You are on page 1of 14

A.

PENGERTIAN AKAD IJARAH


Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al
iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah
tertentu).
Dari pengertian diatas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang dipindahkan bukan
hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu aset atau dari jasa/pekerjaan.
Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain
sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala sesuatu yang
dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian barang yang dapat
habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil manfaatnya berarti
memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu jasa yang berasal dari hasil
karya atau dari pekerjaan seseorang. Contoh : nona sanas menggunakan jasa penjahit isma, atau
isma mempekerjakan elin, hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dlam
akad ijarah, dan pengguna jasa harus membayar upah.
Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang digunakan atau dapat
diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa untuk
menerima sewa upah (ujrah). Misalnya menyewakan LCD, maka LCD tersebut harus dapat
digunakan, bukan LCD yang rusak tidak dapat diambil manfaat darinya. Apabila setelah akad
terdapat kerusakan sebelum digunakan dan sedikitpun waktu belum berlalu maka akad dapat
dikatakan batal atau pemberi sewa harus mengganti dengan aset sejenis lainya.
Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban
menanggung biaya pemeliharaanya selama periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis.
Pada hakikatnya pemberi sewa seharusnya berkewajiban untuk menyiapkan aset yang disewakan
dalam kondisi yang dapat diambil manfaat darinya.
Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset sehingga
penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai dengan kesepakatan (jika
ada), tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau menjaga keutuhan aset tersebut.
Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian penyewa maka ia berkewajiban menggantinya
atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa tidak bertambah. Pemberi sewa dapat
meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari resiko kerugian
(ED PSAK 107).
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan ditanggung penyewa
karena hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hanya biaya pemeliharaan rutin dan
tidak material yang dapat ditanggung penyewa, seperti ganti busi pada mobil yang disewa.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyewa dan pengguna jasa atau pemberi kerja
berkewajiban membayarkan sejumlah tertentu berupa sewa atau upah sesuai dengan akad. Begitu
harga itu disepakati maka sepanjang masa akad tidak boleh berubah, misalnya: A menyewakan
rumahnya pada B dengan harga sewa Rp. 20 juta untuk waktu 2 tahun. Dalam akad ijarah, rumah
tetap milik A, B mempunyai hak untuk menggunakan rumah tersebut selama 2 tahun, dan B
berkewajiban membayar Rp. 20 juta. Sepanjang masa akad yaitu 2 thn, harga sewa tidak boleh
berubah yaitu tetap Rp. 20 juta. Namun apabila kontrak diperpanjang, maka atas kontrak yang
baru ini boleh saja harga berubah bisa sama, lebih tinggi atau lebih rendah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak lain,
boleh dilakukan baik dengan harga sama lebih tinggi atau rendah asalkan pemberi sewa
mengizinkanya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya adalah
kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa pertama kepenyewa
berikutnya yang tidak lain pemberi sewa sendiri) harus tunai. Hal ini untuk menghindari
transaksi sejenis bai al innah yang dilarang secara syariah (lihat bab 5).
Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai
kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Apabila yang disepakati adalah pembayaran
tangguh dan terjadi penundaan pembayaran akibat penyewa lalai (bukan karena tidak mapu
secara finansia), maka dapat dikenakan denda, yang akan dikenakan sebagai dana kebajikan.
Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka, dan penyewa membatalkan akad, maka uang
muka tersebut menjadi hak pemberi sewa. Lebih disarankan agar hak pemberi sewa adalah
sebesar opportunity cost yang ditimbulkanya, yaitu uang yang bisa didapatkanya dengan
menyewakan pada pihak lain dapat sehingga selisih antara uang dimuka dan opportunity
costnya dikembalikan pada penyewa.
Akad ijarah memiliki resiko beruba gagal bayar dari penyewa, aset ijarah rusak, atau
penyewa menghentikan akad sehingga pemberi sewa harus mencari penyewa baru.
Akad ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa atau
upah, cara pembayaran sewa atau upah (dimuka, angsuran atau diakhir), peruntukan aset yang
disewakan dan hal lainya yang dianggap penting. Begitu kontrak disetujui maka ia bersifat
mengikat kedua belah pihak dan apabila ada perubahan pada isi kontrak harus disepakati
keduanya. Setelah akad ditandatangani, pemberi sewa tidak dapat menyewakan aset yang telah
disewakanya pada pihak lain untuk periode akad yang sama.
Perjanjian mulai berlaku efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang disewanya
bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa berhak menerima
pembayaran sewa atau upah.

