You are on page 1of 3

ANATOMI NASOFARING

NASOFARING disebut juga Epifaring, Rinofaring. merupakan yang terletak


dibelakang rongga hidung, diatas Palatum Molle dan di bawah dasar
tengkorak. Bentuknya sebagai kotak yang tidak rata dan berdinding enam,
dengan ukuran melintang 4 sentimeter, tinggi 4 sentimeter dan ukuran
depan belakang 2-3 sentimeter.
Batas-batasnya :
Dinding depan : Koane
Dinding belakang : Merupakan dinding melengkung setinggi Vertebra
Sevikalis I dan II.
Dinding atas : Merupakan dasar tengkorak.
Dinding bawah : Permukaan atas palatum molle.
Dinding samping : di bentuk oleh tulang maksila dan sfenoid.
Dinding samping ini berhubungan dengan ruang telinga tengah melalui tuba
Eustachius.
Bagian tulang rawan dari tuba Eustachius menonjol diatas ostium tuba yang
disebut Torus Tubarius. Tepat di belakang Ostium Tuba. Terdapat cekungan
kecil disebut Resesus Faringeus atau lebih di kenal dengan fosa Rosenmuller;
yang merupakan banyak penulis merupakan lokalisasi permulaan
tumbuhnya tumor ganas nasofaring.
Tepi atas dari torus tubarius adalah tempat meletaknya oto levator veli
velatini; bila otot ini berkontraksi, maka setium tuba meluasnya tumor,
sehingga fungsinya untuk membuka ostium tuba juga terganggu.
Dengan radiasi, diharapkan tumor primer dinasofaring dapat kecil atau
menghilang. Dengan demikian pendengaran dapat menjadi lebih baik.
1.

Bangunan-bangunan penting yang terdapat di nasofaring adalah: 3


Adenoid atau Tonsila Lushka
Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang dari 13 tahun.
Pada orang dewasa struktur ini telah mengalami regresi.
Fosa Nasofaring atau Forniks Nasofaring
Struktur ini berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi fibroma
nasofaring atau angiofibroma nasofaring.
Torus Tubarius
Merupakan suatu tonjolan tempat muara dari saluran tuba Eustachii (ostium
tuba)
Fosa Rosenmulleri

Merupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah belakang torus


tubarius. Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil
yang disebut sulkus salfingo-faring. Fossa Rosenmulleri merupakan tempat
perubahan atau pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel
pipih. Tempat pergantian ini dianggap merupakan predileksi terjadinya
keganasan nasofaring.

HISTOLOGI NASOFARING
Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel terdapat
banyak jaringan limfosid, sehingga berbentuk seperti lipatan atau kripta.
Hubungan antara epitel dengan jaringan limfosid ini sangat erat, sehigga
sering disebut Limfoepitel .
Bloom dan Fawcett ( 1965 ) membagi mukosa nasofaring atas empat macam
epitel :
1. Epitek selapis kolumnar bersilia Simple Columnar Cilated Epithelium
2. Epitel torak berlapis Stratified Columnar Epithelium .
3. Epitel torak berlapis bersilia Stratified Columnar Ciliated Epithelium
4. Epitel torak berlapis semu bersilia Pseudo-Stratifed Columnar Ciliated
Epithelium .
Mengenai distribusi epitel ini, masih belum ada kesepakatan diantara para
ahli.
60 % persen dari mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
Stratified Squamous Epithelium , dan 80 % dari dinding posteroir nasofaring
dilapisi oleh epitel ini, sedangkan pada dinding lateral dan depan dilapisi
oleh epitel transisional, yang merupakan epitel peralihan antara epitel
berlapis gepeng dan torak bersilia.
Epitel berlapis gepeng ini umumnya dilapisi Keratin, kecuali pada Kripta yang
dalam. Di pandang dari sudut embriologi, tempat pertemuan atau peralihan
dua macam epitel adalah tempat yang subur untuk tumbuhnya suatu
karsinoma.
Mukosa atau selaput lendir nasofaring terdiri dari epitel yang
bermacam-macam, yaitu epitel kolumnar simpleks bersilia, epitel kolumnar
berlapis, epitel kolumnar berlapis bersilia, dan epitel kolumnar berlapis semu
bersilia. Pada tahun 1954, Ackerman dan Del Regato berpendapat bahwa
epitel semu berlapis pada nasofaring ke arah mulut akan berubah mejadi
epitel pipih berlapis. Demikian juga epitel yang ke arah palatum molle,

batasnya akan tajam dan jelas sekali. Yang terpenting di sini adalah
pendapat umum bahwa asal tumor ganas nasofaring itu adalah tempattempat peralihan atau celah-celah epitel yang masuk ke jaringan limfe di
bawahnya.3
Walaupun fosa Rosenmulleri atau dinding lateral nasofaring
merupakan lokasi keganasan tersering, tapi kenyataannya keganasan dapat
juga terjadi di tempat-tempat lain di nasofaring.3 Moch.
Zaman mengemukakan bahwa keganasan nasofaring dapat juga terjadi
pada:
Dinding atas nasofaring atau basis kranii dan tempat di mana
terdapat adenoid.
Di bagian depan nasofaring yaitu terdapat di pinggir atau di luar
koana.
Dinding lateral nasofaring mulai dari fosa Rosenmulleri sampai
dinding faring dan palatum molle.

You might also like