Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mempelajar hadits merupakan ilmu pengetahuan yang penting dalan
kehidupan kita, karena hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran.
Ilmu Hadits merupakan ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara
persambungan hadits sampai kepada Rasulullah SAW., dari segi hal ihwal para
perawinya, yang menyangkut kedabitan dan keadilannya dan dari segi
bersambung dan terputusnya sanad dan sebagainya.
Ilmu hadits terbagi dua, yang pertama Ilmu Hadits Riwayah, dan yang kedua
Ilmu Hadits Dirayah.
Ilmu Hadits Riwayah ialah Ilmu pengetahuan yang mempelajari haditshadits yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, tabiat maupun tingkah lakunya.
Ilmu Hadits Dirayah ialah Ilmu pengetahuan yang membahas tentang
kaidah-kaidah, dasar-dasar, peraturan-peraturan, yang dengannya kami dapat
membedakan antara hadits dan Salih yang disandarkan kepada Rasul SAW dan
hadits yang diragukan penyandarannya kepadanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Ilmu Hadits ?
2. Bagaimana penjelasan Ilmu Hadits Riwayah ?
3. Bagaimana penjelasan Ilmu Hadits Dirayah ?
BAB II
1
PEMBAHASAN
A. ILMU HADITS
1.
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan Ilmu Hadits, menurut Ulama Mutaqaddimin adalah:
Ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadits sampai
kepada Rasulullah SAW. dari segi hal ihwal para perawinya, yang menyangkut
kedabitan dan keadilannya dan dari segi bersambung dan terputusnya sanad, dan
sebagainya.
Pada perkembangan selanjutnya, Ulama Mutaakhirin, membagi Ilmu Hadits
ini dipecah menjadi dua, yaitu Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah.
Mereka memasukkan pengertian yang diajukan oleh Ulama Mutaqaddim ke
dalam pengertian Ilmu Hadits Dirayah.1
4 Ibid, hal 5
5 Drs. Munzier Suparta, M.A. Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002), hal
24
Nabi SAW tersebut, manakala diantara mereka ada yang sedang berhalangan. Hal
tersebut seperti yang dilakukan oleh Umar r.a., yang menceritakan, Aku beserta
seorang tetanggaku dari kaum Ansar, yaitu Bani Umayyah Ibnu Zaid, secara
bergantian menghadiri majelis Rasul SAW. Apabila giliranku yang hadir, maka
aku akan menceritakan kepadanya apa yang aku dapatkan dari Rasul SAW pada
hari itu; dan sebaliknya, apabila giliran dia yang hadir, maka dia pun akan
melakukan hal yang sama.6
Mereka juga memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan Rasul
SAW, baik dalam beribadah maupun dalam aktivitas sosial, dan akhlak Nabi SAW
sehari-hari. Semua yang mereka terima dan dengar dari Rasul SAW mereka
pahami dengan baik dan mereka pelihara melalui hafalan mereka. Tentang hal ini,
Anas Ibnu Malik mengatakan: Manakala kami berada di majelis Nabi SAW
kami mendengarkan Hadits dari beliau; dan apabila kami berkumpul sesama
kami, kami saling mengingatkan (saling melengkapi) Hadits-Hadits yang kami
miliki sehingga kami menghafalnya.
Apa yang telah dimiliki dan dihafal oleh para sahabat dari Hadits-Hadits
Nabi SAW, selanjutnya mereka sampaikan dengan sangat hati-hati kepada Sahabat
lain yang kebetulan belum mengetahuinya, atau kepada para Tabiin. Para Tabiin
pun melakukan hal yang sama, yaitu memahami, memelihara dan menyampaikan
Hadits-Hadits Nabi SAW kepada Tabiin lain atau Tabi al-Tabiin. Hal ini selain
dalam rangka memelihara kelestarian Hadits Nabi SAW, juga dalam rangka
menunaikan pesan yang terkandung di dalam Hadits Nabi SAW, yang diantaranya
ialah: (semoga) Allah membaguskan rupa seseorang yang mendengar sesuatu
(Hadits) dari kami, lantas ia menyampaikannya sebagaimana yang ia dengar,
kadang-kadang orang yang menyampaikan lebih hafal daripada orang yang
mendengar.7
2. OBJEK KAJIAN
Objek kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah hadits Nabi SAW dari segi
periwayatan dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup :
a. Cara periwayatan hadits, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga
cara penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang lain;
8 Ibid, hal 8
9 Dr. Nawir Yuslem. MA, Ulumul Hadits. . ., hal 9
disandarkan
kepada
Rasul
SAW
penyandarannya kepadanya.12
dan
hadits
yang
diragukan
Uraian dan elaborasi dari definisi di atas diberikan oleh imam al-Suyuthi,
sebagai berikut:
Hakikat Riwayat, adalah kegiatan periwayatan Sunnah (Hadits) dan
penyandarannya kepada orang yang meriwayatkannya dengan kalimat tahdits,
yaitu perkataan seorang perawi haddsana fulan, (telah menceritakan kepada si
Fulan). Atau Ikhbar, seperti perkataannya akhbaran fulan, (telah mengabarkan
kepada kami si Fulan).
Syarat-syarat periwayatan, yaitu Al-Sama (mendengar), Al-Qiraah
(membaca), Al-Ijazah (perizinan), Al-munawalah (member), Al-Mukatabah
(menulis), Al-Ilam (memberitahukan), Al-Wasiyah (wasiat), dan yang terakhir
ialah Al-Wijadah (penemuan).13
Macam-macam riwayat, adalah, seperti periwayatan muttashil, yaitu
periwayatan yang bersambung mulai dari perawi pertama sampai kepada perawi
terakhir, atau mungathi, yaitu pariwayatan yang terputus, baik di awal, di tengah,
atau di akhir, dan selainnya.