B. JENIS AKAD IJARAH


Berdasarkan objek yang disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu ;
1. Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil, motor,
pakaian dan sebagainya.
2. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
Berdasarkan PSAK 107
Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara
luas adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu ;
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan resiko dan manfaat yang terkait
kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa waad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik
(mujir) kepada penyewa (mustajir) pada saat tertentu.
2. Ijarah muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan waad perpindahan kepemilikan aset yang
dijarahkan pada saat tertentu.
Skema Ijarah

Pemberi sewa/
jasa

(1)
(2)
(3)

Penyewa/ pengguna
jasa

Keterangan :
Penyewa dan pemberi sewa melakukan kesepakatan ijarah
Pemberi sewa menyerahkan objek sewa pada penyewa
Penyewa melakukan pembayaran
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa, dalam
ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang
dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa.
Kemudian untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah
sebelumnya.
Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :
a. Hibah
b. Penjualan dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan, namun
pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:
Sebelum akad berakhir
Setelah akad berakhir

Penjualan secara bertahap sesuai dengan waad (janji) pemberi sewa. Untuk perpindahan
secara bertahap, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali ia melakukan pembayaran dari
harga total sampai ia memiliki aset tersebut secara penuh diakhir kontrak. Sistem ini
mengharuskan pembuatan kontrak untuk setiap bagian penjualan, sampai bagian terakhir dijual
kepada penyewa. Jika kontrak ijarah batal karena alasan-alasan yang mendasar sebelum
perpindahan kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang disewanya menjadi milik
bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.
c. Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian menyewa
kembali objek ijarah tersebut yang telah dijual tersebut. Alasan dilakukanya transaksi tersebut
bisa saja sipemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih memerlukan manfaat dari aset
tersebut. Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantung (taalluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan
mengakui keuntungan atau kerugian atau pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba
rugi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual tidak dapat diakui sebagai
pengurang atau penambah beban ijarah yang muncul karena ia menjadi penyewa.
d. Ijarah-lanjut menyewakan labih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa dari
pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-lanjutkan, maka entitas mengakui
sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai
beban ijarah untuk sewa jangka pendek.
C. DASAR SYARIAH
Sumber hukum akad ijarah
1. Alquran, sebagai firman ALLAH SWT :
apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah menetukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. QR. 43:32)
dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada ALLAH
dan ketahuilah bahwa ALLAH maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:223)
salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai ayahku mabilah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada kita)
adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. (QS. 28:26)
2. As-sunah
Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda : berbekamlah kamu,
kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari ibnu umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda : berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering. (HR. Ibnu Majah)

