You are on page 1of 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak Haitami Abubakar,Drs.,M.M.,M.Ak karena telah memberikan
kami kesempatan untuk menyusun makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jakarta, 6 November 2016


Tim Penyusun
1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. 1
Daftar Isi ....................................................................................................... 2
Bab 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

Pengertian Aktiva Tetap .......................................................................... 3


Penggolongan Aktiva Tetap ..................................................................... 4
Perolehan Aktiva Tetap ............................................................................ 5
Pengeluaran Pengeluaran dalam Aktiva Tetap ....................................... 10
Penyusutan Aktiva Tetap ......................................................................... 13
Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap ............................................... 20
Penilaian kembali Aktiva Tetap ............................................................... 21

Kesimpulan ..................................................................................................... 23
Kata Penutup .................................................................................................. 24

AKTIVA TETAP
1.1 PENGERTIAN AKTIVA TETAP

Setiap perusahaan pada umumnya memiliki aktiva tetap, perusahaan yang berskala
besar ataupun yang kecil. Perusahaan industri misalnya, memerlukan mesin-mesin untuk
berproduksi yang biasanya dimiliki sendiri agar operasinya dapat berjalan. Jenis aktiva tetap
yang dimiliki oleh perusahaan mungkin saja berbeda-beda, misalnnya jenis aktiva tetap pada
perusahaan jasa berbeda dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan perkebunan,
perkapalan, pertambangan dan lain-lain.
Aktiva tetap adalah aktiva-aktiva yang sifatnya relatif tetap atau permanen dan
berwujud, yang digunakan dalam operasi perusahaan yang normal. Istilah relative permanen
menunjukan sifat dimana aktivayang bersangkutan yang dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relative cukup lama.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.16 (2004:16.2):
Aktiva tetap adalah berwujud yang diperroleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia aktiva tetap di defenisikan aktiva tetap adalah
aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi peerusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

1.2 PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP


Jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan berbeda jenis dan jumlahnya dengan
aktiva tetap perusahaan lainnya. Hal ini wajar karena adanya perbedaan pada luas operasi
perusahaan tersebut.
3

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu
aktiva dan dikelompokan sebagai aktiva tetap bila:
a. Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomian dimasa yang datang berkaitan
dengan aktiva tersebut akan mengalir kedalam perusahaan.
b. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
Secara garis besar aktiva tetap dapat dikelompokan kedalam dua golongan yaitu:
1. Aktiva Tetap Berwujud
Zaki Baridwan (1992:271) mengungkapkan:
A k t i v a t e t a p b e r w u j u d a d a l a h aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan normal. Jadi aktiva tetap berwujud ini
mempunyai sifat permanen atau dengan kata lain dapat digunakan dalam jangka waktu
yang relatif lama.
Aktiva tetap berwujud ini masih dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Aktiva tetap

yang

umurnya tidak

terbatas.

Seperti

tanah:untuk

tempat

perusahaan,pertanian dan perternakan.


b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya

bisa

diganti

dengan

aktiva

aktiva sejenis.

Mis:bangunan,mesin,alat-alat, mebel dan kendaraaan.


c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis. Mis:sumber-sumber
alam seperti tambang, hutan, dll.

2. Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Aktiva tetap tidak berwujud menurut Zaki Baridwan (1992:355) a d a l a h : A k t i v a aktiva yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempun yai bentuk
fisik pada umumn ya aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak-hak
yang dimiliki yang dapat digunakan lebih dari satu tahun .
4

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:19.3): Aktiva tidak berwujud adalah


aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik
serta dimiliki untuk digunakan dalam m e n g h a s i l k a n a t a u m e n y e r a h k a n
barang

