-5 hari pada suhu
28 oC (Lee et al. 2010). Peremajaan isolat dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC), LPPM IPB. Kapang segar yang
telah tumbuh kemudian dikarakterisasi secara kualitatif untuk mengetahui aktivitas
selulasenya. Pengujian aktivitas selulase dilakukan dengan pengujian zona bening pada
kapang. Hasil seleksi aktivitas enzim selulase menunjukkan satu kandidat kapang yang
potensial menghasilkan enzim selulase. Kapang terpilih selanjutnya diukur kurva
pertumbuhannya. Waktu pertumbuhan terbaik sel diperoleh melalui uji kualitatif pada
media pertumbuhan CMCase.
Produksi enzim dilakukan berdasarkan waktu produksi terbaik dari hasil
pengamatan kurva waktu terbaik produksi enzim. Media produksi enzim diinkubasi
pada suhu 50 oC dengan kecepatan agitasi sebesar 100 rpm selama 3 hari. Media
produksi yang mengandung enzim disentrifugasi dengan kecepatan 2.500 rpm selama
30 menit pada suhu 4 oC. Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan larutan dengan
endapan dan memperoleh enzim kasar (crude enzyme) (Rahmadini 2012).

Enzim diuji karakteristiknya yang meliputi pengujian pH, suhu, stabilitas enzim,
dan pengaruh penambahan ion logam. Hasil terbaik karakterisasi pada berbagai
perlakuan diaplikasikan untuk fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan persiapan
sampel. Sampel yang dipersiapkan adalah rumput laut Gelidium sp. kering sebanyak
75 g dan ditambahkan 500 mL aquades (15% w/v). Tahap selanjutnya sampel
dihidrolisis selama 20 menit pada suhu 121 oC pada tekanan 1 atm. Hidrolisat
didinginkan dan ditambahkan enzim dan buffer dengan konsentrasi terbaik sebanyak 10
%. Hidrolisat diinkubasi pada waktu pengamatan stabilitas enzim terbaik selama 60
jam pada suhu 50 oC di waterbath, selanjutnya diperas untuk diambil filtratnya.
Persiapan selanjutnya adalah menyiapkan inokulum Saccharomyces cerevisiae
IPB AL IX koleksi Laboratorium Mikrobiologi Surfactant and Bioenergy Center
(SBRC), LPPM IPB pada media 10 mL Yeast Malt Galactose Pepton (YMGP).
Inokulum diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30 oC (Yanagisawa et al. 2011).
Inokulum dimasukkan ke dalam 90 mL filtrat hidrolisat. Filtrat ditambahkan NPK 0,5%
dan Urea 0,06% dari gula pereduksi sebagai penambah nutrien (Setyaningsih et al.
2012). Fermentasi dilakukan selama 5 hari pada suhu 30 oC, 40 oC, dan 50 oC secara
semi anaerob. Hasil fermentasi didestilasi dengan destilator dan diukur kadar bioetanol
dengan density meter. Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
21 isolat kapang kandidat

Peremajaan isolat
Isolat segar

Uji kualitatif selulase


Pengamatan kurva pertumbuhan dan
pengujian CMCase

1 isolat dengan aktivitas selulase

Perbanyakan sel
Produksi enzim selulase
Enzim selulase

Penambahan S.cerevisiae
Konsentrasi enzim (10%)
Suhu (30 0C, 40 0C, 50 0C)
Waktu inkubasi (60 jam)

Waktu fermentasi (5 hari)

Penambahan Gelidium sp.


