You are on page 1of 12

TUGAS UNDANG-UNDANG DAN ETIKA

MALPRAKTEK ANTIBIOTIK

Disusun oleh :
SAFINATUNNAJAH AL RASYID
2015001320
KELAS C

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016
A. PENDAHULUAN
Kasus dugaan Malpraktek kedokteran yang terjadi di Indonesia sudah semakin
meresahkan berbagai pihak khusunya pasien dan dokter. Pasien menjadi ragu untuk berobat ke
dokter dan dokter juga merasa was-was untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pasiennya.

Berbagai sumber berita dari media cetak maupun elektronik menyebutkan bahwa
sedikitnya terdapat 178 kasus mengenai dugaan malpraktik kedokteran, 25 diantaranya sudah
masuk BAP Kepolisian.
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting, khususnya dinegara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotic. Antibiotik merupakan obat yang
paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan
bahwa sekitar 40-62% antibiotic digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakitpenyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan
antibiotic diberbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan
pada indikasi (Hadi,2009).
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan
dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap
ekonomi dan social yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi ditingkat rumah sakit,
tetapi lambat laun juga berkembang dilingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus
pneumonia (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik secara bijak (prudent use of antibiotics),
perlu disusun Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan nasional dalam menyusun kebijakan antibiotik dan
pedoman antibiotik bagi rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik milik
pemerintah maupun swasta.
Penggunaan antibiotik secara bijak merupakan pengendalikan berkembangnya mikroba
resisten akibat tekanan seleksi oleh antibiotik, melalui penggunaan antibiotik secara rasional
dengan mempertimbangkan dampak muncul dan menyebarnya mikroba (bakteri) resisten.
Penggunaan antibiotik secara bijak ialah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan
penyebab infeksi dengan rejimen dosis optimal, lama pemberian optimal, efek samping minimal,
dan dampak minimal terhadap munculnya mikroba resisten. Oleh sebab itu pemberian antibiotik
harus disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan pola kepekaannya. Penggunaan
antibiotik secara bijak memerlukan kebijakan pembatasan dalam penerapannya. Antibiotik
dibedakan dalam kelompok antibiotik yang bebas digunakan oleh semua klinisi (non-restricted)

dan antibiotik yang dihemat dan penggunaannya memerlukan persetujuan tim ahli (restricted dan
reserved).
Peresepan antibiotik bertujuan mengatasi penyakit infeksi (terapi) dan mencegah infeksi
pada pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi bekteri pada tindakan pembedahan
(profilaksis bedah) dan beberapa kondisi medis tertentu (profilaksis medik). Antibiotik tidak
diberikan pada penyakit non-infeksi dan penyakit infeksi yang dapat sembuh sendiri (selflimited) seperti infeksi virus.

B. ISI

Subjek hukum

: RS Awal Bros, Bekasi Selatan

Perbuatan hukum

: Malpraktek Antibiotik

Kasus
Malpraktik Falya, RS Awal Bros Bekasi
Kuasa hukum keluarga pasien bayi Falya Raafani (1,1) mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri Bekasi atas dugaan malapraktik di Rumah Sakit Awal Bros, belum lama ini.
Gugatan perdata telah didaftarkan dengan Nomor 630/Pdt.G/2015/PN.Bks, kata kuasa hukum
Keluarga Falya, M Ihsan, di Bekasi.
Menurut dia, gugatan tersebut dilayangkan karena pihaknya yakin RS Awal Bros Bekasi
di Jalan KH Noer Alie, Bekasi Selatan, telah melakukan perbuatan melawan hukum (PMH). Dia
mengatakan, gugatan perdata ini dilayangkan karena RS Awal Bros tidak memiliki niat baik
untuk menginformasikan proses penanganan pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.
Bahkan, dalam pernyataan resminya rumah sakit mengklaim semua tindakan medis yang
dilakukan sudah sesuai dengan `standard operating procedure` (SOP) RS Awal Bros. Tapi klien
kami tidak pernah diberitahu, katanya.
Menurutnya, sejak kematian Falya pada 1 November 2015 hingga saat ini, tidak ada
informasi secara medis penyebab kematian pasien yang disampaikan kepada keluarga. Dia
mengatakan, beberapa poin yang akan dijadikan sebagai materi gugatan antara lain, menjelaskan
fakta bahwa korban meninggal di rumah sakit, ada fakta kelalaian yang dilakukan rumah sakit.
Nanti akan dijelaskan di persidangan. Intinya, ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan
rumah sakit, ungkapnya.
Dia memperkirakan persidangan kasus dugaan malapraktik itu akan bergulir pada Januari
2016 di PN Bekasi.

