You are on page 1of 4

ANATOMI & FISIOLOGI JALAN NAFAS BAGIAN ATAS

a. hidung
Hidung berfungsi melembabkan dan menghangatkan udara saaat udara masuk kedalam
hidung. Udara yang masuk dari hidung dibatasi dengan ukuran dari turbin pada lubang
hidung, dimana didalamnya banyak terdapat pembuluh darah, sehingga pada pemasukan
endotracheal tube atau bronchoscope melalui hidung dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Septum nasal kadang berdeviasi pada beberapa orang sehingga menyebabkan
salah satu lubang hidung akan menyempit dibandingkan dengan sisi sebelahnya.
Nasofaring kemudian terbuka dan menyambung dengan orofaring. Cabang dari Nervus V
yang akan menginervasi sensorik pada hidung.
b.

Faring

Ruang pada bagian posterior rongga mulut dapat dibagi dalam nasofaring, orofaring,
dan hipo faring. Jaringan limfoid pada sekitar faring dapat mempersulit proses intubasi
dengan endotracheal tube karena jaringan tersebut menutupi jalan masuk. Otot internal dari
faring membantu proses menelan dengan mengangkat palatum. Sedangkan otot
eksternalnya merupakan otot konstriktor yang membantu mendorong makanan masuk
kedalam esophagus. Gerakan otot ini dapat mempengaruhi jalan masuk dari endotracheal
tube pada pasien yang akan dilakukan intubasi sadar ataupun pada pasien yang teranestesi
ringan. Persarafan sensorik dan motorik dari faring berasal dari Nervus Kranial IX kecuali
pada Muskulus Levator Veli Palatini yang dipersarafi oleh Nervus Kranial V. Penyumbatan
jalan nafas dapat terjadi pada daerah faring. Ini terjadi pada saat timbulnya pembengkakan
yang akan membatasi masuknya udara. Penyumbatan tersebut terjadi pada daerah Palatum
Molle yang kemudian menepel pada dinding nasofaring. Contoh lidah dapat jatuh
kebelakang dan kemudian akan menyumbat jalan nafas dengan menempel pada dinding
posterior orofaring. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang tersedasi dan teranestesi
ataupun pada pasien sewaktu tidur. Penyumbatan terjadi akibat penurunan tonus otot dan
penurunan fungsi lumen faring. Pada pasien yang bernafas spontan, penurunan fungsi
lumen jalan nafas dapat berhubungan dengan meningkatnya frekuensi respirasi dan
menghasilkan jumlah tekanan negatif yang besar dibawah tingkat obstruksi. Keadaan ini
dapat menjadi lebih buruk dengan penyumbatan yang timbul akibat adanya tekanan negatif
yang menekan jaringan lunak ke daerah yang kolaps. Permasalahan seperti ini terdapat
pada pasien dengan obstuktive sleep apnea.
c.

Laring

Laring memiliki bentuk yang rumit yang berfungsi yaitu melindungi jalan nafas
bawah, sebagai salah satu organ untuk fonasi, dan membantu proses pernafasan. Semua
fungsi tersebut bergantung pada proses interaksi antara kartilago, tulang, dan jaringan lunak
yang merupakan komponen dari faring dan laring. Laring memiliki 9 kartilago yaitu Epiglotis,
Tiroid, Krikoid, Sepasang Aritenoid, Sepasang Cuneiformis dan Sepasang Corniculata.
Laring memiliki otot-otot ekstrinsik dan intrinsik. Persarafan sensorik dan motorik dari jalan
nafas bagian atas juga banyak. Struktur Laring : Tulang Hyoid akan menggantung pada
laring dan menempel pada tulang Temporal melalui ligament Stylohyoid. Kartilago Laring
Kartilago Tiroid : Merupakan kartilago terbesar dari laring dan memiliki sudut yang
lebih tajam pada laki-laki sehingga memberikan bentuk menonjol dan panjang. Memberikan