barang siapa mempekerjakan, beritahukanlah upahnya. (HR. Abd ar-razzaq dari Abu
Hurairah dan Abu Said al-khudri)
Dari saad bid abi waqqash r.a., bahwa Rasulullah bersabda: dahulu kami menyewa
tanah dengan (jalan membayar) dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami
cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak. (HR.
Nasai)
Dari abu hurairah r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : Allah taala berfirman : ada tiga
golongan yang pada hari kiamat (kelak) aku akan menjadi musuh mereka: (pertama) seorang
laki-laki yang mengucapkan sumpah karena aku kemudian ia curang, (kedua) seorang laki-laki
yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang
mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia
tidak memberikan upahnya. (Hasan: Irwa-ul Ghalil no:1489 dan Fathul Bari IV:417 No 2227)
Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek. (HR. Ahmad dari
ibnu masud)
Rukun dan ketentuan syariah ijarah
Rukun ijarah ada tiga macam, yaitu:
Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mujjir dan penyewa/pengguna
jasa/lessee/mustajjir.
Objek akad ijarah berupa: manfaat asset/majur dan pembayaran sewa: atau manfaat jasa dan
pembayaran upah.
Ijab Kabul/serah terima
Ketentuan syariah:
1. Pelaku harus cakap hokum dan baligh
2. Objek akad ijarah
a. Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut:
Harus bias dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa computer, maka
computer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak rusak.
Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka ijarah atas objek
sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah seseorang untuk membunuh,
menyewakan rumah untuk tempan main judi atau menjual khamar dan lain sebagainya.
Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara syariah
sehingga tidak sah akadnya:
Kewajiban sholat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan kewajiban setiap individu
(fardhuain-lihat Bab 2)
Mempekerjakan seorang untuk membaca Al-quran dan pahalanya (manfaatnya) ditujukan untuk
orang tertentu, karena pahala/nilai kebaikan akan kembali pada yang membacanya, sehingga
tidak ada manfaat yang dialihkan.

Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena mengambil
manfaat
darinya
sama
saja
dengan
memilikinya/menguasainya.
Misalnya
makanan/minuman/buah-buahan atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya berarti
menggunakanya.
Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang
dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk mengetahui
kejelasan manfaat dari suatu asset dapat dilakukan identifikasi fisik.
Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas misalnya 2 tahun.
b. Sewa dan Upah yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna jasa kepada
pemberi sewa atas pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat asset atau jasa yang
digunakanya:
Harus jelas besaranya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya berkah toserba
merekrut karyawanya yang ditugaskan sebagai pramuniaga (hubunganya adalah pekerja dan
pemberi kerja) dan gaji yang disepakati sebesar Rp. 2 juta perbulan. Tidak boleh menyatakan
gajinya tergantung dari penjualan perusahaan karena besaranya menjadi tidak pasti.
Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek
akad.
Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak serta
lainya yang berbeda. Misalnya, sewa atas mobil yang jenisnya sama misalnya innova 2006, di
Jakarta sewa perhari Rp. 500.000 sedangkan di Yogyakarta Rp. 400.000, atau menyewakan toko
kalau digunakan untuk pakaian harga sewanya Rp. 20 juta per tahun tapi kalau digunakan untuk
bengkel Rp. 25 juta per tahun atau sewa took untuk 1 tahun Rp. 25 juta tapi kalau 2 tahun Rp. 45
juta begitu disepakati maka harga sewa akan mengikat dan tidak boleh berubah selama masa
akad.
c. Ketentuan syariah untuk ijarah muntahiya bit tamlik
Pihak yang melakukan ijarah muntahiya bit tamlik harus melaksanakan akad ijarah terlebih
dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat
dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah waad, yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
3. Ijab Qabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondesi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

1.

2.
3.
4.
5.

Berakhirnya akad ijarah


Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku walaupun
dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alas an, misalnya keterlambatan masa panen jika
menyewakan lahan untuk pertanian, maka dimungkinkan berakhirnya akad setelah panen selesai
(sayyid sabbiq, 2008).
Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad ijarah
Terjadi kerusakan asset
Penyewa tidak dapat membayar sewa
Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad karena
memberatkanya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap berlangsung. Kecuali
akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang menyusui meninggal maka
akadnya menjadi batal.
Perbedaan ijarah dengan leasing
Ada orang berpendapat ijarah sama dengan leasing, padahal pendapat ini tidak
sepenuhnya benar, Karim (2003) mencoba membandingkan ijarah dengan leasing sebagai berikut
:
No
Keterangan
Ijarah
Leasing
.
1.
Objek
Manfaat barang dan jasa
Manfaat barang saja
2.

Metode pembaaran

3.

