You are on page 1of 8

Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah

dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang. AP juga didefinisikan sebagai
usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan
menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan
AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat
adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk
menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga
18 bulan ke depan)1. Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik
untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat
tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang
dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan
kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang
fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
Dalam Aggregate Planning ada beberapa strategy yang bisa digunakan yang salah
satunya yaitu stable workforce strategy dan mixed strategy.
1. Stable Workforce Strategy
Untuk menyamakan antara demand dan Supply baik ketika masa slack month (demand
sangat rendah) atau Peak Month (demand sangat tinggi) maka di perlukan strategi untuk
mengimbangi demand tersebut yaitu bisa dengan cara mengatur tenaga kerja.
a. Meragamkan Tenaga Kerja
Ketika Slack month atau permintaan rendah perusahaan dapat mengkaryakan atau
memberhentikan tenaga kerja sebagian. Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah
dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan
tingkat produksi.
Ketika peak month atau permintaan sangat tinggi untuk menyamakan tingkat produksi
maka perusahaan dapat merekrut tenaga kerja baru. Dalam penambahan tenaga kerja baru
tentunya mempunyai beberapa kendala.

Bagaimapun, tenaga kerja baru memerlukan

pelatihan, dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena mereka belum
terbiasa. Begitupun dengan pemberhentian atau PHK tentu saja mempunyai kelemahan.
1

Pemberhentian kerja dapat menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah
produktivitas yang lebih rendah.
b. Menyamakan tingkat produksi Melalui Lembur
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada
saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat
keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan
lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja
secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang
diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, disaat permintaan
menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja yang biasanya merupakan
proses yang sulit.
c. Menggunakan pekerja paruh waktu
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja
tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran, dan supermarket.
2. Mix Strategy
Metode mix strategy adalah metode perencanaan produksi agregat yang menggabungkan
metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah. Metode mix strategy hanya
menggabungkan hasil atau biaya yang didapat pada metode tenaga kerja tetap dan metode
tenaga kerja berubah.
Contoh kasus
Sebuah Home industri pembuatan lemari tas ingin merencankan produksinya dengan
menggunakan metode mix strategy adapun data data penunjangnya yaitu :
Inventory awal

: 50 unit

Waktu baku

: 0,47 jam

Jam kerja/hari

: 8 jam

Maksimum lembur

: 25 %

Regular Time Cost (RTC)

: Rp 2500,- per unit

Over Time Cost (OTC)

: Rp 4500,- per unit

Sub Contract Cost

: Rp 5500,- per unit

Lay off Cost

: Rp 1.050.000,-

Hiring Cost

: Rp 1.050.000,-

Under Time Cost

: Rp 5000,- per jam orang

Holding atau Inventory Cost

: Rp 250,-

Kapasitas sub kontrak

: Diasumsikan 25 % dari kapasitas


Perusahaan
Tabel 1.1 Data hasil peramalan
bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
total

permint
aan
(foreca
st)
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540
6480

Tabel Rencana Produksi Agregat

bula
n
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

invent
ory
awal
(unit)
(2)
50
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135

Permin
taan
(foreca
st) (3)
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540

Safet
y
Stoc
k
(unit
)(4)
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135

Kebutu
han
produk
si
(unit)
(4)
625
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540
540

Invent
ory
Akhir
(Unit)
(8)
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135

Total

1535

6480

1620

6565

1620

Contoh perhitungan rencana kebutuhan produksi agregat:


Safety stock = 540 + 135 50
= 625 Unit
Inventory Akhir = 135 + 625 540
= 135 Unit
Tabel hasil perhitungan dengan menggunakan mix strategy (bag1)

OMH
(8)
96
100
104

Perio
de
(bula
n)(1)

Dem
and
(unit
) (2)

HK
(ha
ri)
(3)

TK
(Ora
ng)
(4)

625

23

540

25

540

26

540

23

540

26

540

26

540

24

540

25

540

25

10

540

26

11

540

25

12

540

24

total

6565

29
8

24

UPOT
(9)
0
0
0

SC
(10)
0
0
0

Hirin
g
(Oran
g)
(11)
0
0
0

R
M
H
(5)
36
8
40
0
41
6
36
8
41
6
41
6
38
4
40
0
40
0
41
6
40
0
38
4
47
68

Lay
Of
(oran
g)
(12)
0
0
0

RM
HP
(6)

UP
RT
(Un
it)
(7)

368

782

401

852

416

885

368

782

416

885

416

885

254

540

254

540

254

540

254

540

254

540

254

540

390
9

83
11

Unde
r
Time
(Unit)
(13)
0
0
0

Invent
ory
Akhir
(Unit)
(14)
207
519
864

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

92
104
104
96
100
100
104
100
96
1196

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
130
146
146
162
146
130
861

