Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ekstrak yang terstandar. Oleh karena itu, penetapan standar mutu ekstrak
tumbuhan obat sangat diperlukan untuk menjamin mutu obat tradisional yang
dikonsumsi oleh masyarakat.
Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan awal, yaitu tumbuhan obat itu sendiri
yang tidak dapat dipisahkan dari faktor biologi. Faktor biologi terdiri atas lokasi,
pemanenan, penyimpanan, dan umur serta bagian tumbuhan yang digunakan.
Lokasi tumbuhan sendiri berarti lingkungan (tanah dan atmosfer) tempat
tumbuhan berinteraksi dengan lingkungan yang berupa energi (cuaca, suhu,
cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan senyawa anorganik). Variasi
lingkungan inilah yang dianggap berpengaruh terhadap kualitas ekstrak tumbuhan
obat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Rimpang Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe sebagai salah satu tumbuhan
berkhasiat secara empiris telah digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan.
Penggunaannya antara lain sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut
kembung, dan gangguan lain pada saluran pencernaan serta sebagai obat
pembersih dan penguat (tonik) sesudah nifas (Sudarsono dkk., 1996). Ketinggian
tempat tumbuh dan tingkat intensitas cahaya berpengaruh terhadap kadar
kurkumin rimpang Curcuma xanthorrhiza Roxb. Semakin tinggi tempat tumbuh
dan tingkat intensitas cahaya maka kadar kurkumin rimpang temulawak akan
semakin rendah (Hakim, 2012). Temulawak dan temu putih merupakan tumbuhan
yang memiliki marga yang sama yaitu Curcuma (Heyne, 1950).
Adanya variasi tempat tumbuh mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar
yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi kualitas kandungan senyawa dalam
B. Perumusan Masalah
1. Berapa rentang nilai parameter nonspesifik, spesifik dan kandungan senyawa
eugenol pada ekstrak rimpang temu putih dari daerah Kalibawang, Tuksono
dan Tawangmangu?
2. Bagaimana pengaruh variasi tempat tumbuh terhadap kadar eugenol pada
ekstrak terstandar rimpang temu putih dari daerah Kalibawang, Tuksono dan
Tawangmangu?
3. Daerah manakah yang menghasilkan rimpang temu putih dengan kadar
eugenol yang paling tinggi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
nilai-nilai
parameter
D. Tinjauan Pustaka
1. Temu putih
a. Sistematika temu putih dalam taksonomi tumbuhan :
divisi
: Spermatophyta
anak divisi
: Angiospermae
kelas
: Monocotyledoneae
bangsa
: Zingiberales
suku
: Zingiberaceae
marga
: Curcuma
jenis
sinonim
Inggris
c. Morfologi tanaman
kemerahan, tinggi rata-rata 4-5 cm. Mahkota terdiri atas 2 bibir, bentuk bulat telur
terbalik, kuning atau putih, tengah kuning atau kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm.
Benang sari 1 helai, tidak sempurna, bulat telur terbalik, kuning terang, 12-16 x
10-115 mm, tangkai sari 3-5 x 2-4 mm, kepala sari putih, 6 mm. Buah berambut,
rata-rata 2 cm (Backer & Brink, 1968; Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, 2010).
d. Kandungan
Rimpang Curcuma zedoaria mengandung golongan seskuiterpen :
furanodien, furanodienon, zedoaron, kurzerenon, kurzeon, germakran, 1,3hidroksigermakron, dihidrokurdion, kurkumenon, zedoarondiol, kurkumanolida
A, B, fenil propanoid : etilparametoksisinamat, dan -turmeron; kurkuminoid :
kurkumin,
bisdemetoksi
kurkumin,
tetrahidrodemetoksi
kurkumin,
e. Kegunaan
Rimpang C. zedoaria sebagai salah satu tanaman berkhasiat secara empiris
telah digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan. Penggunaannya antara lain
sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut kembung, dan gangguan
lain pada saluran pencernaan serta sebagai obat pembersih dan penguat (tonik)
sesudah nifas (Sudarsono dkk., 1996).
Curcuma zedoaria dilaporkan memiliki berbagai efek farmakologis, baik
secara invitro maupun invivo. Seduhan serbuk rimpang dengan kisaran dosis
15,75-126 mg/kg BB dapat meningkatkan regenerasi sel hati tikus yang
terangsang galaktosamina (Fibriani, 2000). Potensi hepatoregeneratif perasan
rimpang temu putih pada tikus terangsang CCl 4 terbesar pada dosis 1,97 mg/kg
BB (Dewanti, 2000). Ekstrak etanol rimpang temu putih mampu menghambat
pertumbuhan tumor paru pada mencit betina dengan perlakuan dosis terbesar 750
mg/kg BB (Murwanti dkk., 2004). Ekstrak petroleum eter rimpang C. zedoaria
menunjukkan sensitifitas pada bakteri Gram positif dan negatif serta fungi dengan
zona hambat 11-14 mm, sedangkan ekstrak metanol memiliki zona hambat 13-15
mm (Das & Rahman, 2012). Minyak atsiri C.zedoaria pada kadar 20 mg/mL
memiliki aktivitas antioksidan yang baik (Mau dkk., 2003). Ekstrak etil asetat, nheksana, air, petroleum eter, kloroform dan etanol rimpang C.zedoaria memiliki
aktivitas sebagai antioksidan (Himaja dkk., 2010). Ekstrak petroleum eter dengan
dosis 200 mg/kg BB dan ekstrak kloroform dengan dosis 400 mg/kg BB pada
rimpang C.zedoaria menunjukkan aktivitas antiinflamasi maksimum pada jam ke2 dan ke-6 perlakuan (Kaushik & Jalalpure, 2011). Namun, C.zedoaria juga
dilaporkan memiliki efek samping. Potensi ketoksikan akut salah satu sediaan
serbuk rimpang yang beredar di pasaran (LD 50 semu) lebih besar dari 2375 mg/kg
BB (Wigati, 2000).
f. Budidaya
C.zedoaria banyak tumbuh di daerah tropis. Budidaya temu putih sebagai
tanaman obat dilakukan di bawah naungan. Rimpang tumbuh dengan baik pada
ketinggian 5-1000 m dpl. Ketinggian tempat tumbuh temu putih umumnya
berkisar 750 m dpl di pulau Jawa. Rimpang C.zedoaria tumbuh liar di Sumatera
(Gunung Dempo), Jawa Barat dan di hutan jati Jawa Timur. Tanaman ini
berbunga di bulan Agustus hingga Mei (Backer & Brink, 1968; Heyne, 1950).