dengan enzim selulase

Karakterisasi enzim
pH
Suhu
Stabilitas
Ion logam

Bobot

molekul

Fermentasi
Bioetanol

Pengujian kadar etanol

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian


Prosedur Analisis
Penentuan Kurva Pertumbuhan

Isolat kapang yang telah terseleksi memiliki potensi aktivitas enzim selulase yang
baik dibiakkan pada media Potato Dextrose Broth (PDB) sebanyak 50 mL. Kapang
diinkubasi pada mesin penangas goyang dengan kecepatan agitasi 150 rpm.
Pengambilan sampel dilakukan setiap 24 jam selama 7 hari untuk menghitung waktu
penuangan inokulum terbaik pada media produksi (Miller 1959).
Pengujian CMCase
Sebanyak 10 mL kaldu nutrien yang telah mengandung biakan sel diinokulasikan
pada media PDB. Inokulum tersebut dituang kedalam media cair CMC 1% sebanyak
90 mL. Sampel disimpan di dalam waterbath pada suhu 50 oC. Sebanyak 3 mL filtrat
diambil setiap hari untuk diambil ekstrak kasar enzimnya. Ekstrak kasar enzim
diperoleh dengan menyentrifugasi filtrat hasil kultur pada kecepatan 4000 rpm selama
15 menit dalam suhu ruang. Kemudian diambil larutan supernatant sebanyak 1 mL.
Aktivitas selulase harian ditetapkan berdasarkan metode Miller (1959) dengan cara
mencampurkan 1 mL ekstrak kasar enzim dalam 1 mL CMC. Campuran tersebut
ditambahkan 3 mL DNS, dikocok dengan vortex, selanjutnya diinkubasi pada suhu 100
o
C selama 25 menit. Larutan kemudian didinginkan dan diukur nilai absorbansinya
pada panjang gelombang 550 nm. Produksi optimum enzim ditetapkan berdasarkan
aktivitas selulase tertinggi pada periode inkubasi.
Aktivitas selulase dinyatakan dalam satuan internasional yaitu U/mL. Satu unit
merupakan jumlah enzim yang dibutuhkan untuk memecah 1 mol selulosa menjadi
gula pereduksi per menit pada kondisi pengujian. Kadar glukosa yang dihasilkan dari
hidrolisis selulosa dengan enzim selulase berdasarkan absorbansi pada panjang
gelombang 575 nm.
Absorbansi = ((As-Ab)-(Ak-Ab))
Keterangan:
As = Absorbansi sampel
Ab = Absorbansi blanko
Ak = Absorbansi kontrol
Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dimasukan ke dalam persamaan yang
diperoleh dari kurva standar glukosa. Kemudian, aktivitas selulase dihitung berdasarkan
rumus sebagai berikut (Irawan et al. 2008) yang dimodifikasi.
Aktivitas selulase (U/mL) =

kadar glukosa X 1000


x faktor pengencer
BM x V x t

Keterangan:
V = volume enzim (1 mL)
t = waktu inkubasi (30 menit)
BM = Berat molekul glukosa (0.18mg/mol)
Analisis Aktivitas Enzim Selulase
pH. Pengujian pH terbaik aktivitas enzim diuji dengan menambahkan 0,2 mL
enzim yang direaksikan dengan 1,8 mL substrat. Substrat dibuat dengan mencampurkan

CMC kedalam buffer dengan berbagai tingkatan pH yaitu 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Masingmasing enzim diinkubasi pada suhu 30 oC selama 30 menit. Aktivitas enzim selulase
diukur sesuai dengan prosedur pengujian sebelumnya (Rahmadini 2012).
Suhu. Pengujian suhu terbaik aktivitas enzim dilakukan dengan mereaksikan 0,2
mL enzim dengan 1,8 mL substrat. Substrat dibuat dengan mencampurkan 1,8 g CMC
dalam buffer pH terbaik. Enzim yang telah dicampurkan dengan substrat kemudian
diinkubasi pada rentang suhu antara 30-90 oC dengan selang 10o C selama 30 menit
waktu inkubasi. Aktivitas enzim selulase diukur sesuai dengan prosedur pengujian
sebelumnya (Rahmadini 2012).
Uji Ion Logam. Ion logam yang ditambahkan untuk pengujian kestabilan
enzim adalah ion logam KCl, NaCl (monovalen), CaCl 2.2H2O, MgCl2.6H2O, ZnCl2
(divalen), dan FeCL3 (trivalen). Senyawa pengkelat tersebut ditambahkan sebanyak 5
mM dan 10 mM ke dalam enzim (Jung et al. 2008). Enzim selulase diinkubasi sesuai
dengan pH dan suhu optimum enzim. Enzim yang telah ditambahkan dengan senyawa
pengkelat kemudian ditambahkan 1 mL DNS untuk menghentikan reaksi enzimnya.
Enzim dipanaskan ke dalam air mendidih selama 15 menit. Absorbansi diukur
menggunakan spectrometer dengan = 575 nm (Rahmadini 2012).
Stabilitas Enzim
Uji stabilitas enzim dilakukan dengan menguji enzim hasil produksi dengan
karakteristik pH dan suhu terbaik terhadap rumput laut Gelidium sp. kering
sebelumnya. Pengujian dilakukan dengan menguji sebanyak 15% (w/v) Gelidium sp.
kering yang ditambahkan dengan aquades selanjutnya dihidrolisis dengan menggunakan
autoclave selama 30 menit pada suhu 121 oC pada tekanan 1 atm. Hasilnya didinginkan
dan ditambahkan buffer optimum dan enzim dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan
20% dan diinkubasi pada suhu terbaik yang telah diketahui (Rahmadini 2012). Waktu
pengamatan dilakukan setiap 12 jam selama 72 jam. Pengujian aktivitas enzim selulase
dilakukan dengan prosedur yang telah dilakukan sebelumnya.
Bobot Molekul Enzim
Bobot molekul enzim diukur dengan menggunakan pengujian SDS-PAGE
(Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Electrophoresis). Metode ini sudah
banyak digunakan secara luas. Pengujian SDS PAGE ini menggunkan dua macam gel,
yaitu gel penahan (resolving gel) dan gel pemisah (stacking gel) yang mengandung
akrilamid, SDS, APS, dan TEMED. Gel poliakrilamida diperoleh dengan cara
polimerisasi akrilamida dengan sejumlah cross linking agent metilena bis akrilamida
dan ammonium persulfat (APS) sebagai katalisator. Radikal bebas yang terbentuk dari
pelarutan ammonium persulfat dalam air akan bereaksi dengan akrilamid aktif satu
sama lain membentuk polimer (Baehaki et al. 2008).
Penentuan bobot molekul dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
pengendapan enzim menggunakan aseton. Sebanyak 1 mL enzim kasar ditambahkan
dengan aseton dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50%, 60%,70%, dan 80% dalam
keadaan dingin. Kemudian divortex dan diinkubasi pada suhu 4 oC selama 24 jam.
Setelah inkubasi selesai, enzim yang telah mengendap kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 2.500 rpm dan suhu 4 oC selama 30 menit. Endapan yang didapat kemudian
ditambahkan dengan buffer optimum dan kemudian diuji dengan menggunakan substrat