Sekadar diketahui, Falya meninggal pada Minggu (1/11/2015) pagi, usai mendapatkan
suntikan antibiotik oleh perawat di RS Awal Bros Bekasi. Falya dirawat sejak Rabu (28/10/2015)
karena mengalami muntah-muntah dan buang air besar terus.
Pada Kamis (29/10/2015), kata Ibrahim Blegur, kondisi kesehatan Falya membaik.
Namun pada siang hari perawat mendatangi Falya dan mengganti infus. Falya disuntik infus
antibiotik. Sejak itulah, kondisi kesehatan Falya menurun drastis. Falya kejang-kejang, mulutnya
mengeluarkan busa, tubuhnya membiru, tangannya dingin, perutnya bengkak, dan terdapat
bercak-bercak merah di kulitnya.
(Antara/Res)
Pembahasan
Dari kasus tersebut di atas maka perlu ditelaah terlebih dahulu mengenai apa yang
dimaksud dengan malpraktik. Berbagai sumber mengatakan bahwa belum ada definisi resmi
mengenai apa yang dimaksud dengan malpraktik tersebut. Namun ada beberapa referensi yang
ada, dapat diketahui bahwa malpraktik pada dasarnya merupakan suatu tindakan tenaga
professional yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure (SOP), Kode Etik Profesi
serta undang-undang ataupun peraturan-peraturan resmi lainnya (baik disengaja maupun
kelalaian), sehingga mengakibatkan kerugian kepada orang lain yang memerlukan bantuannya.
Kasus yang dilaporkan merupakan hukum perdata. Hukum perdata merupakan rangkaian
ketentuan dan peraturan hukum yang mengatur dan membatasi hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang yang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan.

Sistematika Hukum Perdata


1. KUHS sebagai sumber dari hukum perdata terdiri dari atas empat buku:
a. Buku I : perihal orang
b. Buku II : perihal benda. Dalam KUHP pasal 499, yang dinamakan kebendaan ialah
tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik
c. Buku III : perihal perikanatan, yang memuat hukum harta kekayaan yang berkenaan
dengan hak-hak kewajiban yang berlaku bagi orang-orang atau pihak tertentu.
Hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang lainnya dalam lapangan

hukum harta kekayaan, dimana yang satu mendapat prestasi dan yang lain memenuhi
kewajiban atas prestasi sumber perikatan ada 2 : undang-undang, dan perjanjian.
d. Buku IV : perihal pembuktian dan kadaluarsa atau lewat waktu, yang memuat perihal
alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan
hukum.
2. Menurut IPHK. Hukum perdata (termuat dalam KUHS), dapat dibagi 4 bagian:
a. Hukum perseorangan, ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan
kewajiban dan kedudukan seseorang dalam hukum.
b. Hukum keluarga, ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hubungan lahir
batin antara dua orang yang berlainan jenis kelamin (dalam perkawinan) dan akibat
hukumnya.
c. Hukum kekayaan, ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak-hak
perolehan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain yang mempunyai nilai
uang
d. Hukum waris, ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang cara pemindahan
hak milik seseorang yang meninggal dunia kepada yang berhak memilikinya.
Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotik
1. Resistensi Mikroorganisme Terhadap Antibiotik
a. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja
antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu (Drlica & Perlin, 2011):
1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.
2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.
3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.
4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel
bakteri.
5) Antibiotik masuk kedalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel
melalui mekanisme transport aktif keluar sel.
b. Satuan resistensi dinyatakan dalam satuan KHM (Kadar Hambat Minimal) atau Minimum
Inhibitory Concentration (MIC) yaitu kadar terendah antibiotik (g/mL) yang mampu
menghambat

tumbuh

dan

berkembangnya

menggambarkan tahap awal menuju resisten.

bakteri.

