You are on page 1of 11

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan
(safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan

peralatan

di rumah

sakit yang

bisa

berdampak terhadap

keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green


productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan
hidup rumah sakit.
1. Tujuan Panduan Keselamatan Pasien
a. Tujuan Umum :
Sebagai Panduan bagi manajemen Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi untuk dapat melaksanakan program keselamatan
pasien rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di
instalasi radiologi.
b. Tujuan Khusus :
1) Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi di dalam mengambil keputusan yang
berhubungan dengan keselamatan pasien di instalasi radiologi.
2) Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan
keselamatan pasien.
3) Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis
dan terarah.
2. Manfaat :
a. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan
memberikan citra yang baik bagi instalasi Radiologi.

42

b. Agar seluruh personil Instalasi Radiologi memahami tentang


tanggung jawab serta nilai-nilai kemanusiaan yang berhubungan
dengan keselamatan pasien rumah sakit.
c. Dapat meningkatkan rasa saling percaya antara dokter dan pasien
terhadap tindakan yang akan dilakukan.
d. Mengurangi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di
Instalasi Radiologi.
3. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi telah memiliki
kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf
segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang
harus diberikan kepada staf, pasien, dan keluarga.
1) Rumah sakit telah memiliki kebijakan dan prosedur yang
menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada
insiden.
2) Rumah sakit telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan
dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
3) Lakukan pengkajian dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
1) Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden
2) Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang
dipakai di rumah sakit untuk memastikan semua laporan dibuat
secara

terbuka

dan

terjadi

proses

pelaksanaan tindakan/ solusi yang tepat.

43

pembelajaran

serta

4. Pimpin dan dukung staf Rumah Sakit


Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien di seluruh jajaran rumah sakit.
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit :
1) Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien.
2) Telah dibentuk Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP) yang ditugaskan untuk menjadi penggerak
dalam gerakan keselamatan pasien.
3) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat jajaran
direksi maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.
4) Keselamatan pasien menjadi materi dalam semua program
orientasi dan pelatihan di rumah sakit dan dilaksanakan evaluai
dengan pre dan post test.
b.

Tingkat Unit Kerja/ Tim :


1) Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin

gerakan

keselamatan pasien
2) Selalu

jelaskan

kepada

seluruh

personil

relevansi

dan

pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan


gerakan keselamatan pasien.
3) Tumbuhkan sikap positif yang menghargai pelaporan insiden.
5. Integrasikan aktivitas pengolahan resiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan pengkajian hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit :
1)

Telaah kembali input dan proses yang

ada dalam

manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal


tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan
pasien dan staf.

44

2)

Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden


Keselamatan Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh direksi rumah sakit.

3)

Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari


sistem pelaporan insiden dan pengkajian risiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.

b. Tingkat Unit Kerja/ Tim:


1)

Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi


tentang hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan pasien
guna memberikan umpan balik kepada direksi terkait.

2)

Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam


proses pengkajian risiko rumah sakit.

3)

Lakukan proses pengkajian risiko secara teratur, untuk


menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkahlangkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut.

4)

Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai


masukan ke proses pengkajian dan pencatatan risiko rumah
sakit.

6. Kembangkan sistem pelaporan


Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/
insiden; serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (K-KPRS).
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit
mengacu pada Panduan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
b. Tingkat Unit Kerja/ Tim
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah

45

dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan


pelajaran yang penting.
7. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit :
1)

Rumah sakit memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas


tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan
tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.

2)

Seluruh

staf

terkait

di

rumah

sakit

harus

mampu

memastikan bahwa pasien dan keluarga mendapat informasi


yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
3)

Seluruh

jajaran

manajerial

harus

mampu

memberi

dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar


selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
b. Tingkat Unit Kerja/ Tim :
1) Pastikan

seluruh

personil

menghargai

dan

mendukung

keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden.


2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat.
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya.
8. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa IKP itu timbul.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit:
1)

Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan


kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab.

46

2)

Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas


kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan
minimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes and
Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.

b. Tingkat Unit Kerja/ Tim:


1)

Diskusikan dalam jajaran unit/ tim pengalaman dari hasil


analisis insiden.

2)

Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena


dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut
secara lebih luas.

9. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien


Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
1)

Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari


sistem pelaporan, pengkajian risiko, pengkajian insiden, dan
audit serta analisis, untuk menentukan solusi.

2)

Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem


(input dan proses), penyesuaian pelatihan staf atau kegiatan
klinis,

termasuk

penggunaan

instrumen

yang

menjamin

keselamatan pasien.
3)

Lakukan pengkajian risiko untuk setiap perubahan yang


direncanakan.

4)

Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh K-KPRS.

5)

Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang


diambil atas insiden yang dilaporkan.

47

b. Tingkat Unit Kerja/ Tim :


Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan

1)

berbagai cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih


baik dan lebih aman.
2)

Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah


dibuat dan pastikan pelaksanaannya.

3)

Pastikan seluruh personil menerima umpan balik


atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan

panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien,


sehingga

tujuh

langkah

tersebut

secara

menyeluruh

harus

dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh


langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak.
Dapat dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah
dilaksanakan terlebih dahulu. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.
Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka
dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Rumah Sakit :
1.