agar bacto. Aktivitas enzim agarase diukur sesuai dengan prosedur pengujian
sebelumnya. Konsentrasi yang memiliki aktivitas tertingggi kemudian digunakan untuk
penentuan bobot molekul menggunakan SDS-PAGE.
Analisis SDS-PAGE dilakukan dengan menggunakan konsentrasi gel akrilamid
sebanyak 4% stacking gel dan 10% separating gel. Metode ini menggunakan matriks
dari gel yang disusun oleh akrilamida dan N, N-metilenbis-akrilamida yang
berpolimerisasi melalui mekanisme radikal bebas dengan bantuan katalisator N,N,NN,tetramethylene-diamine (TEMED) dan inisiator ammonium persulfat (APS) (Rosenberg
1996). Konsentrasi akrilamida yang digunakan dalam analisis ini adalah 10% (w/v).
Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan perak. Deteksi SDS-PAGE dilakukan
dengan melepaskan gel hasil elektroforesis dari cetakan dan diukur jarak migrasi
brompenol blue. Gel tersebut dicelup dan direndam dalam larutan fiksasi (25% metanol
+ 12% asam asetat) selama 1 jam digoyang konstan. Kemudian direndam dalam 50%
(v/v) etanol selama 2x20 menit. Larutannya diganti dengan larutan pengembang
kemudian dicuci dengan akuabidestilata. Setelah dicuci ditambahkan larutan perak nitrat
selama 30 menit kemudian dicuci lagi dengan akuabidestilata 2 x 20 detik dan
ditambahkan larutan campuran Na2CO3 dan formaldehida dan terakhir dengan larutan
fiksasi.
Analisis Data
Penelitian uji karakteristik enzim berupa pH, suhu, uji ion logam, dan fermentasi
bioetanol diuji dengan menggunakan perlakuan suhu inkubasi antara 20-80 oC, waktu
inkubasi antara 0-72 jam, dan konsentrasi enzim antara 0-20%. Faktor-faktor tersebut
dikombinasikan dengan dua kali ulangan. Hasil yang diperoleh adalah persentase dan
rata-rata aktivitas enzim yang diperoleh. Data diolah menggunakan Microsoft Excel
2013 dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel atau grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aktivitas Selulotik Kapang
Pengujian isolat kapang PGEL 95 (Gambar 2 (a)) menunjukkan nilai indeks
selulotik sebesar 3,22. Uji ini dilakukan dengan mengamati zona bening yang
mendegradasi selulosa. Kapang ditumbuhkan pada media CMC 1% dan diberikan
pewarna merah kongo 0,1%. Salah satu kapang yang diuji zona bening dan memiliki
nilai indeks selulotik adalah isolat kapang PGEL 95 yang mempunyai kemampuan
untuk menguraikan substrat CMC 1% (Gambar 2 (b)).