Peningkatan

nilai

KHM

c. Enzim perusak antibiotik khusus terhadap golongan beta-laktam, pertama dikenal pada
Tahun 1945 dengan nama penisilinase yang ditemukan pada Staphylococcus aureus dari
pasien yang mendapat pengobatan penisilin. Masalah serupa juga ditemukan pada pasien
terinfeksi Escherichia coli yang mendapat terapi ampisilin (Acarand Goldstein, 1998).
Resistensi terhadap golongan beta-laktam antara lain terjadi karena perubahan atau
mutasi gen penyandi protein (Penicillin Binding Protein, PBP). Ikatan obat golongan
beta-laktam pada PBP akan menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga sel
mengalami lisis.
d. Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik bisa terjadi dengan 2 cara,
yaitu:
1) Mekanisme Selection Pressure. Jika bakteri resisten tersebut berbiak secara duplikasi
setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat), maka dalam 1-2 hari,
seseorang tersebut dipenuhi oleh bakteri resisten. Jika seseorang terinfeksi oleh
bakteri yang resisten maka upaya penanganan infeksi dengan antibiotik semakin sulit.
2) Penyebaran resistensi kebakteri yang non-resisten melalui plasmid. Hal ini dapat
disebarkan antar kuman sekelompok maupun dari satu orang ke orang lain.
e. Ada dua strategi pencegahan peningkatan bakteri resisten:
1) Untuk selection pressure dapat diatasi melalui penggunaan antibiotik secara bijak
(prudent use ofantibiotics).
2) Untuk penyebaran bakteri resisten melalui plasmid dapat diatasi dengan
meningkatkan ketaatan terhadap prinsip-prinsip kewaspadaan standar (universal
precaution).
2. Faktor Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik sangat diperlukan
untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat. Agar dapat menunjukkan
aktivitasnya sebagai bakterisida ataupun bakteriostatik, antibiotik harus memiliki beberapa
sifat berikut ini:
a. Aktivitas mikrobiologi.
Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan
penisilin pada protein).

b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi kadar antibiotik
semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.
c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup memadai
agar diperoleh efek yang adekuat.
d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat yang diperlukan
untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat farmakokinetikanya, yaitu;
a. Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar diatas KHM

sangat penting untuk memperkirakan outcome klinik ataupun kesembuhan. Pada


kelompok ini kadar antibiotik dalam darah diatas KHM paling tidak selama 50 % interval
dosis. Contoh antibiotik yang tergolong time dependent killing antara lain penisilin, sefalosporin,
dan makrolida).
b. Concentration dependent. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah melampaui KHM maka
semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri. Untuk kelompok ini diperlukan rasio
kadar/KHM sekitar 10. Ini mengandung arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki
kadar dalam serum atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika gagal mencapai kadar ini
ditempat infeksi atau jaringan akan mengakibatkan kegagalan terapi. Situasi inilah yang
selanjutnya menjadi salah satu penyebab timbulnya resistensi.