2. Eugenol
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam
minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan kandungan mencapai 70-96%
(Towaha, 2012). Senyawa eugenol merupakan komponen minyak atsiri berupa
senyawa fenilpropanoid dengan tiga karbon rantai samping terikat pada gugus
fenol (Cseke dkk., 2006). Senyawa eugenol memiliki aktivitas farmakologi
sebagai antibakteri, antifungi, antioksidan, antikanker, dan pengusir serangga
(Kong dkk., 2014).
3. Obat tradisional
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibagi menjadi tiga yaitu jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu merupakan obat tradisional Indonesia.
Obat herbal terstandar merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik serta bahan bakunya
telah distandardisasi. Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji
klinik, bahan baku serta produk jadinya telah distandardisasi (Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
4. Cara ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan
pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut
dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lainlain. Proses ekstraksi akan menghasilkan produk yang disebut ekstrak. Ekstraksi
dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain :
a. Maserasi
Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan
10
11
12
digunakan ekstrak cair maka hasil menunjukkan jumlah pelarut (alkohol) sesuai
yang ditetapkan.
5). Residu pestisida
Parameter sisa pestisida memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik)
bagi kesehatan.
6). Cemaran logam berat
Parameter cemaran logam berat memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung logam berat tertentu (Hg,Pb,Cd, dan lain-lain) melebihi nilai yang
ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan.
7). Cemaran mikroba
Parameter cemaran mikroba memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba nonpatogen
melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan
berbahaya (toksik) bagi kesehatan.
b. Parameter spesifik
1). Identitas
Parameter identitas ekstrak memberikan identitas objektif dengan
penyebutan nama dan identitas spesifik dari senyawa identitas.
2). Organoleptik
Parameter organoleptik ekstrak merupakan pengenalan awal yang
sederhana, yaitu penggunaan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna,
bau, dan rasa.
13
14
umumnya bahan penjerap seperti silika gel, alumina dan selulosa. Campuran yang
akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan dalam bentuk bercak atau pita
pada fase diam. Fase gerak untuk KLT terdiri atas satu atau lebih pelarut yang
bergerak karena adanya gaya kapiler seperti air, metanol, kloroform, dan toluena.
Pemilihan pelarut berdasarkan sifat kelarutannya terhadap senyawa-senyawa pada
fase
diam.
Pemisahan
senyawa
terjadi
melalui
perambatan
kapiler
15
16
dalam jangka waktu tertentu. Reaksi tanah menunjukkan sifat keasaman atau
kebasaan tanah, dinyatakan dengan nilai pH yang berkisar antara 0-14. Tanah
dikategorikan netral apabila pH 7, jika pH kurang dari 7 disebut tanah bersifat
asam dan apabila pH lebih dari 7 maka dikategorikan tanah basa. Nilai pH tanah
penting untuk diketahui sebab pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur
hara diserap tumbuhan (tumbuhan yang hidup di tanah dengan pH netral lebih
mudah menyerap unsur hara), menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur
beracun dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme tanah (Mustafa dkk.,
2012).
Kelembaban tanah terkait dengan kebutuhan air di dalam tanah. Tanahtanah yang banyak mengandung bahan organik memerlukan air lebih banyak
untuk disimpan sebagai persediaan sehingga kelembaban tanah terjaga lebih baik.
Kelembaban tanah yang tinggi meningkatkan jasad mikro tanah sehingga struktur
tanah menjadi gembur dan mudah diolah (Mustafa dkk., 2012).
Kalibawang
Kalibawang adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kulon Progo,
17
4.482 mm/tahun dengan jumlah hari hujan mencapai 144 hari/tahun (Wikipedia,
2012). Kawasan hutan di daerah Kulon Progo sangat luas dengan ketinggian
sampai dengan 1000 m dpl. Wilayah utara pada ketinggian 500 1000 m dpl
merupakan dataran tinggi, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang,
dan Samigaluh. Wilayah ini penggunaan lahannya banyak diperuntukkan sebagai
kawasan budidaya tanaman obat, konservasi dan kawasan rawan bencana tanah
longsor. Suhu rata-rata di kawasan Kulon Progo adalah 25C (Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo, 2013).
b.
Tuksono
Tuksono adalah salah satu desa di Kecamatan Sentolo, Kulon Progo,
18
c.
Tawangmangu
Tawangmangu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar,
E. Keterangan Empiris
Ekstrak rimpang temu putih yang memenuhi persyaratan parameter
standar mutu ekstrak dapat dibandingkan kandungan senyawa aktif eugenolnya
dengan KLT-densitometri. Adanya variasi tempat tumbuh dapat mempengaruhi
kandungan senyawa eugenol dalam ekstrak terstandar rimpang temu putih dari
daerah Kalibawang, Tuksono dan Tawangmangu sehingga perlu diketahui daerah
manakah yang menghasilkan rimpang temu putih dengan kadar eugenol yang
paling tinggi.