Perpindahan
kepemilikan

Tergantung atau tidak


tergantung pada kondisi
barang/jasa yang disewa
a.

Tidak tergantung pada kondisi


barang yang disewa

Ijarah : tidak ada


a. Sewa Guan Operasi : tidak ada
perpindahan kepemilikan
transfer kepemilikan
b. IMBT : janji untuk
b. Sewa Guna dengan Opsi:
menjual/menghibahkan di
memiliki opsi membeli atau
awal akad
tidak membeli di akhir masa
sewa.

4.

1.

2.

3.

4.

Jenis leasing lainya a.

Lease purvhase : tidak


a. lease purchase : dibolehkan
dibolehkan karena akadnyab. sale and lease back :
gharar, yakni antara sewa
dibolehkan
dan beli
b. Sale and lease back :
dibolehkan

Table diatas memberikan ikhtisar perbedaan dan kesamaan antara ijarah dan leasing.
Sedikitnya ada empat aspek yang dapat dicermati, yakni :objek, metode pembayaran,
perpindahan kepemilikanya dan jenis leasing.
Objek
Dalam ijrah, objek yang disewakan dapat berupa asset maupun jasa. Ijrah bila diterapkan
untuk mendapatkan manfaat dari asset disebut sewa menyewa, sedangkan bila diterapkan untuk
mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut upah mengupah. Dalam leasing hanya berlaku untuk
sewa menyewa asset saja. Dengan kata lain terbatas pada pemanfaatan asset. Dengan demikian
ijarah memiliki cakupan yang lebih luas daripada leasing.
Metode pembayaran
Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang
pembayaranya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to performance).
Perpindahan kepemilikan
Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating lease, yakni dipindahkan adalah
manfaat dari asset yang disewakan. Untuk jenis akad ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT),
kepemilikan asset tetap pada pemberi sewa diawal akad berjanji (waad) kepada pihak penyewa.
Pengalihan hak milik pada asset yang bersangkutan dapat dilakukan dengan menjual atau dengan
menghibahkanya. Atas pemindahan kepemilikan tersebut akan dibuatkan akad secara terpisah.
Sementara dalam leaseing, jenis leasing tergantung pada sisi pemberi sewa dan penyewa.
Dari sisi pemberi sewa, secara umum dikenal 4 jenis leasing; yaitu financial lease, sales type
lease, operating lease, dan leverage lease. Sedangkan dari sisi penyewa, dikenal 2 jenis
yaitu operating lease dan capital lease.
Jenis leasing lainya
Purchase lease
Sale and lease back (al bai isumma iadatul ijarah atau jual dan ijarah)

D. PERILAKU AKUNTANSI
Akuntansi untuk pemberi sewa (PSAK 107)
1. Biaya perolehan, untuk objek ijarah baik asset berwujud maupun tidak berwujud, diakui saat
objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Asset tersebut harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset
tersebut, dan
b. Biaya perolehanya dapat diukur secara andal
Jurnal :
Dr. asset ijarah
xxx
Kr. Kas/utang
xxx
2. Penyusutan, jika asset ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka penyusutan atau
amortisasinya diperlakukan sama untuk asset sejenis selama umur manfaat (umur ekonomisnya).
Jika asset ijarah untuk akad jenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk menghitung
penyusutan adalah periode akad IMBT.
Jurnal :
Dr. biaya penyusutan
xxx
Kr. Akumulasi penyusutan
xxx
3. Pendapatan sewa, diakui pada saat manfaat atas asset telah diserahkan kepada penyewa pada
akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi perusahaan belum menerima uang,
maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat
direalisasikan.