Instalasi Radiologi melakukan pencatatan dan pelaporan


Insiden Keselamatan Pasien yang meliputi Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan kejadian sentinel.

2. Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)


mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
a.

Pelaporan insiden terdiri dari :


1)

Pelaporan internal yaitu mekanisme/ alur pelaporan


KPRS di internal Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

48

2)

Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Rumah Sakit


Jiwa Daerah Provinsi Jambi ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

b.

Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) Rumah


Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi melakukan pencatatan kegiatan
yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada
Direktur Rumah Sakit secara berkala.

C. Jenis Fasilitas Pelayanan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Jiwa


Daerah Provinsi Jambi.
Pemeriksaan Radiologi biasanya dilakukan dengan teknik-teknik
yang berbeda sesuai dengan klinis pasien, secara garis besar
pemeriksaan radiologi diagnostik terdiri dari:
1. Pemeriksaan dengan sinar-X
Radiografi
2. Pemeriksaan dengan Gelombang Suara
USG Konvensional
Dengan dilakukannya berbagai teknik pemeriksaan radiologi
konvensional, maka setiap pekerja radiasi perlu melakukan dengan
cermat karena kemungkinan timbulnya KTD pada setiap pemeriksaan.
Jenis Fasilitas Pelayanan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi menurut Energi yang digunakan di bagi menjadi :
1. Sinar-x ( Radiografi )
a.

Pesawat x-ray Konvensional

2. Ultra Sound

Dua Dimensi ( 2 D )

Dengan meningkatnya jumlah modality dan fasilitas pelayanan


radiologi maka memungkinkan untuk

semakin meningkatnya jumlah

pasien yang dilakukan pemeriksaan, sehingga tidak dapat dipungkiri

49

bahwa semakin banyak jumlah pasien yang menerima radiasi dan


kemungkinan semakin besar peluang terjadinya KTD. Oleh sebab itu
diharapkan radiografer harus semakin hati-hati untuk tidak menambah
penderitaan pasien dengan terjadinya KTD.
1. Insiden di Instalasi Radiologi
Kejadian Tidak Diharapkan yang mungkin timbul pada proses
pelayanan radiologi diagnostik antara lain dapat disebabkan oleh :
a.

Pada

saat

menerima

surat

permintaan

pemeriksaan radiologi
1)

Kurang/tidak teliti dalam mengidentifikasi


pasen

2)

Kurang

paham

klinis

yang

membuat

kesalahan pembuatan foto


Tidak bertanya apakah pasien hamil atau

3)

tidak ( wanita subur )


b.

Pada saat dilakukan pemeriksaan


1)

Saat

memindahkan

pasien

ke

meja

pemeriksaan
2)

Terlalu banyak memanipulasi obyek

3)

Pengulangan pemeriksaan
a)

Salah penyudutan arah sinar

b)

Salah sentrasi

c)

Under dan upper eksposure

d)

Tidak ada

marker atau salah

marker
e)

Kesalahan tindakan medik oleh


dokter spesialis Radiologi

f)

Salah positioning

g)

Kesalahan

pesawat

yang

disebabkan tidak dikalibrasi secara rutin dan tidak


adanya QC peralatan radiologi

50

c.

Sesudah dilakukan pemeriksaan


1)

Salah ekspertise atau interpretasi

2)

Pemberian hasil tanpa di validasi terlebih


dahulu
a)

Salah identitas pasien.

b)

Hasil tertukar antara pasien yang


satu dengan pasien yang lainnya.

3)

Efek radiasi ( bila paparan yang diberikan


tinggi )

2. Implementasi Keselamatan Pasien di Instalasi Radiologi


Implementasi Keselamatan pasien pada tiap modalitas imajing
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
antara lain :
a.

Modalitas dengan sumber radiasi sinar-x


1)

Hindari manipulasi pasien pada saat posisioning


Terutama pada pasien dengan klinis trauma capitis, Fraktur
Columna Vertebralis, trauma tumpul abdomen dan thoraks.
Begitu pula pasien dengan fraktur ekstrimitas dengan
pemakaian peralatan traksi.

2)

Minimalisasi dosis radiasi


a)

Pengaturan luas lapangan penyinaran


yang diatur sedemikian rupa sehingga cukup seluas
obyek yang diperiksa.

b)

Pengaturan faktor eksposi yang tepat

c)

Pada setiap pasien wanita usia subur


sebelum dilakukan pemeriksaan harus ditanya apakah
sedang hamil atau tidak, bila hamil diminta pertimbangan
dokter spesialis radiologi apakah perlu atau tidak
dilakukan.

d)

Semua

pemeriksaan

atau

tindakan

radiologi harus dilakukan apabila ada permintaan dari

51

dokter yang mengirim dan dilengkapi dengan klinis yang


jelas dan dikerjakan sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
b.

Ultrasonografi
Sampai saat ini pemeriksaan USG masih dikategorikan
sebagai pemeriksaan yang paling aman bagi pasien. Belum
ditemukan gejala- gejala KTD selama pemeriksaan maupun
sesudah pemeriksaan.

52

You might also like