(a)

(b)
PGEL 95

Gambar 2 Isolat kapang PGEL 95 (a) dan Hasil uji zona bening kapang PGEL
95 (b)
Pertumbuhan Sel Kapang PGEL 95
Pertumbuhan kapang dilihat dari nilai kepadatan sel yang dihasilkan pada
pengukuran setiap hari yaitu selama 5 hari dengan mengamati jumlah spora yang
dihasilkan (Gambar 3). Isolat kapang dari Gelidum sp. (PGEL 95) mulai mengalami
peningkatan pertumbuhan kapang (fase eksponensial) pada hari ke-2 sampai hari ke-5
dengan jumlah sel terbanyak sebesar 88 x 10 5 sel/mL. Pertumbuhan kapang mengalami
fase penurunan pada hari ke-6. Spora kapang pada fase ini tumbuh statis dan selanjutnya
mengalami lisis dan mati.

Gambar 3 Kurva kepadatan sel kapang PGEL 95


Kapang yang diinkubasi pada suatu media pertumbuhan awalnya akan mengalami
fase adaptasi. Fase ini akan berlangsung untuk penyesuaian kapang terhadap
lingkungan hidupnya. Tahap selanjutnya ada awal pertumbuhan spora kapang. Tahap
ini berlangsung lambat karena kapang dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan
hidupnya. Pertumbuhan eksponensial (logaritmik) terjadi saat kapang mengalami
pertumbuhan yang cepat dengan jumlah spora yang banyak. Setelah kapang mencapai
fase eksponensial, maka pertumbuhan kapang akan menurun dan lambat. Hal ini terjadi
karena penurunan jumlah zat nutrisi pada media pertumbuhan.
Fase selanjutnya adalah fase terjadinya pertumbuhan statis pada spora kapang.
Kapang kemudian mengalami lisis atau pecahnya sel karena kerja suatu antibodi, yang

(U/mL) x 10 -4Aktivitas enzim selulase

menyebabkan massa sel menurun dan terjadi kematian (Fardiaz 1992). Fase
eksponensial merupakan fase terbaik pertumbuhan kapang. Fase ini menentukan waktu
penuangan inokulum ke media produksi. Hal ini karena kapang telah beradaptasi
dengan lingkungannya pada media produksi dan mempercepat proses produksi enzim
selulase. Aktivitas enzim selulase dengan nilai tertinggi pada media media produksi
yang dihasilkan kapang PGEL 95 terjadi pada inkubasi hari ke-3 (Gambar 4).

Gambar 4 Kurva aktivitas enzim selulase pada media produksi


Aktivitas enzim selulase pada hari ke-3 yang dihasilkan sebesar 24.5x10 -3 U/mL.
Penurunan aktivitas enzim selulase mengalami penurunan pada hari ke-4. Aktivitas
enzim seluase diukur pada selang waktu 24 jam selama 5 hari pengamatan. Fardiaz
(1992) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi terbaik
produksi enzim. Faktor tersebut adalah: jenis mikroba, kurva pertumbuhan, dan kondisi
terbaik untuk meningkatakan aktivitas enzim.
Aktivitas Enzim Selulase pada Berbagai pH dan Suhu
Karakteristik enzim yang diuji adalah pH dan suhu. Nilai pH terbaik yang
dihasilkan pada uji karakterisasi enzim selulase adalah 7 dengan menggunakan buffer
fosfat. Nilai aktivitas enzim selulase yang dihasilkan sebesar 13,2x10 -3 U/mL (Gambar
5). Nilai pH terbaik enzim selulase menurut penelitian Oktavia et al.(2014) adalah 4.
Hasil uji pH terbaik yang diperoleh berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Harshvardhan et al. (2013) menyatakan bahwa enzim selulase yang diuji
menggunakan substrat CMC aktif pada kisaran pH 3-9.

(U/mL) x 10 -3 Aktivitas enzim selulase

Gambar 5 Histogram aktivitas enzim selulase pada berbagai pH

(U/mL) x 10 -3Aktivitas enzim selulase

Enzim adalah molekul amfoter yang mengandung muatan molekul yang terdiri
dari asam dan basa. Molekul-molekul ini dapat berubah berdasarkan
konstanta
disosiasi asam terhadap pH lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada muatan-muatan oleh pH dapat berpengaruh terhadap aktivitas, stabilitas
struktural dan daya kelarutan enzim (Chaplin dan Bukle 1990). Perbedaan nilai pH
terbaik enzim yang diperoleh dapat terjadi karena hal tersebut. Akan tetapi nilai pH
terbaik enzim selulase yang diperoleh masih berada dalam kisaran pH terbaik substrat
aktif.