atau

jasa

disewakan kepada

pihak

lainnya,

atau

untuk

tujuan

administrative. Aktiva tidak berwujud antara lain dapat berbentuk lisensi, merek dagang,
(termasuk merek produk), hak paten, hak cipta, waralaba.
1.3 PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Harga perolehan aktiva tetap adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang
timbul untuk perolehan aktiva tetap tersebut.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, suatu aktiva dapat diperoleh dalam pertukaran
atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya
pos semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang
mana lebih andal, ekuivalen denngan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah dilepaskan
setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.
Ikatan Akuntan Indonesia memberikan pedoman pencatatan perolehan aktiva tetap
sebagai berikut:
Aktiva tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dicatat berdasarkan harga beli
ditambah biaya yang terjadi dalam rangka menerapkan aktiva tersebut dalam pada kondisi
dan tempat yang siap untuk dipeergunakan, seperti bea masuk, pajak penjualan, biaya
pengangkutan, biaya pemasangan dan lain sebagainya.
Aktiva tetap yang digunakan untuk perusahaan bisa diperoleh dengan berbagai cara
antara lain:
1. Pembelian Tunai
Seandainya perusahaan mempunyai dana yang cukup, maka aktiva tetap dapat dibeli
secara tunai. Aktiva yang dibeli tersebut dicatat sebesar harga perolehannya. Seandainya
dalam pembelian dimaksud diberikan harga potongan maka harga potongan tersebut
merupakan pengurangan dari biaya dan bukan merupakan pengurangan keuntungan diperoleh
bukan dari pembelian melainkan hasil penjualan.
5

Apabila potongan tersebut tidak diperoleh disebabkan keterlambatan membayar maka


ini akan dilaporkan sebagai kerugian atau biaya bunga. Kerugian atau biaya bunga ini
dilaporkan dalam laporan rugi laba sebagai beban lain-lain. Apabila aktiva ini direparasi atau
diperbaiki pada saat aktiva tersebut belum digunakan, maka biaya tersebut ditambahkan
keharga perolehan aktiva tersebut.
2. Pembelian Angsuran
Pada umumnya, aktiva tetap yang dibeli secara angsuran atau kontrak jangka panjang
harganya lebih tinggi dibandingkan dengan pembelian tunai. Sisa hutang kemudian dibayar
dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga. Bunga yang harus
dibayar atas hutang yang belum dilunasi sebagai biaya. Sewa guna usaha dengan hak opsi
(capital leasing) adalah satu cara yangdapat dikatagorikan sebagai pembelian secara
angsuran. Pada awal masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasikan sebesar nilai tunai
dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir masa
sewa guna usaha.
3. Perolehan pertukaran
Aktiva tetap dapat pula diperoleh dengan cara pertukaran, dimana aktiva tetap lama
digunakan untuk membayar aktiva tetap baru. Dalam keadaan seperti ini dasar penilaian
aktiva tetap dilakukan sebagai berikut:
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva tetap yang
serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki
suatu nilai wajar yang serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual dalam pertukaran dengan
aktiva yang serupa. Dalam kedua keadaan tersebut, karena proses perolehan penghasilan
tidak lengkap, tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dalam transaksi. Sebaliknya
biaya perolehan aktiva baru adalah jumlah tercatat dari aktiva yang dilepaskan.

Maksud pertukaran disini adalah perolehan aktiva baru (tidak selalu berarti barang
yang belum pernah dipakai) dengan menyerahkan aktiva lain, baik disertai aktiva tambahan,
seperti kas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Harga perolehan aktiva yang dipertukarkan


Nilai buku aktiva tersebut
Akumulasi penyusutan
Harga pasar yang wajar
Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika pertukaran dilakukan dengan
tukar tambah.
Masalah pertukaran aktiva tetap biasanya digolongkan dalam dua golongan kasus

yaitu:
a. Kasus Pertukaran yang Bersifat Khusus
Transaksi dalam kasus ini ditandai dengan harga pasar aktiva tetap yang diperoleh
tidak diketahui dan aktiva yang saling ditukarkan adalah sejenis.
b. Kasus Pertukaran Yang Bersifat Umum
Diluar transaksi pertukaran khusus diatas maka akan dianggap sebagai pertukaran
umum, misalnya ditandai dengan adanya harga pasar, aktiva yang ditukarkan tidak sejenis
dan lain-lain.
4. Dengan Pengeluaran Surat-Surat Berharga
Perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan menyerahkan saham atau obligasi
yang dimiliki perusahaan. Dengan cara ini harga perolehan aktiva dicatat sebesar harga pasar
saham atau obligasi yang diserahkan. Jika harga pasar saham atau obligasi yang dikeluarkan
tidak dapat ditentukan secara layak maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar nilai parinya.
5. Dibuat Sendiri
7

