You are on page 1of 4

A.

Kasus
Ny. NA datang ke klinik dengan membawa anaknya yaitu An X (5 tahun) yang
mengalami luka bakar pada kaki kirinya, karena terkena knalpot sepeda motor. Tidak ada
keluhan sesak nafas, pusing mual, maupun muntah. Hasil pemeriksaan TTV diperoleh 100/80
mmHg, frekuensi nadi 125x/menit. Ny NA tidak mau apabila anaknya mendapat terapi
farmakologi karena Ny NA takut terjadi efek samping yang berkepanjangan. Ny NA mengakatan
bahwa tetangganya menyarankan untuk terapi non farmakologi berupa terapi dengan lidah
buaya, dan mertua Ny NA menyarankan dengan menggunakan air ludah. Ny NA bingung dan
menanyakan pada ners B terapi non farmakologi apa yang harus digunakan untuk anaknya.
B. Pertanyaan Klinik
Penanganan apa yang lebih efektif untuk mengobati luka bakar antara lidah buaya dan air liur?
P : perawatan untuk luka bakar
I : penanganan dengan mengoleskan lidah buaya pada luka bakar
C : penanganan dengan mengoleskan air ludah (saliva)
O : mengetahui penanganan yang lebih efektif pada luka bakar
C. Analisis Jurnal
Judul jurnal
Penulis
Tanggal terbit
Daerah penelitian

: The efcacy of Aloe vera, Tea Tree Oil and Saliva as First Aid Treatment
for Partial Thickness Burn Injuries
: Leila Cuttle dkk
: Desember 2008
: Australia

a. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 8 babi dengan berat sekitar 25-32 kg sebagai percobaan dengan
membuat luka bakar pada panggul. Peneliti memasukkan suatu alat pengukur suhu dibawah kulit
untuk melihat suhu dermal dari babi tersebut. Setelah terbentuknya luka peneliti membagi
menjadi 4 kelompok penanganan yaitu kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi
penanganan apapun selama,kelompok burnaid(tea tree oil) adalah penanganan dengan
menggunakan rye pharmacutical (10 cm pembalut persegi) yang digunakan secara langsung pada
luka,kelompok lidah buaya (Aloe vera) dengan mengoleskan gel lidah buaya secara langsung
pada luka,kelompok air ludah (saliva) dengan menggunakan air liur manusia yang dioleskan
secara langsung pada luka hal ini karena air liur babi sedikit. Penanganan diberikan pada rentang
waktu yang sama untuk semua kelompok yaitu 20 menit setelah terbentuknya luka. Untuk
membandingkan kolonisasi microflora sebelum dan sesudah penanganan luka bakar peneliti
mengambil sampel saat luka bakar terbentuk,setelah 20 menit penanganan dan 2 minggu setelah
penanganan. Pada saat post mortem ( 6 minggu setelah luka) dilakukan penilaian luka oleh 3
pengobservasi (seorang ahli bedah luka bakar,seorang perawat luka bakar,dan seorang burn
scientist) yang memiliki pengalaman dalam memeriksa penyembuhan luka bakar dengan
parameter :

b. Hasil dan Pembahasan


Suhu sub-dermal

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa lidah buaya (Aloe vera) memliki suhu
sub-dermal lebih rendah daripada saliva setelah 20 menit pemberian,bahkan jika
dibandingkan dengan semua kelompok lidah buaya memiliki suhu sub-dermal
yang paling rendah. Hal ini dikarenakan lidah buaya memiliki efek dingin yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain sehingga dapat menurunkan
suhu sub-dermal lebih cepat.

Re-epitelisasi

Dari grafik didapat bahwa pada kelompok lidah buaya dan air ludah memiliki
waktu yang sama untuk mencapai re-epitelisasi 100% yaitu 6 minngu (grafik A).
Akan tetapi kecepatan re-epitalisasi antara lidah buaya dan air ludah berbeda hal
ini dapat terlihat pada minggu kedua pada lidah buaya sudah mencapai reepitalisasi 40% sedangkan air ludah hanya mencapai 25% (grafik B).

Wujud terakhir luka bakar

Setelah 6 minggu final appearance terlihat bahwa dengan menggunakan air ludah
(saliva) bekas luka bakar terlihat lebih berat dibandingkan lidah buaya.
Mikroflora

Air ludah (saliva) tidak mengurangi jumlah microflora pada luka bakar. Hal yang
berbeda terlihat pada lidah buaya (aloe vera),setelah penananganan 20 menit jenis
dan jumlah microflora berkurang.
c. Jurnal pendukung

Judul jurnal

: The efcacy of aloe vera used for burn wound healing: A


systematic review
Penulis
: Ratree Maenthaisong dkk
Daerah penelitian
: Thailand
Isi
: Lidah buaya (Aloe vera) memiliki kesuksesan dalam kesembuhan
95%,memiliki waktu sembuhnya luka lebih pendek,dan re-epitelisasi lebih cepat dibanding
control. Lidah buaya dapat digunakan pada luka bakar derajat I hingga derajat II.

You might also like