Gambar 6 Kurva aktivitas enzim selulase pada berbagai suhu


Suhu terbaik enzim selulase yang diperoleh adalah 30 oC dengan nilai aktivitas
enzim sebesar 12,7x10-3 U/mL (Gambar 5 (b)). Nilai aktivitas enzim selulase mengalami
penurunan seiring terjadinya penambahan suhu. Suhu mempengaruhi aktivitas kinetis
enzim. Peningkatan suhu menurunkan laju aktivitas enzim selulase. Adeleke et al.
(2012) menyatakan bahwa enzim selulase akan bekerja dengan baik untuk mengikat
sisi aktif substrat pada kisaran suhu 30-50 oC. Apabila enzim bekerja di atas atau di
bawah kisaran suhu optimum, maka kinerja enzim akan menurun.
Kenaikan suhu dapat mengakibatkan kadar protein di dalam enzim terdenaturasi.
Kenaikan suhu melebihi suhu optimum menyebabkan protein enzim dan substrat

mengalami perubahan konformasi yang bersifat detrimental. Perubahan konformasi


substrat mengakibatkan gugus reaktif mengalami hambatan dan tidak dapat memasuki
sisi aktif enzim (Suhartono 1989; Kanti 2003).
Aktivitas Enzim Selulase dengan Penambahan Ion Logam
Ion logam yang diuji pada enzim selulase adalah Fe3+,Ca2+,Mg2+,Zn2+,K+, dan Na+.
Konsentrasi ion logam yang diuji pada enzim selulase sebesar 5 mM dan 10 mM
(Tabel 1). Pengujian dilakukan untuk mengetahui kandungan ion logam inhibitor dan
enhancer pada enzim selulase.
Tabel 1. Pengaruh penambahan ion logam terhadap aktivitas enzim
Ion logam
Kontrol
Fe3+
Ca2+
Mg2+
Zn2+
K+
Na+

Aktivitas relatif
konsentrasi 5 mM (%)
100,00
16,10
56,44
18,21
19,21
70,47
57,17

Aktivitas relatif
konsentrasi 10 mM (%)
100,00
49,69
174,21
56,20
59,31
217,51
176,48

Penambahan ion dengan konsentrasi 5 mM bersifat inhibitor pada semua jenis


ion. Ion logam dengan dengan penambahan konsentrasi sebesar 10 mM hanya
bersifat inhibitor pada ion logam Fe3+, Mg2+, dan Zn2+ dengan nilai aktivitas relatif
yaitu 46,69%, 56,20%, dan 59,31%. Ion logam yang bersifat enhancer adalah ion Ca2+,
K+, dan Na+ pada konsentrasi 10 mM dengan nilai aktivitas realtif yaitu 174,21%,
217,51%, dan 176,48%.
Hasil penelitian Yin et al. (2010) menyatakan bahwa ion Na+, K+, dan Mn2+
menunjukkan nilai aktivitas relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Enzim dapat bekerja dengan baik apabila dapat mengikat sisi aktif substrat. Kerja
enzim dapat terhambat apabila di dalam enzim terdapat ion logam yang
menghalangi enzim mengikat sisi aktif substrat. Jenis enzim, substrat, dan konsentrasi
ion pengkelat akan mempengaruhi aktivitas enzim (Lee et al. 2008).
Stabilitas Enzim
Pengujian stabilitas enzim dilakukan terhadap konsentrasi enzim selulase dan
lama waktu enzim bekerja secara maksimal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
enzim selulase pada konsentrasi 10% merupakan konsentrasi optimum kerja enzim
(Gambar 6). Nilai aktivitas enzim yang ditunjukkan sebesar 449,2x10 -4 U/mL. Stabilitas
enzim menurun pada konsentrasi 15% dan terjadi peningkatan pada konsentrasi 20%.

(U/mL) x 10 -4Aktivitas enzim selulase

Gambar 7 Kurva stabilitas enzim selulase terhadap konsentrasi enzim

(U/mL) x 10 2Aktivitas enzim selulase

Stabilitas aktivitas enzim selulase pada jam ke-12 sampai jam ke-36 cenderung
stabil (Gambar 7). Aktivitas enzim mengalami penurunan pada jam ke-48. Stabilitas
aktivitas enzim selulase terbaik terjadi pada jam ke-60. Nilai aktivitas enzim pada jam
ke-60 sebesar 7,5x10-2 U/mL. Aktivitas enzim mengalami penurunan pada jam ke-72.