Kebutuhan akan aktiva tetap kadang-kadang bukan dibeli dari pihak lain, tetapi dengan
pertimbangan tertentu mungkin dibuat sendiri. Ada beberapa alasan yang mendorong
perusahan untuk membangun sendiri aktiva tetapnya , antara lain adalah :
a. Memanfaatkan fasilitas yang menganggur
b. Adanya penghematan (cost saving) yang diharapkan
c. Untuk segera memenuhi kebutuhan, karena perusahaan lain tidak sanggup untuk
memenuhi tepat pada saat yang diperlukan.
Apabila perusahaan membangun sendiri aktiva tetapnya, maka akan ada beberapa
masalah yang timbul dalam perhitungan harga perolehannya, yaitu:
a. Biaya overhead yang dibebankan
b. Penghematan atau kerugian atas aktiva tetap
c. Bunga selama periode konstruksi
6. Perolehan Dari Hadiah/Sumbangan
Pada suatu waktu tertentu, perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap berupa bantuan
atau sumbangan dari pemerintah atau badan-badan lain, untuk menerima sumbangan atau
bantuan tersebut, mungkin dikeluarkan jauh lebih kecil dari harga perolehan aktiva tetap
tersebut, dengan demikian apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang dikelluarkan,maka hal ini
akan menyebabkan jumlah aktiva tetap terlalu kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus
dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan perkiraan
modal donasi.
Sumbangan menaikan ekuitas pemilik, sebab itu modal sumbangan dikredit. Aktiva
yang diperoleh dengan cara sumbangan, akan disusutkan seperti aktiva tetap lainnya. Hal ini
ditentukan berdasarkan harga pasar yang layak. Besarnya penyusutan aktiva tetap yang

diperoleh melalui sumbangan tersebut dihitung sesuai dengan metode penyusutan yang
diterapkan oleh sebuah perusahaan.

1.4 PENGELUARAN-PENGELUARAN

DALAM

PENGGUNAAN

AKTIVA

TETAP
Biasanya perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk menjaga dan memelihara
aktiva tetap sehingga aktiva tetap tersebut dapat bermanfaat yang sesuai dengan taksiran
umur yang telah ditentukan. Biaya yang telah dikeluarkan tersebut dapat berupa biaya
pemeliharaan, biaya reparasi, biaya pertambahan dan lain-lain. Pengeluaran-pengeluaran
tersebut perlu di analisis dengan seksama, sehingga dapat dicatat sebagai beban pada periode
berjalan atau dikapitalisir.
Sehubungan dengan penggunaan aktiva tetap maka pengeluaran untuk aktiva tetap
setelah dipakai dalam operasi normal perusahaan dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue
expenditure).
Perbedaan

pengeluaran

modal

dan

pengeluaran

pendapatan

:pengeluaran

pendapatan biaya atau pengeluaran untuk aktiva yang manfaatnya hanya untuk satu period
pembukuan..tapi kalo pengeluaran modal biaya atau pengeluaranyang manfaatnya lebih
dari satu periode pembukuan.
1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Suatu pengeluaran dapat digolongkan sebagai pengeluaran modal jika pengeluaran


