Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
Gusti Ayu Putu Yuli Larantika, S.Kep
14.901.0857
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
BRONCHOPNEUMONIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru
yang biasanya berasal dari suatu infeksi. Pneuimonia dapat dikatakan
juga dengan radang paru-paru dimana terjadi inflamasi pada paru-paru
yang mengenai kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal
sebagai alveolus. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus
atau bekteri (Price, 2002).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Pneumonia adalah infeksi pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi
(Bennete, 2013) :
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial atau bronkiolitis
3. bronkopneumonia
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan
pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur
dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak (Smeltzer,2001).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu
suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya.
Bronkopneumonia juga dapat diartikan sebagai suatu peradangan
pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang
b.
Pada bayi :
RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetellapertusis.
c.
Pada anak-anak :
trachomatis
Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M.
tuberculosis
2.
Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau
sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan
bensin).
b.
Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak
secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang
mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian
makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.
Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang
terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak
tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak
ikan.
1.
2.
3.
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4.
Pathway Bronchopneumonia :
Inhalasi/ aspirasi akibat bakteri, virus, jamur, protozoa,
aspirasi makanan atau benda asing
Penurunan Imunitas
hospitalisasi
Status kesehatan
Respon inflamasi
Pelepasan
mediator
peradangan dari
sel mast seperti
histamin dan
prostaglandin
Mengaktifkan
jalur komplemen
Melepaskan
otot polos
vaskuler paru
Alveoli terisi
sel darah
merah
Penumpukkan
leukosit,
eritrosit,
cairan
Lobus padat
dan menjadi
merah
Peningkatan
produksi eksudat
Adanya eksudat
dalam alveoli
Ketidak
efektifan
bersihan
jalan napas
Situasi
lingkungan yg
mengganggu
Ansieta
s
Pelepasan
prostaglandin E2
Gangguan
rasa
nyaman
Peningkatan
produksi panas
tubuh
Peningkatan
laju
metabolisme
Distensi lambung
Hipertermi
Mual
Otot pernafasan
bekerja maksimal
Gangguan
pertukaran gas
Ketidak
seimbangan suplai
dan kebutuhan O2
Intoleransi
aktivitas
5. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
6. Gejala Klinis
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik
secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena
demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung
dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan
mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa
batuk kering kemudian menjadi produktif (Bennete, 2013).
Gejala atau manifestasi bronkopneumonia dapat di jabarkan
sebagai berikut (Price, 2002) :
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif (sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat)
i. Gelisah
j. Sianosis
1) Area sirkumoral
2) Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
7. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya
bronkopneumonia ditemukan hal-hal sebagai berikut (Bennete, 2013):
a. Pada inspeksi
terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung. Tanda
objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah
retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan
cuping hidung; orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang
berlawanan.
Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagianbagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan
ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal.
Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat
apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih
mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal
lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan
pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda
yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada
infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbing, yang dapat
diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga
tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres
pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem
saraf pusat dapat dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif
akan adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada).
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu
dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan
negatif faring selama inspirasi.
b. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang
simetris
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka,
k. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut
(Bradley et.al., 2011):
a. Sesak napas disertai dengan pernafasan
cuping hidung dan tarikan dinding dada
b. Panas badan
c. Ronkhi basah halus-sedang nyaring
(crackles)
d. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat
difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak
melebihi 20.000/mm3dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.00040.000/mm3neutrofil yang predominan)
l. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksaan Umum
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas
hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b. Penatalaksanaan Khusus
Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya
tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan
Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
Berat ringan penyakit
Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak
harus dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak
ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia.
1.
ampicillin + aminoglikosid
b.
c.
amoksisillin + aminoglikosid
a.
b.
c.
golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e.
3.
makrolid (eritromisin)
b.
Tanda
Gejala
Tanda
Gejala
Gejala
Tanda
Tanda
: perubahan mental
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala
atralgia
g. Pernafasan
Gejala
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
h. Keamanan
Gejala
Tanda
3. Intervensi Keperawatan
NO
DX.