Gambar 8 Kurva stabilitas enzim selulase terhadap waktu terbaik aktivitas enzim
Jumlah enzim akan mempengaruhi banyaknya sisi aktif enzim yang mampu
berikatan dengan substrat.Waktu yang dibutuhkan enzim untuk menempel pada
substrat berbeda-beda. Hal ini tergantung pada jenis enzim dan substrat yang
digunakan. Semakin kecil konsentrasi dan cepatnya waktu enzim menempel pada
substrat menunjukkan bahwa enzim bekerja maksimal pada konsentrasi rendah.
Hasil penelitian Oktavia et al. (2014) menyatakan bahwa jumlah substrat yang
digunakan mempengaruhi aktivitas enzim. Substrat yang digunakan mengandung
karbon. Apabila kandungan karbon di dalam substrat terlalu rendah atau terlalu tinggi
dapat menurunkan aktivitas enzim. Kawaroe et al. (2014) menyatakan bahwa
penambahan konsentarasi enzim yang tinggi tidak selalu mempengaruhi kerja enzim
untuk mereduksi kadar gula substrat. Enzim bekerja dengan stabil pada kisaran waktu

antara 2472 jam. Rentang waktu tersebut merupakan waktu terbaik enzim bekerja
secara optimal.
Bobot Molekul Enzim Selulase
Pengukuran bobot molekul dilakukan dengan metode SDS-PAGE. Konsentrasi
pengukuran bobot molekul dengan elektroforesis sebesar 12%. Hasil dari analisis
bobot molekul enzim yang diperoleh adalah 6,73 kDa (Gambar 8). Hasil yang
diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan Chasanah et al. (2013) yaitu sebesar 14
kDa yang diperoleh dari isolat PMP 0126 yang diisolasi dari limbah agar dan Li-Jung
et al. (2011) sebesar 32,5 kDa yang berasal dari Bacillus subtilis YJ1. Nilai bobot
molekul yang rendah diduga karena enzim yang digunakan adalah enzim kasar yang
belum dimurnikan, metode pemurnian enzim dan perbedaan spesies penghasil enzim
selulase (Li-Jung et al. 2011).

(a) (b)
Gambar 9 Hasil elektroforesis SDS-PAGE enzim selulase; (a) S1= enzim
isolat kapang PGEL 95; M= marker protein (b) hasil ultrafiltrasi
protein.
Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi
Hasil fementasi yang diperoleh dari rumput Gelidium sp. dengan enzim selulase
yang berasal isolat kapang PGEL 95 mengandung kadar bioetanol tertinggi sebesar
0,25% (Gambar 9). Suhu terbaik fermentasi adalah 50 oC. Fermentasi berlangsung
selama 5 hari dan enzim selulase bekerja menghidrolisis glukosa dan memotong
ikatan 1,4--D glikosidik menjadi gula sederhana. Retnoningtyas et al. (2013)
menyatakan bahwa enzim selulase kasar dapat menghasilkan kadar etanol yang
tinggi yaitu 2,89%. Kadar etanol meningkat pada waktu 48 jam fermentasi.
Mutredja et al. (2011) menyatakan bahwa produksi bioetanol mencapai maksimum
pada saat mikroorganisme berada pada fase stasioner.
Gong dan Tsao (1979) menyatakan selulase merupakan golongan enzim yang
mampu memutus ikatan -1,4 pada substrat selulosa, selodekstrin, selobiosa dan

turunan
selulosa lainnya. Enzim selulase terdiri dari tiga jenis yaitu:(1)
endoglukanase(-1,4-D-glukan-4-glukanhidrolase,EC3.2.1.4),(2) selobiohidrolase (1,4-D-glukanselobio-hidrolase, EC 3.2.1.91) dan (3) glukosidase (-1,4-D-glukosidaglukohidrolase, EC 3.2.1.21). Ketiga enzim ini bekerja sama dalam menghidrolisis
selulosa yang tidak larut menjadi glukosa sehingga aktivitas gabungan ketiga enzim
dapat diukur dengan memantau jumlah glukosa yang dihasilkan.