tersebut menambah masa mamfaat aktiva tetap atau meningkatkan kapasitas atau mutu
produksi, nilainya relatif besar dan jarang terjadi.
Jika yang ditukar itu merupakan bagian yang terpisah dan hanya bagian-bagian
tertentu maka pencatatannya ada dua kemungkinan yaitu:
a. Bila pengeluaran modal itu sifatnya biasa dan tidak menambahumur maka didebet
keperkiraan biaya.
b. Bila pengeluaran modal sifatnya tidak biasa dan menambah umur maka didebet
keperkiraan akumulasi penyusutan.
Kieso dan Weygandt memberikan kriteria terhadap suatu pengeluaran yang
digolongkan sebagai pengeluaran modal bila terpenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Usia kegunaan dari harta itu harus meningkat
b. Kuantitas dari unit-unit yang diproduksi dari harta itu harus meningkat.
c. Kualitas dari unit-unit yang diproduksi harus tinggi.
2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Pengeluran ini dimaksudkan sekedar untuk mempertahan kana tau memperbaiki aktiva
tetap. Pengeluaran ini member manfaat hanya dalam tahun yang bersangkutan, sehingga
dibebankan keperkiraan laba rugi, selain itu pengeluran ini sifatnya rutin dikeluarkan dan
jumlahnya relatif kecil. Pengeluaran ini dicatat sebagai beban operasi berjalan.
Pada dasarnya pengeluaran untuk aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharan atas aktiva tetap diperlukan agar aktiva tetap dalam keadaan baik. Biaya
untuk pemeliharaan aktiva bersifat berulang-ulang dan tidak menambah atau memperbaiki

10

mutu aktiva atau pun memperpanjang umur aktiva. Pengeluaran guna pemeliharaan ini
dicatat diperkiraan biaya, jadi merupakan revenue expenditure.

b. Reparasi
Pengeluaran untuk reparasi dimaksudkan agar aktiva yang rusak atau bagian tertentu
dari aktiva dapat kembali seperti keadaan semula. Apabila pengeluaran ini bersifat biasa dan
mamfaatnya hannya untuk periode bersangkutan, pengeluaran ini didebet keperkiraan beban,
bila bersifat luar biasa dan memperpanjang umur aktiva maka didebet keperkiraan akumulasi
penyusutan.
c. Perbaikan dan Peningkatan
Pengeluaran untuk keperluan ini yang jumlahnya kecil dicatat sebagai reparasi biasa.
Pengeluaran yang besar menentukan jurnal untuk membatalkan nilai buku dari aktiva yang
lama dan mencatat aktiva yang baru, atau jurnal untuk mengurangi akumulasi penyusutan
dari aktiva yang semula. Perbaikan dan peningkatan adalah perubahan- perubahan atas
aktiva yang direncanakan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik atau makin
bertambah.
d. Pertambahan
Pertambahan yang direncanakan unit baru secara keseluruhan tidak menjadi masalah
kerena hanya menentukan biaya perolehan yang akan dikapitalisasi dan biaya pertambahan
itu dicatat keperkiraan aktiva. Misalnya: perluasan ruangan kantor, memperbesar gedung,
perluasan daerah parkir,
e. Penyusunan Kembali
Perpindahan mesin dan peralatan dan pengaturannya kembali ditunjukan guna
mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi dan ekonomis. Biaya yang berkenaan dengan
11

penyusunan kembali ini dibebankan pada periode-periode yang memperoleh manfaat dari
perubahan itu. Bila manfaatnya lebih dari satu periode dibuat suatu perkiraan aktiva untuk
jumlah pengeluaran yang dilakukan dan selanjutnya secara sistemmatis dialokasikan terhadap
pendapatan. Bila penyusunan kembali meliputi biaya pemasangan kembali, maka nilai buku
dari pemasangan yang lama dihapuskan dari perkiraan dan pemasangan yang baru
ditambahkan kenilai aktiva dan dihapuskan selama sisa umur aktiva.
1.5 PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Bersamaan dengan berjalannya waktu, semua aktiva tetap yang digunakan kecuali
tanah akan berkurang atau kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan jasa-jasa, dengan
demikian harga perolehan aktiva tetapa tersebut harus dipindahkan keperkiraan beban secara
teratur selama umur manfaatnya yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini
disebut penyusutan (depresiasi).
Ikatan Akuntan Indonesia memberikan defenisi penyusutan adalah alokasi sistematik
jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat. Dan pengertian
dari jumlah yang dapat disusutkan yaitu jumlah yang disusutkan adalah biaya perolehan
suatu aktiva,atau jumlah lain yang disubtusikan untuk biaya perolehan dalam laporan
keuangan, dikurangai nilai sisanya.
Pengalokasian beban penyusutan yang tidak tepat dapat mengakibatkan kesalahan
yang terus berkelanjutan sampai kepada beberapa periode akuntansi. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penyusutan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor-Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah habis karena dipakai,
habis karena umur dan kerusakan-kerusakan.
12