Hukum riwayat, adalah al-qabul, yaitu diterimanya suatu riwayat karena
telah memenuhi persyaratan tertentu, dan al-radd, yaitu ditolak, karena adanya
persyaratan tertentu yang tidak terpenuhi.14
Definisi yang lebih ringkas namun komporensif tentang Ilmu Hadits
Dirayah dikemukakan oleh M. Ajjaj al-Khathib, sebagai berikut: Ilmu Hadits
Dirayah adalah kumpulan-kumpulan kaidah-kaidah dan masalah-masalah untuk
mengetahi keadaan rawi dan narwi dari segi diterima atau ditolaknya.
Al-Khathib lebih lanjut menguraikan definisi di atas sebagai berikut:
12 Drs. Munzier Suparta, M.A, Ilmu Hadis. . ., hal 27
13 Dr. Nawir Yuslem. MA, Ulumul Hadits. . ., hal 10
14 Ibid, hal 11
OBJEK KAJIAN
apabila ia maqbul (diterima) dan mardud (ditolak), baik dilihat dari sudut sanad
maupun matannya.19
Berikut di antara ilmu-ilmu yang bermunculan dari berbagai ragam topik ilmu
dirayah;
1. Ilmu Jarah Wa Al-Tadil
Ilmu ini membahas para rawi, sekiranya masalah yang membuat mereka
tercela atau bersih dalam menggunakan lafad-lafad tertentu. Ini adalah
buah ilmu tersebut dan merupakan bagian terbesarnya.
2.
3.
10
syafiI (204 H), Ibn Qutaibah (276 H), Abu Yahya Zakariya Bin Yahya alSaji (307 H) dan Ibnu al-Jauzi (598 H).
4.
5.
6.
yang
bertentangan
yang
hukumnya
tidak
dapat
11
Rijal al-sanad
2.
Jarah-tadil.
12
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. ILMU HADITS
Untuk menjaga kualitas dan kemurnian hadits rosulillah SAW maka para
ulama merumuskan beberapa ilmu yang berhubungan dengan hadits nabi
baik dari sanat, matan dan rowinya. Oleh karena itu bagi umat Islam
seharusnya mempelajari ilmu ini agar mengetahui tentang kualitas hadits
yang telah dipelajari. Selain itu dengan mengetahui dan paham ilmu hadits
maka dapat menyaring hadits yang mauduatau palsu.
Dengan kata lain orang yang paham ilmu hadits akan mengetahui bagaimana
para ulama menyeleksi beberapa hadits sehingga bisa dikategorikan shohih,
Hasan, dan dhoif.
B. ILMU HADITS RIWAYAH
Beberapa ulama memberikan pengertian ilmu riwayah yang hampir sama
yaitu Ilmu hadits yang khusus berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang
meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW dan perbuatannya, dan
penguraian lafaz-lafaznya.
Ilmu hadist riwayah sangatlah penting untuk dipelajari karena dengan ilmu inilah
akan banyak diketahui Cara periwayatan hadits, baik dari segi cara penerimaan
dan demikian juga cara penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang
lain; selain itu juga dapat mengetahui cara pemeliharaan Hadits, yaitu dalam
bentuk penghafalan, penulisan, dan pembukuannya.
13
14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadits
sampai kepada Rasulullah SAW. dari segi hal ihwal para perawinya, yang
menyangkut kedabitan dan keadilannya dan dari segi bersambung dan
terputusnya sanad, dan sebagainya
2. Ada beberapa tokoh yang menjelaskan pengertian Ilmu Hadits Riwayah:
a. Menurut Ibn Al-Akfani adalah Ilmu hadits yang khusus berhubungan
dengan Riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan)
perkataan Nabi SAW dan perbuatannya, dan penguraian lafazlafaznya.
b. Menurut Muhammad Ajjaj al-Khathib yaitu: Ilmu yang membahas
tentang pemindahan, (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan dan
pengakuan), sifat jasmaniah, atau tingkah laku (akhlak) dengan cara
yang teliti dan terperinci
c. Zhafar Ahmad Ibnu Lathif al-Utsmani al-Tahanawi yaitu: Ilmu Hadits
yang khusus dengan Riwayah adalah ilmu yang dapat diketahui
dengannya perkataan, perbuatan dan keadaan Rasul SAW serta
periwayatan, pencatatan, dan pengurauian lafaz-lafaznya.
Dari ketiga definisi di atas dapat di pahami bahwa Ilmu Hadits Riwayah
adalah membahas tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau
pembukuan hadits Nabi SAW.
3. Ibnu al-Akfani memberikan definisi Ilmu Hadits Dirayah sebagai berikut:
Dan Ilmu Hadits yang khusus tentang Dirayah adalah ilmu yang
bertujuan untuk mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macammacam, dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat
mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu yang berhubungan
dengannya.
15
Adapula Ulama yang menjelaskan, bahwa Ilmu Hadits Dirayah ialah: Ilmu
pengetahuan yang membahas tentang kaidah-kaidah, dasar-dasar, peraturanperaturan, yang dengannya kami dapat membedakan antara hadits dan Sahih
yang
disandarkan
kepada
Rasul
SAW
dan
hadits
penyandarannya kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
16
yang
diragukan
17