Gambar 9 Diagram hasil uji bioetanol yang diperoleh


Fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai material yang
mengandung gula. Enzim selulase berperan dalam menghidrolisis selulosa dengan
memutus ikatan glikosidik -1,4 dalam selulosa, selodektrin, selobiosa, dan
turunan selulosa lainnya menjadi gula sederhana atau glukosa (Silva et al.
2005). Proses selanjutnya adalah glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis ini
diubah oleh khamir Saccharomyces cerevisiae untuk menghasilkan bioetanol. Energi
dalam bentuk glukosa yang diubah secara semi anaerob dari bentuk asam piruvat ke
dalam bentuk asetalhida (Fardiaz 1989).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa enzim dari isolat kapang PGEL 95
memiliki aktivitas enzim terbaik pada pH 7 dan suhu 30 oC. Enzim memiliki stabilitas
aktivitas pada substrat dengan penambahan konsentrasi 10% pada jam ke-60. Ion
logam berupa Fe3+, Ca2+, Mg2+, Zn2+, K+, dan Na+ pada konsentrasi 5 mM bersifat
inhibitor sedangkan pada konsentrasi 10 mM yang bersifat inhibitor adalah ion Fe3+,
Mg2+, dan Zn2+. Ion logam yang bersifat enhancer adalah ion Ca2+, K+, dan Na+ pada
konsentrasi 10 mm dengan nilai aktivitas relatif yaitu 174,21%, 217,51%, dan 176,48%.
Hasil fermentasi Gelidium sp. yang dilakukan menghasilkan bioetanol sebesar 0,25 %
(v/v) pada suhu terbaik fermentasi 50 oC.

Saran
Saran dari penulis untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemurnian dan
spesifikasi enzim selulase yang diteliti. Hal ini dilakukan agar hasil bioetanol yang
diperoleh lebih tinggi dan karakterisasi enzim dapat dilakukan lebih spesifik

DAFTAR PUSTAKA
Adeleke EO, Omafuvbe BO, Adewale IO, Bakare MK. 2012. Purification and
characterization of a cellulase obtained from cocoa (Theobroma cacao) poddegrading Bacillus coagulans Co4. Turk Journal Biochemist. 37(3):222-230.
Anggadiredja T, Zatnika A, Purwoto H, Istini S. 2010. Rumput Laut. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Baehaki A, Suhartono MT, Palupi NS, Nurhayati T. 2008. Purifikasi dan
karakterisasi protease dari bakteri patogen Psudomonas aeruginosa. Jurnal
Teknologidan Industri Pangan 19: 80-86.
Chaplin MF, Bukle C. 1990. Enzyme Technology. Cambridge (GB): Cambridge Univ Pr.
Chasanah E, Dini RI, Mubarik RN. 2013. Karakterisasi enzim selulase PMP 0126Y dari
limbah pengolahan agar. Jurnal Produk Perikanan. 8(2):103-114.
Fardiaz S. 1989. Fisiologi Fermentasi. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas. Institut
Pertanian Bogor.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Gong CS, Tsao GT.1979. Cellulase and Biosynthesis Regulation. New York (US):
Academy Press.
Harshvardhan K, Mishr A, Jha B. 2013. Purification and characterization of cellulase
from a marine Bacillus sp. H1666: A potential agent for single step
saccharification of seaweed biomass. Journal Molecullar Catal B: Enzym.
93:51-56.
Irawan B, Sutihat, Sumardi. 2008. Uji aktivitas selulase dan lipase pada mikrofungi
selama proses dekomposisi limbah cair kelapa sawit dengan pengujian kultur
murni. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Lampung (ID): Universitas Lampung. hlm 284-291.
Istini S, Zatnika A, Suhaimi dan Anggadireja T. 2001. Manfaat dan Pengolahan Rumput
Laut. Jurnal Perikanan. 3:98-103.
Jung LY, Lee Y, Kim J. 2008. Purification and characterization of cellulase produced by
Bacillus amyoliquefaciens DL-3 utilizing rice hull. Journal Bioresource
Technology 99:378-386.
Kanti A. 2003. Actinomycetes selulolitik dari tanah hutan Taman Nasional Bukit Duabelas
Jambi. Biodiversitas. 6(2):85-89.
Kawaroe M, Rusmana I, Nurafni. 2014. Production of bioethanol macroalgae Gelidium
sp. using agarase enzymes of marine bacteria. International Journal of
Environment and Bioenergy. 9(3) 243-251.
Li-Jung, Li K, Li Q, Zhang T, Han Z, Liu Z, Zheng F. 2011. Pocyanidins from Pinus
koreiensis bark inhibits HeLa cell growth by inducing apoptosis and and

reducing surviving protein expression. Africa Journal Biotechnology 10:77667771.