Ongk
os SC
(Rp)
(17)
0
0
0
0
0
0

Ongko
s
Invent
ory
(Rp)
(18)
0
0
0
0
0
0

Ongk
os
Hirin
g
(Rp)
(19)
0
0
0
0
0
0

Ongk
os
Lay
Of
(Rp)
(20)
0
0
0
0
0
0

Rp1.350.000

Rp1.350.000

Rp1.350.000

Rp1.350.000

Rp1.350.000
Rp
20.777.500

Ongk
os
OT
(Rp)
(16)
0
0
0
0
0
0

Rp1.350.000

Ongkos
RT
(RP)
(15)
Rp1.955.000
Rp2.130.000
Rp2.212.500
Rp1.955.000
Rp2.212.500
Rp2.212.500

Total biaya produksi Rp.20.777.500


Contoh perhitungan metode mix strategy untuk periode 1:
RMH = TK x HK x JK
= 2 x 23 x 8
= 368 Jam
UPRT = RMH
Wb

1106
1451
1796
0
0
0
0
0
0
5943

Ongkos
Under Time
(Rp)
(21)
0
0
0
0
0
0
Rp
651.000
Rp
731.000
Rp
731.000
Rp
811.000
Rp
731.000
Rp
651.000
Rp
4.306.000

= 368 / 0,47 = 782 Unit


RMHP = UPRT x Wb
= 782 x 0,47
= 368 Unit
OMH = Kapasitas Lembur (25%) x RMH
= 25% x 368
= 92 Jam
Under Time = RMH RMHP
= 368 368
= 0 Jam
Inventory Akhir = UPRT + Inventory Awal Demand
= 782 + 50 625
= 207 Unit
Ongkos RT = UPRT x Ongkos RT
= 782 x Rp 2500
= Rp 1.955.000
Ongkos Under Time = Under Time x Under Time Cost
= 92 x Rp 5000
= Rp 460.000

Berdasarkan tabel di atas dimana dapat lihat keterangan. Keterangan tersebut merupakan
penjelasan dari tabel perhitungan
metode mix strategy yang dijelaskan pada tabel diatas senagai berikut :
Kolom 1 : Periode 1 12 (Bulan Januari sampai Februari)
Kolom 2 : Demand (kebutuhan produksi)
Kolom 3 : Hari kerja sesuai ketentuan
Kolom 4 : Tenaga kerja, 6 dari tenaga kerja tetap dan 6 dari
tenaga kerja berubah
Kolom 5 : RMH (Regular Man Hour) RMH = TK x HK x JK
Kolom 6 : RMHP (Regular Man Hour Product) RMHP = UPRT x Wb
Kolom 7 : UPRT (Unit Produced Regular Time) UPRT = Demand atau permintaan (dari hasil
peramalan), UPRT periode ke-1 dikurangi inventor awal

Kolom 8 : OMH (Over Man Hour) = kapasitas lembur (25%) x RMH


Kolom 9 : Demand UPRT Inventory awal
Kolom 10 : (25% x UPRT) Demand UPRT
Kolom 11 : Hiring = penambahan tenaga kerja
Kolom 12 : Lay off = pengurangan tenaga kerja
Kolom 13 : Under Time = RMH RMHP
Kolom 14 : Inventory akhir = UPRT + Inventory awal Demand
Kolom 15 : Ongkos RT = UPRT x Ongkos RT
Kolom 16 : Ongkos OT = UPOT x Ongkos OT
Kolom 17 : Ongkos SC = SC x Ongkos SC
Kolom 18 : Ongkos Inventory = Inventory x Ongkos Inventory
Kolom 19 : Ongkos Hiring = Hiring x Hiring Cost
Kolom 20 : Ongkos Lay Off = Lay Off x Lay Off Cost
Kolom 21 : Ongkos Under Time = Under Time x Under Time Cost
Total Ongkos Produksi = total ongkos RT + total ongkos OT + total ongkos SC + total
ongkos inventory + total ongkos hiring + total ongkos lay off
Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode mix strategy ini dimana
mengabungkan kedua metode seperti metode tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja
berubah. Segi hasil yang diproduksi pun berjumlah 625 unit untuk periode pertama. Hasil
tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23
hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit
untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23
hari itu telah mencapai dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan
penambahan tenaga kerja dan pengurangan tenaga kerja, akan tetapi untuk waktu sisa dalam
menyelesaikan produk lemari tas (under time) selama 23 hari ialah 97 jam dikarenakan
tenaga kerja bekerja selama 271 jam dalam menyelesaikan waktu produksi pembuatan lemari
tas. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan yaitu 6565 unit dari
permintaan 6565 unit, sehingga pada metode mix strategy dari segi biaya yang dikeluarkan
pun lebih minimum dari metode sebelumnya dengan jumlah Rp 20.777.500,-

You might also like