Jurnal :
Dr. kas/piutang sewa
xxx
Kr. Pendapatan sewa
xxx
4. Biaya perbaikan objek ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluaranya dapat dilakukan
oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik.
a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan penyewa dengan persetujuan pemilik maka diakui
sebagai beban pemilik pada saat terjadinya.
Jurnal :
Dr. biaya perbaikan
xxx
Kr. Utang
xxx
b. Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat
terjadinya.
Jurnal :

Dr. biaya perbaikan


xxx
Kr. Kas/utang/perbaika
xxx
c. Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan objek
ijarah yang dimaksut dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding
dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.
Jurnal :
Dr. biaya perbaikan
xxx
Kr. Kas/utang/perlengkapan
xxx
5. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan dengan
cara:
a. Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban
Jurnal:
Dr. beban ijarah
xxx
Dr. akumulasi penyusutan
xxx
Kr. Asset ijarah
xxx
b. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati,
maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.
Jurnal :
Dr. kas/piutang
xxx
Dr. akumulasi penyusutan
xxx
Dr. kerugian*
xxx
Kr. Keuntungan**
xxx
Kr. Asset ijarah
xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
c. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek
ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal :
Dr. kas
xxx
Dr. kerugian*
xxx
Dr. akumulasi penyusutan
xxx
Kr. Keuntunagan**
xxx
Kr. Asset ijarah
xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika harga buku lebih kecil dari harga jual
d. Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:

6.
7.

1.

2.

Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnl:
Dr. kas
xxx
Dr. kerugian*
xxx
Dr. akumulasi penyusutan
xxx
Kr. Keuntungan**
xxx
Kr. Asset ijarah
xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai asset tidak lancar atau asset lancar
sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut.
Jurnal:
Dr. asset lancar/tidak lancar
xxx
Dr. akumulasi penyusutan
xxx
Kr. Asset ijarah
xxx
Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan ijarah tersebut diakui
sebagai beban/keuntungan/kerugian pada periode berjalan. Keuntungan/kerugian yang timbul
tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah dari beban ijarah.
Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait,
misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
Keberadaan waad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada
waad pengalihan kepemilikan)
Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok asset ijarah; dan
c. Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).
Akuntansi untuk penyewa (mustajir)
beban sewa, diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset terima diterima.
Jurnal pencatatan:
Dr. Beban sewa
xxx
Kr. Kas/utang
xxx
Untuk pengakuan sewa di ukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah
diterima.
Biaya pemeliharaan objek ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa
diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Sedangkan dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui

penjualan objek ijarah secara bertahap, biaya pemeliharaan objek ijarah yang menjadi beban
penyewa akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan objek ijarah.
Jurnal:
Dr. Beban pemeliharaan ijarah
xxx
Kr. Kas/utang/perlengkapan
xxx
Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa.
Dr. Piutang
xxx
Kr. Kas/utang/perlengkapan
xxx
3. Perpindahan kepemilikan, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan dengan cara:
a. Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah yang
diterima.
Jurnal :
Dr. Aset nonkas (eks ijarah)
xxx
Kr. Keuntungan
xxx
b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran sisa
cicilan sewa atau jumlah yang disepakati.
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks. Ijarah)
xxx
Kr. Kas
xxx
c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran yang
disepakati:
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks ijarah)
xxx
Kr. Kas
xxx
d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran
objek ijarah yang diterima.
Jurnal:
Dr. Aset nonkas (eks ijarah)
xxx
Kr. Kas
xxx
Kr. Utang
xxx
4. Jika suatu entitas/penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut pada pihak lain atas aset
yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan akuntansi untuk pemilik dan
akuntansi penyewa dalam PSAK ini.
5. Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasn umum isi kaad yang signifikan yang meliputi tetapi tetapi tidak terbatas tpada:
Total pembayaran
Keberadaan waad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan
(jika ada waad pemilik untuk pengalihan kepemilikan)

Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut


Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jual dan ijarah)

TUGAS AKUNTANSI SYARIAH


RESUME
AKAD IJARAH
Dosen Pembimbing : Muhammad Ridwan, S.E, M. Sc

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


-

AHMAD RHAMADAN
LERRY RYNALDO

RRC1C014088
RRC1C014031

Jurusan Akuntansi
Program Reguler Mandiri
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univesitas Jambi

You might also like