Lee YJ, Kim BK, Lee BH, Jo KI, Lee NK, Chung CH, Lee YC, Lee JW. 2008. Purification
and characterization of cellulase produced by Bacillus amyoliquefaciens DL-3
utilizing rice hull. Bioresource Technology 99:378-386.
Lee SY, Kim JS, Kim JM, An BK, and Kang CW. 2010. Effects of multiple enzyme
(ROVABIO Max) containing carbohydrolases and phytase on growth
performance and intestinal viscosity in broiler chicks fed corn-wheat-soybean
meal based diets. Asian-Australia Journal Animal Science 23(9): 1198-1204.
Meryandini A, Widosari W, Maranatha B, Sunarti TC, Rachmania N, Satria H. 2009.
Isolasi bakteri selulolitik dan karakterisasi enzimnya. Makara Sains.13(1):33-38.
Miller GL, Blum R, Glennon WE, Burton AL, 1959. Measurement of carboxymethyl
cellulase activity. Analisist Biochemist 1(2):127132.
Mutredja R, Das D, Goyal D, Goyal A. 2011. Bioconversion of agricultural waste to
ethanol by SSF using recombinant cellulase from Clostridium thermocellum.
Enzyme Research. 10.4061-340279.
Oktavia Y, Andhikawati A, Nurhayati T, Tarman K. 2014. Karakterisasi dan pemurnian
enzim selulase kapang endofit dari lamun (Enhalus sp.). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis 6(1):209-218.
Pelczar MJ, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1. Hadioetomo
RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.
Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Rahmadini I. 2012. Pemurnian dan karakterisasi enzim selulase dari bakteri yang
diisolasi dari limbah rumput laut [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Retnoningtyas ES, Antaresti, Aylianawati. 2013. Aplikasi crude enzim selulase dari
tongkol jagung pada produksi etanol dengan metode Simultaneous
Saccharification and Fermentation (SSF). Reaktor. 14(4):27227-27233.
Rosenberg JL.1996. Theory and Problems Of College Chemistry. Edition Sixth. London
(UK): Metric Editions.
Setyaningsih D, Windarwati S, Khayati I, Muna N, Hernowo P. 2012. Acid hydrolysis
technique and yeast adaptation to increase red macroalgae bioethanol
production. International Journal Environment Bioenergy 3(2):98-110.
Silva WOB. 2005. Production and extraction of an extracellular lipase from the
entomopathogenic fungus metarhizium anisopliae. Procces Biochemistry.
40:321-326.
Suhartono MT. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sun Ye, Cheng J. 2002. Hydrolysis of lignocellulosic materials for ethanol production: a
review. Bioresource Technology. 83:111.
Yanagisawa M, Kanami N, Osamu A, Kiyohiko N. 2011. Production of high
concentrations of bioethanol from seaweeds that contain easily hydrolyzable
polysaccharides. Process Biochemistry 46:2111-2116.
Yanagisawa M, Kawai S, Murata K. 2013. Strategies for production of high
concentrations of bioethanol from seaweeds. Bioengineer. 4(4): 224235.
Yazdani, Parviz K, Karimi, MJ, Taherzadeh. 2011. Improvement of enzymatic
hydrolysis of a marine macro-alga by dilute acid hydrolysis pretreatment. World
renewable energy congress. Sweden, 8-13 Mei 2011.
Yin LJ, Lin HH, Xiao ZR. 2010. Purification and characterization of a cellulase from
Bacillus subtilis YJ1. Journal Marine Science Technology. 18(3):466-471.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Perbaungan pada tanggal 15 Agustus 1991 dari Ayah
Bambang Sugeng dan Ibu Nuriati. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Perbaungan dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta
Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penilis menjadi asisten praktikum Teknologi
Industri Tumbuhan Laut pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga aktif sebagai staf
Departemen Keputrian Divisi Hubungan Mahasiswa di Badan Kerohanian Islam
Mahasiswa IPB dan Kerohanian Islam Angkatan 47 Departemen Teknologi Hasil
Perairan. Bulan Juli sampai Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapang di

Balai Pengujian Mutu dan Pengolahan Hasil Perikanan (BPMPHP) DKI Jakarta dengan
judul Prosedur Penerbitan Health Certificate Produk Udang Beku di Balai Pengujian
Mutu dan Pengolahan Hasil Perikanan, Jakarta.
Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk
bidang Gagasan Tulis dan berhasil mendapat pendaan dari Dikti dengan judul
Kosmetika Halal Berbasis Marine Mucine pada tahun 2013. Penulis juga aktif menulis
artikel dan surat pembaca ke media portal online.

You might also like