DX.1
TUJUAN DAN KH
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji frekuensi
a. Suara nafas
pernapasan,
ronchi
penggunaan otot
menandakan
diharapkan jalan
bantu pernapasan,
adanya sputum di
asukulatasi suara
dalam paru,
nafas tambahan.
mengetahui
mendemontrasikan
batuk efektif
b. tidak terdengan
adanya suara napas
tambahan
c. Pernafasan klien
dalam batas normal
untuk anak di
bawah 3 tahun (2440 X/menit).
adanya sesak
b. Kaji warna,
pada pasien.
kekentalan dan
jumlah sputum.
b. Karakteristik
c. Berikan posisi
semifowler
d. Ajarkan cara
batuk efektif.
sputum dapat
menunjukan berat
ringannya
obstruksi
c. Meningkatkan
ekspansi dada
d. Batuk yang
terkontrol dan
efektif dapat
memudahkan
e. Bantu klien
pengeluaran
latihan napas
sekret yang
melekat di jalan
minuman hangat.
napas.
e. Ventilasi
maksimal
membuka lumen
jalan napas dan
meningkatkan
gerakan sekret ke
dalam jalan napas
besar untuk
f. Kolaborasi dalam
dikeluarkan dan
pemberian
dengan minuman
humidifikasi
hangat dapat
tambahan seperti
mengencerkan
nebulizer.
dahak.
g. Kolaborasi dalam
f. Dapat
pemberian
mengencerkan
fisioterapi dada
sputum.
g. Merontokkan
DX.2
a. Kaji frekuensi,
sputum.
a. Menentuk
kedalaman,
an
ekspansi dada,
intervensi
penggunaan
selanjutny
otot bantu
a.
a. Klien tidak
mengeluh
sesak
b. Tidak ada
otot bantu
pernafasan.
b. Observasi dan
catat tandatanda vital.
b. Mengetah
pernafasan
c. Tanda-
ui setiap
perubahan
tanda vital
normal
c. Letakkan
untuk anak
posisi kepala
usia di
lebih tinggi
bawah 3
15-30 dan
tahun (nadi
dalam posisi
yang
terjadi
pada klien
secara dini
dan untuk
: 90-
anatomis
penetapan
150x/mnt,
(posisi semi
tindakan
suhu: 36,5-
fowler).
yang tepat
37,2C,
pernafasan
d. Dorong pasien
c. Meningka
24-
untuk
tkan
40x/mnt,
melakukan
asupan
tekanan
nafas dalam
oksigen
darah 80-
dan
100/ 58-
e. Kolaborasi
pengemba
71mmHg)
dalam
ngan paru.
pemberian
oksigen sesuai
indikasi .
d. Mencukup
i
kebutuhan
sumplai
oksigen
e. Memenuh
i
kebutuhan
oksigen
pasien.
DX.3
a. Kaji dispnea,
takipnea, tak
dr bagian kecil
jam, diharapkan
normal/menurunn
bronkopenumonia
ya bunyi napas,
sampai inflamasi
peningkatan
difus luas,
hasil:
upaya
nekrosis, effusi
a. Menunjukkan
pernapasan,
perbaikan
terbatasnya
luas. Efek
ventilasi dan
ekspansi dinding
pernapasan dpt dr
oksigenasi
dada &
ringan sampai
kelemahan.
dispnea berat
jaringan adekuat.
b. Bebas dari gejala
sampai distres
distres
pernafasan.
c. GDA (Gas Darah
Arteri) dalam
rentang normal
(pH: 7,35-7,45 ;
PCO: 35-45
mmHg ; PO: 75100 mmHg ;
HCO: 24-48
pernapasan.
b. Kaji perubahan
pada tingkat
kesadaran. Catat
sianosis
&/perubahan
pada warna kulit,
termasuk
mEq/L).
sekret/pengaruh
jalan napas dpt
mengganggu
oksigenasi organ
vital & jaringan.
membran
mukosa & kuku.
mEq/L ; BE: +2
sampai -2
b. Akumulasi
c. Menurunkan
konsumsi oksigen
c. Tingkatkan tirah
/ kebutuhan
baring/batasi
selama periode
penurunan
aktivitas
pernapasan dpt
perawatan diri
menurunkan
sesuai keperluan.
beratnya gejala.
d. Penurunan
d. Kolaborasi
pengawasan seri
GDA/nadi
oksimetri.
