You are on page 1of 4

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Makalah ini disusun dalam rangka mencoba menyelesaikan tugas Mahasiswa IAIN
Sumatera Utara Fakultas Syariah khusunya PHM ( Perbandingan Hukum dan Mazhab)
semester III (Tiga). Agar mengetahui kekurangan maupun kelebihan para mahasiswa
dan pembuat makalah tentunya.
Makalah ini isinya mengenai Pengertian Agama, Latar Belakang, Peranan Manusia
Terhadap Agama. Bahwa manusia itu memerlukan pondasi untuk hidup dikalangan
masyarakat terdapat kesan bahwa agama bersifat sempit. Kesan ini timbul dari syarah
pengertian tentang hakekat agama. Kekeliruan paham ini bukan hanya dikalangan umat
bukan islam tapi juga dikalangan umat islam sendiri.
Kekeliruan masalah itu terjadi karena kurikulum pendidikan agama islam yang banyak di
pakai di masyarakat ditekankan kepada pengajaran fiqh, bahasan Arab dan Ibadat. Hal
ini memberi pengetahuan yang sempit tentang agama islam.
Dalam dasar agama sebenarnya terdapat aspek-aspek selain yang tersebut diatas,
seperti aspek teologi, aspek ajaran spisikual dan moral. Aspek ilmu pengetahuan, Aspek
Tarekat, Aspek Falsafah dan Aspek Pemikiran serta usaha-usaha pembaharuan dalam
islam.
Dan karena itu pula yang perlu kita bicarakan dalam makalah ini hanyalah kesimpang
siuran pengertian agama itu saja. Tetapi, barang kali uraian akan memakan banyak
tempaty, sebab masalahnya cukup luas juga, dan sungguhpun makalah ini disusun
terutama untuk menyelesaikan tugas Metedologi Studi Islam sebagai bahan pelajaran
semester III (Tiga) Jursan PHM (Perbandingan Hukum dan Mazhab). Mungkin juga ada
faedahnya bagi pembaca-pembaca diluar lingkungan semester III (Tiga) yang ingin
memperluas pengetahuannya tentang agama.

A. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA


1. Pengertian
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din ( ) dari
bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa
agama itu tersusun dari dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian,
adalagi pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan
agama-agam memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa
gam berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi
tuntunan hidup bagi penganutnya.
Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata
ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.
Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh
seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula

kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak
patuh akan mendapat balasan yang tidak baik.
Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian Harun
Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti
mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama
yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam
kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata
religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan
Tuhan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari
yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung
arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai
pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh
panca indra.
Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K. Nottinghan
dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gesjala yang
begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk
menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan
dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari keberadaannya
sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan khayalan yang paling
luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa
terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling
sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim mengatakan
bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.
Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak menunjukkan
pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat
harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang nyaman dan
menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya untuk
tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan
interpretasi agama secara keliru dan berujung pada tercapainya tujuan yang
bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para
ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus
dipatruhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada
suatu kekuatan ghaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan perasaan
takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama
adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung
dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan
tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional dan
kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang
baik dengan kekuatan ghaib tersebut.
B. LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA
Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap
agama. Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari
mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa
mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah
manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak
dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan
lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan
batiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali
ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia,
sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini
muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan
yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada
agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar
beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.
Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :

Artinya ; Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang
manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena
dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini
memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara
mengenalkan agama kepadanya.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.
Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena
disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala
makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan
kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya
Quesk For True Happines menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada

pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa
yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu
kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang
kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan
disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang
selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha
menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan
musuh-musuh ini ialah dengan senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman bahwa manusia itu telah diciptakan-nya
dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.

Artinya :
Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran
(batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)
Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan
tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia
adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai
tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa
dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat
berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa
ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya,
tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang
didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka
gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obatobatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk
mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat
menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin
meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting .
di 8:26 PM
Label: KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

You might also like