nada rendah pada pita suara. Kartilago ini melekat pada membrane Hyoid di bagian atas
dan berartikulasi dengan kartilago Krikoid di bagian bawah. Bagian batang Epiglottis dan
ligamen Vestibular melekat pada permukaan bagian dalamnya. Kartilago Krikoid :
Berbentuk cincin utuh dengan bagian belakang yang lebih lebar melekat pada Esophagus.
Sudut anterior melekat pada kartilago tiroid melalui membrane Cricotiroid. Membran
Cricotiroid tidak memiliki pembuluh darah sehingga dapat menjadi akses jalan nafas dalam
keadaan gawat darurat dengan cara insisi di bagian tengahnya atau dengan menusukan
jarum pada bagian tengahnya.
Kartilago Aritenoid : Berbentuk pyramidal, Aritenoid adalah tempat tambatan bagi
beberapa otot internal laring dan juga bagi pita suara. Kartilago Cuneiformis dan Corniculata
melekat pada kartilago ini melalui ligamennya.
Epiglotis : Merupakan stuktur bentuk kartilago yang besar berbentuk tetesan air
atau daun atau sadel sepeda. Sifatnya flesibel dengan ukuran yang berbagai macam.
Terletak vertical dibelakang tulang Hyoid dan melekat pada ligamen Hyoepiglotis. Dasar
epiglottis melekat pada Aritenoid melalui lipatan Aryepiglotis. Mukosa dari Epiglotis berjalan
ke anterior dan lateral membentuk ruang antara lipatan Faringoepiglotis yang disebut
Valecula. Ruang ini merupakan tempat jatuhnya benda asing seperti makanan dan juga
merupakan tempat yang tersedia untuk meletakan ujung dari bilah laringoskop Macintosh.
Interior Laring Bagian dalam laring merupakan struktuk bentuk yang rumit juga.
Lekukan pada laring dari faring berbentuk hampir tegak lurus. Rongga laring dapat dibagi
menjadi beberapa bagian. Vestibula memanjang dari lengkung laring kearah lipatan
vestibular yang disebut sebagai pita suara palsu. Ventrikel laring memanjang dari pita suara
palsu sampai ke pita suara asli. Daerah antara pita suara saat menutup dan kartilago
Aritenoid disebut Rima Glotis. Bagian ini adalah bagian yang paling dangkal dari jalan nafas
atas pada orang dewasa. Infraglotis laring memanjang dari pita suara sampai bagian atas
trakea dibatasi oleh membrane Cricotiroid dan kartilago Krikoid. Daerah ini adalah daerah
yang paling dangkal pada jalan nafas anak. Otot-Otot Laring Otot-otot ekstrinsik laring
bekerjasama dengan bagian laring lainnya untuk bergerak pada proses menelan. Otot-otot
ini termasuk Sternohyoid, Sternothyroid, Thyrohyoid, Thyroepiglottis, Stylopharingeus, dan
Konstriktor Pharingeal Inferior. Otot-otot dalam laring meng aduksi pita suara untuk menutup
pada saat menelan dan abduksi pada saat inspirasi serta mengubah tegangan pada pita
suara selama proses fonasi. Otot-otot dari laring ini adalah : Oblique Arytenoid : Menutup
Rima Glotis Tranverse Arytenoid : Adduksi Arytenoid, menutup Rima Glotis, Lateral
Cricoarytenoid : Adduksi pita suara Posterior, Cricoarytenoid : Abduksi pita suara,
Cricithyroid : Tegangan pada pita suara, Thyroarytenoid : Relaksasi tegangan pada pita
suara, Vocalis
: Relaksasi pita suara. Penutupan pada laring adalah
proses yang penting. Laring dapat ditutup pada tiga bagian : lipatan Aryepiglottis, pita suara
palsu dan pita suara asli. Laring akan menutup selama proses menelan dimana akan terjadi
tiga tahap pada proses tersebut : pertama, makanan akan didorong kearah posterior faring
oleh lidah, kedua, tahap menelan, proses respirasi akan berhenti, otot palatoglosal
berkontraksi dan orofaring tertutup dari nasofaring dan laring dengan kerjasama antara
beberapa otot yang menarik laring superior agar epiglottis menutup laring. Pada tahap
ketiga proses penelanan makanan yang membawa makanan masuk ke Esophagus.
Persarafan Laring Struktur laring mempunyai persarafan sensorik dan motorik . Fungsi
motorik sebagai adduksi (penutupan pita suara), abduksi (membuka pita suara) dan