b. Faktor-Faktor Fungsional
Faktor-faktor

fungsional

yang

membatasi

umur

aktiva

tetap

antara

lain,

ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti, karena
adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, dan karena adanya
kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.
Pembebanan (alokasi) secara sistematis dilakukan karena aktiva tetap, kecuali tanah,
mempunyai masa manfaat yang terbatas. Masa mamfaat yang terbatas ini terdiri dari dua,
yaitu:
1. Masa Manfaat Teknis Yang Terbatas
Masa manfaat teknis yang terbatas disebabkan oleh faktor seperti keadaan alam,
keahausan, kerusakan dan lain sebagainya. Dilihat dari segi teknis, suatu aktiva tetap semakin
lama kemampuannya semakin menurun baik jumlah maupun mutu produknya.
2. Masa Manfaat Ekonomis Yang Terbatas
Masa manfaat ekonomis yang terbatas disebabkan keuntungan yang dihasilkan
semakin kecil bahkan mungkin menyebabkan kerugian, walaupun secara teknis, suatu aktiva
mungkin masih memberikan manfaat, tetapi dilihat dari segi ekonomis pemakainya mungkin
menyebabkan kerugian, karena biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan sebagainya
semakin besar.
Ada faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan
setiap periode. Faktor-faktor tersebut adalah:

13

a. Harga Perolehan
Harga perolehan adalah semua jenis pengeluaran untuk memperoleh aktiva sampai
pada tempat dam kondisi siap digunakan dalam operasi perusahaan.
b. Nilai Residu
Nilai residu adalah nilai taksiran realisasi (penjualan tunai) suatu aktiva tetap setelah
nilai akhir penggunaannya atau pada saat mana aktiva tetap harus ditarik dari kegiatan
produksi.
c. Masa Manfaat
Masa manfaat adalah tasiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam
kegiatan produksi. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan untuk perusahaan atau
menambah jumlah jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan dapat diperoleh dari
aktiva perusahaan.
d. Pola Pemakaian
Pola pemakaian aktiva tetap ini berhubunngan dengan umur pemakaian. Apabila
penyusutan ditaksir menurut umur, maka digunakan metode penyusutan garis lurus atau saldo
menurun, bila mana ditaksir manurut hasil produk atau jam kerja, maka digunakan metode
jam kerja atau jumlah produk.
Untuk menghitung besarnya penyusutan yang dibebankan terhadap aktiva tetap untuk
setiap periode akuntansi dapat disesuaikan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan
menurut kriteria berikut:

14

a. Berdasarkan waktu, metode penyusutan terdiri :


1. Metode garis lurus (straight line method)
2. Metode pembebanan yang menurun, terdiri dari :
Metode jumlah angka tahun
Metode saldo menurun/saldo menurun ganda.
b. Berdasarkan penggunaan, metode penyusutan terdiri dari :
3. Metode jam jasa (service hours method)
4. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
c. Berdasarkan kriteria lainnya, metode penyusutan terdiri dari :
5. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)
6. Metode anuitas (annuity method)
7. Sistem persediaan (inventory system)
8. Metode penyusutan menurut undang-undang pajak.
1. Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak
digunakan. Metode ini menghitung penyusutan berarti beban penyusutan di bebankan secara
merata selama estimasi umur aktiva tersebut.
2. Metode pembebanan yang menurun
Dalam metode beban menurun seringkali disebut penyusutan yang dipercepat
memberikan beban penyusutan yang lebih tinggi dalam tahun-tahun awal dan beban lebih
rendah dalam periode belakangan.alasan utama untuk pendekatan ini adalah bahwa lebih
banyak penyusutan harus dibebankan pada tahun-tahun awal karena aktiva mengalami
kehilangan pelayanan yang paling besar terjadi pada tahun-tahun ini.
Metode pembebanan menurun ini terdiri dari:
a. Metode jumlah angka tahun
Dalam metode ini beban penyusutan periodic akan menurun secara tepat sepanjang
umur estimasi itu karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun terhadap harga perolehan
aktiva dikurangi estimasi nilai resedu, semakin kecil.
15