3. Faktor Interaksi dan Efek Samping Obat


Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obat lain atau makanan dapat
menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi yang dapat terjadi cukup
beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsi
hingga meningkatkan efek toksik obat lainnya. Sebagai contoh pemberian siprofloksasin
bersama dengan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dan dapat berisiko terjadinya
henti jantung atau kerusakan otak permanen. Demikian juga pemberian doksisiklin bersama
dengan digoksin akan meningkatkan efek toksik dari digoksin yang bisa fatal bagi pasien.
4. Faktor Biaya
Antibiotik yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik, obat merek dagang,
obat originator atau obat yang masih dalam lindungan hak paten (obat paten). Harga
antibiotikpun sangat beragam. Harga antibiotik dengan kandungan yang sama bisa berbeda
hingga 100 kali lebih mahal disbanding generiknya. Apalagi untuk sediaan parenteral yang

bisa 1000 kali lebih mahal dari sediaan oral dengan kandungan yang sama. Peresepan
antibiotik yang mahal, dengan harga diluar batas kemampuan keuangan pasien akan
berdampak pada tidak terbelinya antibiotik oleh pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya
kegagalan terapi. Setepat apapun antibiotik yang diresepkan apabila jauh dari tingkat
kemampuan keuangan pasien tentu tidak akan bermanfaat.
Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak (Prudent)
1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit, pada
indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
2. Kebijakan penggunaan antibiotik (antibioticpolicy) ditandai dengan pembatasan
penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik lini pertama.
3. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan pedoman
penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara terbatas (restricted), dan
penerapan kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu (reservedantibiotics).
4. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan diagnosis penyakit
infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti
mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (selflimited).
5. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:
a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan kuman
terhadap antibiotik.
b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab infeksi.
c. Profilfarmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan keadaan
klinis pasien serta ketersediaan obat.
e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan aman.
6. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan beberapa langkah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan antibiotik secara
bijak.
b. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, dengan penguatan pada
laboratorium hematologi, imunologi, dan mikrobiologi atau laboratorium lain yang
berkaitan dengan penyakit infeksi.
c. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten dibidang infeksi.
d. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim (team work).

e. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotik secara bijak yang
bersifat multidisiplin.
f. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan berkesinambungan.
g. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara lebih rinci
ditingkat nasional, rumahsakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat.

C. PENUTUP
Kesimpulan
Sejak kematian Falya pada 1 November 2015 sampai saat ini tidak ada informasi secara
medis penyebab kematian pasien yang disampaikan kepada keluarga. Selain itu ada beberapa
fakta bahwa korban meninggal di rumah sakit karena kelalaian yang dilakukan rumah sakit.
Akibat hukum

: Hukuman yang diterima pihak RS Awal Bros dan Dokter

Karena RS Awal Bros tidak memiliki niat baik untuk menginformasikan proses
penanganan pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.
Saran
Seharusnya pihak RS Awal Bros dan Dokter, memberikan informasi dan penjelasan
tentang kondisi pasien kepada keluarga pasien dan penyebab kematian pasien.

DAFTAR PUSTAKA
http://news.klikbekasi.co/2015/12/19/dugaan-malpraktik-falya-rs-awal-bros-bekasi-diseret-kepengadilan/
PERATURAN
MENTERI
2406/MENKES/PER/XII/2011
ANTIBIOTIK

KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN
UMUM
PENGGUNAAN

You might also like

  • Tugas Mutu
    Tugas Mutu
    Document5 pages
    Tugas Mutu
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Alat-Alat Ekskresi
    Alat-Alat Ekskresi
    Document7 pages
    Alat-Alat Ekskresi
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • ACARBOSE
    ACARBOSE
    Document1 page
    ACARBOSE
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Tumbuhan
    Tumbuhan
    Document1 page
    Tumbuhan
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Tugas Mutu
    Tugas Mutu
    Document5 pages
    Tugas Mutu
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document7 pages
    Bab I
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Tugas Uu
    Tugas Uu
    Document12 pages
    Tugas Uu
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Sampul
    Sampul
    Document1 page
    Sampul
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Farmakognosi 1
    Farmakognosi 1
    Document5 pages
    Farmakognosi 1
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Anatomi Permukaan
    Anatomi Permukaan
    Document12 pages
    Anatomi Permukaan
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet
  • Presentation 2
    Presentation 2
    Document21 pages
    Presentation 2
    SaFinatunnajah Al Rasyid
    No ratings yet