kandungan
oksigen (PaO2)
&/saturasi/
peningkatan
PaCO2
menunjukkan
kebutuhan utk
intervensi/peruba
han program
terapi.
e. Kolaborasi dalam
e. Alat dlm
pemberian
memperbaiki
oksigen tambahan
hipoksemia yg
yg sesuai.
dpt terjadi
sekunder thd
penurunan
ventilasi/menurun
nya permukaan
DX.4
setelah diberikan
tindakan keperawata
a. kaji penyebab
hipertermi
alveolar paru.
a. hipertermi
merupakan salah
kompensasi tubuh
terhadap adanya
KH :
a. suhu tubuh dalam
infeksi baik
secara lokal
maupun secara
37,5 0C
b. keluhan demam hilang
c. tidak menggigil
peningkatan suhu
menunjukkan
proses penyakit
infeksius akut.
c. beri kompres
c. Daerah axilla /
hangat pada
dahi merupakan
axilla/ dahi
selama proses
evaporasi.
e. Pakaian yang tipis
dapat membantu
e. anjurkan ibu
untuk
mempercepat
proses evavorasi.
memakaikan
pakaian yang tipis
dan dapat
menyerap
keringat
f. kolaborasi dalam
f. Obat antipiretik
bekerja sebagai
pemberian obat
pengatur kembali
antipiretik
pusat pengaturan
panas.
DX.5
a. Kaji
a. membantu
selama 3x 24 jam
penyebab
menentuk
diharapkan
mual
an
intervensi
selanjutny
Intake nutrisi
adekuat
Mual muntah tidak
ada atau berkurang
a
b. Observasi
karakterist
ik
muntahan
bila
pasien
muntah
c. Bersihkan
muntahan
secepatny
a, berikan
perawatan
oral
b. Membant
u
membeda
kan
penyebab
disstres
gaster.
c. Memberik
an rasa
nyaman
kepada
pasien
sehingga
tidak
memperbe
rat mual
d. Pertahank
an
lingkunga
n yang
nyaman
dan
berventila
si baik
dan tidak
menurunk
an nafsu
makan.
d. Menguran
gi bau dari
muntahan
sehingga
dapat
memberik
an
e. Berikanm
kenyaman
akanan
an dan
cair sesuai
meningkat
kebutuhan
kan nafsu
nutrisi
makan
dalam
e. Dapat
jumlah
memacu
kecil
sindrom
tetapi
dumping
sering
f. Kolaboras
i dengan
f. Dapat
tim
memberik
kesehatan
an
lain dalam
informasi
tentang
Pemberian
keadekuat
sedative,
an
antasida,
masukan
cemitidin, vit.
diet /
B12 dan
penentuan
antibiotika kalau
kebutuhan
perlu
nutrisi.
Sedative untuk
mengurangi nyeri
dan membantu
pasien
beristirahat.
Antasida untuk
mempertahankan
pH gaster pada
4,5 atau lebih
serta menghambat
absorpsi gaster
terhadap
antagonis
histamin.
Simetidin adalah
penghambat
histamin H2
untuk
menurunkan
produksi asam
gaster,
meningkatkan pH
dan menurunkan
iritasi pada
mukosa gaster
untuk
penyembuhan dan
mencegah
pembentukan lesi.
Vit. B12 untuk
mencegah anemia
pernisiosa.
Antibiotika
digunakan untuk
infeksi oleh
Campylobacter
pylori atau H.
pylori
Menjamin
pemasukan nutrisi
yang adekuat
Mengatur diet
Pemberian nutrisi
yang sesuai
parenteral total
dengan keadaan
dan terapi
dan kebutuhan
intravenous
pasien.
sesuai indikasi
Pengaturan diet
( konsul gizi ).