b. Metode saldo menurun


Metode saldo menurun menghasilkan beban penyusutan periodik yang semakin
menurun sepanjang estimasi aktiva itu. Beban penyusutan dihitung dengan cara
mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva.
c. Metode saldo menurun ganda
Metode ini menghasilkan beban penyusuutan periodic yang semakin menurun
sepanjang umur estimasi aktiva tersebut.
3. Metode jam jasa
Dalam metode ini, besarnya penyusutan setiap periode tergantung pada jumlah jam
kerja aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan selama periode tersebut.
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat
rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) disbanding dengan penggunaan yang tidak
sepenuhnya (part time). Jadi, pada metode ini besarnya beban penyusutan setiap periodennya
akan sangat tergantung peda jam jasayanng terpakai atau digunakan.
4. Metode jumlah unit Produksi
Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil
produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga
penyusutan tiap periode akan berfluktuasidalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai
adalah suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga penyusutan juga
didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.
5. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
Metode ini merupakan perhitungan penyusutan untuk kelompok aktiva tetap
sekaligus. Metode ini adalah metode garis lurus yang yang diperhitungkan terhadap
kelompok aktiva. Apabila aktiva yang dimiliki mempunyai umur dan fungsi yang berbeda,
16

maka aktiva ini bisa dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok, untuk masing-masing fungsi,
pennyusutan perhitungkan terhadap masing-masing kelompok.
6. Metode Anuitas
Dalam metode ini penyusutan dihitung dengan mennggunakan table bunga sebagai
alat bantunya. menurut metode ini aktiva dianggap sebagai aktiva yang memberikan mamfaat
selama manfaatnya. Harga perolehan dianggap sebagai present value yang didiskontokan dari
jasa yang akan diberikan secara merata selama umur teknisnya. Penyusutan dianggap angka
bunga yang diperhitungkann atas harga pokok asset yang belum disusutkan ditambah
akumulasi penyusutan.
7. Metode Persediaan
Metode persediaan seringkali disebut metode penaksiran digunakan untuk menilai
aktiva berwujud yang kecil-kecil seperti perkakas atau alat-alat kecil. Persedian perkakas
(tools) misalnya, dapat diambil pada awal atau akhir tahun, nilai pada awal tahun ditambah
harga pokok perkakas yang diperoleh untuk tahun ini dikurangi nilai persediaan akan
memberikan jumlah beban penyusutan untuk tahun itu. Metode ini menarik karena skedul
penyusutan yang terpisah untuk aktiva yang digunakan itu tidak praktis.

8. Penyuusutan Menurut Undang-Undang Pajak


Penyusutan ini baru diatur dalam UU No. 7 tahun 1983, didalam Undang-Undang
tersebut dinyatakan obyek yang disusutkan adalah harta berwujud dan harta tidak berwujud.
Untuk menghitung penyusutan hartayang dapat disusutkan dikelompokan menjadi golongan
harta sebagai berikut :

17

Golongan 1
Bukan golongan bangunan, umur tidak lebih 4 tahun, tarif penyusutan 50% dari saldo

awal tahun, pertahun harta dapat disusutkan.


Golongan 2
Bukan golongan bangunan, umur dari 4 8 tahun ,tarif penyusutan 25 %dari saldo

awal tahun, pertahun harta yang dapat disusutkan.


Golongan 3
Golongan 1, 2 dan 3 perhitunganya adalah dari niali buku, tarif penyusutan 5% dari
saldo awal tahun, pertahun bangunan dan harta tak bergerak lainnya, termasuk
tambahan, perbaikan atau perubahan yang dilakukan.