tegangan (menegangkan pita suara untuk mengeluarkan suara dengan nada tinggi). Semua
persarafan sensorik dan motorik dari otot-otot intrinsic laring berasal dari percabangan
Nervus Vagus. Nervus Laringeal Superior adalah cabang dari Nervus Vagus yang berjalan di
sisi dalam Arteri Carotis sebelum terbagi menjadi cabang external dan internal. Cabang
internal yang besar masuk kedalam membrane Thyroid dan Os. Hyoid. Cabang ini kemudian
akan mempersarafi sensorik dari laring. Cabang eksternal dari Nervus Laringeal Superior
membawa serabut motorik dari Nervus Assesory Spinalis. Cabang ini berjalan sepanjang
kartilago Thyroid mempersarafi otot Cricothyroid. Nervus Laringeal Rekurens meninggalkan
Vagus di daerah dada kemudian berjalan di bagian alur tracheoesophageal. Nervus
Laringeal Rekurens mempersarafi motorik dari semua otot-otot intrinsik dari laring kecuali
otot Cricothyroid. Reflex laryngeal dapat terstimuli di daerah laring atau supraglotis dan
dapat menyebabkan tertutupnya pita suara sampai dengan terjadinya laringospasme. Untuk
memblok sensorik dari mukosa laring dibutuhkan blok daripada Nervus Laringeal Superior
sampai dengan pita suara ditambah dengan blok pada Nervus Laringeal Rekurens atau
dengan pemberian anestesi lokal dengan injeksi transtracheal atau dengan spray pada
mukosa di bawah pita suara. Blok motorik komplit untuk memfasilitasi intubasi dibutuhkan
blok pada Nervus Laringeal Rekuren karena nervus ini mempersarafi fungsi motorik dari
semua nervus intrinsik dari laring kecuali untuk otot Cricothyroid. Blok pada saraf ini dapat
dilakukan dengan transtracheal atau injeksi pada Cricothyroid atau secara topikal dengan
spray. Stimulasi dari struktur supraglotis dapat menyebabkan penutupan glottis atau
laringospasme. Stimuli ini dapat berupa sentuhan panas atau kimiawi. Respon ini biasanya
cepat. Laringospasme adalah suatu keadaan dimana glottis menutup rapat setelah
timbulnya rangsangan. Rongga laring meluas dari epiglotis ke kartilago krikoid dibagian
bawah. Bagian dalam dibentuk oleh epiglotis, gabungan apek kartilago arytnenoid, lipatan
aryepiglotis, Bagian dalam rongga laring adalah lipatan vestibuler cincin sempit dan jaringan
fibrus pada tiap sisinya. Ini perluasan dari permukaan anterolateral aritenoid, sudut tiroid,
dimana yang terakhir berikatan dengan epiglotis. Lipatan ini adalah sebagai korda vokalis
palsu, yang terpisah dari korda vokalis sesungguhnya oleh sinus laringeal atau ventrikel.
Korda vokalis yang sesungguhnya pucat, putih, struktur ligamen melekat pada sudut tiroid
bagian belakang. Celah triangular antara korda vocalis saat glotis terbuka merupakan
segmen tersempit pada orang dewasa. Pada anak kurang dari 10 tahun, bagian tersempit
adalah dibawah plika vocalis pada level setinggi cincin krikoid.
Panjang rata-rata pembukaan glotis sekitar 23 mm pada laki-laki 17 mm pada
wanita. Lebar glotik adalah 6-9 mm tapi dapat direntangkan sampai 12 mm. Penampang
melintang glotis sekitar 60 100 mm2
Bidang pembahasan pada bab ini tidak memungkinkan membahas secara mendetail
aksi dari otot-otot laring, namun demikian otot-otot ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga
group berdasarkan aksinya pada korda: abduktor, adduktor, dan regulasi tegangan. Seluruh
inervasi motorik dan sensorik pada otot-otot laring berasal dari dua cabang nervus vagus
yaitu nervus superior dan rekuren laring, yang secara ringkas disajikan dalam tabel 1.
2.4. Trakea
Trakea adalah sebuah struktur berbentuk tubulus yang mulai setinggi Cervikal 6
columna vertebaralis pada level kartilago tiroid. Trakea mendatar pada bagian posterior,
panjang sekitar 10 15 cm, didukung oleh 16 20 tulang rawan yang berbentuk tapal kuda

sampai bercabang menjadi dua atau bifurkasio menjadi bronkus kanan dan kiri pada
thorakal 5 kolumna vertebaralis. Luas penampang melintang lebih besar dari glotis, antara
150 300 mm2.
Beberapa tipe reseptor pada trakea, sensitif terhadap stimulus mekanik dan kimia.
Penyesuaian lambat reseptor regang yang berlokasi pada otot-otot dinding posterior,
membantu mengatur rate dan dalamnya pernafasan, tetapi juga menimbulkan dilatasi pada
bronkus melalui penurunan aktivitas afferen nervus vagus. Respon cepat resptor iritan yang
berada pada seluruh permukaan trakea berfungsi sebagai reseptor batuk dan mengandung
reflek bronkokontriksi.

You might also like