DX.6
Setelah diberikan
a. Evaluasi
a. Mengetahui
asuhankeperawatan
respon
tingkat
klien
intoleran
diharapkan klien
terhadap
aktifitas
melaksanakan aktivitas
aktivitas
pasien
b. Batasi
b. Berikan
lingkunga
n terang
menunjukkan
dan batasi
peningkatan
pengunjun
toleransi terhadap
g.
aktivitas yang
memberikan
waktu istirahat
untuk pasien.
penting untuk
untuk
c. Istirahat
dapat diukur
dispnea, kelemahan
pengunjung
c. Jelaskan
meningkatkan
pentingny
proses
a istirahat
penyembuhan
dalam
usia di bawah 3
rencana
pengobata
150x/mnt, suhu:
n dan
36,5-37,2C,
perlunya
pernafasan 24-
keseimban
40x/mnt, tekanan
gan
aktivitas
71mmHg)
dan
istirahat.
pasien.
d. Posisi yang
nyaman dapat
miningkatkan
istirahat tidur
pasien.
d. Bantu
pasien
memilih
posisi
yang
e. Meminimalka
n aktivitas
pasien.
nyaman
untuk
istirahat /
tidur
e. Bantu
aktivitas
perawatan
diri yang
DX.7
Setelah diberikan
diperlukan
a. Kaji penyebab
a. Membantu dalam
asuhan keperawatan
gangguan rasa
menentukan
nyaman pasien
intervensi
harapkan gangguan
selanjutnya
b. Lingkungan yang
b. Beri lingkungan
a. Klien tenang,
yang nyaman
tidak menangis
nyaman dapat
mengingkatkan
dan gelisah
b. Klien dapat
rasa nyaman
pasien.
beristirahat/ tidur
c. Klien dapat
berpartisipasi
dalam tindakan
keperawatan
c. Beri rasa
c. Posisi yang
nyaman dengan
nyaman dapat
mengatur posisi
meningkatkan
yang nyaman
rasa nyaman
untuk pasien
pasien.
d. Memberikan
d. Batasi
DX.8
Setelah diberikan
waktu untuk
pengunjung saat
pasien beristirahat
pasien
tanpa gangguan.
beristirahat
a. Identifikasi
a. Dengan
asuhan keperawatan
penyebeb
melibatkan
ansietas, libatkan
pasien dan
diharapkan ansietas
klien dan
keluarga dalam
keluarga dalam
proses
teratasi dengan
proses
pengobatan akan
Kriteria hasil:
pengobatan yang
dapat
dilakukan.
menurunkan
a. Pasien dan
keluarga akan
tingkat ansietas
melaporkan adanya
pasien dan
tingkat penurunan
kecemasan yang
dialaminya
b. Pasien dan
keluarga
menunjukkan
keadaan yang
b. Kembangkan
hubungan saling
percaya melalui
kontrak yang
terus menerus.
Tunjukan sikap
yang menerima
keluarga.
b. Meningkatkan
perasaan pasien
dan keluarga
sebagai manusia,
membantu
relaksasi
c. Pasien dan
keadaan pasien
perasaan curiga
keluarga dapat
mengidentifikasika
pasien dan
n kecemasan yang
dialaminya dan
menurunkan
keluarga terhadap
c. Informasikan
mampu mengontrol
diri dan situasi
pemberi
pelayanan
keluarga tentang
keperawatan.
kondisi dan
mengenai apa
c. Meningkatkan
yang akan
perasaan pasien
dilakukan oleh
dan keluarga
petugas dan
sebagai manusia,
manfaatnya bagi
membantu
kesembuhan
menurunkan
pasien.
perasaan curiga
dan rendah diri
pasien terhadap
pemberi
pelayanan
keperawatan.
4. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
DX. 1 :
Pasien dapat mendemontrasikan batuk efektif
Tidak terdengan adanya suara napas tambahan
Pernafasan klien dalam batas normal untuk anak di bawah 3 tahun (24-40
X/menit).
DX. 2 :
Klien tidak mengeluh sesak
Tidak ada otot bantu pernafasan
Tanda-tanda vital normal untuk anak usia di bawah 3 tahun (nadi :
mEq/L).
DX. 4 :
Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5 0C
Keluhan demam hilang
Tidak menggigil
DX. 5 :
Intake nutrisi adekuat
Mual muntah tidak ada atau berkurang
DX. 6 :
Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
DX. 7 :
Klien tenang, tidak menangis dan gelisah
Klien dapat beristirahat/ tidur
Klien dapat berpartisipasi dalam tindakan keperawatan
DX. 8 :
Pasien dan keluarga akan melaporkan adanya tingkat penurunan
DAFTAR PUSTAKA