1.6 PENGHENTIAN DAN PELEPASAN AKTIVA TETAP


Apabila suatu aktiva tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan, maka aktiva tersebut
akan dibuang. Aktiva tetap tidak dipakai lagi apabila harta tetap itu tidak lagi memberi
manfaat ekonomis bagi perusahaan. Penjualan aktiva tetap bagi perusahaan mungkin
disebabkan karena perusahaan ingin melakukan merger atau pindah, sedangkan tukar tambah
mungkin dilakukan dengan alasan untuk mengurangi pengeluaran kas apabila perusahaan
akan membeli aktiva baru.
Aktiva tetap mungkin ditarik pada masa sebelum atau sesudah habis masa pemakaianya
dan aktiva tetap mungkin ditarik pada masa masih memiliki nilai atau tidak.
Pencatatan penghentian dan pelepasan aktiva tetap adalah sebagai berikut:
1. Pembuangan Aktiva Tetap
Apabila suatu aktiva tidak berguna lagi bagi perusahaan, dan tidak ada lagi nilai
pasarnya, maka aktiva tersebut akan dibuang.
2. Penjualan Aktiva Tetap

18

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aktiva tetap sama seperti ayat jurnal pada
Pembuangan aktiva tetap, kecuali bahwa uang tunai atau aktiva lainnya yang diterima dari
hasil penjualan juga dicatat. Bila harga jual lebih tinggi dari aktiva tersebut, berarti
keuntungan, bila harga jual dibawah nilai buku, berarti ada kerugian.
3. Pertukaran Aktiva Tetap
Pertukaran aktiva tetap sudah dijelaskan dalam sub bab cara perolehan aktiva tetap.
4. Dinonaktifkan Oleh Perusahaan
Aktiva tetap di berhentikan oleh perusahaan lalu ditahan saja diperusahaan
digolongkan dalam aktiva lain- lain. Penonaktifan ini mungkin diakibatkan oleh kemampuan
produksinya semakin menurun.

1.7 PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP


Penilaian kembali aktiva tetap sering kali disebut dengan istilah revaluasi aktiva tetap.
Di Indonesia sampai saat ini, revaluasi aktiva tetap hanya sering dilakukan yaitu pada tahun
1986 yang dilakukan berdasarkan adanya peraturan pemerintah No. 45 / 1986.
Mengenai revaluasi aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan Indonesia memberikan penjelasan
bahwa: Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan
karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva tetap berdasarkan harga

19

perolehan atau harga pertukaran. Penyimpanan dari ketentuan ini mungkin dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah.
Dalam hal perubahan melakukan penilaian kembali maka pos selisih penilaian
kembali aktiva tetap dicatat sebagi pos modal, Ikatan Akuntan Indonesia menyebutkan
sebagai berikut : bahwa revaluasi aktiva tetap seyogyanya tidak dilakukan karena SAK
menganut penilaian aktiva berdasarkan pada ketentuan pemerintah tertentu perusahaan
melakukan revaluasi, selisih penilaian kembali aktiva tetap yang timbul karena revaluasi
tersebut harus dianggap sebagai pos modal permanen.selisih penilaian kembali aktiva tetap
disajikan dalam kelompok modal diantara tambahan modal yang disetor dan laba yang
ditahan.
Metode penilaian sebagai akibat dari nilai uang yang berubah adalah:
1. General Price Level Adjusment
Metode ini menilai kemballi seluruh pos yang disajikan dalam laporan keuangan
denngan cara mengalihkannya dengan angka indeks yang dihitung dari tenaga beli uang atau
current purchasing power.

2. Current Value Adjusment


Menurut metode ini aktiva tetap dinilai kembali sesuai dengan harga sekarang, apakah
dengan menggunakan metode pendekatan harga pasar atau perbandingan harga secara umum.
Penilaian biasanya dilakukan oleh perusahaan atau lembaga penilai.

20

KESIMPULAN
1. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki aktiva tetap, perusahaan yang berskala besar
ataupun yang kecil.
2. Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk tidak
diperjualbelikan melainkan untuk dipergunakan dalam kegiatan perusahaan, yang
umumnya lebih dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi dan merupakan
pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.

21

3. Jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan berbeda jenis dan jumlahnya dengan
aktiva tetap perusahaan lainnya.
4. Secara garis besar aktiva tetap dapat dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu:
a. Aktiva tetap berwujud
b. Aktiva tetap tidak berwujud
5. Harga perolehan aktiva tetap adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul
untuk perolehan aktiva tetap tersebut.

KATA PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

22

23

You might also like